Laporan Tugas Akhir
Laporan Tugas Akhir
TUGAS AKHIR
Disusun oleh:
Pembimbing:
Daerah aliran sungai (DAS) Deli mencakup jantung kota Medan, sehingga
DAS ini memiliki pengaruh yang penting terhadap kondisi lahan dan lingkungan
di Kota Medan. Debit banjir mereka yang meningkat membuat dataran banjir
Sintetik Nakayasu untuk debit banjir dan rumus Manning untuk menghitung
tinggi muka air sungai Deli pada bagian hulu, tengah, dan hilir Sungai.
periode ulang 25 -100 pada bagian hulu berkisar 92,56 m3/detik sampai 102,15
m3/detik., pada bagian tengah berkisar 251,33 m3/detik sampai 326,26 m3/detik
dan pada bagian hilir berkisar 345,52 m3/detik sampai 448,56 m3/detik.
Dapat disimpulkan bahwa debit banjir di bagian hilir DAS Deli memiliki
potensi banjir paling besar dikarenakan elevasi terendah sungai, laju air lebih
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
Akhir ini. Shalawat dan salam keatas Baginda Rasullah Muhammad SAW yang
telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja keras sehingga menjadi
suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak
studi pada Program Studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
SH, MKn tercinta, adik saya Ilham Siregar, Intan Siregar, dan Imam
2. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc selaku Dosen Pembimbing,
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME selaku Dekan Fakultas Teknik
4. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik
6. Bapak Ir. Teruna Jaya, MT selaku koordinator Teknik Sumber Daya Air
7. Bapak Ivan Indrawan, ST, MT, dan Bapak Ir. Teruna Jaya, MT selaku
kepada penulis. (Kak Lince, Kak Dina, Kak Dewi, Bang Zul, Bang Edi
10. Kepada pacar saya Baby Purba yang selama ini selalu memberikan
ini.
12. Adik-adik 2010 Ari BM, Iwan BM dan adik-adik 2011 Saka, Hilman,
Ahmad Gumit, dan adik-adik 2010 dan 2011 yang tidak dapat disebutkan
13. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut di sini atas jasa-jasanya
penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifa
( Indra P. H. Siregar)
08 0404 158
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK….. ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR…..............................................................................ii
DAFTAR ISI…............................................................................................iv
DAFTAR TABEL........................................................................................xi
DAFTAR NOTASI....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
2.2.1 PengertianBanjir…........................................................9
2.5 Analisis.Hidrolika......................................................................29
Sungai Deli................................................................................54
5.1. Kesimpulan................................................................................84
5.2 Saran..........................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................86
ABSTRAK
Daerah aliran sungai (DAS) Deli mencakup jantung kota Medan, sehingga
DAS ini memiliki pengaruh yang penting terhadap kondisi lahan dan lingkungan
di Kota Medan. Debit banjir mereka yang meningkat membuat dataran banjir
Sintetik Nakayasu untuk debit banjir dan rumus Manning untuk menghitung
tinggi muka air sungai Deli pada bagian hulu, tengah, dan hilir Sungai.
periode ulang 25 -100 pada bagian hulu berkisar 92,56 m3/detik sampai 102,15
m3/detik., pada bagian tengah berkisar 251,33 m3/detik sampai 326,26 m3/detik
dan pada bagian hilir berkisar 345,52 m3/detik sampai 448,56 m3/detik.
Dapat disimpulkan bahwa debit banjir di bagian hilir DAS Deli memiliki
potensi banjir paling besar dikarenakan elevasi terendah sungai, laju air lebih
1.1 LatarBelakang
Provinsi Sumatera Utara dikenal memiliki enam Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang tergabung dalam satu wilayah sungai. DAS Deli merupakan salah
satu sungai yang mencakup Kota Medan,hulu Sungai Deli berada di Kabupaten
Deli Serdang yaitu Kuta Limbaru. Sungai itu kemudian mengalir melintasi
jantung Kota Medan hingga bermuara di perairan Pelabuhan Belawan ditunjukkan
pada gambar 1.1. Oleh karenanya peran DAS ini menjadi sangat penting dalam
menentukan kondisi air, tanah,dan lingkungan di Kota Medan. Keberadaan fungsi
DAS sendiri dapat dilihat dari kemampuannya dalam menahan banjir.
Kejadian banjir di kota Medan sangat dipengaruhi oleh kondisi DAS Deli,
bencana sebagian besar terjadi di sepanjang Sungai Deli berawal dari pegunungan
Bukit Barisan hingga pantai Selat Malaka. Sungai Deli memiliki panjang 55 km
mengalir melalui Kota Medan. Sungai ini merupakan saluran utama yang
mendukung drainase Kota Medan dengan cakupan luas wilayah pelayanan sekitar
51%dari luas Kota Medan.
Dari latar belakang masalah yang ada dapat dibuat rumusan masalah.
Bagaimanakah potensi banjir yang terjadi disekitar wilayah Kota Medan yaitu:
1. Tinggi banjir,
2. Luas dataran banjir
3. Daerah genangan banjir yang dilewati oleh daerah tangkapan air DAS Deli
dari hulu sampai ke hilir khususnya pada sungai-sungai utama di DAS
tersebut.
DAS biasanya dibagi menjadi tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah, dan
hilir. Fungsi suatu DAS ialah mengalirkan air, menyangga kejadian puncak hujan,
melepas air secara bertahap, memelihara kualitas air, dan mengurangi
pembuangan massal pada gambar 2.1.
Suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air
akan mengalir melalui sungai dan anak sungai disebut daerah aliran sungai
(DAS). Dalam istilah bahasa inggris disebut Catchment Area, Watershed, atau
River Basin.
Fungsi pokok sungai adalah untuk mengalirkan kelebihan air dari permukaan
tanah, sedangkan fungsi lainnya adalah dapat digunakan untuk kesejahteraan
manusia, seperti sumber air minum, PLTA, pengairan, transportasi air, untuk
meninggikan tanah yang rendah dan mengatur suhu tanah. Menurut peraturan
perundangan yang ada, fungsi sungai adalah:
a. Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah satu sumber daya alam
yang mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan manusia.
b. Sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan
pemanfaatannya, dan dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.
B. Bentuk radial
Bentuk DAS ini seolah olah memusat pada satu titik sehingga
menggambarkan adanya bentuk radial, kadang kadang gambaran tersebut
memberi bentuk kipas atau lingkaran. Sebagai akibat dari bentuk tersebut maka
waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru anak sungai
memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Sebagai contoh DAS Bengawan
Solo seperti pada gambar 2.4.
D. Bentuk komplek
DASBentuk komplek merupakan bentuk kejadian gabungan dari beberapa
bentuk DAS yang dijelaskan diatas, sebagai contoh pada gambar 2.6.
Banjir adalah setiap aliran yang relatif tinggi yang melampaui tanggul
sungai sehingga aliran air menyebar ke dataran sungai dan menimbulkan masalah
pada manusia (Chow, 1970). Definisi di atas menjelaskan bahwa banjir terjadi
apabila kapasitas alir sungai telah terlampaui dan air telah menyebar ke dataran
banjir.Menurut Hasibuan (2004), banjir adalah jumlah debit air yang melebihi
kapasitas pengaliran air tertentu, ataupun meluapnya aliran air pada palung sungai
atau saluran sehingga air melimpah dari kiri kanan tanggul sungai atau saluran.
Sungai Deli membelah Kota Medan dari arah selatan ke utara dengan total
watershed 350 km2. Dari total luas watershed tersebut, diantaranya telah dan
sedang berubah menjadi wilayah terbangun/perkotaan. Wilayah tersebut terdiri
dari catchment area sungai Deli bagian downstream, Sungai sikambing, Sungai
Babura, dan sisi kiri kanan Sungai Deli hingga ke Deli Tua/Namorambe.
Catchment area selebihnyaterhitung dari Delitua/Namorambe hingga
Sembahe/Sibolangit/Gunung Sibayak merupakan lahan pertanian, kebun
campuran dan hutan tanaman industri dan hutan alam. Berdasarkan pengamatan
kejadian-kejadian banjir di Kota Medan maka ancaman banjir paling ekstrem
ialah apabila banjir Sungai Deli terjadi bersamaan dengan hujan di atas Kota
Medan (urban storm water).
Sesuai dengan kondisi topografi Kota Medan maka sistim saluran drainase
Kota Medan jarang yang bermuara ke Sungai Belawan sehingga banjir Sungai
Belawan tidak terlalu banyak mempengaruhi sistem drainase Kota Medan.
Demikian juga banjir Sungai Percut sudah tidak menjadi ancaman karena telah
selesai dinormalisasi hingga ke muara yakni untuk debit banjir periode ulang 30
tahun, termasuk menampung pengalihan debit Sungai Deli melalui Floodway.
Kapasitas penampang Sungai Deli pada bagian ini masih rendah yakni
hanya mampu menampung debit banjir periode ulang 2 tahun yaitu sebesar 160
m3/det (Ginting, 2012).Perkiraan debit banjir Sungai Deli pada beberapa ruas
(section) untuk berbagai periode ulang menurut hasil analisis yang dilaporkan
pada study JICA (1992) adalah seperti diperlihatkan pada gambar 2.8.
Jl. Kejaksaan
Q1 Q2 Sungai Deli Q3
Gambar 2.8 Perkiraan Debit Banjir untuk Periode Ulang (Sumber: JICA, 1992)
Faktor curah hujan yang tinggi merupakan salah satu faktor utama penyebab
banjir. Wilayah Indonesia yang merupakan benua maritim di daerah tropis
mempunyai curah hujan yang sangat tinggi. Curah hujan yang tinggi, lereng yang
curam di daerah hulu disertai dengan perubahan ekosistem dari tanaman tahunan
atau tanaman keras berakar dalam ke tanaman semusim berakar dangkal
mengakibatkan berkurangnya air yang disimpan dalam tanah, memperbesar aliran
permukaan serta menyebabkan terjadinya tanah longsor. Curah hujan yang tinggi
dalam kurun waktu yang singkat dan tidak dapat diserap tanah akan dilepas
sebagai aliran permukaan yang akhirnya menimbulkan banjir.
2.3.2 Analisa Curah Hujan Kawasan
(2.1)
dimana, R: Curah hujan rata-rata wilayah atau daerah, Ri: Curah hujan di stasiun
pengamatan ke-i dan n: Jumlah stasiun pengamatan.Hasil perhitungan yang
diperoleh dengan cara aritmatik ini hampir sama dengan cara lain apabila jumlah
stasiun pengamatan cukup banyak dan tersebar merata di seluruh wilayah seperti
ditunjukkan pada (Gambar 2.9). Keuntungan perhitungan dengan cara ini adalah
lebih objektif.
Metode Thiessen
Jika titik-titik di daerah pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar
merata, maka cara perhitungan curah hujan dilakukan dengan memperhitungkan
daerah pengaruh tiap titik pengamatan pada gambar 2.10.
(2.2)
dimana, R: Curah hujan daerah, Rn: Curah hujan di setiap stasiun pengamatan dan
An: Luas daerah yang mewakili tiap stasiun pengamatan.
(2.3)
Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal rata-rata, tetapi
memerlukan jaringan pos penakar yang relatif lebih padat yang memungkinkan
untuk membuat isohyet pada gambar 2.11.
2.3.3Analisis Frekuensi
Dalam penelitian ini dihitung hujan harian rancangan dengan kala ulang 2,
3, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam
distribusi frekuensi metode yang dipakai dalam analisis frekuensi data curah hujan
harian maksimum adalah sebagai berikut:
1. Distribusi Gumbel
2. Distribusi Log Pearson Tipe III
3. Distribusi Normal
4. Dostribusi Log Normal
1. Distribusi Gumbel
Menurut Gumbel curah hujan untuk periode ulang tertentu (PUH) tertentu (Tr)
dihitung berdasarkan persamaan berikut:
−
X Tr = + S (2.4)
= Log R(2.7)
�=1 � �
Log = (2.8)
1
�=1 (� � � − � � )2 2
S= (2.9)
−1
�=1 (� � � − � � )3
G= (2.10)
−1 ( −2) ( ) 3
T = + KT S (2.12)
−
KT = (2.13)
dimana, T: Perkiraan nilai yang diharapkan akan terjadi dengan periode ulang T
– tahunan,
: Nilai rata-rata hitung sampel, dan KT:Faktor frekuensi, merupakan
fungsi dari peluang atau yang digunakan periode ulang dan tipe
model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang.
Untuk mengetahui apakah data tersebut benar sesuai dengan jenis sebaran
teoritis yang dipilih maka perlu dilakukan pengujian lebih lanjut. Untuk keperluan
analisis uji kesesuaian dipakai dua metode statistik sebagai berikut:
1. Uji Chi Kuadrat
DK = JK - (P + 1) (2.16)
2.Tentukan peluang empiris masing-masing data yang sudah diurut tersebut (Xi)
dengan rumus tertentu, rumus Weibull misalnya,
+1
( �) = (2.17)
�
dimana, n: Jumlah data dan i: Nomor urut data setelah diurut dari besar ke kecil
atau sebaliknya.
3. Tentukan peluang teoritis masing-masing data yang sudah di urut tersebut
P’(Xi)berdasarkan persamaan distribusi probablitas yang dipilih (Gumbel,
Normal, dansebagainya).
4. Hitung selisih (∆Pi) antara peluang empiris dan teoritis untuk setiap data yang
sudah diurut:
∆ � = ( �) − ’( �) (2.18)
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi, Lubis (1992). Dalam penelitian
ini intensitas hujan diturunkan dari data curah hujan harian. Menurut Lubis
(1992)intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari data curah hujan harian
(mm) empirik menggunakan metode mononobe sebagai berikut:
2
24 3
�= 24
(2.19)
24 t
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan
yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ketempat keluar DAS (Titik
Kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Salah
satu rumus untuk memperkirakan waktu konsentrasi (tc) adalah rumus yang
dikembangkan oleh Kirpich (1940), yang dapat ditulis sebagai berikut.
dimana,L: Panjang saluran utama dari hulu sampai penguras dalam km dan
S:Kemiringan rata-rata saluran utama dalam m/m.
1. Inlet time (t0) yakni waktu yang diperlukan air untuk mengalir di
permukaan lahan sampai saluran terdekat.
