Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI, METODE DAN TEHNIK PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN
Dalam proses pendidikan diperlukan suatu perhitungan tentang kondisi dan situasi dimana
proses tersebut berlangsung dalam jangka panjang. Dengan perhitungan tersebut, maka proses
pendidikan akan lebih terarah kepada tujuan yang hendak dicapai, karena segala sesuatunya telah
direncanakan secara matang.
Itulah sebabnya pendidikan memerlukan strategi yang menyangkut pada masalah
bagaimana melaksanakan proses pendidikan terhadap sasaran pendidikan dengan melihat situasi
dan kondisi yang ada dan bagaimana agar dalam proses tersebut tidak terdapat hambatan serta
gangguan baik internal maupun eksternal yang menyangkut kelembagaan atau lingkungan
sekitarnya.

II. RUMUSAN MASALAH


A. Strategi pembelajaran
B. Metode pembelajaran
C. Tehnik pembelajaran
D. Apa perbedaan antara strategi, metode dan tehnik pembelajaran ?

III. PEMBAHASAN
A. Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Pengertian strategi biasanya berkaitan dengan taktik(terutama banyak dikenal dalam
lingkungan militer).Taktik adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam
kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dalam proses
pendidikan, taktik tidak lazim digunakan, akan tetapi dipergunakan istilah metode atau tehnik.[1]
Strategi pembelajaran dapat ditinjau berdasarkan pengertian secara sempit dan pengertian
secara luas. Secara sempit strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan secara luas strategi pembelajaran dapat diberi
arti sebagai penerapan semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran
termasuk didalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan dan terhadap proses, hasil dan pengaruh
kegiatan pembelajaran.[2]
Sedangkan menurut Gerlach dan Ely(1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan
pembelajaran tertentu.
2. Pembagian Strategi
Berdasarkan kegiatan yang ditimbulkannya, strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu :
a. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik
Strategi yang berpusat pada peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian pembelajaran. Strategi ini menekankan bahwa peserta didik adalah pemegang peran
dalam proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi
untuk memfasilitasi peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran.[3]
b. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Pendidik
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah kegiatan pembelajaran yang
menekankan terhadap pentingnya aktivitas pendidik dalam mengajar atau membelajarkan peserta
didik, perencana, pelaksanaan dan penilaian proses serta hasil pembelajaran dilakukan dan
dikendalikan oleh pendidik. Sedangkan peserta didik berperan sebagai pengikut kegiatan yang
ditampilkan oleh pendidik.
3. Macam-macam Strategi Pembelajaran
Sebenarnya macam strategi itu ada banyak. Namun dalam hal ini akan dijelaskan 2 macam
strategi saja yaitu :
1. Strategi Pembelajaran PAIKEM
Pengertian PAIKEM, secara bahasa dan istilah dapat dijelaskan secara singkat,ia
merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan menyenangkan.
Istilah aktif,maksudnya pembelajaran adalah sebuah proses aktif membangun makna dan
pemahaman dari informasi, imu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri.
Istilah inovatif,dimaksudkan dalam proses pembelajaran diharapkan ide-ide baru atau
inovasi-inovasi positif yang lebih baik.
Istilah kreatif memiliki makna bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses
mengembangkan kreatifitas peserta didik, karena pada dasarnya setiap individu memilki imajinasi
dan rasa ingin tahu yang tidak pernah berhenti.
Istilah efektif,berarti bahwa model pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin
bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
Sedangkan istilah menyenangkan dimaksudkan bahwa proses pembelajaran harus
berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan ketika pendidik menerapkan PAIKEM adalah
sebagai berikut :
a. Memahami sifat peserta didik
b. Mengenal peserta didik secara perorangan.
c. Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam pengorganissasian belajar.
d. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masala.
e. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
f. Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar.
g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan.
h. Membedakan aktif fisik dengan aktif mental.
Ada beberapa setting kelas yang variatif dan dinamis dalam penerapan PAIKEM. Setting
atau formasi kelas ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen, Namun hanya
sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas. Jika meja dan kursi di ruang kelas dapat dengan
mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa formasi sesuai dengan
situasi dan kondisi yang diinginkan pendidik. Berikut ini formasi-formasi dalam penerapan
PAIKEM yaitu :
1. Formasi Huruf U
Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik dapat melihat guru
dan/atau media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan
yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat
karena guru dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi.
2. Formasi Corak Tim
Guru mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran di ruang kelas agar memungkinkan
peserta didik untuk melakukan interaksi tim. Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi
meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan,beberapa peserta didik harus
memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru,papan tulis
atau layar.
3. Meja Konferensi
Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk panjang. Susunan ini dapat mengurangi
peran penting peserta didik. Jika guru duduk di tengah-tengah sisi yang luas,para peserta didik di
ujung merasa tertutup.Guru juga dapat membentuk sebuah susunan meja konferensi dengan
menggabungkan beberapa meja kecil(di tengahnya biasanya kosong).
4. Formasi Lingkaran
Para peserta didik duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk melakukan
interaksi berhadapan-hadapan secara langsung.
5. Pengelompokkan Terpisah
Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan,guru dapat meletakkan meja-meja dan
kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Guru dpat
menempatkan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling
mengganggu. Tetapi hendaknya dihindari penempatan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari
ruang kelas,sehingga hubungan diantara peserta didik sulit dijaga.
6. Susunan Chevro (V)
Susunan V mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih
memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus.
7. Kelas Tradisional
Format atau setting kelas ini banyak digunakan dilembaga pendidikan manapun karena paling
mudah dan sederhana.
8. Auditorium/Aula
Formasi auditorium atau aula merupakan tawaran alternatif dalam menyusun ruang kelas.
Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas belajar aktiv , namun
hal ini dapat dicoba untuk dilakukan guru guna mengurangi kebosanan peserta didik yang terbiasa
dalm penataan ruang yang konvensional (tradisional).[4]
2. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar
belakang akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).Trategi pembelajaran
kooperaif yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan di anjurkan para ahli pendidikan untuk
digunakan.
Ada empat unsur penting dalam SPK yaitu :
1. Adanya peserta dalam kelompok
2. Adanya aturan kelompok
3. Adanya upaya belajar tiap kelompok
4. Adanya tujuan yang harus dicapai
SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu
1. Komponen tugas kooperatif (cooperative task)
2. Komponen Struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure).
Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam
menyelessaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang
membangkitkan motifasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.
Strategi ini dapat digunakan manakala :
1. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individual dalam belajar.
2. Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk memperoleh
keberhasilan belajar.
3. Jika guru ingin menanamkan,bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya dan belajar dari
bantuan orang lain.
4. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari
isi kurikulum.
5. Jika guru menghendki motifasi siswa dan menambah tingkat patisipasi mereka.
6. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalm memecahkan masalah dan
menemukan berbagai solusi pemecahan.
Ada beberapa karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu
a. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran koperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.Untuk itulah,kriteria
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya manajemen mempuny6ai empat fungsi pokok yaitu fungsi
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol.
c. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh karena
itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktifitas dan kegiatan yang
tergambarkan dalam ketermpilan bekerja sama.
Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif seperti :
a. Prinsip ketergantungan positif (Positive Interdependence)
b. Tanggung jawab perseorangan
c. Interaksi tatap muka
d. Partisipasi dan komunikasi
Selain itu, Pembelajaran kooperatif juga memiliki prosedur yang berprinsip pada empat
tahap,yaitu :
1. Penjelasan materi
2. Belajar dalam kelompok
3. Penilaian
4. Pengakuan tim
Keunggulan strategi pembelajaran kooperatif (SPK) :
1. Melalui SPK siswa tidak menggantungkan pada guru akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan beffikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa
yang lain.
2. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata
secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5. SPK merupakan suatu strtegi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemamppuan sosial.
6. SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya
sendiri,menerima umpan balik.Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat
salah karena keputusan yang dibuat aadalah tanggung jawab kelompoknya.
7. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar
abstrak menjadi nyata (riil).
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motifasi dan memberikan
rangsangan untuk berfikir.
Keterbatasan strategi pembelajaran kooperatif (SPK) :
1. Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau
kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative
learning.
2. Ciri utama SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer
teaching yang efektif, maka dibandingkan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar
yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
3. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian,
guru perlu menyadari,bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap
individu siswa.
4. Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode
waktu yang cukup panjang dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau
sekali-sekali penerapan strategi ini.
5. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa,
akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara
individual.[5]
4. Komponen Strategi Pembelajaran
Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran,
yaitu(1) kegiatan pembelajaran pendahuluan,(2) penyampaian informasi,(3) partisipasi peserta
didik,(4) tes,(5) kegiatan lanjutan.[6]
a. Kegiatan Pembelajaran pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan
memegang peranan penting. Pada bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik
atas materi pelajaran yang akan disampaikan.
b. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan yang paling penting
dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi
pembelajaran.
c. Partisipasi Peserta Didik
Bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif
melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah
ditetapkan.
d. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui tujuan pembelajaran
khusus telah tercapai atau belum dan pengetahuan sikap serta keterampilan telah benar-benar
dimiliki oleh peserta didik atau belum.

e. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah
dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Peserta didik seharusnya menerima
tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.

5. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran


Mager(1977:54) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih
strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut.[7]
a. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
b. Pilih tehnik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja
nanti(dihubungkan dengan dunia kerja)
c. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indra
peserta didik.

B. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani ”metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata
yaitu :metha” yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.Metode
berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.Dalam bahasa Arab metode
disebut “thoriqot”.
Sedangkan menurut Purwadaminta (1976),metode adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. The American Heritage mengemukakan
bahwa metode adalah “ A means or manner of procedure; Specially, a regular and systematic way
of accomplishing anything…Method emphasizes procedures according to a detailed, logically
orderedplan”(Moris,1976:826).Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode
adalah “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditemukan,[8]
Sehingga dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang harus dilalui untuk
menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pendidikan.

2. Klasifikasi Metode Pembelajaran


Secara garis besar metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Metode mengajar konvensional.
b. Metode mengajar inkonvensional.[9]
Metode mengajar konvensional yaitu metode mengajar yang lazim dipakai oleh guru atau
sering disebut metode tradisional. Sedangkan metode mengajar inkonvensional yaitu suatu tehnik
mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum, seperti metode
mengajar dengan modul, pengajaran berprogam, pengajaran unit, machine program, masih
merupakan metode yang baru dikembangkan dan diterapkan di beberapa sekolah tertentu yang
mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya. Berikut
beberapa metode-metode mengajar konvensional antara lain:
a. Metode ceramah
Metode ceramah ialah sebuah bentuk interaksi edukatif melalui penerangan dan penuturan
secara lisan oleh guru atau pendidik terhadap sekelompok pendengar (murid)
b. Metode diskusi
Metode diskusi ialah sebuah bentuk interaksi edukatif yang mempelajari bahan atau
penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya. Metode diskusi ini untuk
merangsang murid berfikir dan mengemukakan pendapat sendiri, serta ikut memberikan
sumbangan pikiran dalam satu masalah bersama yang terkandung banyak alternatif jawaban.
c. Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab ialah cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan
pertanyaan dan murid memberikan jawaban.
d. Metode demonstrasi dan eksperimen
Demonstrasi dan eksperimen merupakan metode interaksi edukatif yang sangat efektif
dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan sesuatu, apa unsur yang terkandung
di dalamnya, dan cara mana yang paling tepat dan sesuai, melalui pengamatan induktif.
e. Metode resitasi/pekerjaan rumah
Metode pekerjaan rumah adalah metode interaksi edukatif, dimana murid diberi tugas
khusus(sehubungan dengan bahan pelajaran) di luar jam-jam pelajaran. Dalam pelaksanaannya,
murid-murid dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah tetapi dapat dikerjakan juga di
perpustakaan, laboratorium, ruang-ruang praktikum dan lain sebagainya untuk kemudian
dipertanggung jawabkan kepada guru.
f. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok dalam proses belajar mengajar adalah kelompok kerja dari
kumpulan beberapa individu yang bersifat paedagogis yang di dalamnya terdapat adanya
hubungan timbal balik (kerja sama) antara individu serta saling percaya mempercayai.
g. Metode sosio-drama dan bermain peranan
Metode sosio-drama adalah metode mengajar dengan mendemonstrasikan cara bertingkah
laku dalam hubungan social sedangkan bermain peranan menekankan kenyataan dimana para
murid diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendemonstrasiakan masalah-masalah
social.
h. Metode karyawisata
Melalui karyawisata sebagai metode interaksi edukatif, murid dibawah bimbingan guru
mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan tujuan untuk belajar.
i. Metode drill/latihan siap
Metode latihan siap sebagai salah satu metode interaksi edukatif dalam pendidikan dan
pengajaran dilaksanakan dengan jalan melatih anak-anak (murid) t5erhadap bahan –bahan
pelajaran yang diberikan.
j. Metode sistem regu
Metode sistem regu (team teaching) ini ialah metode mengajar dimana dua orang guru
(atau lebih) bekerjasama mengajar sekelompok murid.[10]
Metode mengajar banyak sekali jenisnya, disebabkan oleh karena metode ini dipengaruhi
oleh banyak faktor, misalnya :
1. Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya.
2. Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya.
3. Situasi yang berbagai-bagai keadaannya.
4. Fasilitas yang berbagai kwalitas dan kwantitas.
5. Pribadi guru serta kemampuan profesionilnya yang berbeda-beda.[11]

