1. DEFINISI
Hemoroid/wasir adalah pelebaran pembuluh darah vena di dalam anus
atau rektum bawah. bisaterjadi secara internal (terjadi diatas sfingter
internal) atau eksternal (terjadi diluar sfingter eksternal). Gejala termasuk
perdarahan rectum, pruritus, prolaps, dan nyeri pada orang yang terkena
dampak, wasir muncul secara berkala, tergantung pada jumlah tekanan
anorektal. (Lewis, 2011)
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan
berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika
superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan
duapertiga proksimal kolon transversum) dan arteria mesenterika inferior
mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon
asendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum). Suplai darah
tambahan ke rectum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior
yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
b. Fisiologi
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui
vena mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena
hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke
hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena
iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat
anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media, dan inverior,
sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya
aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid.
3. MANIFESTASI KLINIS
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada defekasi. Hemoroid
eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh thrombosis. Thrombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis.
Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini
membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.
4. ETIOLOGI
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis
atau penyakit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat
meningkatkan resiko hemoroid seperti berikut ini.
a. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi kolitis ulseratif atau penyakit
crohn
b. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal
c. Konsumsi makanan rendah serat
d. Obesitas
e. Hipertensi portal
f. Konstipasi
g. Sering mengejan
h. Pembesaran prostat
i. Fibriod uteri dan tumor rectum
j. Mengedan pada buang air besar yang sulit
k. Hubungan seks peranal
5. PATHWAYS
6. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
b. Trombosis
c. Srangulasi
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsonoma
rectum. Pada hemoroid bentuknya tidak dapat diraba sebab tekanan vena
didalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Anoskop :
Di perlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar.
c. Proktosigmoidoskopi:
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
8. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Konservatif
Terapi hemoroid interna yang simtomatik harus ditetapkan secara
individual. Hemoroid adalah kondisi fisiologis dan karenanya tujuan
terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal, tetapi untuk
menghilangkan keluhan. Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama
dan kedua dapat ditolong dengan tindakan local yang sederhana desertai
dengan nasihat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri dari makanan
berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan usus besar , namun
lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengedan secara berlebihan. Suposutoria dan salap anus diketahui tidak
memiliki efek yang bermakna kecuali efek anastetik dan astringen.
Hemoroid internal yang mengalami prolaps oleh karena edema
umumnya dapat dimasukan kembali secara perlahan disususl dengan
istirahat tirah baring dan kompres lokal untuk mengurangi
pembengkakakn. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat
meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang
mendasarinya, misalnya penyakit crohn, terapi medis harus diberikan
apabila hemoroid menjadi simtomatik.
b. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang,
misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan di berikan ke
submukosa di dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid
internal dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotic dan minggalkan jaringan parut.
c. Ligasi
Pada hemoroid besar dan mengalami prolaps dapat di tangani
dengan ligasin gelang karet. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas
hemoroid yang menonjol di jepit dan di tarik atau di isap kedalam tabung
ligator khusus. Gelang karet di dorong dari ligator dan di tempat secara
tepat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut.
d. Hemoridektomi
Terdapat berbagai tindakan nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi
inframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang
digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya. Injeksi larutan
sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Prosedur
ini membantu mencegah prolaps.
.
