Anda di halaman 1dari 18

Status Psikiatri

Nama : Adinda Elisabeth Sugio NIM : 11.2014.238 FK UKRIDA


Dokter Pembimbing : Tanda Tangan:

dr. Agung Frijanto, Sp.KJ

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Tn. A
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta , 1 Mei 1991
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Bangsa/Suku : Indonesia/Sunda
Agama : Islam
Alamat : Tangerang
Tanggal Masuk RSJSH : 19 Agustus 2016
Ruang Perawatan : Ruang Elang
Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga : Diantar Keluarga

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis
 Tanggal 25 Agustus 2016, pukul 09:30, di Bangsal Elang Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.
 Tanggal 26 Agustus 2016, pukul 10:00, di Bangsal Elang Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.

Alloanamnesis

1
 Tanggal 26 Agustus 2016, pukul 16.00, kepada ibu pasien, via telepon.

A. Keluhan Utama
Berteriak - teriak dan mengamuk 3 hari SMRS.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan pada tanggal
19 Agustus 2016 diantar oleh keluarganya dengan keluhan berteriak - teriak dan
mengamuk sejak tiga hari terakhir. Pasien mengamuk karena tidak diperbolehkan
merokok oleh keluarganya. Pasien mengatakan bahwa dirinya mendengar bisikan
yang mengatakan bahwa pasien harus merokok. Pasien sempat dirawat di RSJSH
satu tahun yang lalu karena keluhan yang sama. Setelah kembali pulang pasien
jadi tidak mau minum obat, pasien akan mengamuk jika disuruh minum obat
oleh keluarga.
Saat ditemui di bangsal Elang RSJSH pasien tampak tenang, kooperatif dan
mau menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan pada pasien. Pasien
mengetahui saat ini pasien ada dimana dan tahu dibawa ke RSJSH karena
mengamuk, tidak merasa sakit jiwa dan ingin merokok. Pasien mengatakan sakit
jiwa itu berarti bicara, tertawa, tidak mengenakan pakaian lalu berjalan-jalan
keluar rumah. Pasien mengingat kenapa keluarganya membawanya ke RSJSH.
Pasien mengatakan bahwa dirinya mengamuk dirumah, karena tidak
diperbolehkan merokok oleh keluarganya. Pasien marah dan kesal akhirnya
pasien mengamuk. Pasien sangat meyakini bahwa dengan merokok, dirinya
mendapat kekuatan untuk menyelamatkan negara Indonesia.
Pasien juga menyakini bahwa dirinya adalah pahlawan negara yang ikut
berperang sejak jaman penjajahan. Pasien mengatakan ikut berperang merebut
kemerdaakaan Indonesia. Sampai saat ini pasien mengatakan masih aktif
berperang dan memiliki seragam resmi dari pemerintah. Pasien mengatakan
pernah mendengar suara-suara ditelinga yang mengatakan bahwa harus merokok
untuk menambah kekuatan. Selama dirawat di RSJSH, pasien merasa lebih

2
tenang namun ingin segera pulang karena merasa dirinya tidak sakit jiwa. Pasien
hanya bergaul dengan beberapa sesama pasien yang dia anggap tidak sakit jiwa.
Saat ibu pasien dihubungi lewat telpon, ibu pasien mengatakan anaknya
memang sudah mulai dibawa ke RSJSH sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya
memang dengan keluhan mengamuk sampai memukul orang lain. Pasien mulai
berperilaku aneh sejak 1,5 tahun yang lalu. Awalnya secara tiba – tiba pasien
lebih sering berdiam diri di kamar, bicara tertawa sendiri. Seiring berjalannya
waktu pasien marah-marah dan mengamuk tanpa sebab yang jelas. Akhirnya
keluarga memutuskan untuk membawa ke RSJSH. Menurut ibu pasien, pasien
rajin dibawa kontrol sebelum 2016. Setelah terakhir kali dirawat pada bulan
november pasien tidak mau lagi minum obat dan diajak kontrol. Namun menurut
pasien, pasien tidak mau meminum obat karena merasa dirinya tidak sakit. Ibu
pasien mengatakan anaknya tidak ada riwayat trauma, kejang, ataupun
penggunaan narkoba.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Saat ibu pasien dihubungi lewat telpon, ibu pasien mengatakan
anaknya memang sudah mulai dibawa ke RSJSH sejak 1 tahun yang lalu.
Awalnya memang dengan keluhan mengamuk sampai memukul orang lain.
Pasien mulai berperilaku aneh sejak 1,5 tahun yang lalu. Awalnya secara tiba
– tiba pasien lebih sering berdiam diri di kamar, bicara tertawa sendiri.
Seiring berjalannya waktu pasien marah-marah dan mengamuk tanpa sebab
yang jelas. Akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa ke RSJSH.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang serius saat
kecil, tidak pernah dirawat di rumah sakit dan dioperasi sebelumnya. Pasien
tidak pernah kejang sebelumnya. Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan
atau trauma pada kepala yang menyebabkan pasien pingsan atau mengalami
penurunan kesadaran.

