Shape file adalah format data vector untuk menyimpan lokasi, bentuk, dan atribut dari fitur geografis. SHP sendiri memiliki 4 jenis file yaitu, .shp, .shx, .dbf, dan .prj. Format SHP dikeluarkan oleh perusahaan ESRI. Format ini dapat dibuka pada beberapa aplikasi contohnya ArcGIS, QGIS, TileMill, dll. Pada salah satu jenis filenya yaitu .prj, didalamnya terdapat informasi tentang proyeksi yang digunakan untuk mereferensi koordinat.
2. DXF (Drawing Exchange Format)
Format data ini buatan dari AutoCAD, dimana merupakan format data open source yang dapat digunakan untuk menukar antar AutoCAD dan aplikasi CAD yang berbasis gambar vector. DXF hanya support ACII, tetapi dengan perkembangan produk, sekarang dapat support ASCII dan bentuk binarynya. Format ini tidak mempunyai topologi, tetapi mempunyai detail bagus pada gambar, ketebalan garis dan gayanya, warna dan tulisan. 3. GeoJSON GeoJSON adalah format data GIS yang berbasis pada JavaScript Object Notation (JSON). Sebuah objek GeoJSON dapat merepresentasikan sebuah geometri, sebuah fitur, atau sebuah kelompok fitur. GeoJSON dapat digunakan untuk beberapa tipe geometri, titik, garis, polygon, multipoint, multipolygon, dan kelompok geometri. GeoJSON merupakan tipe file yang dieksekusi disisi client side, jadi semakin banyak data semakin berat loadingnya. B. Data Raster
1. GEO-TIFF (Tagged Image File Formats)
TIFF atau biasa disebut GEO-TIFF adalah format data GIS yang berbentuk gambar. Perbedaan dengan JPEG/PNG/GIF adalah pada format ini koordinat-koordinatnya disimpan di dalam gambarnya. Jadi secara singkatnya format ini sudah tergeoreferensi. Format data ini dapat digunakan diberbagai aplikasi GIS seperti ArcGIS, QGIS, dll. 2. JPEG (Joint Photograph Experts Group) JPEG merupakan format gambar yang sudah biasa digunakan dalam file gambar. Seperti halnya TIFF, PNG dan GIF, format ini juga memungkinkan untuk digunakan dalam hal GIS dikarenakan format ini dapat menyimpan gambar yang nantinya gambar tersebut dapat dikonversikan ke format data vector seperti SHP. Hampir semua aplikasi GIS dapat menggunakan format data ini. 3. DEM (Digital Elevation Model) Format data ini diproduksi oleh Nation Mapping Division dari USGS. DEM merepresentasikan ketinggian permukaan bumi untuk penentuan posisi pada jarak tertentu. DEM dapat dibuat serta dapat diperoleh tergantung dari penggunaanya. Biasanya setiap aplikasi GIS pasti memiliki yang Namanya DEM dikarenakan DEM ini sangat mudah untuk merepresentasikan sebuah bentuk permukaan bumi dengan jelas. Konversi Data GIS Konversi data merupakan suatu hal dimana suatu format data diubah menjadi format data yang lain. Informasi yang terdapat pada suatu format bisa saja hilang atau tetap ada tergantung dari format data yang akan dihasilkan. Berikut merupakan penjelasan konversi data dari data raster ke data vector. Yaitu konversi format data JPEG menjadi format data SHP. Berikut tahapan konversinya : 1. Georeference Pada dasarnya format data JPEG tidak memiliki data koordinat yang ada pada datanya, melainkan hanya sebuah gambar raster saja. Oleh karena itu diperlukan yang Namanya georeferenced yang memungkinkan untuk memasukan koordinat pada format data JPEG agar sesuai dengan koordinat sebenanrnya. 2. Pembuatan Layer Sebelum melakukan proses digitasi yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebaiknya adalah menentukan layer-layer yang akan dibuat. Disini pemilihan layer disesuaikan dengan ada atau tidaknya kenampakan pada data JPEG. Sebagai contoh seperti layer rumah, sawah, sungai, jalan, hutan, dll. Setiap layer memiliki tipe data yang berbeda- beda seperti titik, garis atau polygon. Warna pada setiap layer diusahakan berbeda-beda dikarenakan untuk memudahkan proses Analisa nantinya. 3. Digitasi Proses ini merupakan proses inti dari konversi data raster ke data vector. Dikarenakan pada tahap ini akan diperoleh fitur-fitur baru yang sama seperti pada data JPEG tetapi mempunyai format data vector. Dalam proses digitasi usahakan setiap fitur tidak bertampalan dengan fitur yang lainnya ataupun kurang dalam mendigitasinya. 4. Topologi Setiap pekerjaan pasti memiliki yang namanya kesalahan. Oleh karena itu agar medapatkan hasil konversi yang bagus dan maksimal, diperlukan proses topologi. Proses ini nantinya akan memindai seluruh fitur yang telah dibuat dan melihat apakah ada kesalahan dalam proses digitasi. Setiap kesalahan tergantung dari penggunanya ingin melihat kesalahan yang mana. Dengan mengetahui kesalahan yang ada maka dapat langsung diperbaiki dengan tool yang ada. 5. Layout Proses yang paling penting adalah visualisasi data hasil konversi dalam sebuah peta. Setiap hasil dari digitasi pastinya nanti akan digunakan untuk tujuan tertentu tergantung dari perjanjian awalnya. Oleh karena itu pasti akan dibuat peta untuk memudakan dalam membaca data hasil konversi tersebut. Sebaiknya peta yang dihasilkan sesuai dengan kaidah kartografi yang sesuai dengan SNI yang telah ada. Konversi data telah selesai dilakukan hasilnya adalah peta vector berformat file SHP. Pada setiap konversi pasti memiliki kendala-kendala tersendiri tergantung dari file format yang akan dikonversikan. Biasanya akan terjadi error dikarenakan tidak sesuainya data yang dikonversikan ataupun tidak kompatiblenya aplikasi yang digunakan.