9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Riwayat hemoroid
Riwayat Merokok
Riwayat Fibriod uteri dan tumor rectum
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Konsumsi makanan rendah serat
Pola makan tidak teratur
Obesitas
3) Pola Eliminasi
Susah BAB/konstipasi
Perdarahan berwarna merah terang pada defekasi
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Lemah akibat nyeri
penurunan aktivitas
5) Pola Tidur dan Istirahat
Gangguan tidur akibat nyeri pada anus
6) Pola Persepsi dan Kognitif
Rasa gatal dan nyeri
Ketidaknyamanan akibat penyakit
7) Pola Persepsi dan Konsep diri
Cemas/ansietas
Panik
8) Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Emosi yang tidak stabil
Kurang berinteraksi
9) Pola Reproduksi dan Hubungan seksual
Kehamilan
Pembesaran prostat
Hubungan seks peranal
Menghindar dari aktivitas seksual
10) Pola Koping dan Stres
Gelisah
Cemas
11) Pola Nilai dan Sistem Kepercayaan
Pantangan makan makanan tertentu
Terganggu dalam melakukan ibadah
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut
2) Ganguan integritas kulit
3) Konstipasi
4) Ganguan rasa nyaman
5) Resiko syok
6) Intoleransi aktivitas
7) Ansietas
c. Rencana Keperawatan
1) Nyeri Akut
Defenisi : Sensasi pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau
potensial atau digambarkan sebagai keruskan. Awitan yang tiba-tioba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi
FAKTOR YANG NOC (SKALA 1-5) NIC
BERHUBUNGAN
ü Agens cedera a. Tingkat nyeri a. Manajem nyeri
biologis Panjangnya episode lakukan pengkajian
ü Agens cedera fisik nyeri komprehensif yang
Nyeri yang meliputi lokasi,
dilaporkan karateristik,
Ekspresi wajah onset/durasi, frekuensi,
b. Kontrol nyeri kualitas, intensitas atau
Mengunakan penuru beratnya nyeri atau
nan nyeri tanpa pencetus
analgesic ajarkan prinsip-prinsip
Mengunakan manajemen nyeri
analgesic yang berikan informasi
direkomendasikan mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, antisipasi
dari ketidak nyamanan
akibat prosedur
kuraggi atau eliminasi
factor-faktor yang
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
ajarkan teknik non
farmakologi
b. Pemberian analgesik
Cek riwayat alergi obat
Berikan anal gesik pada
sesuai waktu paruhnya,
terutama pada nyeri
yang berat
Dokumentasikan respon
terhadap anal gesik dan
adanya efek samping
c. Pemberian obat
Ikuti prosedur lima
benar dalam pemberian
obat
Catat alergi yang
dialami oleh
pasien sebelum
ppemberian obat
d. Manajemen prolapse
rectum
Dorong pasien untuk
menghindari mengejan
saat BAB,
menganggkat bebn dan
berdiri dalam waktu
yang lama
Intruksikan pasien
untuk mengatur fungsi
kolon melalui diet ,
olahraga dan obat-
obatan, sesuai
kebutuhan
3) Konstipasi
Defenisi : Penurunan normal defekasi yang disertai kesulitan
atau pengeluaran feses tidak tuntas dan/ atau feses yang keras,
kering, dan banyak
5) Resiko syok
Defenisi : Rentan mengalami ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler
mengancam jiwa, yang dapat menggangu kesehatan
FAKTOR RESIKO NOC Skala (1-5) NIC
ü hipovolemia a. control resiko: a. Pencegahan Pendarahan
proses infeksi Monitor dengan ketat
mengidentifikasi resiko terjadinya
factor resiko infeksi pendarahan pada pasien
mengenali factor Hindari mengangkat
resiko individu benda berat
terkait infeksi Instruksikan pasien dan
mengetahui keluarga untuk
konsekuensi terkait memonitor tanda-tanda
infeksi pendarahan dan
Mengetahui mengambil tindakan
perilaku yang ynag tepat jika terjadi
berhubungan pendarahan
dengan resiko b. Pencegahan Syok
infeksi Anjurkan pasien dan
Mengidentifikasi keluarga mengenai
resiko infeksi dalam factor-faktor pemicu
aktivitas sehari-hari syok
Mengidentifikasi Anjuerkan pasien dan
tanda dan gejala keluarga mengenai
infeksi tanda/gejala syok yang