3
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak memiliki riwayat minum alkohol maupun penggunaan
narkoba.
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pertengahan tahun 2014 April 2015


Dua bulan pasien lebih Pasien diantar karena
banyak menyendiri, pasien mengamuk, dirawat selama 21
mulai sering mengamuk, hari. Setelah pulang pasien
marah-marah tanpa sebab
hanya minum obat dan kontrol
jelas. Dibawa ke IGD
Tingkat Keparahan selama 6 bulan lalu tidak
Gangguan kemudian kontrol ke Sp.
minum obat lagi.
KJ

Waktu
Juli – Agustus 2016
Januari – Maret 2015
oleh keluarganya dengan keluhan
Pasien beberapa kali berteriak - teriak dan mengamuk sejak
dibawa ke IGD dengan tiga hari terakhir. Pasien mengamuk
2014
keluhan yang sama yaitu karena tidak diperbolehkan merokok
Pasien tiba - tiba mengamuk di rumah tanpa oleh keluarganya. Pasien mengatakan
berperilaku aneh, sebab yang jelas. Namun bahwa dirinya mendengar bisikan
seperti mengurung tidak dirawat. Waham dan yang mengatakan bahwa pasien harus
diri di kamar, bicara halusinasi masih ada. Jika merokok.Saat ini pasien sudah tidak
dan tertawa sendiri pasien tidak minum obat mengamuk, halusinasi disangkal, lagi
dalam ± seminggu maka namun waham kebesaran masih ada.
gejala akan timbul, seperti
mengamuk, mencederai
keluarga, halusinasi dan
waham, dan bicara kacau

4
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang direncanakan
dan diinginkan oleh orangtuanya. Pasien lahir spontan, ditolong bidan. Pasien
lahir dalam keadaan sehat dan langsung menangis. Riwayat komplikasi
kelahiran, trauma, dan cacat bawaan disangkal.

2. Riwayat Perkembangan Kepribadian


a. Masa Kanak Awal (0–3 tahun)
Dikatakan ibu pasien mendapatlan Imunisasi lengkap. Tidak ada
gangguan pertumbuhan ataupun trauma.
b. Masa Kanak Pertengahan (3–11 tahun )
Pasien senang bermain dengan teman-temannya di sekolah maupun di
dekat rumahnya. Pasien mengatakan bahwa ia dirawat dan dibesarkan oleh
kedua orangtuanya.
Masa Kanak Akhir ( Pubertas dan Remaja )
Pasien sekolah hingga SMA. Semasa sekolah suka bergaul dengan
teman temannya dan mulai merokok. Keluarga memberikan perhatian.
Dikatakan ibu pasien, pasien tidak menggunakan narkoba ataupun
alcohol

3. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan hingga bangku pendidikan SMA. Pasien
mengawali kegiatan sekolah saat berusia 6 tahun. Pasien menyelesaikan
pendidikan SMA selama 3 tahun tanpa kendala yang berarti. Setelah itu pasien
tidak melanjutkan sekolahnya karena faktor biaya.

4. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengatakan tidak pernah bekerja di perusahaan atau instansi
tertentu. Pasien hanya mengurus anak dan rumah.

5
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, pasien mengaku saat di rumah rajin beribadah
seperti sholat dan mengaji.
6. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual
Pasien belum menikah
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak
pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.
8. Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya selama ini cukup baik.

E. Riwayat Keluarga
Genogram Keluarga:

6
: laki-laki

: perempuan

: pasien

: meninggal dunia

F. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien menyangkal dirinya mengalami gangguan jiwa. Pasien
mengatakan bahwa dirinya ingin segera pulang dan kembali bersama
keluarganya.

III. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 25 Agustus 2016)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang laki - laki usia 25 tahun tampak sesuai dengan usianya,
mengenakan seragam RSJSH lengan pendek berwarna coklat, bawahan setinggi
lutut berwarna coklat, dan memakai sandal. Pasien terlihat kurus. Tingginya
sekitar 165 cm. Tampak cukup rapi dan perawatan diri tampak cukup baik.
Pasien berambut hitam.
2. Kesadaran

7
Kesadaran: compos mentis, pasien tampak sadar penuh saat dilakukan
wawancara.
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
a. Sebelum Wawancara
Pasien sedang duduk berbaur dengan pasien yang lain.
b. Selama Wawancara
Pasien duduk dengan tenang di samping pemeriksa, dan menatap wajah
pemeriksa saat diajak berbicara. Tidak terdapat perlambatan gerakan, kejang,
maupun kekakuan gerakan. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik
oleh pasien.
c. Sesudah Wawancara
Pasien menjabat tangan pemeriksa saat diminta bersalaman untuk mengakhiri
percakapan dan mengucapkan terima kasih, lalu meminta izin untuk makan.
Pasien lalu berjalan mengambil makanan, dan melambaikan tangan ke arah
pemeriksa. Pasien tidak menunjukkan perilaku atau gerakan yang tidak
lazim.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif dan sopan.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara: Lancar, pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan
dengan baik. Bicara pasien spontan, artikulasi jelas, intonasi dan volume cukup.
b. Gangguan berbicara: Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.
B. Alam Perasaan (Emosi)
1. Mood : Eutim
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Serasi
C. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi : Auditorik ( Pasien mengatakan ada suara yang berbisik
menyuruh dirinya untuk merokok).
b) Ilusi : Tidak ada

8
c) Depersonalisasi : Tidak ada
d) Derealisasi : Tidak ada
D. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktifitas : Cukup ide
b. Kontinuitas : Koheren
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Waham : Waham kebesaran (+),Pasien juga menyakini bahwa
dirinya adalah pahlawan negara yang ikut berperang sejak jaman penjajahan.
Pasien mengatakan ikut berperang merebut kemerdaakaan Indonesia. Sampai
saat ini pasien mengatakan masih aktif berperang dan memiliki seragam resmi
dari pemerintah.
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada

E. Fungsi Intelektual
1. Taraf Pendidikan SMA

2. Pengetahuan Umum Baik (pasien mengetahui nama Presiden Indonesia saat ini).

3. Kecerdasan Rata-rata

4. Konsentrasi dan Konsentrasi baik (saat diajak berhitung 100 dikurangi 5,


Perhatian pasien dapat menjawab dengan benar).
Perhatian baik (pasien tidak mudah teralih perhatiannya
terhadap kegiatan atau orang yang lewat didepannya, atau
terhadap benda yang menarik perhatiannya)
5. Orientasi
- Waktu Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam
hari).

9
- Tempat Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ
Soeharto Heerdjan Grogol).

- Orang Baik (pasien mengetahui sedang diwawancara oleh dokter


muda dan mengenal pasien lain yang berada di satu
ruangan dengan pasien).
6. Daya Ingat
- Jangka Baik (pasien dapat mengingat tempat sekolah pasien; SD
Panjang ,SMP, SMA).
- Jangka Baik (pasien mengingat menu makan pagi dan kegiatan
Pendek yang yang dilakukannya pagi tadi di RS).
- Segera Baik (pasien dapat mengingat nama dokter muda yang
mewawancarai).
7. Pikiran Abstrak Baik (pasien dapat menyebutkan perbedaan dan persamaan
antara bola dan jeruk).
8. Visuospasial Baik (pasien dapat menggambar jam yang waktunya
ditentukan oleh pemeriksa).
9. Kemampuan Baik (pasien bisa makan, mandi, dan berpakaian sendiri).
Menolong Diri

F. Pengendalian Impuls
Baik (saat diwawancara pasien tampak tenang, sopan, dan bersikap kooperatif).
G. Daya Nilai
 Daya Nilai Sosial
Baik (Pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada teman-temannya selama
di ruangan, pasien juga bersikap baik kepada perawat dan dokter, dan
mengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan yang tidak baik).
 Uji Daya Nilai
Baik (pasien mengatakan bila ia menemukan dompet di jalan, ia akan
menyimpan dompet tersebut dan mengambil uang yang terdapat di dalam
dompet).

10
 Daya Nilai Realita
Terganggu (halusinasi auditorik, waham kebesaran).
H. Tilikan
Derajat 1 (pasien menyangkal penuh terhadap penyakitnya).
I. Reliabilitas : Dapat dipercaya

IV. STATUS FISIK


A. Status Internus
Keadaan Umum : Baik, tampak tenang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 137/87 mmHg
Nadi : 76x/ menit
Suhu : 36,1 oC
Pernafasan : 20 x/ menit
Kulit : Coklat sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik,
kelembaban normal,.efloresensi primer/sekunder (-)
Kepala : Normocephali, rambut warna hitam, pendek dan lurus,
distribusi merata
Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak ...langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-,
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung
(-), sekret -/-.
Telinga : Sekret -/-, membran timpani intak +/+, nyeri tekan -/-.
Mulut : Bibir kecoklatan, agak kering, sianosis (-), trismus (-),
Lidah : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-).
Gigi geligi : dalam batas normal
Uvula : Letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis

11
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba .
Membesar.
Thorax
 Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, efloresensi primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi
abnormal (-), gerak napas simetris, irama teratur, retraksi suprasternal (-).
Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1 – S2 reguler, murmur -, gallop –
Abdomen
Inspeks : Bentuk datar, efloresensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, shifting
dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar, balotemen (-)
Ekstremitas
-Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
-Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
Genitalia : Tidak diperiksa karena tidak ada indikasi

B. Status Neurologis
1. Saraf kranial (I-XII) : Baik

12
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
3. Refleks fisiologis : (+) normal
4. Refleks patologis : Tidak ada
5. Motorik : Baik
6. Sensorik : Baik
7. Fungsi luhur : Baik
8. Gangguan khusus : Tidak ada
9. Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus
otot (N), tremor (-), distonia (-), disdiadokokinesis (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperkenankan melihat status pasien

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan pada tanggal
19 Agustus 2016 diantar oleh keluarganya dengan keluhan berteriak - teriak dan
mengamuk sejak tiga hari terakhir. Pasien mengamuk karena tidak diperbolehkan
merokok oleh keluarganya. Pasien mengatakan bahwa dirinya mendengar bisikan
yang mengatakan bahwa pasien harus merokok. Pasien sempat dirawat di RSJSH
satu tahun yang lalu karena keluhan yang sama. Setelah kembali pulang pasien
jadi tidak mau minum obat, pasien akan mengamuk jika disuruh minum obat
oleh keluarga.
Saat ditemui di bangsal Elang RSJSH pasien tampak tenang, kooperatif dan
mau menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan pada pasien. Pasien
mengetahui saat ini pasien ada dimana dan tahu dibawa ke RSJSH karena
mengamuk, tidak merasa sakit jiwa dan ingin merokok. Pasien juga menyakini
bahwa dirinya adalah pahlawan negara yang ikut berperang sejak jaman
penjajahan. Pasien mengatakan ikut berperang merebut kemerdaakaan Indonesia.
Sampai saat ini pasien mengatakan masih aktif berperang dan memiliki seragam

13
resmi dari pemerintah. Pasien mengatakan pernah mendengar suara-suara
ditelinga yang mengatakan bahwa harus merokok untuk menambah kekuatan.
Saat ibu pasien dihubungi lewat telpon, ibu pasien mengatakan anaknya
memang sudah mulai dibawa ke RSJSH sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya
memang dengan keluhan mengamuk sampai memukul orang lain. Pasien mulai
berperilaku aneh sejak 1,5 tahun yang lalu. Awalnya secara tiba – tiba pasien
lebih sering berdiam diri di kamar, bicara tertawa sendiri. Seiring berjalannya
waktu pasien marah-marah dan mengamuk tanpa sebab yang jelas. Akhirnya
keluarga memutuskan untuk membawa ke RSJSH. Setelah terakhir kali dirawat
pada bulan november pasien tidak mau lagi minum obat dan diajak kontrol.
Namun menurut pasien, pasien tidak mau meminum obat karena merasa dirinya
tidak sakit.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


 Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan
kedalam:
Gangguan kejiwaan karena adanya:
 Gangguan/hendaya dan disabilitas: pada saat awal masuk didapati
hendaya dalam fungsi sosial dan hendaya fungsi sehari-hari.
 Distress/penderitaan: pada saat awal masuk marah-marah, mengamuk.
1. Gangguan merupakan gangguan fungsional karena :
 Tidak ada gangguan kesadaran neurologis.
 Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik,
infeksi, penyakit vaskuler, neoplasma).
 Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif.
2. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang
dibuktikan dengan adanya:

14
 Halusinasi auditorik: pasien mengatakan mendengar suara yang
meyuruhnya untuk merokok.
 Waham kebesaran: Pasien menyakini bahwa dirinya adalah pahlawan
negara yang ikut berperang sejak jaman penjajahan. Pasien mengatakan
ikut berperang merebut kemerdaakaan Indonesia. Sampai saat ini pasien
mengatakan masih aktif berperang dan memiliki seragam resmi dari
pemerintah.

4. Skizofrenia ini termasuk tipe paranoid karena:


 Memenuhi kriteria umum skizofrenia.
 Terdapat halusinasi yang menonjol (halusinasi auditorik).
 Terdapat waham kebesaran.
 Terdapat gangguan afektif yang tidak menonjol.
 Gejala sudah berlangsung selama lebih dari satu bulan.

 Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental


Ciri gangguan kepribadian emosional tidak stabil
 Aksis III : Kondisi Medis Umum
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan
sehingga aksis III tidak ada diagnosis.
 Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan
Dari anamnesis, pasien memiliki masalah dengan compliance atau kepatuhan
minum obat pasien.
 Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current: 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang, fungsi sosial baik, teman
pasien lain terlihat sering membagikan makanan pada pasien, tetapi memang
pasien tidak terlalu senang bergaul, jarang terlihat melamun atau bicara sendiri).
GAF saat masuk RS : 20-11 (pasien mencederai orang lain, disabilitas berat
dalam komunikasi dan mengurus diri).

15
GAF HLPY: 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik).

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


 Aksis I : F 20.0 Skizofrenia Paranoid
 Aksis II : Ciri kepribadian emosional tidak stabil
 Aksis III : Tidak ada diagnosis
 Aksis IV : Masalah Compliance
 Aksis V : GAF current : 60-51
GAF saat masuk RS : 20-11
GAF HLPY : 70-61

IX. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologi : Tidak ada
B. Psikologik : Marah-marah, mengamuk, halusinasi auditorik dan
visual, waham kebesaran..
C. Sosiobudaya : Tidak ada

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam (tidak ada tanda gangguan mental organik).
Quo ad functionam : Dubia ad malam (pasien dan keluarganya masih kurang
pengetahuannya tentang pentingnya minum obat, pasien tidak
bekerja).
Quo ad sanationam : Dubia ad malam (kesadaran memerlukan obat rendah).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Faktor Yang Memperingan:
 Adanya dukungan dari keluarga untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

b. Faktor Yang Memperberat:

16
 Pasien tidak bekerja.
 Tilikan pasien buruk, pasien merasa tidak memiliki penyakit jiwa.

XI. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
 Untuk mengurangi gaduh gelisah
 Kesadaran minum obat kurang
 Untuk observasi lebih lanjut

2. Psikofarmaka
 Risperidone 2x2 mg PO
 Trihexyphenidyl (THP) 2x2 mg PO (bila perlu)
 Lorazepam 1x2 mg PO

3. Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga


Dilakukan psikoedukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang
dialami pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang diberikan,
pilihan obat, efek samping pengobatan dan prognosis penyakit.

4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien
 Ventilasi : pasien diberikan kesempatan untuk meluapkan isi hatinya.
 Sugesti : menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya
akan hilang atau dapat dikendalikan.
 Reassurance : memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat sangat
penting untuk menghilangkan halusinasi.
 Psikoedukasi pada keluarga pasien
 Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan
kepada keluarga agar tetap memberi dukungan untuk pulih.

17
 Me-reedukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta
dalam mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan
kontrol rutin setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaiki kualitas
hidup pasien.

5. Sosioterapi
 Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psiokososial berupa latihan
keterampilan sosial di RSJSH (daycare).
 Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain.

18

Anda mungkin juga menyukai