2. Conduit time (td)yakni waktu perjalanan dari pertama masuk sampai titik
keluaran.
tc = t 0 + t d (2.21)
dimana, t0 = 23 x 3,28 x L x nS (menit) dan td = Ls 60 V (menit),
n: Angka kekasaranManning,
Ls: Panjang lintasan aliran di dalam salura/sungai (m).
Metode Rasional
Q=fxCxIxA (2.22)
Kebanyakan daerah aliran sungai sebagian besar curah hujan akan menjadi
limpasan langsung. Aliran semacam ini dapat menghasilkan puncak banjir yang
tinggi. Teori hidrograf satuan menghubungkan hujan netto atau hujan efektif,
yaitu sebagian hujan total yang menyebabkan adanya limpasan permukaan,
dengan hidrograf limpasan langsung sehingga merupakan sarana untuk
menghitung hidrograf akibat hujan sembarang. Ini dikerjakan atas dasar anggapan
bahwa transformasi hujan netto menjadi limpasan langsung tidak berubah karena
waktu (time invariant).
1. Hidrograf Satuan
2. Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu daerah aliran tertentu,
intensitas hujan yang berbeda tetapi memiliki durasi sama, akan menghasilkan
hidrograf limpasan, dimana ordinatnya pada sembarang waktu memiliki
proposi yang sama dengan proposi intensitas hujan efektif. Dengan kata lain,
ordinat hidrograf satuan sebanding dengan volume hujan efektif yang
menimbulkannya. Hal ini berarti bahwa hujan sebanyak n kali lipat dalam
satuan waktu tertentu akanmenghasilkan suatu hidrograf dengan ordinat
sebesar n kali lipat.
3. Prinsip superposisi dipakai pada hidrograf yang dihasilkan oleh hujan efektif
berintensitasseragam yang memiliki periode periode yang berdekatan atau
tersendiri. Jadi, hidrograf yang merepresentasikan kombinasi beberapa
kejadian aliran permukaan adalah jumlah dari ordinat hidrograf tunggal yang
member kontribusi.
Cara lain yang lebih baik hampir seluruhnya menuntut ketersediaan data
pengukuran sungai yang memadai. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu ini
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan kesulitan tersebut. Cara ini
dapat digunakan disembarang lokasi yang dikehendaki dalam suatu DAS
tanpatergantung ada atau tidaknya data pengukuran sungai. Akan tetapi, perlu
ditegaskan bahwa kegiatan hidrometrik masih tetap merupakan pilihan utama,
sehingga walaupun telah ditemukan cara pendekatan yang akan banyak mengatasi
masalah kelangkaan data, namun prioritas pengukuran sungai ditempat mutlak
masih diperlukan. Hidrograf satuan ini secara sederhana dapat disajikan sebagai
berikut pada gambar 2.12.
4. Waktu puncak
= � + 0,8 (2.27)
= �0,3 2 � 0,3
(2.32)
2.5Analisis Hidraulika
Saluran Terbuka
Pada saluran terbuka terdapat permukaan air yang bebas, permukaan bebas
ini dapat dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung. Kekentalan dan
gravitasi mempengaruhi sifat aliran pada saluran terbuka.Saluran terbuka
umumnya digunakan pada daerah yang:
V = C RI (2.33)
dimana:
V = kecepatan rata-rata (m/detik)
C = koefesien Chezy
R = jari-jari hidrolis (m)
I = kemiringan atau gradien dari dasar saluran
1 16
Manning: C= R (2.35)
R
87
Bazin: C= (2.36)
m
1+
R
dimana:
V = kecepatan (m/detik)
C = koefesien Chezy (m1/2/detik)
R = jari-jari hidraulis (m)
S = kemiringan dasar saluran (m/m)
n = koefesien kekasaran Manning (detik/m1/3)
m = koefesien kekasaran, harganya tergantung jenis bahan saluran
2 1
1
Q = A×V = × R 3 × I 2 × A (m3/detik) (2.37)
n
Kondisi debit aliran berfluktuasi sehingga perlu memperhatikan kecepatan
aliran. Diupayakan agar pada saat debit pembuangan kecil masih dapat
mengangkutsedimen, dan pada keadaan debit besar terhindar dari bahaya erosi.
Penampang saluran
B
Gambar 2.13 Penampang saluran persegi
A = B× h (2.38)
P = B + 2h (2.39)
B
B = 2h atau h = (2.40)
2
Jari-jari hidraulik R:
A B× h
R= = (2.41)
P B + 2h
2. Penampang saluran trapesium paling ekonomis
h
1
m 0
mh B mh
Gambar 2.14 Penampang saluran trapesium
A = B + mh h (2.42)
P = B + 2h m2 +1 (2.43)
B = P - 2h m2 +1 (2.44)
2
B= h 3 (2.45)
3
A = h 2 3 (2.46)
A
Jari-jari hidrolis R = (m)
P
2 1
1
Kecepatan aliran V = × R × I 2 (m/detik)
3
n
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi penelitian ini berada pada wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)
yaitu DAS Deli tepatnya pada sungai-sungai yang melewati Kota Medan yaitu
Sungai Deli pada DAS Deli (Gambar 3.1). Secara administrasi sebagian besar
kedua wilayah DAS tersebut berada di kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan.
Sungai Deli merupakan salah satu induk sungai pada Satuan Wilayah
Sungai (SWS) Belawan/ Belumai Ular dengan 5 (lima) anak sungai. Panjang
sungai sekitar 73 Km dengan luas basin 402 Km2. Sungai Deli beserta anak dan
ranting sungainya mengalir dari Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang dan
melintasi Kota Medan sebelum bermuara ke Selat Malaka. Bagian hulu sungai
pada umumnya berada di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang,
sedangkan bagian tengah dan hilir berada di Kota Medan.
DAS (Daerah Aliran Sungai) Deli merupakan Daerah Aliran Sungai di
Provinsi Sumatera Utara dengan luas 47,298.01 Ha. Daerah Aliran Sungai Deli
terbentang antara 3° 13' 35,50'' s/d 3° 47' 06,05'' garis Lintang Utara dan
meridian 98° 29' 22,52'' s/d 98° 42' 51,23'' Bujur Timur.
Secara administrasi DAS Deli berada pada 3 (tiga) Kabupaten yaitu
Kabupaten Karo seluas 1,417.65 Ha (3 %), Kabupaten Deli Serdang seluas
29,115.20 Ha (61.56 %) dan Kota Medan seluas 16,765.16 ha (35.45 %). Adapun
Batas DAS Deli adalah:
Data curah hujan bulanan dan harian maksimum 10 tahun di DAS Deli,
tahun 2003-2012 yang diperoleh dari Badan Metereologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Sampali Medan.
Data kependudukan Kota Medan diperoleh dari BPS Kota Medan tahun
2012.
Peta digital DAS Deli diperoleh dari BPDAS Sei Wampu Ular tahun 2012.
Peta digital Kota Medan dan tata guna lahan diperoleh dari BAPPEDA
PROVSU 2010.
1. Data profil memanjang (Long Section) sungai per 100- 300 meter dan
melintang (Cross Section) sungai per 1 meter hingga mencapai bantaran
sungai 20 meter.
2. Data elevasi dan kemiringan sungai per 100- 300 meter.
Dalam penelitian ini data primer tidak langsung diperoleh di lapangan, tetapi
diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera-II (BWSS-II) yang mengukur
langsung di lapangan pada tahun 2010.
3.3 Bagan Alir Penelitian
MULAI
Perumusan Masalah
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
SELESAI
Data profil sungai terdiri dari bagian profil melintang sungai (Cross
Section) dan profil memanjang sungai (Long Section) yang menunjukan variasi
tingkat elevasi maupun kedalaman tiap-tiap penampang sungai. Kemiringan dan
koefisien kekasaran dasar sungai juga berpengaruh nantinya terhadap perhitungan
debit banjir dan potensi banjir.
256,29 km2
71,14 km2
22,57 km2
Tabel 4.1 Luas Areal Pengaruh Stasiun Hujan Daerah Aliran Sungai Deli
Tabel 4.2 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Polonia
Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harian
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) maksimum
(mm)
2003 73 37 152 106 29 65 117 54 94 96 82 79 152
2004 29 36 55 70 66 20 32 60 38 52 62 40 70
2005 64 39 46 20 78 37 68 42 37 28 59 55 78
2006 58 35 42 47 60 62 21 53 38 23 47 57 62
2007 97 86 54 83 90 74 116 45 99 84 78 68 116
2008 43 58 64 70 44 72 51 81 77 65 59 49 81
2009 49 43 55 53 60 50 43 59 63 61 54 34 63
2010 54 28 55 35 23 79 72 60 64 106 99 79 106
2011 91 177 140 89 118 90 134 163 84 44 109 175 177
2012 52 19 30 50 40 22 50 36 25 44 33 29 52
Sumber: Data Sekunder, BMKG Sampali
Tabel 4.3Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Tuntungan
Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harian
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) Maksimum
(mm)
2003 109 99 58 100 89 45 53 69 41 83 66 85 109
2004 86 93 81 62 76 42 39 58 62 46 26 68 93
2005 232 316 93 86 91 37 89 38 504 459 262 329 93
2006 77 100 32 101 93 42 80 44 58 71 86 63 101
2007 437 60 115 100 118 203 204 138 236 280 170 396 118
2008 92 86 57 48 38 95 74 64 41 87 43 67 95
2009 42 70 41 49 83 73 99 35 93 50 35 88 99
2010 108 140 103 67 93 134 69 148 55 90 114 122 148
2011 54 77 67 113 84 51 40 90 124 101 103 120 124
2012 33 56 26 60 41 72 51 47 27 62 49 39 62
Sumber: Data Sekunder, BMKG Sampali
Tabel 4.4 Data Curah Hujan Bulanan dan Harian Maksimum Stasiun Patumbak
Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harian
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) Maksimum
(mm)
2003 48 95 58 65 53 70 111 81 96 73 68 108 108
2004 82 79 55 73 51 42 39 56 80 64 64 77 82
2005 69 86 63 85 46 96 112 82 53 72 105 88 112
2006 13 20 38 29 38 21 27 20 40 37 30 16 40
2007 109 144 136 161 113 126 91 146 111 106 126 110 161
2008 104 113 101 103 93 105 109 77 86 71 88 107 113
2009 40 39 42 27 50 29 42 45 25 30 34 28 50
2010 57 36 27 46 74 62 77 98 95 65 73 46 98
2011 72 53 55 82 75 29 59 56 43 55 26 21 82
2012 66 80 103 105 69 56 70 82 89 103 46 59 103
Sumber: Data Sekunder, BMKG Sampali
Kemudian data-data diatas diinput ke dalam rumus metode Polygon Thiessen.
A1 R1 A2 R2 A3 R3 n
R Ai Ri
A i
dimana:
Contoh perhitungan :
A1 R1 A2 R2 A3 R3 n
R Ai Ri
A i
99358,82
R
350
R 154, 273
Dengan metode Polygon Thiessenmaka didapat rangking daripada curah hujan
regional maksimum (Tabel 4.5).
Tabel 4.5 Perhitungan Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Deli
2 2004 70 93 82 73,92
7 2009 63 99 50 62,67
Lokasi Studi
(BAPPEDA PEMPROVSU,2010)
Tabel 4.6 Zona Penggunaan Lahan DAS Deli
25747 ,48
Crerata = = 0,282517357 = 0,28
91140 ,16
Dari hasil perhitungan diatas maka nilai koefisien limpasan 0.28 ini dapat
diartikan bahwa air hujanyang turun akan melimpas ke permukaandan
mengalirmenuju daerah hilir (Tabel 4.7).Hal ini sesuai dengan pernyataan
Kodoatie dan Syarief (2005), yang menyatakan bahwa angka koefisien aliran
permukaan itu merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik
suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 - 1. Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua
air hujan terinterepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah dan sebaliknya untuk C = 1
menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran permukaan (run off).
Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara langsung mempengaruhi debit
puncak yang terjadi pada suatu DAS.
4.3 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli
Periode Ulang
m
No P 1 (X i X) (X i X) 2
n 1 T
Curah hujan (mm) Xi P
960, 086
Dari data-data diatas didapat: X 96, 086 mm
10
(Xi X) 2 804, 27
Standar deviasi: S 9, 45
n 1 10 1
Yn 0, 4952
Sn 0,94
Untuk periode ulang (T) 2 tahun
YTR 0.3668
Di bawah ini merupakan tabel 4.10 yang berisikan data analisa curah
hujan rencana dengan Distribusi Gumbel. NilaiYTR diperoleh dari tabel 2.3 Yn
dari tabel 2.2, dan Sn diperoleh dari tabel 2.4 seperti yang tertera di bawah ini.
Hasil perhitungan curah hujan rata – rata dengan metode distribusi Log
Pearson Type III dapat dilihat pada Tabel 4.11.
19,59
Dari data-data diatas didapat: X 1,959 mm
10
X X
n 3
i
G i 1
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan dengan Metode Log Pearson Tipe III
Berikut hasil analisa curah hujan rencana dengan Distribusi Log Person III:
Log XT = LogX (K T S)
T = 2 tahun
Log X2 = 1,959 + (-0,033× 0,151)
Log X2 = 1,954
X2 = 90,06 mm
Log XT = LogX (K T S)
T = 5 tahun
Log X2 = 1,959 + (0,83 × 0,151)
Log X2 = 2,08
X3 = 121,43 mm
Log XT = LogX (K T S)
T = 10 tahun
Log X3 = 1,959 + (1,301 × 0,151)
Log X3= 2,155
X3 = 143,04 mm
Log XT = LogX (K T S)
T = 25 tahun
Log X4 = 1,959 + (2,159 × 0,151)
Log X4= 2,285
X4 = 192,76 mm
Log XT = LogX (K T S)
T = 50 tahun
Log X5 = 1,959 + (2,474 × 0,151)
Log X5= 2,33
X5 = 215,07 mm
Log XT = LogX (K T S)
T = 100 tahun
Log X6 = 1,959 + (2,818 × 0,151)
Log X6= 2,384
X6 = 242,39 mm
4.3.3 Metode Distribusi Normal
Hasil perhitungan curah hujan rata – rata dengan metode distribusi Normal
dapat dilihat pada Tabel 4.13.
960,86
Dari data-data diatas didapat: X 96, 086 mm
10
X T = X + (K T ´ S)
= 96,086 + (0 x 34,117) = 96,086 mm
X T = X + (K T ´ S)
= 96,086 + (0,84 x 34,117) = 124,744 mm
4.3.4 Metode Distribusi Log Normal
Hasil perhitungan curah hujan rata – rata dengan metode distribusi Log
Normal dapat dilihat pada Tabel 4.15.
950,86
Dari data-data diatas didapat : X 96, 086 mm
10
Log XT = LogX (K T S)
T = 2 tahun
Log X2 = 1,959+ (0 × 0,151)
Log X2 = 1,959
X2 = 90,99 mm
Log XT = LogX (K T S)
T = 5 tahun
Log X2 = 1,959 + (0,84 × 0,151)
Log X2 = 2,086
X2 = 121,787 mm
Log XT = LogX (K T S)
T = 10 tahun
Log X2 = 1,959 + (1,24 × 0,151)
Log X2 = 2,146
X2 = 140,04mm
Log XT = LogX (K T S)
T = 25 tahun
Log X2 = 1,959 + (1,64 × 0,151)
Log X2 = 2,207
X2 = 160,93mm
Log XT = LogX (K T S)
T = 50 tahun
Log X2 = 1,959 + (2,05× 0,151)
Log X2 = 2,269
X2= 185,59 mm
Log XT = LogX (K T S)
T = 100 tahun
Log X2 = 1,959 + (2,33× 0,151)
Log X2 = 2,31
X2 = 204,56 mm
Hasil resume perhitungan frekuensi curah hujan kala ulang Das Deli dapat
di lihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Resume Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli
PERIODE
ULANG CURAH HUJAN
(Tahun)
NORMAL LOG LOG PEARSON GUMBEL
(mm) NORMAL T III (mm)
(mm) (mm)
100 175,77 204,56 242,39 227,32
50 166,02 185,59 215,07 204,84
25 152,03 160,93 192,76 174,85
10 139,75 140,04 143,04 151,68
5 124,74 121,78 121,43 127,52
2 96,08 90,92 90,46 91,03
Sumber hasil perhitungan
Grafik resume frekuensi curah hujan kala ulang DAS Deli dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Deli
300
250
curah hujan Normal
200
curah hujan Log normal
150
0
1 2 3 4 5 6
1. Distribusi Gumbel
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Log Pearson III
4. Distribusi Normal
Berikut ini adalah tabel 4.19 yaitu perbandingan syarat-syarat distribusi
dan hasil perhitungan analisa frekuensi hujan.
Tr = 0,75 x Tg
= 0,75 x 0,648
= 0,486 jam
T0,3 = x Tg
= 2 x 0,648
= 1,296 jam
0,486 Jam
0,389 0,648
Qd0
Qd1
Qd2
Qd3
Tabel 4.23 Debit Banjir RancanganSungai Deli Bagian Hulu Menurut Periode Kala Ulang
Grand Total Debit
Unit Hidrograf
Waktu Kala Ulang
Qt (m3/dtk)
Chart Title
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Q5 Q 10 Q 15 Q 25 Q 50 Q 100
Gambar 4.6 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai DeliBagian Hulu Menurut Periode Ulang
4.5.2 Hidrograf Nakayasu Sungai Deli Bagian Tengah
Tr = 0,75 x Tg
= 0,75 x 2,024
= 1,518 jam
T0,3 = x Tg
= 2 x 2,024
= 4,05 jam
Data diatas digunakan sebagai parameter untuk input unit Hidrograf Sungai Deli,
sedangkan data Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dapat dilihat pada perhitungan berikut:
1,518 Jam
1,214 2,024
Qd0
Qd1
Qd2
Qd3
Tabel 4.25 Debit Banjir Rancangan Sungai Deli Bagian Tengah Menurut Periode Kala Ulang
0,00 0,00 0 0 0 0 0 0
1,00 0,16 7,42 8,80 9,24 10,12 11,82 13,10
2,00 0,87 43,76 43,76 54,48 59,56 69,76 77,32
3,00 2,30 131,32 155,76 163,57 179,20 209,55 232,29
4,00 2,20 181,64 215,63 226,50 248,24 290,44 322,07
5,00 1,63 183,75 218,24 229,27 251,33 294,16 326,26
6,00 1,21 146,97 174,58 183,41 201,06 235,34 261,03
7,00 0,90 109,16 129,66 136,22 149,33 235,64 193,88
8,00 0,72 83,29 98,93 103,93 113,93 133,36 147,91
9,00 0,59 65,74 78,08 82,03 89,92 105,24 116,72
10,00 0,48 53,48 63,51 66,72 73,14 85,61 94,95
11,00 0,40 43,86 52,09 54,72 59,99 70,21 77,87
12,00 0,33 35,97 42,72 44,88 49,20 57,58 63,86
