Adinda - Long Case
Adinda - Long Case
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Tn. A
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta , 1 Mei 1991
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Bangsa/Suku : Indonesia/Sunda
Agama : Islam
Alamat : Tangerang
Tanggal Masuk RSJSH : 19 Agustus 2016
Ruang Perawatan : Ruang Elang
Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga : Diantar Keluarga
Alloanamnesis
1
Tanggal 26 Agustus 2016, pukul 16.00, kepada ibu pasien, via telepon.
A. Keluhan Utama
Berteriak - teriak dan mengamuk 3 hari SMRS.
2
tenang namun ingin segera pulang karena merasa dirinya tidak sakit jiwa. Pasien
hanya bergaul dengan beberapa sesama pasien yang dia anggap tidak sakit jiwa.
Saat ibu pasien dihubungi lewat telpon, ibu pasien mengatakan anaknya
memang sudah mulai dibawa ke RSJSH sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya
memang dengan keluhan mengamuk sampai memukul orang lain. Pasien mulai
berperilaku aneh sejak 1,5 tahun yang lalu. Awalnya secara tiba – tiba pasien
lebih sering berdiam diri di kamar, bicara tertawa sendiri. Seiring berjalannya
waktu pasien marah-marah dan mengamuk tanpa sebab yang jelas. Akhirnya
keluarga memutuskan untuk membawa ke RSJSH. Menurut ibu pasien, pasien
rajin dibawa kontrol sebelum 2016. Setelah terakhir kali dirawat pada bulan
november pasien tidak mau lagi minum obat dan diajak kontrol. Namun menurut
pasien, pasien tidak mau meminum obat karena merasa dirinya tidak sakit. Ibu
pasien mengatakan anaknya tidak ada riwayat trauma, kejang, ataupun
penggunaan narkoba.
3
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak memiliki riwayat minum alkohol maupun penggunaan
narkoba.
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Waktu
Juli – Agustus 2016
Januari – Maret 2015
oleh keluarganya dengan keluhan
Pasien beberapa kali berteriak - teriak dan mengamuk sejak
dibawa ke IGD dengan tiga hari terakhir. Pasien mengamuk
2014
keluhan yang sama yaitu karena tidak diperbolehkan merokok
Pasien tiba - tiba mengamuk di rumah tanpa oleh keluarganya. Pasien mengatakan
berperilaku aneh, sebab yang jelas. Namun bahwa dirinya mendengar bisikan
seperti mengurung tidak dirawat. Waham dan yang mengatakan bahwa pasien harus
diri di kamar, bicara halusinasi masih ada. Jika merokok.Saat ini pasien sudah tidak
dan tertawa sendiri pasien tidak minum obat mengamuk, halusinasi disangkal, lagi
dalam ± seminggu maka namun waham kebesaran masih ada.
gejala akan timbul, seperti
mengamuk, mencederai
keluarga, halusinasi dan
waham, dan bicara kacau
4
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang direncanakan
dan diinginkan oleh orangtuanya. Pasien lahir spontan, ditolong bidan. Pasien
lahir dalam keadaan sehat dan langsung menangis. Riwayat komplikasi
kelahiran, trauma, dan cacat bawaan disangkal.
3. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan hingga bangku pendidikan SMA. Pasien
mengawali kegiatan sekolah saat berusia 6 tahun. Pasien menyelesaikan
pendidikan SMA selama 3 tahun tanpa kendala yang berarti. Setelah itu pasien
tidak melanjutkan sekolahnya karena faktor biaya.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengatakan tidak pernah bekerja di perusahaan atau instansi
tertentu. Pasien hanya mengurus anak dan rumah.
5
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, pasien mengaku saat di rumah rajin beribadah
seperti sholat dan mengaji.
6. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual
Pasien belum menikah
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak
pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.
8. Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya selama ini cukup baik.
E. Riwayat Keluarga
Genogram Keluarga:
6
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal dunia
7
Kesadaran: compos mentis, pasien tampak sadar penuh saat dilakukan
wawancara.
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
a. Sebelum Wawancara
Pasien sedang duduk berbaur dengan pasien yang lain.
b. Selama Wawancara
Pasien duduk dengan tenang di samping pemeriksa, dan menatap wajah
pemeriksa saat diajak berbicara. Tidak terdapat perlambatan gerakan, kejang,
maupun kekakuan gerakan. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik
oleh pasien.
c. Sesudah Wawancara
Pasien menjabat tangan pemeriksa saat diminta bersalaman untuk mengakhiri
percakapan dan mengucapkan terima kasih, lalu meminta izin untuk makan.
Pasien lalu berjalan mengambil makanan, dan melambaikan tangan ke arah
pemeriksa. Pasien tidak menunjukkan perilaku atau gerakan yang tidak
lazim.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif dan sopan.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara: Lancar, pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan
dengan baik. Bicara pasien spontan, artikulasi jelas, intonasi dan volume cukup.
b. Gangguan berbicara: Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.
B. Alam Perasaan (Emosi)
1. Mood : Eutim
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Serasi
C. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi : Auditorik ( Pasien mengatakan ada suara yang berbisik
menyuruh dirinya untuk merokok).
b) Ilusi : Tidak ada
8
c) Depersonalisasi : Tidak ada
d) Derealisasi : Tidak ada
D. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktifitas : Cukup ide
b. Kontinuitas : Koheren
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Waham : Waham kebesaran (+),Pasien juga menyakini bahwa
dirinya adalah pahlawan negara yang ikut berperang sejak jaman penjajahan.
Pasien mengatakan ikut berperang merebut kemerdaakaan Indonesia. Sampai
saat ini pasien mengatakan masih aktif berperang dan memiliki seragam resmi
dari pemerintah.
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada
E. Fungsi Intelektual
1. Taraf Pendidikan SMA
2. Pengetahuan Umum Baik (pasien mengetahui nama Presiden Indonesia saat ini).
3. Kecerdasan Rata-rata
9
- Tempat Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ
Soeharto Heerdjan Grogol).
F. Pengendalian Impuls
Baik (saat diwawancara pasien tampak tenang, sopan, dan bersikap kooperatif).
G. Daya Nilai
Daya Nilai Sosial
Baik (Pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada teman-temannya selama
di ruangan, pasien juga bersikap baik kepada perawat dan dokter, dan
mengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan yang tidak baik).
Uji Daya Nilai
Baik (pasien mengatakan bila ia menemukan dompet di jalan, ia akan
menyimpan dompet tersebut dan mengambil uang yang terdapat di dalam
dompet).
10
Daya Nilai Realita
Terganggu (halusinasi auditorik, waham kebesaran).
H. Tilikan
Derajat 1 (pasien menyangkal penuh terhadap penyakitnya).
I. Reliabilitas : Dapat dipercaya
11
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba .
Membesar.
Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, efloresensi primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi
abnormal (-), gerak napas simetris, irama teratur, retraksi suprasternal (-).
Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1 – S2 reguler, murmur -, gallop –
Abdomen
Inspeks : Bentuk datar, efloresensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, shifting
dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar, balotemen (-)
Ekstremitas
-Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
-Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
Genitalia : Tidak diperiksa karena tidak ada indikasi
B. Status Neurologis
1. Saraf kranial (I-XII) : Baik
12
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
3. Refleks fisiologis : (+) normal
4. Refleks patologis : Tidak ada
5. Motorik : Baik
6. Sensorik : Baik
7. Fungsi luhur : Baik
8. Gangguan khusus : Tidak ada
9. Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus
otot (N), tremor (-), distonia (-), disdiadokokinesis (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperkenankan melihat status pasien
13
resmi dari pemerintah. Pasien mengatakan pernah mendengar suara-suara
ditelinga yang mengatakan bahwa harus merokok untuk menambah kekuatan.
Saat ibu pasien dihubungi lewat telpon, ibu pasien mengatakan anaknya
memang sudah mulai dibawa ke RSJSH sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya
memang dengan keluhan mengamuk sampai memukul orang lain. Pasien mulai
berperilaku aneh sejak 1,5 tahun yang lalu. Awalnya secara tiba – tiba pasien
lebih sering berdiam diri di kamar, bicara tertawa sendiri. Seiring berjalannya
waktu pasien marah-marah dan mengamuk tanpa sebab yang jelas. Akhirnya
keluarga memutuskan untuk membawa ke RSJSH. Setelah terakhir kali dirawat
pada bulan november pasien tidak mau lagi minum obat dan diajak kontrol.
Namun menurut pasien, pasien tidak mau meminum obat karena merasa dirinya
tidak sakit.
14
Halusinasi auditorik: pasien mengatakan mendengar suara yang
meyuruhnya untuk merokok.
Waham kebesaran: Pasien menyakini bahwa dirinya adalah pahlawan
negara yang ikut berperang sejak jaman penjajahan. Pasien mengatakan
ikut berperang merebut kemerdaakaan Indonesia. Sampai saat ini pasien
mengatakan masih aktif berperang dan memiliki seragam resmi dari
pemerintah.
15
GAF HLPY: 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik).
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam (tidak ada tanda gangguan mental organik).
Quo ad functionam : Dubia ad malam (pasien dan keluarganya masih kurang
pengetahuannya tentang pentingnya minum obat, pasien tidak
bekerja).
Quo ad sanationam : Dubia ad malam (kesadaran memerlukan obat rendah).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Faktor Yang Memperingan:
Adanya dukungan dari keluarga untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
16
Pasien tidak bekerja.
Tilikan pasien buruk, pasien merasa tidak memiliki penyakit jiwa.
XI. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
Untuk mengurangi gaduh gelisah
Kesadaran minum obat kurang
Untuk observasi lebih lanjut
2. Psikofarmaka
Risperidone 2x2 mg PO
Trihexyphenidyl (THP) 2x2 mg PO (bila perlu)
Lorazepam 1x2 mg PO
4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien
Ventilasi : pasien diberikan kesempatan untuk meluapkan isi hatinya.
Sugesti : menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya
akan hilang atau dapat dikendalikan.
Reassurance : memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat sangat
penting untuk menghilangkan halusinasi.
Psikoedukasi pada keluarga pasien
Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan
kepada keluarga agar tetap memberi dukungan untuk pulih.
17
Me-reedukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta
dalam mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan
kontrol rutin setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaiki kualitas
hidup pasien.
5. Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psiokososial berupa latihan
keterampilan sosial di RSJSH (daycare).
Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain.
18