Anda di halaman 1dari 19

Status Psikiatri

Nama : Adinda Elisabeth Sugio NIM : 11.2014.238 FK UKRIDA


Dokter Pembimbing : Tanda Tangan:
dr. Ismoyo Putri U, Sp.KJ
dr. Ayesha Devina, Sp.KJ

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : An.RM
Tempat dan Tanggal Lahir : Bekasi , 21 Juni 2001
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Bangsa/Suku : Indonesia/Sunda
Agama : Islam
Alamat : Bekasi
Tanggal Masuk RSJSH : 29 Agustus 2016
Ruang Perawatan : Ruang Anak
Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga : Diantar Keluarga

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis
 Tanggal 11 September 2016, pukul 16:30, di Bangsal Anak Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.
 Tanggal 12 September 2016, pukul 10:00, di Bangsal Anak Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.
 Tanggal 12 September 2016, pukul 16:00, di Bangsal Anak Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.

1
Alloanamnesis
 Tanggal 11 September2016, pukul 16.00, kepada ayah pasien, via telepon.

A. Keluhan Utama
Tidak mau makan dan minum sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan pada tanggal
29 Agustus 2016 diantar oleh keluarganya dengan keluhan tidak mau makan dan
minum sejak tiga hari terakhir. Pasien tidak mau makan dan minum karena
meyakini bahwa makanan yang disediakan kedua orang tuanya sudah basi, dan
minuman yang disediakan mengandung racun. Setiap dipaksa untuk makan,
pasien akan mengamuk.
Saat ditemui di bangsal Anak RSJSH pasien tampak tenang, kooperatif dan
mau menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan pada pasien. Pasien
mengetahui saat ini pasien ada dimana dan tahu dibawa ke RSJSH karena tidak
mau makan, merasa sakit jiwa namun tidak tahu mengapa dirinya sakit jiwa.
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mengingat alasan mengapa dirinya
dirawat, pasien hanya mengetahui bahwa dirinya sakit jiwa. Pasien mengatakan
bahwa dirinya ingin bertobat karena merasa melakukan kesalahan tetapi pasien
tidak mau menceritakan kesalahannya. Dikatakan pasien awalnya dirinya
bersekolah di pesantren di kudus. Namun pasien mengatakan dirinya tidak
nyaman karena gurunya menggunakan bahasa jawa dan peraturan di pesantren
sangat ketat. Semenjak saat itu pasien merasa sedih dan mengurung diri.
Beberapa hari kemudian, pasien juga mendengar bisikan yang menyuruhnya
untuk sedih dan menangis. Pasien mengatakan bahwa dirinya sulit tidur namun
tidak tahu penyebabnya, tidak nafsu makan, dan malas utuk melakukan kegiatan.
Saat ayah pasien dihubungi lewat telpon, ayah pasien mengatakan anaknya
memang dibawa ke RSJSH pada tanggal 29 Agustus 2016. Awalnya memang

2
dengan keluhan tidak mau makan dan minum sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, karena menanggap bahwa makanannya basi, dan minumnya sudah
diracuni, dan apabila dipaksa untuk makan, pasien akan mengamuk. Pasien mulai
berperilaku aneh sejak tiga minggu sebelum masuk rumah sakit . Awalnya pasien
dibawa untuk bersekolah di pesantren yang berada di Kudus. Pasien dari awal
sudah merasa tidak nyaman berada di lingkungan sekolah itu, ditambah dengan
guru di pesantren yang berbahasa jawa sehingga pasien tidak mengerti apa yang
diucapkan oleh guru dan teman temannya. Pada awalnya pasien ditemani oleh
ayahnya, ketika ayah pasien pulang, pasien berkali kali menangis minta dijemput
pulang. Ayah dan ibunya beranggapan bahwa hal tersebut adalah hal biasa dan
pasien perlu beradaptasi. Namun setelah seminggu, orang tua pasien diberi tahu
oleh guru di pesantren bahwa pasien sering terlihat diam dan tidak tidur .
Akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke Jakarta, namun
kondisi pasien semakin memburuk karena sering mendengar bisikan yang
menyuruhnya untuk menangis, menjadi pemurung, dan akhirnya tidak mau
makan dan minun. Akhirnya pasien dibawa ke RSJSH. Menurut ayah pasien,
pasien merupakan anak yang pendiam, susah bergaul, dan hanya memiliki
beberapa teman. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah melukai
orang lain maupun diri sendiri. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada riwayat
trauma, kejang, ataupun penggunaan narkoba.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Saat ayah pasien dihubungi lewat telpon, ayah pasien mengatakan
anaknya tidak pernah mengalami gangguan kejiwaan sebelumnya.

