Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KELAS B

FORMAT DAN KONVERSI DATA GIS

MOCHAMAD THUFALL ADJIE P NRP 03311540000023

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2018
Format Data GIS
A. Data Vektor

1. SHP (Shape File)


Shape file adalah format data vector untuk menyimpan lokasi, bentuk, dan atribut
dari fitur geografis. SHP sendiri memiliki 4 jenis file yaitu, .shp, .shx, .dbf, dan .prj.
Format SHP dikeluarkan oleh perusahaan ESRI. Format ini dapat dibuka pada beberapa
aplikasi contohnya ArcGIS, QGIS, TileMill, dll. Pada salah satu jenis filenya yaitu .prj,
didalamnya terdapat informasi tentang proyeksi yang digunakan untuk mereferensi
koordinat.

2. DXF (Drawing Exchange Format)


Format data ini buatan dari AutoCAD, dimana merupakan format data open source
yang dapat digunakan untuk menukar antar AutoCAD dan aplikasi CAD yang berbasis
gambar vector. DXF hanya support ACII, tetapi dengan perkembangan produk,
sekarang dapat support ASCII dan bentuk binarynya. Format ini tidak mempunyai
topologi, tetapi mempunyai detail bagus pada gambar, ketebalan garis dan gayanya,
warna dan tulisan.
3. GeoJSON
GeoJSON adalah format data GIS yang berbasis pada JavaScript Object Notation
(JSON). Sebuah objek GeoJSON dapat merepresentasikan sebuah geometri, sebuah
fitur, atau sebuah kelompok fitur. GeoJSON dapat digunakan untuk beberapa tipe
geometri, titik, garis, polygon, multipoint, multipolygon, dan kelompok geometri.
GeoJSON merupakan tipe file yang dieksekusi disisi client side, jadi semakin banyak
data semakin berat loadingnya.
B. Data Raster

1. GEO-TIFF (Tagged Image File Formats)


TIFF atau biasa disebut GEO-TIFF adalah format data GIS yang berbentuk gambar.
Perbedaan dengan JPEG/PNG/GIF adalah pada format ini koordinat-koordinatnya
disimpan di dalam gambarnya. Jadi secara singkatnya format ini sudah tergeoreferensi.
Format data ini dapat digunakan diberbagai aplikasi GIS seperti ArcGIS, QGIS, dll.
2. JPEG (Joint Photograph Experts Group)
JPEG merupakan format gambar yang sudah biasa digunakan dalam file gambar.
Seperti halnya TIFF, PNG dan GIF, format ini juga memungkinkan untuk digunakan
dalam hal GIS dikarenakan format ini dapat menyimpan gambar yang nantinya gambar
tersebut dapat dikonversikan ke format data vector seperti SHP. Hampir semua aplikasi
GIS dapat menggunakan format data ini.
3. DEM (Digital Elevation Model)
Format data ini diproduksi oleh Nation Mapping Division dari USGS. DEM
merepresentasikan ketinggian permukaan bumi untuk penentuan posisi pada jarak
tertentu. DEM dapat dibuat serta dapat diperoleh tergantung dari penggunaanya.
Biasanya setiap aplikasi GIS pasti memiliki yang Namanya DEM dikarenakan DEM
ini sangat mudah untuk merepresentasikan sebuah bentuk permukaan bumi dengan
jelas.
Konversi Data GIS
Konversi data merupakan suatu hal dimana suatu format data diubah menjadi format
data yang lain. Informasi yang terdapat pada suatu format bisa saja hilang atau tetap ada
tergantung dari format data yang akan dihasilkan.
Berikut merupakan penjelasan konversi data dari data raster ke data vector. Yaitu
konversi format data JPEG menjadi format data SHP. Berikut tahapan konversinya :
1. Georeference
Pada dasarnya format data JPEG tidak memiliki data koordinat yang ada pada datanya,
melainkan hanya sebuah gambar raster saja. Oleh karena itu diperlukan yang Namanya
georeferenced yang memungkinkan untuk memasukan koordinat pada format data
JPEG agar sesuai dengan koordinat sebenanrnya.
2. Pembuatan Layer
Sebelum melakukan proses digitasi yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebaiknya
adalah menentukan layer-layer yang akan dibuat. Disini pemilihan layer disesuaikan
dengan ada atau tidaknya kenampakan pada data JPEG. Sebagai contoh seperti layer
rumah, sawah, sungai, jalan, hutan, dll. Setiap layer memiliki tipe data yang berbeda-
beda seperti titik, garis atau polygon. Warna pada setiap layer diusahakan berbeda-beda
dikarenakan untuk memudahkan proses Analisa nantinya.
3. Digitasi
Proses ini merupakan proses inti dari konversi data raster ke data vector. Dikarenakan
pada tahap ini akan diperoleh fitur-fitur baru yang sama seperti pada data JPEG tetapi
mempunyai format data vector. Dalam proses digitasi usahakan setiap fitur tidak
bertampalan dengan fitur yang lainnya ataupun kurang dalam mendigitasinya.
4. Topologi
Setiap pekerjaan pasti memiliki yang namanya kesalahan. Oleh karena itu agar
medapatkan hasil konversi yang bagus dan maksimal, diperlukan proses topologi.
Proses ini nantinya akan memindai seluruh fitur yang telah dibuat dan melihat apakah
ada kesalahan dalam proses digitasi. Setiap kesalahan tergantung dari penggunanya
ingin melihat kesalahan yang mana. Dengan mengetahui kesalahan yang ada maka
dapat langsung diperbaiki dengan tool yang ada.
5. Layout
Proses yang paling penting adalah visualisasi data hasil konversi dalam sebuah peta.
Setiap hasil dari digitasi pastinya nanti akan digunakan untuk tujuan tertentu tergantung
dari perjanjian awalnya. Oleh karena itu pasti akan dibuat peta untuk memudakan dalam
membaca data hasil konversi tersebut. Sebaiknya peta yang dihasilkan sesuai dengan
kaidah kartografi yang sesuai dengan SNI yang telah ada.
Konversi data telah selesai dilakukan hasilnya adalah peta vector berformat file SHP.
Pada setiap konversi pasti memiliki kendala-kendala tersendiri tergantung dari file format yang
akan dikonversikan. Biasanya akan terjadi error dikarenakan tidak sesuainya data yang
dikonversikan ataupun tidak kompatiblenya aplikasi yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai