Adinda - Case Ujian
Adinda - Case Ujian
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : An.RM
Tempat dan Tanggal Lahir : Bekasi , 21 Juni 2001
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Bangsa/Suku : Indonesia/Sunda
Agama : Islam
Alamat : Bekasi
Tanggal Masuk RSJSH : 29 Agustus 2016
Ruang Perawatan : Ruang Anak
Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga : Diantar Keluarga
1
Alloanamnesis
Tanggal 11 September2016, pukul 16.00, kepada ayah pasien, via telepon.
A. Keluhan Utama
Tidak mau makan dan minum sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
2
dengan keluhan tidak mau makan dan minum sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, karena menanggap bahwa makanannya basi, dan minumnya sudah
diracuni, dan apabila dipaksa untuk makan, pasien akan mengamuk. Pasien mulai
berperilaku aneh sejak tiga minggu sebelum masuk rumah sakit . Awalnya pasien
dibawa untuk bersekolah di pesantren yang berada di Kudus. Pasien dari awal
sudah merasa tidak nyaman berada di lingkungan sekolah itu, ditambah dengan
guru di pesantren yang berbahasa jawa sehingga pasien tidak mengerti apa yang
diucapkan oleh guru dan teman temannya. Pada awalnya pasien ditemani oleh
ayahnya, ketika ayah pasien pulang, pasien berkali kali menangis minta dijemput
pulang. Ayah dan ibunya beranggapan bahwa hal tersebut adalah hal biasa dan
pasien perlu beradaptasi. Namun setelah seminggu, orang tua pasien diberi tahu
oleh guru di pesantren bahwa pasien sering terlihat diam dan tidak tidur .
Akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke Jakarta, namun
kondisi pasien semakin memburuk karena sering mendengar bisikan yang
menyuruhnya untuk menangis, menjadi pemurung, dan akhirnya tidak mau
makan dan minun. Akhirnya pasien dibawa ke RSJSH. Menurut ayah pasien,
pasien merupakan anak yang pendiam, susah bergaul, dan hanya memiliki
beberapa teman. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah melukai
orang lain maupun diri sendiri. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada riwayat
trauma, kejang, ataupun penggunaan narkoba.
3
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang serius saat
kecil, tidak pernah dirawat di rumah sakit dan dioperasi sebelumnya. Pasien
tidak pernah kejang sebelumnya. Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan
atau trauma pada kepala yang menyebabkan pasien pingsan atau mengalami
penurunan kesadaran.
4
Tingkat Keparahan
Gangguan
Agustus 2016
Juli 2016
Pasien mulai bersekolah SMA di pesantren di Kudus. Pada minggu pertama
pasien masih ditemani orang tua. Namun minggu selanjutnya setelah orang
tua
pasien pulang, pasien mulai tidak betah dan ingin segera pulang kerumah .
Pasien mulai suka berdiam diri, tidak bergaul dengan teman – temannya,
tidak mau makan.
5
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang direncanakan
dan diinginkan oleh orangtuanya. Pasien lahir spontan, ditolong bidan. Pasien
lahir dalam keadaan sehat dan langsung menangis. Riwayat komplikasi
kelahiran, trauma, dan cacat bawaan disangkal.
3. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan hingga bangku pendidikan SMP. Pasien
mengawali kegiatan sekolah saat berusia 6 tahun. Pasien menyelesaikan
pendidikan SMP selama 3 tahun tanpa kendala yang berarti. Setelah itu pasien
melanjutkan di SMA pesantren namun tidak merasa cocok dengan guru dan
peraturan yang terlalu ketat.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengatakan tidak pernah bekerja di perusahaan atau instansi
tertentu. Pasien hanya mengurus anak dan rumah.
5. Kehidupan Beragama
6
Pasien beragama Islam, pasien mengaku saat di rumah rajin beribadah
seperti sholat dan mengaji.
6. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual
Pasien belum menikah
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak
pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.
8. Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya selama ini cukup baik.
E. Riwayat Keluarga
Genogram Keluarga:
7
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal dunia
8
Pasien sedang duduk .
b. Selama Wawancara
Pasien duduk dengan tenang di samping pemeriksa, dan menatap wajah
pemeriksa saat diajak berbicara. Tidak terdapat perlambatan gerakan, kejang,
maupun kekakuan gerakan. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik
oleh pasien.
c. Sesudah Wawancara
Pasien menjabat tangan pemeriksa saat diminta bersalaman untuk mengakhiri
percakapan dan mengucapkan terima kasih, lalu meminta izin untuk makan.
Pasien tidak menunjukkan perilaku atau gerakan yang tidak lazim.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif dan sopan.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara: Lancar, pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan
dengan baik. Bicara pasien spontan, artikulasi jelas, intonasi dan volume cukup.
b. Gangguan berbicara: Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.
9
a. Produktifitas : Cukup ide
b. Kontinuitas : Koheren
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : pasien berkata ingin pulang
b. Waham : Waham rujukan (+),Pasien tidak mau makan dan minum
karena meyakini bahwa makanannya sudah basi dan minumnya mengandung
racun.
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada
E. Fungsi Intelektual
1. Taraf Pendidikan SMA
2. Pengetahuan Umum Baik (pasien mengetahui nama Presiden Indonesia saat ini).
3. Kecerdasan Rata-rata
10
6. Daya Ingat
- Jangka Baik (pasien dapat mengingat tempat sekolah pasien; SD
Panjang ,SMP, SMA).
- Jangka Baik (pasien mengingat menu makan pagi dan kegiatan
Pendek yang yang dilakukannya pagi tadi di RS).
- Segera Baik (pasien dapat mengingat nama dokter muda yang
mewawancarai).
7. Pikiran Abstrak Baik (pasien dapat menyebutkan perbedaan dan persamaan
antara bola dan jeruk).
8. Visuospasial Baik (pasien dapat menggambar jam yang waktunya
ditentukan oleh pemeriksa).
9. Kemampuan Baik (pasien bisa makan, mandi, dan berpakaian sendiri).
Menolong Diri
F. Pengendalian Impuls
Baik (saat diwawancara pasien tampak tenang, sopan, dan bersikap kooperatif).
G. Daya Nilai
Daya Nilai Sosial
Baik (Pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada teman-temannya selama
di ruangan, pasien juga bersikap baik kepada perawat dan dokter, dan
mengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan yang tidak baik).
Uji Daya Nilai
Baik (pasien mengatakan bila ia menemukan dompet di jalan, ia akan mengantar
dompet itu ke kantor polisi terdekat).
Daya Nilai Realita
Terganggu (halusinasi auditorik, waham rujukan).
H. Tilikan
Derajat 4 (pasien menyadari bahwa dirinya sakit jiwa, namun tidak tahu sakit
jiwa apa).
11
I. Reliabilitas : Dapat dipercaya
12
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, efloresensi primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi
abnormal (-), gerak napas simetris, irama teratur, retraksi suprasternal (-).
Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1 – S2 reguler, murmur -, gallop –
Abdomen
Inspeks : Bentuk datar, efloresensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, shifting
dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar, balotemen (-)
Ekstremitas
-Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
-Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
Genitalia : Tidak diperiksa karena tidak ada indikasi
B. Status Neurologis
1. Saraf kranial (I-XII) : Baik
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
3. Refleks fisiologis : (+) normal
4. Refleks patologis : Tidak ada
5. Motorik : Baik
13
6. Sensorik : Baik
7. Fungsi luhur : Baik
8. Gangguan khusus : Tidak ada
9. Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus
otot (N), tremor (-), distonia (-), disdiadokokinesis (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperkenankan melihat status pasien
14
Saat ayah pasien dihubungi lewat telpon, ayah pasien mengatakan anaknya
memang dibawa ke RSJSH pada tanggal 29 Agustus 2016. Pasien mulai
berperilaku aneh sejak tiga minggu sebelum masuk rumah sakit . Awalnya pasien
dibawa untuk bersekolah di pesantren yang berada di Kudus. Pasien dari awal
sudah merasa tidak nyaman berada di lingkungan sekolah itu, ditambah dengan
guru di pesantren yang berbahasa jawa sehingga pasien tidak mengerti apa yang
diucapkan oleh guru dan teman temannya. Pada awalnya pasien ditemani oleh
ayahnya, ketika ayah pasien pulang, pasien berkali kali menangis minta dijemput
pulang. Ayah dan ibunya beranggapan bahwa hal tersebut adalah hal biasa dan
pasien perlu beradaptasi. Akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa
pasien ke Jakarta, namun kondisi pasien semakin memburuk karena sering
mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk menangis, menjadi pemurung, dan
akhirnya tidak mau makan dan minun. Akhirnya pasien dibawa ke RSJSH.
Menurut ayah pasien, pasien merupakan anak yang pendiam, susah bergaul, dan
hanya memiliki beberapa teman. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak
pernah melukai orang lain maupun diri sendiri. Ibu pasien mengatakan anaknya
tidak ada riwayat trauma, kejang, ataupun penggunaan narkoba.
15
Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik,
infeksi, penyakit vaskuler, neoplasma).
Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif.
2. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang
dibuktikan dengan adanya:
Halusinasi auditorik commanding : pasien mengatakan mendengar suara
yang meyuruhnya untuk menangis dan bersedih.
Waham rujukan: Pasien tidak mau makan dan minum karena meyakini
bahwa makanannya sudah basi dan minumnya mengandung racun..
4. Episode Depresi ini termasuk tipe berat dengan gejala psikotik karena:
Memenuhi kriteria umum depresi. (Gejala utama & Gejala lainnya)
Disertai waham dan halusinasi.
Terdapat gangguan afektif yang tidak menonjol.
Gejala sudah berlangsung selama lebih dari dua minggu.
16
GAF HLPY: 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian biasa).
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam (tidak ada tanda gangguan mental organik).
Quo ad functionam : Dubia ad bonam (pasien dan keluarganya cukup
pengetahuannya tentang penyakit yang dialami, pentingnya
minum obat,).
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam (kesadaran mengenai penyakit dan resiko
kekambuhan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Faktor Yang Memperingan:
Adanya dukungan dari keluarga untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
17
Pasien tidak dapat beradaptasi ke suatu lingkungan dengan baik
XI. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
Untuk mengurangi gejala psikotik
Untuk observasi lebih lanjut
2. Psikofarmaka
Risperidone 2x2 mg PO
Fluoxetine 1 x 20 mg PO
Trihexyphenidyl (THP) 2x2 mg PO (bila perlu)
4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien
Ventilasi : pasien diberikan kesempatan untuk meluapkan isi hatinya.
Sugesti : menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya
akan hilang atau dapat dikendalikan.
Reassurance : memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat sangat
penting untuk menghilangkan halusinasi.
Psikoedukasi pada keluarga pasien
18
Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan
kepada keluarga agar tetap memberi dukungan untuk pulih.
Me-reedukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta
dalam mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan
kontrol rutin setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaiki kualitas
hidup pasien.
5. Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psiokososial berupa latihan
keterampilan sosial di RSJSH (daycare).
Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan orang lain.
19