2. Riwayat Gangguan Medik

3
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang serius saat
kecil, tidak pernah dirawat di rumah sakit dan dioperasi sebelumnya. Pasien
tidak pernah kejang sebelumnya. Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan
atau trauma pada kepala yang menyebabkan pasien pingsan atau mengalami
penurunan kesadaran.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak memiliki riwayat minum alkohol maupun penggunaan
narkoba.

4. Riwayat Gangguan Sebelumnya


- Juli 2016 : Pasien mulai bersekolah SMA di pesantren di Kudus. Pada minggu
pertama pasien masih ditemani orang tua. Namun minggu selanjutnya setelah
orang tua pasien pulang, pasien mulai tidak betah dan ingin segera pulang
kerumah . Pasien mulai suka berdiam diri, tidak bergaul dengan teman –
temannya, tidak mau makan.
- Agustus 2016 : Pasien dibawa kembali oleh orang tuanya ke Bekasi, pasien
menjadi lebih pendiam dan murung, mendengar bisikan yang menyuruhnya
untuk menangis dan bersedih sehingga pasien terus menerus menangis. Pasien
juga tidak mau makan sama sekali selama dua hari terakhir karena meyakini
bahwa makanannya sudah basi dan minumannya sudah diracuni

4
Tingkat Keparahan
Gangguan

Agustus 2016

Pasien dibawa kembali oleh orang tuanya ke Bekasi, pasien menjadi


lebih pendiam dan murung, mendengar bisikan yang menyuruhnya
untuk menangis dan bersedih sehingga pasien terus menerus
Waktu
menangis. Pasien juga tidak mau makan sama sekali selama dua hari
terakhir karena meyakini bahwa makanannya sudah basi dan
minumannya sudah diracuni

Juli 2016
Pasien mulai bersekolah SMA di pesantren di Kudus. Pada minggu pertama
pasien masih ditemani orang tua. Namun minggu selanjutnya setelah orang
tua
pasien pulang, pasien mulai tidak betah dan ingin segera pulang kerumah .
Pasien mulai suka berdiam diri, tidak bergaul dengan teman – temannya,
tidak mau makan.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

5
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang direncanakan
dan diinginkan oleh orangtuanya. Pasien lahir spontan, ditolong bidan. Pasien
lahir dalam keadaan sehat dan langsung menangis. Riwayat komplikasi
kelahiran, trauma, dan cacat bawaan disangkal.

2. Riwayat Perkembangan Kepribadian


a. Masa Kanak Awal (0–3 tahun)
Dikatakan ayah pasien, bahwa pasien bertumbuh dengan normal, tidak
ada keterlambatan dalam pertumbuhan.
b. Masa Kanak Pertengahan (3–11 tahun )
Pasien senang bermain dengan teman-temannya di sekolah maupun di
dekat rumahnya. Pasien mengatakan bahwa ia dirawat dan dibesarkan oleh
kedua orangtuanya..
Masa Kanak Akhir ( Pubertas dan Remaja )
Pasien sekolah hingga lulus SMP. Semasa sekolah suka bergaul
dengan teman temannya meskipun pasien agak pendiam. Pasien tidak
merokok maupun menggunakan narkoba/

3. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan hingga bangku pendidikan SMP. Pasien
mengawali kegiatan sekolah saat berusia 6 tahun. Pasien menyelesaikan
pendidikan SMP selama 3 tahun tanpa kendala yang berarti. Setelah itu pasien
melanjutkan di SMA pesantren namun tidak merasa cocok dengan guru dan
peraturan yang terlalu ketat.

4. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengatakan tidak pernah bekerja di perusahaan atau instansi
tertentu. Pasien hanya mengurus anak dan rumah.
5. Kehidupan Beragama

6
Pasien beragama Islam, pasien mengaku saat di rumah rajin beribadah
seperti sholat dan mengaji.
6. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual
Pasien belum menikah
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak
pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.
8. Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya selama ini cukup baik.

E. Riwayat Keluarga
Genogram Keluarga:

7
: laki-laki

: perempuan

: pasien

: meninggal dunia

F. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien mengatakan dirinya mengalami gangguan jiwa . Pasien
mengatakan bahwa dirinya ingin segera pulang dan kembali bersama
keluarganya.

III. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 25 Agustus 2016)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang perempuan usia 15 tahun tampak sesuai dengan usianya,
mengenakan seragam RSJSH atasan dan bawahan berwarna biru, dan memakai
sandal. Pasien terlihat kurus. Tingginya sekitar 150 cm. Tampak cukup rapi dan
perawatan diri tampak cukup baik. Pasien berambut hitam.
2. Kesadaran
Kesadaran: compos mentis, pasien tampak sadar penuh saat dilakukan
wawancara.
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
a. Sebelum Wawancara

8
Pasien sedang duduk .
b. Selama Wawancara
Pasien duduk dengan tenang di samping pemeriksa, dan menatap wajah
pemeriksa saat diajak berbicara. Tidak terdapat perlambatan gerakan, kejang,
maupun kekakuan gerakan. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik
oleh pasien.
c. Sesudah Wawancara
Pasien menjabat tangan pemeriksa saat diminta bersalaman untuk mengakhiri
percakapan dan mengucapkan terima kasih, lalu meminta izin untuk makan.
Pasien tidak menunjukkan perilaku atau gerakan yang tidak lazim.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif dan sopan.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara: Lancar, pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan
dengan baik. Bicara pasien spontan, artikulasi jelas, intonasi dan volume cukup.
b. Gangguan berbicara: Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.

B. Alam Perasaan (Emosi)


1. Mood : Eutim (riwayat hipotim)
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Serasi
C. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi : Auditorik Commanding ( Pasien mengatakan ada suara
yang berbisik menyuruh dirinya untuk menangis).
b) Ilusi : Tidak ada
c) Depersonalisasi : Tidak ada
d) Derealisasi : Tidak ada
D. Proses Pikir
1. Arus Pikir

9
a. Produktifitas : Cukup ide
b. Kontinuitas : Koheren
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : pasien berkata ingin pulang
b. Waham : Waham rujukan (+),Pasien tidak mau makan dan minum
karena meyakini bahwa makanannya sudah basi dan minumnya mengandung
racun.
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada

E. Fungsi Intelektual
1. Taraf Pendidikan SMA

2. Pengetahuan Umum Baik (pasien mengetahui nama Presiden Indonesia saat ini).

3. Kecerdasan Rata-rata

4. Konsentrasi dan Konsentrasi baik (saat diajak berhitung 100 dikurangi 5,


Perhatian pasien dapat menjawab dengan benar).
Perhatian baik (pasien tidak mudah teralih perhatiannya
terhadap kegiatan atau orang yang lewat didepannya, atau
terhadap benda yang menarik perhatiannya)
5. Orientasi
- Waktu Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam
hari).
- Tempat Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ
Soeharto Heerdjan Grogol).

- Orang Baik (pasien mengetahui sedang diwawancara oleh dokter


muda).

10
6. Daya Ingat
- Jangka Baik (pasien dapat mengingat tempat sekolah pasien; SD
Panjang ,SMP, SMA).
- Jangka Baik (pasien mengingat menu makan pagi dan kegiatan
Pendek yang yang dilakukannya pagi tadi di RS).
- Segera Baik (pasien dapat mengingat nama dokter muda yang
mewawancarai).
7. Pikiran Abstrak Baik (pasien dapat menyebutkan perbedaan dan persamaan
antara bola dan jeruk).
8. Visuospasial Baik (pasien dapat menggambar jam yang waktunya
ditentukan oleh pemeriksa).
9. Kemampuan Baik (pasien bisa makan, mandi, dan berpakaian sendiri).
Menolong Diri

F. Pengendalian Impuls
Baik (saat diwawancara pasien tampak tenang, sopan, dan bersikap kooperatif).

G. Daya Nilai
 Daya Nilai Sosial
Baik (Pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada teman-temannya selama
di ruangan, pasien juga bersikap baik kepada perawat dan dokter, dan
mengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan yang tidak baik).
 Uji Daya Nilai
Baik (pasien mengatakan bila ia menemukan dompet di jalan, ia akan mengantar
dompet itu ke kantor polisi terdekat).
 Daya Nilai Realita
Terganggu (halusinasi auditorik, waham rujukan).
H. Tilikan
Derajat 4 (pasien menyadari bahwa dirinya sakit jiwa, namun tidak tahu sakit
jiwa apa).

