Anda di halaman 1dari 32

Laporan Praktikum Teknik Pangan

Pengolahan Air Minum dalam Kemasan (AMDK) PT. AQUA Golden Mississipi dan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)Tirta Pakuan Kota Bogor

Disusun oleh :

Husnal Chairi (F24110013)

Nikola Tesla ( F24110027)

Maria Fransisca Njoman (F24110036)

Harry Andiga (F2411057)

Meilita Intan (F24110065)

Chevia Nadia (F24110090)

Anindita Shabrina (F24110109)

Institut Pertanian Bogor

2013

i
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya sehingga makalah ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Terima kasih secara khusus kepada Bapak Fahim
yang telah memberikan bimbingan selama proses pengerjaan makalah, serta kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah. Makalah ini dibuat dalam rangka
menyelesaikan tugas Praktikum Teknik Pangan dengan topik besar “Pengolahan Air”.
Makalah ini membahas secara khusus pengolahan air dalam industri Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Perusahaan AMDK PT
Tirta Investama dengan merk dagang AQUA dan PDAM Tirta Pakuan menjadi obyek
pembahasan dalam makalah dengan titik berat pada proses pengolahan air dari sumber
sampai menjadi air minum.
Bahan baku air AQUA berasal dari berbagai sumber mata air yang jauh dari
pemukiman warga. Bahan baku air PDAM Tirta Pakuan ialah tiga buah mata air dan
Sungai Cisadane. Kualitas sumber air baku yang berbeda antara PDAM dan AMDK
menyebabkan perbedaan teknologi pengolahan yang digunakan untuk mencapai standar
mutu air minum yang sama. Air minum dari PDAM kurang dipercaya untuk diminum
langsung karena media distribusi yang walaupun kecil memiliki kemungkinan
kontaminasi dari logam dan mikroba. Hal ini yang menjadi fokus pembahasan dalam
makalah.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
Daftar Tabel.......................................................................................................................iii
Daftar Gambar...................................................................................................................iv
Daftar Lampiran..................................................................................................................v
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah................................................................................................1
Bab 2 Profil Perusahaan.....................................................................................................3
2.1. AQUA.......................................................................................................................3
2.2. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor...............................................................................4
Bab 3 Tinjauan Pustaka......................................................................................................5
3.1. Air Minum...............................................................................................................5
3.2. Mutu.......................................................................................................................5
3.3. Bahan Baku..............................................................................................................5
3.4. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)..................................................................6
3.5. Air Minum dalam Kemasan (AMDK)........................................................................7
Bab 4 Pembahasan.............................................................................................................8
4.1. AQUA.......................................................................................................................8
4.2. Pengolahan Air di PDAM Tirta Pakuan...................................................................13
Bab 5 Simpulan dan Saran................................................................................................20
5.1. Simpulan...............................................................................................................20
5.2. Saran.....................................................................................................................20
Daftar Pustaka..................................................................................................................21
Lampiran..........................................................................................................................22

ii
Daftar Tabel

Tabel 1 Hasil Uji Mutu Air Baku di Water Treatment AQUA..............................................10


Tabel 2 Hasil Uji Produk Akhir AQUA................................................................................11
Tabel 3 Data Perbandingan nilai kekeruhan dari Sungai Cisadane sebelum pengolahan
dan sesudah pengolahan pada bulan Februari (musim hujan).........................................15
Tabel 4 Hasil Analisa Pengolahan Air WTP Dekeng PDAM Tirta Pakuan Bogor.................18

iii
Daftar Gambar

Gambar 1 Diagram Alir Pengolahan Air AMDK AQUA.......................................................9


Gambar 2 Diagram pengolahan air di PDAM Tirta Pakuan...............................................17
Gambar 3 Diagram alir pendistribusian air PDAM ...........................................................18

iv
Daftar Lampiran

Lampiran 1 Syarat Mutu Air Minum Menurut SNI 01-3553-199.......................................22


Lampiran 2 Persyaratan Air Minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor
492/Menkes/Per/IV/2010................................................................................................23

v
Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Bertambahnya populasi manusia menyebabkan kebutuhan air minum semakin
meningkat. Hal ini diperparah dengan penurunan kualitas dan kuantitas air bersih,
terutama di wilayah perkotaan. PDAM sebagai perusahaan negara berkewajiban
menyediakan air minum yang sesuai standar mutu bagi masyarakat. Permasalahannya
persebaran sumber air bersih tidak merata di berbagai daerah. Sumber air di perkotaan
biasanya memiliki tingkat pencemaran yang sangat tinggi sehingga sulit diolah menjadi
air minum. Wilayah Jakarta misalnya, berdasarkan uji kualitas air pada tahun 2005, 16%
air tanah memiliki status mutu air terkategori tercemar berat, 35% tercemar sedang,
33% tercemar ringan dan hanya 16% yang dikategorikan baik. Fenomena ini
menyebabkan masyarakat tergantung kepada air minum dalam kemasan (AMDK). AMDK
memiliki kualitas air minum yang stabil karena dapat menentukan sumber air yang
digunakan sebagai bahan baku. Air yang digunakan berasal dari mata air pegunungan
dengan tingkat pencemaran rendah atau bahkan nol.
Air baku dari sumber berbeda harus diolah menjadi air minum dengan standar yang
sama. Akibatnya, teknologi pengolahan yang digunakan akan berbeda, di mana air
tercemar membutuhkan penanganan yang lebih kompleks. Makalah ini dibuat untuk
melihat perbandingan proses pengolahan air di perusahaan AMDK dengan PDAM.

1.2. Perumusan Masalah


AQUA merupakan merk AMDK yang cukup terkenal di Indonesia. Kualitasnya telah
dipercaya oleh masyarakat. Sumber air yang digunakan oleh AQUA adalah mata air
pegunungan yang tanpa diolah pun telah layak dikonsumsi sebagai air minum. Semakin
bertambahnya populasi manusia kebutuhan air minum semakin meningkat. AQUA pun
memperluas cakupan pasarnya sehingga kebutuhan akan sumber bahan baku air
semakin meningkat. Air dari sumber telah memenuhi standar air minum, namun ketika
diangkut menuju pabrik, kontaminasi tidak bisa dihindari baik dari saluran distribusi,
udara, dan lain-lain. Kemungkinan terjadinya kontaminasi ini menyebabkan air baku
harus diolah lebih lanjut sampai menjadi air minum. Selain itu perbedaan lokasi sumber
air membutuhkan adanya standardisasi mutu produk, sehingga diperlukan pengujian
secara fisik, kimia, dan mikrobiologis terhadap air baku dan produk jadi AQUA.

1
PDAM Tirta Pakuan menggunakan sumber air yang terdiri atas tiga mata air mata air
Tangkil, Bantar Kambing, dan Kota Batu, serta satu sungai, yaitu Sungai Cisadane.
Perbedaan kualitas antara air baku dari mata air dan dari sungai menyebabkan
perbedaan teknik pengolahan air baku menjadi air minum. Air sungai memiliki kadar
COD dan BOD yang lebih tinggi dibandingkan air dari mata air, sehingga penanganannya
membutuhkan teknologi dan teknik yang lebih kompleks. Setelah diolah, air PDAM
sesungguhnya telah memenuhi standar mutu air minum. Namun proses distribusi
melalui pipa yang cukup panjang menyebabkan adanya risiko kontaminasi logam dan
mikroba, sehingga air menjadi tidak layak langsung dikonsumsi sebagai air minum.

1.3. Tujuan

Mengetahui permasalahan yang dihadapi PT AQUA Golden Mississipi dan PDAM


Tirta Pakuan dalam mengolah air baku menjadi air minum serta mengetahui efektivitas
dan efisiensi proses pengolahan air di kedua perusahaan air minum tersebut.

2
Bab 2 Profil Perusahaan

2.1. AQUA
AQUA lahir atas ide almarhum Tirto Utomo (1930-1994). Diawali dengan menggagas
lahirnya industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia melalui PT Golden
Mississippi pada tanggal 23 Februari 1973. Pabrik pertama berlokasi di kawasan Pondok
Ungu, Bekasi, Jawa Barat. Kapasitas produksi perusahaan sebesar 6 juta liter per tahun.
Produk pertama AQUA berupa botol kaca 950 ml yang disusul dengan kemasan
AQUA 5 galon. Pada tahun 1981 diciptakanlah kemasan baru dari plastik dengan
berbagai ukuran. Pada tahun 1982, terjadi perubahan sumber bahan baku dari air
sumur menjadi mata air pegunungan (mountain spring water). Pada tahun 1984
lisensi untuk memproduksi AQUA diberikan kepada PT Tirta Jayamas Unggul di Pandaan,
Jawa Timur dan kepada PT Tirta Dewata Semesta di Mambal, Bali pada tahun 1987.
Upaya ekspor dirintis sejak tahun 1987 dan terus berjalan baik hingga kini mencakup
Singapura, Malaysia, Maldives, Fiji, Australia, Timur Tengah dan Afrika. Di luar negeri,
tepatnya Filipina, dijalin pula kerja sama untuk memproduksi AQUA, yang telah
berproduksi sejak awal 1998.
Pada tahun 1995, diterapkan teknologi canggih yaitu in-line system di pabrik
AQUA Mekarsari-Sukabumi. Penerapan ini merupakan yang pertama di Indonesia
dan juga di Asia. Tahun 1998, AQUA Group bermitra dengan perusahaan air trans-
nasional DANONE dari Perancis. Tahun 2000, diluncurkan botol dengan label baru
yaitu AQUA-DANONE. Saat ini produk AQUA terdiri dari beraneka kemasan dan ukuran,
kemasan sekali pakai yang terdiri atas botol PET (Poly Ethelene Terephthalate) 1500 ml,
625 ml, 600 ml, 330 ml dan gelas PP (Poly Propelene)240 ml, serta kemasan ulang-alik
terdiri atas botol kaca 380 ml dan botol PC (Poly Carbonate)5 Galon (19 L).
Tahun 1990 PT. Golden Mississippi mengubah nama menjadi PT. AQUA Golden
Mississippi. Pada tahun 1994 dan 1995, AQUA menjadi AMDK pertama yang
berhasil memperoleh Sertifikat ISO 9002 untuk pabrik Bekasi, Citeureup dan Mekarsari.
Menyusul kemudian pabrik Pandaan, pabrik Mambal, pabrik Subang, dan pabrik
Brastagi. Sertifikasi lain yang telah diperoleh yaitu Good Manufacturing Pratices dari
NSF (National Sanitation Foundation). Pada awal 1999, AQUA berhasil memperoleh
sertifikat SMK3 (Sertifikat Mutu Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan pada bulan

3
Oktober 1999 lima pabrik AQUA di Bekasi, Bogor, Sukabumi, Pandaan dan Bali
memperoleh sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point dari SGS,Holland.
Pada tahun 1987, Tirto Utomo mengakuisisi PT. Varia Industri Tirta yang
memproduksi AMDK merek VIT dan merupakan merek kedua dari grup AQUA. Pada
tahun 1994, dibentuk PT. TIRTA INVESTAMA sebagai induk dari unit-unit produksi
AQUA yang tersebar di seluruh Indonesia dan sekarang menjadi lebih dikenal
sebagai AQUA Group, dengan total jumlah karyawan lebih dari 7.400 orang. Hingga
tahun 2005 AQUA Group terdiri dari 1) PT Tirta Investama, di Sukabumi, Wonosobo,
Klaten, Pandaan, Manado, Lampung, Cicadas-Citeureup, Mambal-Bali dan Babakan Pari-
Sukabumi. 2) PT AQUA Golden Mississippi di Bekasi, Citeureup, dan Mekarsari-Sukabumi.
3)PT Ibic Sendirian Berhad di Brunei Darrussalam. 4) PT Tirta di Medan.

2.2. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor


Perusaahan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor merupakan
Badan Usaha Milik Daerah Kota Bogor yang bergerak di bidang distribusi air bersih.
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor berdiri secara resmi pada tanggal 7 Juli 1977 berdasarkan
undang-undang yang tercantum dalam lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Bogor No. 1 tahun 1977 serie D. isi lembaran tersebut memuat peraturan daerah kodya
Bogor No. 5 tahun 1977 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Daerah
Tingkat II Bogor. Secara administrasi PDAM ini beralamat pada Jl. Siliwangi No. 121
Bogor, Jawa barat.

Saat ini PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor telah memanfaatkan tiga mata air
sebagai sumber air yaitu mata air Tangkil, mata air Bantar Kambing, dan mata air Kota
Batu serta satu air permukaan yaitu Sungai Cisadane. Mata air Kota Batu merupakan
mata air tertua yang telah digunakan sebagai sumber air minum bahkan sebelum PDAM
Tirta Pakuan didirikan dan merupakan cikal bakal keberadaan PDAM Kota Bogor.
Sedangkan instalasi pengolahan air sungai Cisadane merupakan yang terakhir dibangun
(awal tahun 1987) untuk mengimbangi pertambahan penduduk dan dapat memenuhi
kebutuhan air bersih bagi seluruh penduduk Kota Bogor selama 24 jam.
Air minum hasil dari produksi PDAM Tirta Pakuan didistribusikan meliputi
wilayah masyarakat Kota Bogor dengan cakupan pelayanan ± 63%. PDAM Tirta pakuan
membagi daerah kerjanya menjadi empat zona, yaitu zona satu, zona dua, zona tiga, dan
zona empat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi distribusi mengingat daerah
pelayanan PDAM Tirta Pakuan adalah seluruh Kota Bogor.

4
Bab 3 Tinjauan Pustaka
3.1. Air Minum
Air merupakan cairan H2O yang tidak berbau dan tidak berasa. Penentuan kualitas
air minum dilakukan dengan menggunakan parameter Kadar Maksimum Diperbolehkan
(KMD) yang artinya jumlah maksimum unsur atau mikroba yang diperkenankan terdapat
dalam air minum dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan. KMD untuk sebagian
besar bahan kimia ditentukan dengan menghitung asupan harian yang menyebabkan
efek samping pada konsumen jika mengonsumsi 2 liter air yang mengandung zat kimia
tersebut per hari selama 70 tahun. KMD untuk unsur karsinogen misalnya, merupakan
konsentrasi substansi dalam air minum yang diperkirakan dapat menyebabkan kanker
dengan insidens 1 dalam 100.000 populasi. Indonesia sendiri memiliki standar air minum
yang ditetapkan berdasarkan Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 serta Standar
Nasional Indonesia, SNI 01-3553-199. Standar tersebut menentukan KMD determinan,
yang terdiri dari KMD fisik,kimiawi dan mikrobiologi.
3.2. Mutu
Menurut Herschdoerfer (1967), mutu adalah kumpulan sifat atau ciri yang
membedakan suatu produk dengan produk lain. Sementara itu pengawasan mutu adalah
suatu usaha untuk mencapai standar mutu produk yang baik dan konsisten, sesuai
dengan pasar yang dituju dan harga jual yang dikenakan (Herschdoerfer 1967). Sistem
pengawasan mutu meliputi aspek prosedur, sumber daya manusia dan peralatan.
Prosedur meliputi sistem pengambilan sampel dan cara analisis. Menurut Soekarto
(1990), standardisasi mutu adalah suatu spesifikasi teknis tentang mutu suatu komoditas
atau dokumen lain yang dapat digunakan untuk umum, yang dibuat dengan cara kerja
sama dan konsensus dari pihak-pihak yang berkepentingan berdasarkan pada hasil
konsultasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengalaman sehingga standardisasi mutu
itu dapat dimanfaatkan masyarakat secara optimal. Standardisasi atau pembakuan ini
meliputi pembakuan persyaratan mutu, pembakuan analisis mutu, pembakuan
interpretasi hasil analisis, pembakuan pengambilan contoh dan pembakuan wewenang
atau kelembagaan.
3.3. Bahan Baku
Menurut Winarno (1986), sumber air yang dapat digunakan untuk kepentingan
manusia antara lain air hujan, air tanah, dan air permukaan. Pemanfaatan air hujan
untuk keperluan air minum cukup sulit, karena dipengaruhi musim dan memerlukan
teknologi tinggi dalam proses pengolahan. (Suprapto et al 1985 ; Winarno 1986). Air