C. Tehnik Pembelajaran
1. Pengertian Tehnik Pembelajaran
Menurut Morris(1976:1321), tehnik adalah “The systemic procedure by which a complex
scientific task is accomplished, or degree of skill or command of fundamentals exhibited in any
performance”. Batasan tersebut mengemukakan bahwa tehnik adalah prosedur yang sistematik
sebagai petunjuk untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang kompleks atau ilmiah, merupakan
tingkat keterampilan atau perintah untuk melakukan patokan-patokan dasar suatu penampilan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberi batasan bahwa tehnik adalah “cara (kepandaian, dsb)
membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan
seni (Moeliono,1990:915).Berdasarkan kedua batasan tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa
tehnik merupakan keterampilan dan seni( kiat) untuk melaksanakan langkah-langkah yang
sistematik dalam melakukan suatu kegiatan yang lebih luas atau metode.[12]
2. Macam-Macam Tehnik Pembelajaran
Tehnik-tehnik pembelajaran digolongkan oleh Knowles (1977;292-293) ke dalam tujuh
jenis. Pertama adalah tehnik penyajian (presentasi) yang mencakup : ceramah, siaran televise dan
videotape, film dan slide, debat, dialog, dan tanya jawab, symposium, panel, wawancara
kelompok, demonstrasi, percakapan, drama, rekaman, siaran radio, pementasan, kunjungan , dan
telaah bacaan. Kedua adalah tehnik pembinaan partisipasi peserta didik dalam kelompok besar
yang mencakup : Tanya jawab, forum, kelompok pendengar, panel bereaksi, kelompok buzz,
bermain peran dan panel berangkai. Ketigaadalah tehnik untuk diskusi yang mencakup antara lain
: diskusi terbimbing, diskusi buku, diskusi sokratik, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi
kasus. Keempat adalah tehnik-tehnik simulasi yang terdiri antara lain atas : bermain peran,
pemecahan masih kritis, studi kasus, dan pelatihan keranjang (basket) .Kelima adalah tehnik-
tehnik pelatihan kelompok T (sensitivity training).Keenam adalah tehnik-tehnik pelatihan tanpa
bicara.Ketujuh adalah tehnik-tehnik pelatihan keterampilan praktis dan kepelatihan. Singkatnya,
tehnik pembelajaran itu bervariasi, sedangkan penerapannya dapat dipilih dan ditetapkan sesuai
dengan metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan.[13]

D. Perbedaan antara Strategi, Metode, dan Tehnik Pembelajaran


Istilah strategi, metode, dan tehnik sering digunakan secara bergantian walaupun pada
dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Tehnik pembelajaran
seringkali disamakan dengan metode pembelajaran. Tehnik pembelajaran adalah jalan, alat, atau
media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang
ingin dicapai.
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam
menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaran lebih bersifat procedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan tehnik adalah cara
yang digunakan yang bersifat implementatif. Sedangkan strategi pembelajaran harus mengandung
penjelasan tentang metode prosedur dan tehnik yang digunakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Dengan perkataan lain, strategi pembelajaran mengandung arti yang lebih luas dari
metode dan tehnik. Artinya metode/prosedur dan tehnik pembelajaran merupakan bagian dari
strategi pembelajaran.
Hubungan antara strategi, tujuan dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai
suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi
pembelajaran, dan perumusan tujuan, yang kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai
metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung.[14]

IV. KESIMPULAN
1. Strategi pembelajaran adalah penerapan semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan
pembelajaran termasuk didalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan dan terhadap proses, hasil
dan pengaruh kegiatan pembelajaran. Berdasarkan kegiatan yang ditimbulkannya, strategi
pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik dan strategi yang berpusat pada pendidik. Sedangkan komponen strategi
pembelajaran, yaitu(1) kegiatan pembelajaran pendahuluan,(2) penyampaian informasi,(3)
partisipasi peserta didik,(4) tes,(5) kegiatan lanjutan. Strategi pembelajaran juga mempunyai
kriteria-kriteria untuk memilihnya,
2. Metode pembelajaran adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar
tercapai tujuan pendidikan. Secara garis besar metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi 2
bagian yaitu : Metode mengajar konvensional dan Metode mengajar inkonvensional.
3. Tehnik pembelajaran adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan
kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai. Tehnik pembelajaran memiliki beberapa
macam salah satunya tehik penyajian (presentasi) yang mencakup : ceramah, siaran televise dan
videotape, film dan slide, debat, dialog, dan tanya jawab, symposium, panel, wawancara
kelompok, demonstrasi, percakapan, drama, rekaman, siaran radio, pementasan, kunjungan , dan
telaah bacaan.
4. Antara strategi, metode, dan tehnik pembelajaran memiliki perbedaan. Strategi pembelajaran
mengandung arti yang lebih luas dari metode dan tehnik. Artinya metode/prosedur dan tehnik
pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran.

V. ANALISIS
Dari penjelasan makalah di atas, dapat dianalisis bahwa dalam pembelajaran itu
memerlukan strategi, metode, dan tehnik pembelajaran. Hubungan antara ketiganya itu dapat
digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan belajar.
Walaupun ketiganya tersebut hampir sama namun sebenarnnya memiliki perbedaan
tersendiri.Kalau metode merupakan cara untuk melakukan suatu pembelajaran agar lebih tepat dan
sesuai situasi peserta didik,maka perlu juga diatur ketepatan penggunaan metode, tehnik dan
strategi penerapan metode. Andai saja metode itu sebenarnya sudah baik tetapi karena kurang
tepatnya penerapan metode maka hasil pembelajarannya pun akan kurang maksimal.
Lain halnya dengan strategi.Strategi di sini berfungsi mengatur ketepatan penggunaan
berbagai metode dalam pembelajaran tersebut. Jadi seorang pendidik di samping harus menguasai
berbagai metode pembelajaran dia juga harus menguasai tehnik dan strategi agar metode yang
telah dikuasainya itu bisa diterapkan dengan tepat dalam suatu pembelajaran. Karena begitu
pentingnya pembelajaran bagi peserta didik dalam kehidupannya maka menjadi penting pulalah
agar proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien.
Sebagai seorang pendidik senantiasa dituntut untuk mampu menciptakan iklim belajar
mengajar yang kondusif serta dapat memotifasi siswa dalam belajar mengajar yang akan
berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal. Meski dalam
pembelajaran peran peserta didik sangat dominan, tetapi pendidik tetap saja menjadi penentu
suksesnya suatu pembelajaran. Bahkan seringkali guru dijadikan salah satu personal yang
bertanggung jawab terhadap pembelajaran. Walaupun sebenarnya keberhasilan pembelajaran di
sisi lain juga dipengaruhi oleh strategi, metode, dan tehnik pembelajaran yang tertata dan teratur.

VI. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat pemakalah sampaikan. Pemakalah menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
pemakalah harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kita
semua. Terima kasih
Pendekatan dan Metode
Pembelajaran dalam
Kurikulum 2013
Posted on 20 Januari 2013 by AKHMAD SUDRAJAT — 103 Komentar

Pendekatan dan Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013


Dalam draft Pengembangan Kurikulum 20013 diisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang
dikehendaki adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak,
melihat, membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Disebutkan
pula, bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah proses pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang
kontekstual. (Sumber: Pengembangan Kurikulum 20013, Bahan Uji Publik, Kemendikbud).
Apakah ini sesuatu yang baru dalam pendidikan kita? Saya meyakini, secara konseptual proses
pembelajaran yang ditawarkan dalam Kurikulum 2013 ini bukanlah hal baru. Jika kita
cermati kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP), pada dasarnya menghendaki proses
pembelajaran yang sama seperti apa yang tersurat dalam Kurikulum 2013 di atas. Pada periode KBK
dan KTSP, kita telah diperkenalkan atau bahkan kebanjiran dengan aneka konsep pembelajaran
mutakhir, sebut saja: Pembelajaran Konstruktivisme, PAKEM, Pembelajaran Kontekstual, Quantum
Learning, Pembelajaran Aktif, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Pembelajaran Inkuiri, Pembelajaran
Kooperatif dengan aneka tipenya, dan sebagainya.
Jika dipersandingkan dengan Kurikulum 2013, konsep-konsep pembelajaran tersebut pada intinya
tidak jauh berbeda. Permasalahan muncul ketika ditanya, seberapa jauh konsep-konsep pembelajaran
mutakhir tersebut telah terimplementasikan di lapangan?

Berikut ini sedikit cerita saya tentang contoh kasus implementasi pembelajaran mutakhir selama
periode KBK dan KTSP, yang tentunya tidak bisa digeneralisasikan. Dalam berbagai kesempatan
saya sering berdiskusi dengan beberapa teman guru, dengan mengajukan pertanyaan kira-kira
seperti ini:

“Anggap saja dalam satu semester terjadi 16 kali pertemuan tatap muka, berapa kali Anda melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan konsep pembelajaran mutakhir?”
Jawabannya beragam, tetapi sebagian besar tampaknya cenderung menjawab bahwa pendekatan
yang sering digunakan adalah pendekatan pembelajaran konvensional dengan kekuatan intinya pada
penggunaan metode ceramah (Chalk and Talk Approach).

Berkaitan dengan permasalahan implementasi pendekatan dan metode pembelajaran mutakhir dalam
KBK dan KTSP, setidaknya saya melihat ada 2 (dua) sisi permasalahan yang berbeda, tetapi tidak
bisa dipisahkan:

1. Masalah keterbatasan keterampilan (kemampuan).


Untuk masalah yang pertama ini dapat dibagi ke dalam dua kategori: (a) kategori berat, yaitu mereka
yang menunjukkan ketidakberdayaan. Jangankan untuk mempraktikan jenis-jenis pembelajaran
mutakhir, mengenal judulnya pun tidak. Yang ada dibenaknya, ketika mengajar dia berdiri di depan
kelas – atau bahkan hanya duduk di kursi guru- sambil berbicara menyampaikan materi pelajaran
mulai dari awal sampai akhir pelajaran, sekali-kali diselingi dengan tanya jawab. Itulah yang
dilakukannya secara terus menerus sepanjang tahun; dan (b) kategori sedang. Relatif lebih baik dari
yang pertama, mereka sudah mengetahui jenis-jenis pembelajaran mutakhir tetapi mereka masih
mengalami kebingungan dan kesulitan untuk menerapkannya di kelas, mereka bisa mempraktikan
satu atau dua metode pembelajaran mutakhir tetapi dengan berbagai kekurangan di sana-sini.
2. Masalah keterbatasan motivasi (kemauan).
Untuk masalah yang kedua ini, pada umumnya dari sisi kemampuan tidak ada keraguan. Mereka
sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pembelajaran mutakhir yang lumayan, tetapi
sayangnya mereka kerap dihinggapi penyakit keengganan untuk mempraktikannya. Mereka
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari berbagai pelatihan dan workshop yang diikutinya.
Sepulangnya dari kegiatan pelatihan, semangat mereka berkobar-kobar, nge-full bak batere HP yang
baru di-charge, tetapi lambat laun semangatnya memudar dan akhirnya padam, kembali
menggunakan cara-cara lama. Hasil pelatihan pun akhirnya menjadi sia-sia.
Kembali kepada persoalan Pendekatan dan Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Pemerintah
saat ini telah menyiapkan strategi pelatihan bagi guru-guru untuk kepentingan implementasi Kurikulum
2013. Hampir bisa dipastikan, salah satu materi yang diberikan dalam pelatihan ini yaitu berkaitan
dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan pendekatan
dan metode pembelajaran yang sejalan dengan Kurikulum 2013.

Pelatihan untuk penguatan keterampilan guru tentang teknis pembelajaran memang penting. Kendati
demikian saya berharap dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 ini, tidak hanya bertumpu pada
sisi keterampilan saja, tetapi seyogyanya dapat menyentuh pula aspek motivasional. Dalam arti, perlu
ada upaya-upaya tertentu untuk membangun kemauan dan komitmen guru agar dapat menerapkan
secara konsisten berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan
Kurikulum 2013. Bagi saya, upaya menanamkan dan melanggengkan motivasi dan komitmen ini tidak
kalah penting atau bahkan mungkin lebih penting dari sekedar menanamkan kemampuan.

Jika ke depannya kita bisa secara konsisten menerapkan berbagai pendekatan dan metode
pembelajaran yang sejalan dengan Kurikulum 2013, niscaya kehadiran Kurikulum 2013 akan lebih
dirasakan manfaatnya. Dan tampak disini pula letak perbedaan yang sesungguhnya antara Kurikulum
2013 dengan Kurikulum sebelumnya. Tetapi jika tidak, lantas apa bedanya antara Kurikulum 2013
dengan Kurikulum sebelumnya?

Anda mungkin juga menyukai