11
I. Reliabilitas : Dapat dipercaya

IV. STATUS FISIK


A. Status Internus
Keadaan Umum : Baik, tampak tenang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 76x/ menit
Suhu : 36,1 oC
Pernafasan : 20 x/ menit
Kulit : Coklat sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik,
kelembaban normal,.efloresensi primer/sekunder (-)
Kepala : Normocephali, rambut warna hitam, pendek dan lurus,
distribusi merata
Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak ...langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-,
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung
(-), sekret -/-.
Telinga : Sekret -/-, membran timpani intak +/+, nyeri tekan -/-.
Mulut : Bibir kecoklatan, agak kering, sianosis (-), trismus (-),
Lidah : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-).
Gigi geligi : dalam batas normal
Uvula : Letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba .
Membesar.
Thorax

12
 Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, efloresensi primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi
abnormal (-), gerak napas simetris, irama teratur, retraksi suprasternal (-).
Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1 – S2 reguler, murmur -, gallop –
Abdomen
Inspeks : Bentuk datar, efloresensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, shifting
dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar, balotemen (-)
Ekstremitas
-Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
-Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
Genitalia : Tidak diperiksa karena tidak ada indikasi

B. Status Neurologis
1. Saraf kranial (I-XII) : Baik
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
3. Refleks fisiologis : (+) normal
4. Refleks patologis : Tidak ada
5. Motorik : Baik

13
6. Sensorik : Baik
7. Fungsi luhur : Baik
8. Gangguan khusus : Tidak ada
9. Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus
otot (N), tremor (-), distonia (-), disdiadokokinesis (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperkenankan melihat status pasien

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan pada tanggal
29 Agustus 2016 diantar oleh keluarganya dengan keluhan tidak mau makan dan
minum sejak dua hari terakhir. Pasien tidak mau makan dan minum karena
meyakini bahwa makanan yang disediakan kedua orang tuanya sudah basi, dan
minuman yang disediakan mengandung racun. Setiap dipaksa untuk makan,
pasien akan mengamuk
Saat ditemui di bangsal Anak RSJSH pasien tampak tenang, kooperatif dan
mau menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan pada pasien. Pasien
mengatakan bahwa dirinya tidak mengingat alasan mengapa dirinya dirawat,
pasien hanya mengetahui bahwa dirinya sakit jiwa. Pasien mengatakan bahwa
dirinya ingin bertobat karena merasa melakukan kesalahan tetapi pasien tidak
mau menceritakan kesalahannya. Dikatakan pasien awalnya dirinya bersekolah
di pesantren di kudus. Namun pasien mengatakan dirinya tidak nyaman karena
gurunya menggunakan bahasa jawa dan peraturan di pesantren sangat ketat.
Semenjak saat itu pasien merasa sedih dan mengurung diri. Beberapa hari
kemudian, pasien juga mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk sedih dan
menangis. Pasien mengatakan bahwa dirinya sulit tidur namun tidak tahu
penyebabnya, tidak nafsu makan, dan malas utuk melakukan kegiatan.

14
Saat ayah pasien dihubungi lewat telpon, ayah pasien mengatakan anaknya
memang dibawa ke RSJSH pada tanggal 29 Agustus 2016. Pasien mulai
berperilaku aneh sejak tiga minggu sebelum masuk rumah sakit . Awalnya pasien
dibawa untuk bersekolah di pesantren yang berada di Kudus. Pasien dari awal
sudah merasa tidak nyaman berada di lingkungan sekolah itu, ditambah dengan
guru di pesantren yang berbahasa jawa sehingga pasien tidak mengerti apa yang
diucapkan oleh guru dan teman temannya. Pada awalnya pasien ditemani oleh
ayahnya, ketika ayah pasien pulang, pasien berkali kali menangis minta dijemput
pulang. Ayah dan ibunya beranggapan bahwa hal tersebut adalah hal biasa dan
pasien perlu beradaptasi. Akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa
pasien ke Jakarta, namun kondisi pasien semakin memburuk karena sering
mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk menangis, menjadi pemurung, dan
akhirnya tidak mau makan dan minun. Akhirnya pasien dibawa ke RSJSH.
Menurut ayah pasien, pasien merupakan anak yang pendiam, susah bergaul, dan
hanya memiliki beberapa teman. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak
pernah melukai orang lain maupun diri sendiri. Ibu pasien mengatakan anaknya
tidak ada riwayat trauma, kejang, ataupun penggunaan narkoba.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


 Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan
kedalam:
Gangguan kejiwaan karena adanya:
 Gangguan/hendaya dan disabilitas: pada saat awal masuk didapati
hendaya dalam fungsi sosial dan hendaya fungsi sehari-hari.
 Distress/penderitaan: pada saat awal masuk gelisah, menangis.
1. Gangguan merupakan gangguan fungsional karena :
 Tidak ada gangguan kesadaran neurologis.

15
 Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik,
infeksi, penyakit vaskuler, neoplasma).
 Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif.
2. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang
dibuktikan dengan adanya:
 Halusinasi auditorik commanding : pasien mengatakan mendengar suara
yang meyuruhnya untuk menangis dan bersedih.
 Waham rujukan: Pasien tidak mau makan dan minum karena meyakini
bahwa makanannya sudah basi dan minumnya mengandung racun..

4. Episode Depresi ini termasuk tipe berat dengan gejala psikotik karena:
 Memenuhi kriteria umum depresi. (Gejala utama & Gejala lainnya)
 Disertai waham dan halusinasi.
 Terdapat gangguan afektif yang tidak menonjol.
 Gejala sudah berlangsung selama lebih dari dua minggu.

 Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental


Butuh eksplorasi lebih lanjut
 Aksis III : Kondisi Medis Umum
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan
sehingga aksis III tidak ada diagnosis.
 Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan
Dari anamnesis, pasien memiliki masalah dengan lingkungan sosial
 Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current: 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
social, pekerjaan, sosial).
GAF saat masuk RS : 30-21 (disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai,
tidak mampu berfungsi hampir semua bidang).

16
GAF HLPY: 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian biasa).

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


 Aksis I : F 32.3 Episode Depresif
 Aksis II : butuh eksplorasi lebih lanjut
 Aksis III : Tidak ada diagnosis
 Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
 Aksis V : GAF current : 80 - 71
GAF saat masuk RS : 30 - 21
GAF HLPY : 90 - 81

IX. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologi : Tidak ada
B. Psikologik : halusinasi auditorik commanding, waham rujukan
C. Sosiobudaya : Tidak ada

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam (tidak ada tanda gangguan mental organik).
Quo ad functionam : Dubia ad bonam (pasien dan keluarganya cukup
pengetahuannya tentang penyakit yang dialami, pentingnya
minum obat,).
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam (kesadaran mengenai penyakit dan resiko
kekambuhan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Faktor Yang Memperingan:
 Adanya dukungan dari keluarga untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

b. Faktor Yang Memperberat:

17
 Pasien tidak dapat beradaptasi ke suatu lingkungan dengan baik

XI. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
 Untuk mengurangi gejala psikotik
 Untuk observasi lebih lanjut

2. Psikofarmaka
 Risperidone 2x2 mg PO
 Fluoxetine 1 x 20 mg PO
 Trihexyphenidyl (THP) 2x2 mg PO (bila perlu)

3. Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga


Dilakukan psikoedukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang
dialami pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang diberikan,
pilihan obat, efek samping pengobatan dan prognosis penyakit.

4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien
 Ventilasi : pasien diberikan kesempatan untuk meluapkan isi hatinya.
 Sugesti : menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya
akan hilang atau dapat dikendalikan.
 Reassurance : memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat sangat
penting untuk menghilangkan halusinasi.
 Psikoedukasi pada keluarga pasien

18
 Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan
kepada keluarga agar tetap memberi dukungan untuk pulih.
 Me-reedukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta
dalam mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan
kontrol rutin setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaiki kualitas
hidup pasien.

5. Sosioterapi
 Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psiokososial berupa latihan
keterampilan sosial di RSJSH (daycare).
 Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan orang lain.

19

Anda mungkin juga menyukai