5
tanah adalah air yang terdapat dalam tanah di bawah permukaan bidang batas air-jenuh.
Air tanah dapat diperoleh sebagai mata air, air sumur, dan air infiltrasi (Suprapto et al
1985). Suprapto et al (1985) membagi air tanah menjadi air tanah dangkal, air tanah
dalam dan mata air. Air tanah dangkal diperoleh pada kedalaman tidak lebih dari 15
meter, yaitu berasal dari lapisan rapat air. Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air
yang pertama. Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari dalam tanah, hampir tidak terpengaruh oleh musim
dan kualitasnya sama dengan kualitas air dalam (Suprapto et al 1985)
3.4. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu unit usaha milik
daerah yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum. PDAM terdapat
di setiap provinsi, kabupaten, dan kotamadya di seluruh Indonesia.PDAM merupakan
perusahaan daerah sebagai sarana penyedia air bersih yang diawasi dan dimonitor oleh
aparat eksekutif maupun legislatif daerah. Proses pengolahan air baku PDAM berbeda
sesuai sumber air yang digunakan. Air yang berasal dari mata air tidak perlu melewati
proses pengolahan air,tetapi hanya diberi gas klor untuk desinfeksi sedangkan air baku
yang berasal dari sungai harus melewati pengolahan melalui tahap koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, aerasi, filtrasi, dan desinfeksi.
Proses pertama pengolahan air baku adalah penyaringan awal dengan
menggunakan saringan kasar dengan ukuran 10x10 cm dan saringan halus dengan
ukuran 5x5 cm yang bertujuan untuk menyaring serta menahan benda-benda kasar,
menghilangkan kotoran yang terapung, mengurangi kandungan lumpur serta mencegah
penyumbatan pada pipa dan perusakan pompa. Proses koagulasi dan flokulasi adalah
proses untuk menghilangkan bahan-bahan yang sukar mengendap untuk itu digunakan
koagulan berupa PAC (Poly Alumunium Cloride). Koagulasi adalah proses pencampuran
air dengan koagulan berupa (Poly Alumunium Chlorida) yang dapat memecahkan
kestabilan partikel. Reaksi yang umum terjadi pada proses koagulasi:
Al2(SO4)3 · 18H2O + 3Ca(HCO3)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 18H2O + 6CO2

Al2(SO4)3 · 18H2O + 3Ca(OH)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 18H2

Flokulasi merupakan proses pembentukan partikel menjadi bentuk yang lebih besar
(flok) sehingga mudah diendapkan. Proses sedimentasi berlangsung dengan cara
mengalirkan air melalui sekat-sekat dengan kemiringan 60% yang akan menangkap
lumpur dari hasil pembubuhan koagulan. Pada proses aerasi terjadi kontak langsung

6
antara air dengan udara yang bertujuan untuk menambahkan oksigen dan
menghilangkan gas-gas terlarut dalam air yang bersifat korosif. Filtrasi menggunakan
pasir. Proses desinfeksi dilaksanakan pada akhir proses pengolahan air dengan
membubuhkan gas klor pada air jernih hasil filtrasi untuk memperoleh air yang layak
minum sesuai dengan standar yang berlaku. Dosis pembubuhan gas klor per hari
sebanyak 0.6 ppm.
3.5. Air Minum dalam Kemasan (AMDK)
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), definisi air minum dalam kemasan
(AMDK) adalah air yang telah diolah dengan perlakuan khusus dan dikemas dalam botol
atau kemasan lain dan memenuhi persyaratan air minum. Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) adalah air baku yang telah diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air
mineral dan air demineral.
Pengolahan air minum dalam kemasan menggunakan penyaring dengan pasir (sand
filter), penyaring karbon (carbon filter), serta mikro filtrasi. Menurut Suprapto et al,
(1985) pasir penyaring akan menahan partikel-partikel yang lebih besar dari pori filter.
Bahan koloid akan tertahan yaitu dalam bentuk lapisan seperti gelatin. Ion-ion yang larut
dalam pasir akan dinetralkan oleh ion-ion pasir. Lapisan zooglial pasir mengandung
organisme hidup akan memakan bahan organik. Oleh karena itu, daya kerja pasir
penyaring dapat secara mekanis, elektronis, dan bakterisidal. Gillies (1979)
mengemukakan penyaringan dengan karbon bertujuan untuk menghilangkan beberapa
zat dalam air yang tidak diinginkan, terutama senyawa-senyawa organik yang
menimbulkan rasa dan bau pada air, kekeruhan, dan menghilangkan residu klorin.
Karbon aktif dibuat dengan pembentukan bahan-bahan yang kaya akan unsur karbon (C)
seperti kayu atau batubara dengan cara mengurangi oksigen untuk menghindari
pembentukan karbondioksida. Karbon aktif dapat meyerap zat-zat organik karena faktor
temperatur tinggi yang menyebabkan terjadinya desorbsi senyawa organik (Barnes dan
Wilson, 1983). Setelah itu dilakukan mikrofiltrasi. Mikrofiltrasi bertujuan untuk
mendapatkan air dengan maksimal kekeruhan 0,085 NTU. Selain itu, beberapa
mikroorganisme yang berukuran lebih besar dari pori-pori filter dapat tertahan, sehingga
air bisa lebih bebas dari mikroorganisme (Buckle et al, 1985). Proses penyaringan halus
pada AQUA dilakukan melalui tahap Cartridge 40 mikron, diselingi Carbon Filter,
Cartridge 5 mikron absolut (PC), dan Cartridge 1 mikron absolut (PD).

7
Bab 4 Pembahasan

4.1. AQUA
PT AQUA Golden Mississipi menggunakan dua jenis sumber air sebagai bahan
baku di perusahaan. AQUA memanfaatkan mata air sebagai sumber air baku untuk
produk air minum dalam kemasan, sementara sumber air sumur digunakan untuk air
pencucian.
4.1.1. Pengolahan Air Baku untuk Produk
AQUA berasal dari mata air pegunungan alami. Sumber air yang digunakan oleh PT
AQUA Golden Missisipi berasal dari mata air di desa Mekarsari, Cicurug, Sukabumi, Jawa
Barat. Debit air di sini relatif stabil baik pada musim kemarau maupun penghujan.
Sumber mata air yang dipilih adalah yang bebas dari cemaran biologis, kimia, maupun
fisik, serta jauh dari pemukiman masyarakat. Sebelum air dipindahkan ke storage
dilakukan pengambilan sampel untuk diperiksa klorin, pH, turbidity, conductivity. Air dari
sumber mata air disimpan dalam dua buah storage tank berkapasitas 80.000 L dan
50.000 L. Air yang memenuhi standar dapat dibongkar untuk diolah lebih lanjut.

Setelah pembongkaran, dilakukan proses filtrasi. Tujuan filtrasi adalah untuk


memisahkan air dari kotoran-kotoran di dalamnya. Filter terdiri dari suatu alas
penyangga dari benda-benda granula untuk menghilangkan benda-benda padatan
tersuspensi dair air, dan dilengkapi dengan alat untuk mempertahankan kecepatan aliran
yang seragam melalui alas tersebut serta pembalikan arah aliran air secara periodik
untuk mencuci padatan-padatan yang terakumulasi dari medium filter (Jenie, 1988).
Pengolahan air minum dalam kemasan menggunakan penyaring dengan pasir (sand
filter), penyaring karbon (carbon filter), serta mikro filtrasi. Tahapan penyaringan air
dalam pengolahan AQUA sebagai berikut. Air baku dari tangki penyimpanan difiltrasi
dengan sand filter, lalu air ditampung untuk kemudian melalui Cartridge 40 micron
sebagai mikrofilter pertama. Selanjutnya air melewati carbon filter yang berfungsi
menyerap komponen organik. Proses selanjutnya ialah mikrofiltrasi di Cartridge 5 micron
absolute dan Cartrige 1 micron.

Berikutnya air memasuki tahap ozonisasi. Ozon diinjeksikan pada air dari
penyaringan 1 mikron. Air kemudian masuk ke mixing tank untuk menyatukan ozon
dengan air. Ozon merupakan senyawa tidak stabil yang mudah terurai menjadi oksigen
dan oksigen bebas (Nescant). Nescant secara aktif mengoksidasi air termasuk bakteri di

8
dalamnya. Ozon mampu membunuh sel vegetatif E.coli hingga 90-99%, dan
menginaktivasi virus 10-20 detik pada dosis 0,3 ppm. Standar ozon dalam mixer sebesar
0,3-0,8 ppm. Setelah ozonisasi, air dinyatakan steril lalu dialirkan ke finish tank. Setelah
itu produk dikemas dan dipak dalam crate yang kemudian siap didistribusikan.

Transportasi

Pembongkaran air sumber

Sand Filter

Penampungan air

Cartridge Filter 40 micron

Carbon filter

Cartridge Filter 5 micron absolute

Cartridge Filter I

Ozonisasi Generator ozone Udara

Tangki finish

Deozonasi

Filling Filling

Gambar 1 Diagram alir pengolahan air baku menjadi produk AMDK AQUA

9
4.1.2.6. Penjaminan Mutu Produk AMDK AQUA

Tabel 1 Hasil Uji Mutu Air Baku di Water Treatment AQUA

Jam (dalam
Jumlah Sampel Jenis Test Frekuensi satu shift)
06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00
Storage tank pH Tiap 2 jam 6,50 6,53 6,50 6,51 6,50
Turbidity Tiap 2 jam 0,60 0,05 0,06 0,05 0,05
Conductivity
(uS/cm) Tiap 2 jam 152,5 148,4 150,1 149,1 144,6
Awal sesuai
Fe (ppm) produksi standar - - - - - - - -
2 2 2 2 2 2 2 2
sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai
Klorin (ppm) Tiap 1 jam 2 sampai 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Cartridge 40 mic. Turbidity (NTU) Tiap 1 jam 0,05 0,04 0,06 0,05 0,05 0,04 0,04 0,05 0,06
Carbon filter pH Tiap 3 jam 6,50 6,50 6,52
Turbidity (NTU) Tiap 3 jam 0,05 0,06 0,05
Conductivity
(uS/cm) Tiap 3 jam 144,3 145,6 138,7
Klorin (ppm) Tiap 1 jam 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Cartridge 1 mic. Turbidity (NTU) Tiap 1 jam 0,05 0,04 0,05 0,06 0,05 0,04 0,05 0,06 0,06
Test rasa Tiap 1 jam N N N N N N N N N
awal sesuai
Fe (ppm) produksi standar - - - - - - - -
Mixing tank Ozon (ppm) Tiap 1 jam 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Sumber : Julvhina Tarigan 2006

10
4.1.8. Hasil Uji Produk Akhir AQUA

Tabel 2 Hasil Uji Produk Akhir AQUA

Jenis sampel Jenis test Frekuensi Jam (dalam satu shift)


06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00
Botol 5 gallon Ph Tiap 3 jam 6,50 6,53 6,50
Turbidity (NTU) Tiap 1 jam 0,05 0,06 0,05 0,04 0,06 0,06 0,05 0,04 0,06
Conductivity
(uS/cm) Tiap 3 jam 144,3 145,6
Ozone (ppm) Tiap 1 jam 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
awal
Nitrit produksi Negatif - - - - - - - -
Botol gelas 380
ml Ph Tiap 2 jam 6,65 6,24 6,58 6,63 6,55
Turbidity (NTU) Tiap 1 jam 0,05 0,04 0,05 0,06 0,05 0,06 0,04 0,05 0,06
Conductivity
(uS/cm) Tiap 2 jam 149,3 144,0 145,4 148,0 145,2
Ozone (ppm) Tiap 1 jam 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
awal
Nitrit produksi Negatif - - - - - - - -
Sumber : Julvhina Tarigan 2006

11
Air AQUA selalu dijaga mutunya dengan berbagai pengujian setiap tahapan
prosesnya. Air yang disimpan dalam storage tank diuji kadar klorinnya setiap satu jam,
sementara pH, turbidity, dan conductivity diuji setiap dua jam. Kadar besi (Fe) diukur
hanya pada awal produksi. Air dalam storage tank mengandung klorin sebagai
desinfektan yang mencegah pertumbuhan mikroba. Cartridge 40 micron berfungsi untuk
menyaring kotoran sampai ukuran 40 mikron. Pengujian turbidity dilakukan setelah
penyaringan di cartridge 40 micron setiap satu jam, di mana turbidity air dijaga pada
kisaran 0,05 NTU. Penyaringan menggunakan carbon filter mengurangi konduktivitas air
serta mendeklorinasi air. Pengujian pH, turbidity, dan conductivity dilakukan setiap tiga
jam, sementara pengukuran kadar klorin setiap satu jam. Nilai klorin di sini harus selalu
nol. Selanjutnya air diproses di Cartridge 1 micron. Setelah dari penyaring ini air diuji
turbidity, rasa dan kadar FE. Air harus tidak berasa dan memiliki kadar Fe tidak melebihi
standar. Terakhir air mengalami ozonisasi di mixing tank dengan kadar ozon 0,5 ppm.
Produk AMDK hasil pengolahan juga senantiasa diuji pH, turbidity, conductivity,ozon
dan nitritnya sehingga selalu sesuai dengan standar yang ada. Kandungan nitrit pada
AMDK baik kemasan botol 5 gallon maupun gelas 380 ml harus bernilai nol. Sementara
pH dalam kisaran 6,5-8,5. Untuk produk AQUA sendiri pH produk tidak pernah lebih dari
7. Terdapat perbedaan standar ozon yang terkandung dalam produk, di mana kadar ozon
pada air di kemasan botol 5 gallon harus 0,4 ppm, sementara pada kemasan botol 380
ml hanya 0,2 ppm. Perbedaan juga terlihat pada waktu pengujian di mana air dalam
kemasan botol gelas 380 mL lebih sering diuji dibandingkan kemasan botol 5 gallon. Hal
ini disebabkan kapasitas produksi yang lebih banyak disediakan bagi botol gelas 380 ml.
Pengujian terhadap air baku dan produk air minum dilakukan berulang kali dalam
sehari dengan tujuan apabila suatu saat air baku atau produk tidak memenuhi standar,
proses produksi dihentikan sementara untuk perbaikan proses pengolahan. Hal ini
menunjukkan integritas AQUA dalam menjaga kualitas produknya agar sesuai tandar air
minum di Indonesia yakni Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 serta Standar
Nasional Indonesia, SNI 01-3553-199. Sebenarnya pengujian yang berulang kali ini
kurang efisien dalam hal biaya serta waktu. Pengujian memang perlu dilakukan, namun
mungkin tidak dalam selang waktu yang demikian singkat seperti 1-2 jam.
4.1.2. Pengolahan Air untuk Pencucian
Selain pengolahan air untuk air minum dalam kemasan, AQUA juga menjamin
kualitas air yang digunakan untuk mencuci alat dan bahan dengan memanfaatkan air
sumur yang diolah terlebih dahulu. Air sumur yang digunakan berasal dari sumur I dan
IV. Sumur I dengan panjang pipa 50 m dan debit air 180/L menit. Berbeda dengan air
baku produk yang diolah di water treatment C, pengolahan air dari sumur I dilakukan di
water treatment D/E. Air dari dalam tanah dipompakan melewati meteran dan diinjeksi
klorin 20 ppm dalam mixer kemudian masuk ke tangki oksidasi yaitu tangki storage A, ke
storage B dan D. Di storage A model tangkinya ganda, tangki bagian dalam bentuk
dasarnya agak lancip guna tempat pengambilan Fe (dibuang 1 hari sekali). Untuk tempat
pengambilan sampel kualitas air ada 8 buah kran. Sumur IV dengan panjang pipa 150 m
dan debit air 300 L/menit, pengolahannya dilakukan di water treatment B. Air dari sumur
IV dipompa kemudian diinjeksi klorin 5-8 ppm kemudian dicampur dengan air didalam

12
mixing dan selanjutnya masuk ke tangki storage H. Kapasitas storage H 100 m3. Setelah
itu air dari kedua sumber ini dipompakan ke tahap penyaringan.
Proses penyaringan dilakukan di water treatment B untuk air dari sumur IV dan
water treatment D/E untuk air dari sumur I. Penyaringan dilakukan dalam tangki yang
berisi sand filter dan carbon filter. Media penyaring dalam sand filter adalah pasir silika
yang berada dalam 15-20 cm dari main hole. Silika berfungsi untuk menyaring partikel-
partikel terbesar dalam air. Bagian paling bawah adalah strainer model jamur yang
berfungsi untuk menghindari lolosnya pasir ke luar. Dalam carbon filter I juga terdapat
pasir silika yang digunakan untuk menutup strainer. Fungsi karbon adalah sebagai
absorben, menghilangkan klorin, rasa, dan bau serta menyaring partikel terkecil yang
ada. Setelah dari carbon filter air masuk ke tangki softener untuk dilunakkan.
Sebelum dilunakkan, kadar klorin dari carbon filter harus nol. Isi dalam tangki
softener adalah resin. Resin sebagai ion exchanger guna mengikat kalsium dan
magnesium karbonat akan menjadi jenuh. Jika resin didalam softener sudah jenuh atau
sudah banyak mengikat unsur Mg dan Ca maka dilakukan regenerasi. Proses kembali
regenerasi untuk membebaskan kembali resin dari Mg dan Ca dengan cara
menambahkan garam NaCl. Tujuan pelunakkan air adalah untuk menyerap kandungan
Mg dan Ca dalam air, menghemat bahan pencucian dan menghindari perkerakan pada
dinding-dinding mesin pada saat ada pemanasan. Soft water dari tangki dialirkan ke
mixing tank yang kemudian diozonisasi dengan penginjeksian ozon 0,3-0,8 ppm untuk
membunuh mikroba. Setelah tercampur dengan ozon maka air dialirkan ke tangki
penampungan soft water yang akan digunakan untuk pencucian botol 5 gallon dan botol
gelas 380 ml.
Pengolahan air di AQUA meliputi pengolahan air dari mata air untuk produk AMDK
serta pengolahan air sumur untuk air pencucian. Keduanya melalui tahapan yang
berbeda di mana pengolahan air sumur lebih banyak tahapannya. Perbedaan terlihat
pada tahap klorinasi dan pelunakan yang ada dan tahap mikrofiltrasi yang tidak ada pada
pengolahan air pencucian. Kadar ozon yang diinjeksikan pada air pencucian juga jauh
lebih tinggi (3-8 ppm) dibandingkan pada AMDK (0,5 ppm). Faktor yang memengaruhi
adalah kualitas air baku serta fungsi produk akhir. Air baku dari sumur masih memiliki
kandungan mikroba dan mineral yang harus dihilangkan sebelum air digunakan untuk
mencuci, sementara air dari mata air memiliki mutu standar air minum. Selain itu fungsi
dari air hasil pengolahan juga berbeda di mana air untuk pencucian tidak harus
memenuhi standar air minum untuk dikonsumsi, sehingga boleh memiliki kadar klorin
dan ozon yang tinggi sebagai desinfekta, sementara AMDK harus memenuhi standar
keamanan air untuk dikonsumsi.

4.2. Pengolahan Air di PDAM Tirta Pakuan


Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Pakuan Kota Bogor memanfaatkan tiga mata air
sebagai sumber air baku yaitu mata air Tangkil, mata air Bantar Kambing, dan mata air
Kota Batu. Sedangkan air permukaan yang dimanfaatkan adalah air Sungai Cisadane.

13
Mata Air Tangkil terletak di Kecamatan Caringin dan memilki areal konservasi seluas
15 Ha. Pada awal operasi debit air yang dihasilkan 170 L/detik, namun saat ini debit yang
masuk mengalami penurunan menjadi 118,6 L/detik. Kondisi topografi di lokasi sumber
Mata Air Tangkil relatif tidak rata, sehingga PDAM Kota Bogor melakukan berbagai
kegiatan penanaman untuk mencegah erosi sekaligus menjaga kelestarian kawasan.
Penggunaan lahan di Tangkil didominasi oleh sawah dan hutan, oleh karena itu kondisi
air bahan baku relatif tidak tercemar (Putri 2004). Mata Air Bantar Kambing berada di
kaki Gunung salak, tepatnya di Kecamatan Cijeruk. Mata air ini memiliki debit yang stabil
sebesar 167 L/detik. Debit air yang dihasilkan mata air Kota batu pada saat ini 65 L/detik.
Sama halnya dengan mata air Tangkil, kondisi air bahan baku pada mata air ini juga tidak
tercemar (Putri 2004). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan air bersih bagi
masyarakat Kota Bogor, PDAM Tirta Pakuan menggunakan Sungai Cisadane sebagai
sumber air baku yang mendukung separuh dari total produksi PDAM. Dua intake yang
dibangun oleh PDAM Kota Bogor yaitu intake hulu yang terletak di Ciherang Pondok
Kecamatan Caringin dan intake hilir yang terletak di Cipaku. Intake Ciherang Pondok
dirancang dengan kapasitas maksimal 1000 L/detik menyuplai air bahan baku lewat pipa
transmisi menuju WTP Dekeng. Dalam perkembangannya sekarang WTP Dekeng telah
memanfaatkan air baku rata-rata 550 L/detik sedangkan intake Cipaku memasok air baku
sampai 210 L/detik untuk diolah di WTP Cipaku (Putri 2004).
Kualitas air Sungai Cisadane dapat diketahui dari parameter pH, kekeruhan, kadar N
total dan P total, serta nilai BOD dan COD. Air Sungai Cisadane di bagian hulu, tengah
dan hilir memiliki pH berturut-turut 6,0-6,5; 6-6,3 dan 5,0-5,5 (Siahaan 2011) . Pada
musim hujan, nilai pH cenderung lebih tinggi mungkin akibat akumulasi senyawa
karbonat dan bikarbonat sehingga air sungai lebihbasa (Novotny dan Olem 1994). Selain
itu pada musim hujan kekeruhan sungai juga semakin meningkat. Kekeruhan ini akan
semakin meningkat dari hulu, tengah, hingga hilir sehingga air sungai hanya cocok untuk
pertanian dan peternakan.

14
Tabel 3 Data Perbandingan nilai kekeruhan dari Sungai Cisadane sebelum pengolahan
dan sesudah pengolahan pada bulan Februari (musim hujan)

Kekeruhan (NTU)
Tanggal
Februari Juni
1 112 0.7 40 0.46
2 92 1.28 39 0.42
3 324 0.85 36 0.56
4 200 1.2 37 0.47
5 78 0.92 36 0.52
6 58 0.85 38 0.4
7 173 0.8 38 0.69
8 180 0.91 40 0.52
9 327 1.13 37 0.66
10 64 0.89 39 0.67
11 89 0.74 38 0.45
12 295 0.95 39 0.68
13 143 1.28 31 0.81
14 75 1.06 154 0.74
15 92 0.94 53 0.59
16 246 0.66 38 0.56
17 101 0.71 42 0.45
18 53 0.75 40 0.6
19 99 0.76 38 0.43
20 350 1.75 42 0.5
21 71 0.89 40 0.6
22 73 0.75 38 0.47
23 63 0.69 40 0.5
24 44 0.99 40 0.47
25 55 1.03 160 0.82
26 67 0.88 50 0.37
27 68 0.93 39 0.51
28 70 0.98 37 0.48
Berdasarkan Kadar N Total/Nt air Sungai Cisadane masih jauh dari ambang batas
tertinggi (PP No.82/2001). Namun kadar Nt semakin ke hilir semakin meningkat yaitu
hulu (0,044 – 0,435 mg/L), tengah (,115 -0,622 mg/L) dan hilir (0,26 – 0,806 mg/L)
(Siahaan 2011). Kadar P Total/Pt di dalam air Sungai Cisadane juga memiliki
kecenderungan meningkat semakin ke hilir (Siahaan 2011). Nilai Nt dan Pt yang semakin
meningkat ke hilir disebabkan semakin banyak pencemar sumber N dan P yang masuk ke
Sungai Cisadane. Sumber pencemar dari berbagai aktivitas manusia baik itu di sepanjang
Sungai Cisadane. Secara umum, air Sungai Cisadane di bagian hulu hingga tengah masih

15
dapat dipergunakan sebagai sumber air baku, namun di bagian hilir tidak dapat
digunakan karena konsentrasi Pt melebihi ambang batas.
Nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand)
menunjukkan banyaknya pencemar organik yang ada di dalam air sungai (Novotny &
Olem 1994). BOD dan COD lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan musim hujan
(Siahaan 2011). Berdasarkan uji laboratorium, saat ini nilai BOD dan COD dari Sungai
Cisadane sudah masuk ke dalam kategori ambang batas pencemaran sehingga tidak
dapat digunakan sebagai bahan air minum atau air baku sesuai PP No.82/2001.
Berdasarkan penjabaran di atas, secara umum air Sungai Cisadane hanya di hulu dan
tengah yang masih dapat dipergunakan sebagai air baku. Sesuai klasifikasi Miller (2007),
kualitas air Sungai Cisadane dari hulu hingga hilir yaitu tercemar ringan (Stasiun 1-6) dan
tercemar parah di Stasiun 7-9 yang berada di bagian hilir. Bagian hulu dari Sungai
Cisadane berada di Bogor sementara hilir di Tangerang. Kualitas air Sungai Cisadane di
Bogor masih bisa dikatakan bagus, tetapi di Tangerang, yang menjadi daerah limpasan
air, kondisi air tidak memadai. Berdasarkan hasil penelitian JICA (Japan International
Corporation Agency) dan BLHD (Badan Lingkungan Hidup Daerah) tercemarnya bagian
hilir dari Sungai Cisadane 84 persen berasal dari limbah domestik (Adityo 2013).
Perbedaan kualitas air baku yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan
perbedaan beban pencemaran pada sumber air baku yang menyebabkan tahap
pengolahan air yang berbeda pula. Air yang berasal dari mata air tidak perlu melewati
proses pengolahan air, tetapi hanya diberi gas klor untuk desinfeksi sedangkan air baku
yang berasal dari Sungai harus melewati pengolahan melalui tahap koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, aerasi, filtrasi, dan desinfeksi. Tujuan dibangunnya instalasi pengolahan air
minum adalah untuk menghilangkan kekeruhan dalam air yang diikuti adanya
peningkatan kualitas air minum. Kualitas air yang kurang bagus seperti air yang keruh
apalagi pada waktu hujan, bau kaporit, dan lumut. Tingkat kekeruhan dari air baku yang
masuk di WTP Dekeng dan Cipaku pada bulan Februari (musim penghujan) sekitar 112
NTU. Setelah melalui proses pengolahan air tingkat kekeruhan menjadi 0.7 NTU.
Sedangkan pada bulan Juni yang merupakan musim kemarau tingkat kekeruhan dari air
baku yang masuk di WTP Dekeng dan Cipaku sekitar 40 NTU dan melalui proses
pengolahan air secara lengkap dan bertahap, tingkat kekeruhan air menjadi 0.46 NTU.

16
Secara ringkas, tahapan pengolahan air di WTP Dekeng dan Cipaku disajikan pada
bagan dibawah ini.

AIR BAKU

Debit Air
Kekeruhan

Pendosisan koagulan

Koagulasi

Flok Kecil
Flokulasi Tidak Jartest
Set Dosis/kalibrasi

Ya

Sedimentasi

Kekeruhan > 5 NTU


Kekeruhan < 5 Drain Lumpur
NTU Tidak
Set Dosis/Kalibrasi

Ya

Filtrasi

Kekeruhan > 1 NTU


Kekeruhan < 1 Back Wash
Tidak
NTU Ganti pasir

Ya

Sisa Chlor
Desinfeksi Tidak
Set
Dosis/Kalibrasi
Ya

Air bersih

Gambar 2 Diagram pengolahan air di PDAM Tirta Pakuan

17
Instalasi pengolahan air di WTP Dekeng melakukan pengujian terhadap kualitas air
pada beberapa parameter fisik dan kimia. Penggolongan kualitas air baku mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 173/MENKES/PER/VIII/77, tahun
1977. Sementara kualitas air bersih diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik
No. 416/MENKES/PER/IX/1990, tanggal 3 September 1990.
Tabel 4 Hasil Analisa Pengolahan Air WTP Dekeng PDAM Tirta Pakuan Bogor
No Parameter Satuan Batas Syarat Air Baku Batas Syarat Air Bersih
Air Baku Dekeng Air Bersih Dekeng
Fisik
o
1 Suhu C Suhu Udara 25.5 Suhu Udara 25.7
2 Kekeruhan NTU 27 25 0.55
3 Jumlah zat padat mg/l 1000 62.4 1500 62.2
terlarut (TDS)
Kimia
pH 6.5-8.5 7.6 6.5-9.0 7.21
Bikarbonat (HCO3) mg/L 63.7 59.23
Kasium (Ca2+) mg/L 12.03 11.73
Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 62.8 500 59.72
Chlorida (Cl-)
Karbondioksida mg/L 600 5.86 600 4.67
(CO2) mg/L 4.20 3.76
Sumber: Uji Laboratorium Cipaku PDAM Kota Bogor Tanggal 23 Mei 2005 (Yuliawati
2005)
Sistem pendistribusian air bersih hasil olahan menggunakan sistem zoning yaitu
pembagian sistem distribusi atas zona-zona tergantung pada pertimbangan luas kota,
menyangkut efisiensi dan kelancaran pelayanan dan perbedaan elevasi kota.
Pendistribusan air dilakukan melalui saluran pipa transmisi yang ditunjukkan pada bagan
dibawah ini.
Pipa Transmisi Transmisi Air Pipa
Air Baku Bersih Distribusi/retik
Pipa Dinas
ulasi

Gambar 3 Diagram alir pendistribusian air PDAM Pipa Persil


Sistem distribusi terdiri dari suatu reservoir dan pipa distribusi yang disalurkan ke
konsumen, sistem distribusi yang digunakan oleh PDAM Tirta Pakuan Bogor dengan
sistem gravitasi karena Kota Bogor memiliki kondisi topografi yang di nilai cukup efektif

18
dan efisien untuk pengaliran sistem gravitasi melalui saluran drainase menuju badan air
penerima. Dalam pendistribusian air, PDAM Kota Bogor menggunakan sistem zoning.
Konsumen zona 1 berasal dari 1/3 mata air Tangkil yang langsung didistribusikan ke
konsumen. Konsumen zona 2 berasal dari 2/3 sumber mata air Bantar kambing.
Konsumen zona 3 berasal dari reservoir Cipaku (air baku dari Ciherang Pondok sebagian
dari sumber mata air Bantar Kambing) sebagian dari instalasi WTP Dekeng. Konsumen
zona 4 berasal dari reservoir Pajajaran (2/3 mata air Tangkil dan air baku Ciherang
Pondok yang diolah di WTP Dekeng). Konsumen zona 6 berasal dari mata air Kota Batu
yang langsung didistribusikan ke konsumen.
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium Cipaku kualitas air hasil olahan di
instalasi Dekeng telah memenuhi standar kualitas air minum sesuai Permenkes Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 serta Standar Nasional Indonesia, SNI 01-3553-199, sehingga
dapat diminum tanpa harus di masak terlebih dahulu, tetapi air hasil olahan tersebut
saat sampai ke konsumen belum memenuhi standar kualitas air minum tapi baru
memenuhi standar kualitas air bersih sehingga harus dimasak terlebih dahulu. Hal
tersebut karena risiko kontaminasi bakteri dan logam, serta rembesan air tercemar dari
pipa yang bocor selama distribusi. Agar air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
dapat langsung diminum, pemeliharaan pipa harus diperhatikan.

19
Bab 5 Simpulan dan Saran
5.1. Simpulan
Pengolahan air di PT AQUA Golden Mississipi meliputi pengolahan air mata air
menjadi produk AMDK serta pengolahan air sumur menjadi air pencucian. Perbedaan
mutu air baku dari kedua sumber serta fungsi produk hasil pengolahan menyebabkan
perbedaan pada tahap pengolahan yang dilalui. Tahap pengolahan AMDK dari mata air
meliputi tahap transportasi, pembongkaran air sumber, sand filter, penampungan air
sumber di tangki penyimpanan, kemudian mikrofiltrasi melalui Cartridge 40, Carbon
Filter, Cartidge Filter 5 Micron, dan Cartridge Filter I serta ozonisasi. Pengolahan air
pencucian dari air sumur meliputi klorinasi, sand filter, carbon filter, dan ozonisasi tanpa
mikrofiltrasi. Produk AMDK AQUA dijaga kualitasnya dengan melakukan pengujian di
setiap tahap pengolahan mulai dari sumber sampai produk akhir.
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor memanfaatkan tiga mata air yaitu mata air Tangkil,
Bantar Kambing, dan Kota Batu serta Sungai Cisadane. Air yang berasal dari mata air
sudah memiliki kualitas air yang baik sehingga sebelum didistribusikan ke konsumen
tidak perlu melewati proses pengolahan air, tetapi hanya diberi gas klor untuk desinfeksi.
Sedangkan air baku yang berasal dari Sungai Cisadane harus melewati proses
penyaringan awal, pra sedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, aerasi, filtrasi, dan
desinfeksi.
Produk akhir dari kedua perusahaan memenuhi standar air bersih dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik No. 416/MENKES/PER/IX/1990 serta standar air minum
Indonesia yang tertuang pada Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 dan Standar
Nasional Indonesia, SNI 01-3553-199. Namun air PDAM dianjurkan diminum setelah
dimasak karena ada risiko kontaminasi mikroba dan logam selama proses distribusi
melalui pipa saluran air.
5.2. Saran
Pengujian terhadap produk AMDK AQUA sangat ketat mulai dari sumber hingga
produk akhir. Selang waktu yang digunakan antara 1-3 jam setiap pengujian. Sebaiknya
pengujian dilakukan dalam selang waktu yang lebih lama untuk lebih mengefisienkan
waktu dan energi mengingat sumber dan teknologi yang digunakan untuk pengolahan
AMDK AQUA sudah berkualitas. Air hasil pengolahan PDAM Tirta Pakuan sebenarnya
memenuhi standar air minum, namun kemungkinan kontaminasi selama distribusi
menyebabkan air harus dimasak dahulu sebelum dikonsumsi. Saran yang diberikan
adalah pemeliharaan pipa distribusi sehingga risiko kontaminasi dapat dikurangi.

20
Daftar Pustaka

Adityo. 2013. Air Sungai Cisadane Tercemar Limbah [terhubung berkala]


http://www.indopos.co.id/index.php/berita-urban-city/3321-air-sungai-cisadane-
tercemar-limbah [10 September 2013]
Badan Standarisasi Nasional. Air Minum Dalam Kemasan. Standar Nasional Indonesia 01-
3553-1996, Jakarta.
Barnes, D, dan F. Wilson. 1983. Chemistry and Unit Operation Treatment. Terjemahan
Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit UI Press, Jakarta.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Feet dan M. Wooto. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan Hari
Purnomo dan Adiono. Penerbit UI Press, Jakarta.
Fellow, P.J. 2000. Food Processing Technology: Principles and Practice. Woodhead
Publishing (ed), England.
Gillies, M.T. (ed). 1979. Drinking Water Detoxification. New York: Noyes Deta
Coorporation
Herschdoerfer, S.M. 1967. Quality Control in The Food Industry. London:Academy Press.
Jenie, B.S.L. 1988. Sanitasi dalam Industri Pangan. Bogor : IPB Press.
Miller GT.2005. Living in the Environment: Principles, Connections, and Solutions. Canada:
Thompson Brooks/Cole
Novotny, V., H. Olem. 1994. Water Quality: prevention, Identification, and Management
of Diffuse Pollution. New York: van Nostrand Reinhold.
Putri, Winda Utami. 2004. Evaluasi Kondisi Air Sungai dan Mata Air PDAM Tirta Pakuan
Kota Bogor. Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FATETA, IPB. Bogor
Siahaan, Ratna, Andry Indrawan, Dedi Soedharma, Lilik B.Prasetyo. 2011. Kualitas air
sungai cisadane, Jawa Barat-Banten. Jurnal Imliah Sains. 11 (2) : 269-272
Soekarto, S.T. 1990. Pengawasan Mutu Pangan. PAU Pangan dan Gizi.Bogor :IPB Press.
Sundra IK. 2001. Studi kualitas perairan Sungai Nyuling di Karangasem ditijnjau dari aspek
fisik kima dan mikrobiologi. J Biologi 5 (1):9-20.
Suprapto, et al. 1985. Teknologi Air I. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FATETA, IPB.
Bogor.
Tarigan Julvhina. 2006. Mempelajari Aspek Produksi dan Pengawasan Mutu Air Minum
dalam Kemasan (AMDK) Botol 5 Gallon (19 Liter) dan Botol Gelas (380mL) di Pabrik
Pengolahan AMDK PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPI Tbk, Bekasi,Jawa Barat. Laporan
Magang. Program Studi Supervisor Jaminan Mutu Pangan Dept ITP Fateta IPB
Yuliawati. 2005. Aspek Teknik Pendayagunaan Lahan dan Air pada Sistem Pengolahan Air
Bersih Di Water Treatment Plant (WTP) Dekeng Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
Pakuan Kota Bogor. Laporan Magang Akhir. Bogor: Program Studi Teknik
Pendayagunaan Lahan dan Air, Departemen Teknik Pertanian, Fateta, IPB.

21
Lampiran
Lampiran 1 Syarat Mutu Air Minum Menurut SNI 01-3553-199
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan:
a. Bau - Tidak berbau
b. Rasa - Normal
c. Warna Unit Pt.Co Maks 5
2 pH - 6,5-8,5
3 Kekeruhan NTU Maks 5
4 Kesadahan sebagai CaCO3 mg/L Maks 150

5 Zat padat terlarut mg/L Maks 500

6 Nitrat Organik sebagai angka mg/L Maks 1,0


KMnO4
7 Nitrat sebagai NO3 mg/L Maks 45

8 Nitrat sebagai NO2 mg/L Maks 0,005

9 Ammonia (NH4) mg/L Maks 0,15

10 Sulfat mg/L Maks 200

11 Khlorida (C1) mg/L Maks 250

12 Flourida (F) mg/L Maks 1

13 Sianida (CN) mg/L Maks 0,05

14 Besi (Fe) mg/L Maks 0,3

15 Mangan (Mn) mg/L Maks 0,05

16 Khlor bebas mg/L Maks 0,1

17 Cemaran logam berat: mg/L


a. Timbal (Pb) Maks 0,005
b. Tembaga (Cu) Maks 0,5
c. Kadmium (Cd) Maks 0,005
d. Raksa (Hg) Maks 0,001
18 Cemaran Arsen (As) mg/L Maks 0,05

19 Cemaran mikroba
a. Angka lempeng total awal Koloni/mL Maks 1,0 x102
b. Angka lempeng total akhir Koloni/mL Maks 1,0x103
c. Bakteribentuk coli APM/100mL <2
Koloni/mL Nol
d. Clotridium perfringes - Negatif/100ml
e. Salmonella - Negatif/100ml

22
Lampiran 2 Persyaratan Air Minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor
492/Menkes/Per/IV/2010

1. Parameter Wajib

No Jenis parameter Satuan KMD


1. Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter mikrobiologi
1. E.coli Jumlah per 0
100 mL sampel
2. Total bakteri koliform Jumlah per 0
100 mL sampel

b. Kimia anorganik
1. Arsen mg/L 0,01
2. Fluorida mg/L 1,5
3. Total kromium mg/L 0,05
4. Kadmium mg/L 0,003
5. Nitrit, (sebagai NO2-) mg/L 3
6. Nitrat, (sebagai NO3-) mg/L 50
7. Sianida mg/L 0,07
8. Selenium mg/L 0,01

2. Parameter yang tidak berhubungan


langsung dengan kesehatan
a. Parameter fisik
1. Bau - Tidak berbau
2. Warna TCU 15
3. Total zat padat terlarut mg/l 500
4. Kekeruhan NTU 5
5. Rasa - Tidak berasa
o
6. Suhu C Suhu udara +3

b. Parameter kimiawi
1. Aluminium mg/L 0,2
2. Besi mg/L 0,3
3. Kesadahan mg/L 500
4. Klorida mg/L 250
5. Mangan mg/L 0,4
6. pH mg/L 6,5-8,5
7. Seng mg/L 3
8. Sulfat mg/L 250
9. Tembaga mg/L 2
10. Amonia mg/L 1,5
2. Parameter Tambahan

23
No Jenis parameter Satuan KMD
1. Kimiawi

24
No Jenis parameter Satuan KMD
a. Bahan anorganik
Air raksa mg/L 0,001
Antimon mg/L 0,02
Barium mg/L 0,7
Boron mg/L 0,5
Molibdenum mg/L 0,07
Nikel mg/L 0,07
Sodium mg/L 200
Timbal mg/L 0,01
Uranium mg/L 0,015
b. Bahan organik
Zat organik (KMnO4) mg/L 10
Deterjen mg/L 9,05
Alkana terklorinasi
Karbon tetraklorida mg/L 0,004
Diklorometana mg/L 0,02
1,2-dikloroetana mg/L 0,05
Etana terklorinasi
1,2-dikloroetena mg/L 0,05
Trikloroetena mg/L 0,02
Tetrakloroetena mg/L 0,04
Hidrokarbon aromatik
Benzena mg/L 0,01
Toluena mg/L 0,7
Xilena mg/L 0,5
Etilbenzena mg/L 0,3
Stirena mg/L 0,02
Benzena terklorinasi
1,2-diklorobenzena mg/L 1
1,4-diklorobenzena mg/L 0,3
Lain-lain
Di (2-etilhexyl)phthalate mg/L 0,008
Akrilamida mg/L 0,0005
Epiklorohidrin mg/L 0,0004
Hexaklorobutadiena mg/L 0,0006
EDTA mg/L 0,6
NTA mg/L 0,2
c. Pestisida
Alachlor mg/L 0,02
Aldicarb mg/L 0,01
Aldrin dan dieldrin mg/L 0,00003
Atrazine mg/L 0,002
Carbofuran mg/L 0,007
Chlordane mg/L 0,0002
Chlorotoluron mg/L 0,03
DDT mg/L 0,001
1,2-dibromo-3-chloropropane (DBCP) mg/L 0,001

25
No Jenis parameter Satuan KMD
2,4-dichlorophenoxy acetic acid mg/L 0,03
1,2-dichloropropane mg/L 0,04
Isoproturon mg/L 0,009
Lindane mg/L 0,002
MCPA mg/L 0,002
Methoxychlor mg/L 0,02
Metolachlor mg/L 0,01
Molinate mg/L 0,006
Pendimethalin mg/L 0,02
Pentachlorophenol mg/L 0,009
Permethrin mg/L 0,3
Simazine mg/L 0,002
Trifluralin mg/L 0,02
Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D mg/L
dan MCPA
2,4-DB mg/L 0,09
Diklorprop mg/L 0,10
Fenoprop mg/L 0,009
Mecoprop mg/L 0,001
2,4,5-trichlorophenoxy acetic acid mg/L 0,009
d. Desinfektan dan hasil sampingannya
Desinfektan
Klorin mg/L 5
Hasil sampingan
Bromat mg/L 0,01
Klorat mg/L 0,7
Klorit mg/L 0,7
Klorofenol
2,4,6-TCP mg/L 0,2
Bromoform mg/L 0,1
Dibromoklorometana mg/L 0,1
Bromoklorometana mg/L 0,06
Kloroform mg/L 0,3
Asam asetat terklorinasi
Asam dikloroasetat mg/L 0,05
Asam trikloroasetat mg/L 0,02
Kloral hidrat
Halogenated acetonitrilies
Dichloroacetonitrilies mg/L 0,02
Dibromoacetonitrilies mg/L 0,07
Cyanogen klorida mg/L 0,07

2. Radioaktivitas
Gross alpha activity Bq/L 0,1
Gross beta activity Bq/L 1

26

Anda mungkin juga menyukai