13,00 0,27 29,50 35,04 36,81 40,35 47,22 52,38
14,00 0,10 18,75 22,28 23,41 25,67 30,05 33,34
15,00 0,08 12,02 14,28 15,00 16,45 19,25 21,36
16,00 0,07 7,29 8,66 9,10 9,97 11,67 12,95
17,00 0,05 5,98 7,10 7,46 8,18 9,57 10,62
18,00 0,04 4,91 5,83 6,12 6,71 7,85 8,71
19,00 0,04 4,02 4,78 5,02 5,50 6,44 7,14
20,00 0,03 3,30 3,92 4,12 4,51 5,28 5,86
21,00 0,02 2,71 3,21 3,38 3,70 4,33 4,80
22,00 0,02 2,22 2,64 2,77 3,04 3,55 3,94
23,00 0,02 1,82 2,16 2,27 2,49 2,91 3,23
24,00 0,01 1,49 1,77 1,86 2,04 2,39 2,65
Sumber hasil perhitungan
Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Deli bagian tengah menurut Periode Ulang pada gambar 4.8, dibawah ini:
Chart Title
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Q5 Q 10 Q 15 Q 25 Q 50 Q 100
Gambar 4.8 Grafik Hidrograf Satuan Sinttik Nakayasu Sungai Deli Bagian TengahMenurut Periode Ulang
4.5.3 Hidrograf Nakayasu Sungai Deli Bagian Hilir
Tr = 0,75 x Tg
= 0,75 x 3,59
= 2,693 jam
T0,3 = x Tg
= 2 x 3,59
= 7,18 jam
Data diatas digunakan sebagai parameter untuk input unit Hidrograf Sungai Deli,
sedangkan data Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dapat dilihat pada perhitungan berikut:
2,693 Jam
2,0104 3,59
Qd0
Qd1
Qd2
Qd3
Gambar 4.9 Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Deli bagian hilir
Tabel debit banjir rancanganSungai Deli bagian tengah menurut periode kala ulang dapat dilihat
pada tabel 4.27, dibawah ini:
Tabel 4.27 Debit Banjir Rancangan Sungai Deli Bagian Hilir Menurut Periode Kala Ulang
0,00 0,00 0 0 0 0 0 0
1,00 0,05 2,08 2,46 2,59 2,83 3,31 3,67
2,00 0,24 12,25 14,52 15,25 16,70 19,53 21,64
3,00 0,64 36,76 43,60 45,78 50,16 58,65 65,02
4,00 1,28 80,93 96,01 100,84 110,48 129,22 143,25
5,00 2,19 148,21 175,87 184,71 202,40 236,74 262,48
6,00 3,39 241,34 286,41 300,82 329,65 385,61 427,55
7,00 2,48 252,67 300,06 315,21 345,52 404,36 448,46
8,00 2,09 235,43 279,62 293,76 322,02 376,90 418,02
9,00 1,77 190,72 226,51 237,96 260,84 305,28 338,59
10,00 1,50 161,28 191,54 201,22 220,58 258,16 286,32
11,00 1,27 136,38 161,97 170,16 186,52 218,30 242,11
12,00 1,07 115,33 136,97 143,89 157,73 184,60 204,74
13,00 0,91 97,52 115,82 121,67 133,38 156,10 173,13
14,00 0,81 84,61 100,48 105,56 115,71 135,41 150,18
15,00 0,73 74,65 88,65 93,13 102,08 119,47 132,50
16,00 0,65 66,83 79,36 83,37 91,39 106,95 118,62
17,00 0,58 59,76 70,97 74,55 81,72 95,64 106,07
18,00 0,52 53,44 63,46 66,67 73,08 85,52 94,85
19,00 0,47 47,79 56,75 59,62 65,35 76,48 84,82
20,00 0,42 42,73 50,75 53,31 58,44 68,39 75,85
21,00 0,37 38,21 45,38 47,67 52,26 61,16 67,83
22,00 0,33 34,17 40,58 42,63 46,73 54,69 60,65
23,00 0,30 30,56 36,29 38,12 41,79 48,90 54,24
24,00 0,27 27,33 32,45 34,09 37,37 43,73 48,50
Sumber hasil perhitungan
Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Deli bagian hilir menurut periode ulang pada gambar 4.9, dibawah ini:
Chart Title
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Q5 Q 10 Q 15 Q 25 Q 50 Q 100
Gambar 4.10 Grafik Hidrograf Satuan Sinteik Nakayasu Sungai Deli Menurut Periode Ulang
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa dan pembahasan dengan metode Hidrograf satuan sintetik
nakayasu dan perhitungan tinggi muka air banjir dengan rumus manning maka
didapat luas genangan banjir menurut periode ulang banjir rancangan pada masing-
masing penampang saluran yaitu:
5.2 Saran