Memonitor factor mengancam jiwa
dilingkungan yang Anjurkan pasien dan
berhubungan keluarga mengenai
dengan resiko langkah-langkah yang
infeksi harus dilakukan terhadap
b. Deteksi resiko timbulnya gajala syok
Mengenali tanda
dan gejala yang
mengidinkasikan
resiko
Mengedintifikasi
kemungkinan resiko
kesehatan
Melakukan
pemeriksaan
mandiri sesuai
waktu yang
dianjurkan
Memonitor
perubahan status
kesehatan
6) Intoleransi aktifitas
Defenisi : Ketdakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang ingin dilakukan
FAKTOR YANG NOC (skala 1-5) NIC
BERHUBUNGAN
ü Ketidakseimbanga a. toleransi terhadap a. manajemen energy
n antara suplai dan aktivitas kaji status fisiologis
O2 saturasi oksigen ketika pasien yang
ü immobilitas beraktivitas mnyebabkan kelelehan
frekuensi pernapasan sesuai konteks usia
ketika beraktivitas dan perkembangan
kemudahan dalam monitor intake/asupan
melakukan aktivitas nutrisi untuk
hidup harian mengetahui sumber
b. tingkat energy yang adekuat
ketidaknyamanan pilih intervensi untuk
nyeri mengurangi kelelahan
cemas baik far,akologis
konstipasi maupun
rasa gatal nonfarmakologis
otot pegal dengan tepat
c. kelelahan efek yang ajarkan pasien
mengganggu mengenai pengelolaan
penurunan energy kegiatan dan teknik
gangguan dengan manajemen waktu
aktivitas sehari-hari untuk mencegah
malaise kelelahan
b. manajemen nyeri
gangguan aktivitas
tentukan akibat dari
fisik
pengalaman nyeri
terhadap kualitas
hidup pasien
(misalnya, tidur, nafsu
makan, pengertian,
perasaan, hubungan,
performa kerja, dan
tanggung jawab peran)
galih bersama pasien
factor-faktor yang
dapat menurunkan
atau memperberat
nyeri
evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lainnya,
mengenai efektivitas
tindakan, pengontrolan
nyeri yang pernah
digunakan
sebelumnya.
Kurangi/eliminasi
faktor2faktor yang
dapat mencetuskan
atau meningkatkan
nyeri
Pilih dan
implementasikan
tindakan beragam
(farmakologi, dan
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri sesuai
dengan kebutuhan
7) Ansietas
Defenisi: Perasaaan tidak nyaman atau kekuatiran yang sama
disertai respons otonom (sumber seringkali tidak spesifikatau
diketahui individu) Perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
oleh terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
indiividu untuk bertindak mengahadapi ancaman.
d. Discharge Planning
1) Berendamlah tiga kali sehari selam 10-15 menit dalam air hangat.
Berendam membantu mengatasi nyeri dan memnersihkan area
sekitar hemoroid
2) Minum banyak air putih minimal 8 gelas per hari
3) Perbanyak makanan yang mengandung banyak serat
4) Olahraga secara teratur dan biasakan berjalan kaki
5) Hindari mengejan dan menggosok daerah sekitar hemoroid karena
dapat mengakibatkan iritasi dan membuat hemoroid bertambah
parah
6) Mempertahankan tinja tetap lunak sehingga mudah keluar
7) Menghindari bantalan duduk yang keras, setiap beberapa saat
bangun dari duduk, berjalan-jalan sejenak
8) BAB sengan kloset duduk
9) Turunkan berat badan sehingga berat badan ideal dan olahraga
secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
Asih, N.G.Y & Effendy, C. (2003). Keperawatan Medical Bedah Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.M, eds. (2013). Nursing Intervention Classification (Nic) Edisi
Bahasa Indonesia. Indonesia: Mocomedia.
Lewis, S.L (2011). Medical-Surgical Nursing: Assessment And Management Of
Clinical Problems, 8th Edition. Amerika: Elsevier Mosby
Moorhead, S, eds. (2013). Nursing Outcomes Classification (Noc) Edisi Bahasa
Indonesia. Indonesia: Mocomedia.
Muttaqin, A & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda internasional. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC-NOC jilid 2. Jogjakarta: Mediaction
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC