Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

1. DEFINISI
Hemoroid/wasir adalah pelebaran pembuluh darah vena di dalam anus
atau rektum bawah. bisaterjadi secara internal (terjadi diatas sfingter
internal) atau eksternal (terjadi diluar sfingter eksternal). Gejala termasuk
perdarahan rectum, pruritus, prolaps, dan nyeri pada orang yang terkena
dampak, wasir muncul secara berkala, tergantung pada jumlah tekanan
anorektal. (Lewis, 2011)

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.


Hemoroid sangat umum terjadi pada umur 25-50an, 50% individu
mengalami beberapa tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena.
Kehamilan diketahui mengalami atau memperberat adanya hemoroid.
Hemoroid diklasafikasikan menjadi 2 tipe. Hemoroid internal, yaitu
hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal sedangkan yang muncul diluar
sfingter anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner & Suddarth, 2013)

Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus


hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis,
tetapi karena sering menyebabkan keluhan pada pasien sehingga
memberikan manifestasi untuk diberikan intervensi. (Muttaqin, 2011)
Hemoroids atau wasir merupakan vena varikosa pada kanalis ani dan
dibagi menjadi dua jenis yaitu, hemoroid internal dan hemoroid internal.
Hemoroid internal adalah pakan varises vena hemoroidalis superior dan
media, sedangkan hemoroid eksterna adalah varises vena hemoroidalis
inverior. (Price, Sylvia.A, )

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI


a. Anatomi
Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan
membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar
tubuh). Satu inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan
dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum
dan kanalis ani adalah sekitar 15cm (5,9 inci).

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan
berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika
superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan
duapertiga proksimal kolon transversum) dan arteria mesenterika inferior
mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon
asendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum). Suplai darah
tambahan ke rectum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior
yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.

b. Fisiologi
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui
vena mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena
hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke
hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena
iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat
anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media, dan inverior,
sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya
aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid.

Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lamban dan


tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan,
menyumbat beberapa haustra; dan (2) peistaltik massa, merupakan
kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini
menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi.
Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangang oleh reflek
gastrokolik setelah makan, terutama setelah makan yang pertama kali
dimakan pada hari itu. Propulasi feses ke dalam rektum menyebabkan
terjadinya distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi.
Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter
interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter
eksterna dikendalikan oleh system saraf voluntary. Refleks defekasi
terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan
keempat.Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf
splangnikus panggul dan menyebabkan terjadinya kontraksi rectum dan
relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang teregang
berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut
dan anulus anorektal menghilang. Otot sfingter interna dan eksterna
berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas melebihi tinggi masa feses.
Defekasi dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang meningkat
akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan
kontraksi otot abdomen secara terus-menerus (maneuver dan peregangan
valsalva). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfinfter
eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap menjadi relaks,
dan keinginan defekasi menghilang. Rektum dan anus merupakan lokasi
sebagian penyakit yang sering ditemukan pada manusia. Penyebab
umum konstipasi adalah kegagalan pengosongan rektum saat terjadi
peristaltik masa. Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi relaks
dan keinginan defekasi menghilang. Air tetap terus diabsorpsi dari massa
feses, sehingga feses menjadi keras, dan menyebabkan lebih sukarnya
defekasi selanjutnya. Bila massa feses yang keras ini terkumpul disatu
tempat dan tidak dapat dikeluarkan, maka disebut sebagai impaksi feses.
Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti
vena hemoroidalis interna dan eksterna, dan hal ini merupakan salah satu
penyebab hemoroid (vena varikosa rektum). (Price,2005)

3. MANIFESTASI KLINIS
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada defekasi. Hemoroid
eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh thrombosis. Thrombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis.
Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini
membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.
4. ETIOLOGI
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis
atau penyakit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat
meningkatkan resiko hemoroid seperti berikut ini.
a. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi kolitis ulseratif atau penyakit
crohn
b. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal
c. Konsumsi makanan rendah serat
d. Obesitas
e. Hipertensi portal
f. Konstipasi
g. Sering mengejan
h. Pembesaran prostat
i. Fibriod uteri dan tumor rectum
j. Mengedan pada buang air besar yang sulit
k. Hubungan seks peranal

5. PATHWAYS
6. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
b. Trombosis
c. Srangulasi

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsonoma
rectum. Pada hemoroid bentuknya tidak dapat diraba sebab tekanan vena
didalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Anoskop :
Di perlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar.
c. Proktosigmoidoskopi:
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

8. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Konservatif
Terapi hemoroid interna yang simtomatik harus ditetapkan secara
individual. Hemoroid adalah kondisi fisiologis dan karenanya tujuan
terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal, tetapi untuk
menghilangkan keluhan. Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama
dan kedua dapat ditolong dengan tindakan local yang sederhana desertai
dengan nasihat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri dari makanan
berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan usus besar , namun
lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengedan secara berlebihan. Suposutoria dan salap anus diketahui tidak
memiliki efek yang bermakna kecuali efek anastetik dan astringen.
Hemoroid internal yang mengalami prolaps oleh karena edema
umumnya dapat dimasukan kembali secara perlahan disususl dengan
istirahat tirah baring dan kompres lokal untuk mengurangi
pembengkakakn. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat
meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang
mendasarinya, misalnya penyakit crohn, terapi medis harus diberikan
apabila hemoroid menjadi simtomatik.

b. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang,
misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan di berikan ke
submukosa di dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid
internal dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotic dan minggalkan jaringan parut.

c. Ligasi
Pada hemoroid besar dan mengalami prolaps dapat di tangani
dengan ligasin gelang karet. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas
hemoroid yang menonjol di jepit dan di tarik atau di isap kedalam tabung
ligator khusus. Gelang karet di dorong dari ligator dan di tempat secara
tepat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut.
d. Hemoridektomi
Terdapat berbagai tindakan nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi
inframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang
digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya. Injeksi larutan
sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Prosedur
ini membantu mencegah prolaps.
.
9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
 Riwayat hemoroid
 Riwayat Merokok
 Riwayat Fibriod uteri dan tumor rectum
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
 Konsumsi makanan rendah serat
 Pola makan tidak teratur
 Obesitas
3) Pola Eliminasi
 Susah BAB/konstipasi
 Perdarahan berwarna merah terang pada defekasi
4) Pola Aktivitas dan Latihan
 Lemah akibat nyeri
 penurunan aktivitas
5) Pola Tidur dan Istirahat
 Gangguan tidur akibat nyeri pada anus
6) Pola Persepsi dan Kognitif
 Rasa gatal dan nyeri
 Ketidaknyamanan akibat penyakit
7) Pola Persepsi dan Konsep diri
 Cemas/ansietas
 Panik
8) Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
 Emosi yang tidak stabil
 Kurang berinteraksi
9) Pola Reproduksi dan Hubungan seksual
 Kehamilan
 Pembesaran prostat
 Hubungan seks peranal
 Menghindar dari aktivitas seksual
10) Pola Koping dan Stres
 Gelisah
 Cemas
11) Pola Nilai dan Sistem Kepercayaan
 Pantangan makan makanan tertentu
 Terganggu dalam melakukan ibadah
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut
2) Ganguan integritas kulit
3) Konstipasi
4) Ganguan rasa nyaman
5) Resiko syok
6) Intoleransi aktivitas
7) Ansietas

c. Rencana Keperawatan
1) Nyeri Akut
Defenisi : Sensasi pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau
potensial atau digambarkan sebagai keruskan. Awitan yang tiba-tioba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi
FAKTOR YANG NOC (SKALA 1-5) NIC
BERHUBUNGAN
ü Agens cedera a. Tingkat nyeri a. Manajem nyeri
biologis  Panjangnya episode  lakukan pengkajian
ü Agens cedera fisik nyeri komprehensif yang
 Nyeri yang meliputi lokasi,
dilaporkan karateristik,
 Ekspresi wajah onset/durasi, frekuensi,
b. Kontrol nyeri kualitas, intensitas atau
 Mengunakan penuru beratnya nyeri atau
nan nyeri tanpa pencetus
analgesic  ajarkan prinsip-prinsip
 Mengunakan manajemen nyeri
analgesic yang  berikan informasi
direkomendasikan mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, antisipasi
dari ketidak nyamanan
akibat prosedur
 kuraggi atau eliminasi
factor-faktor yang
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
 ajarkan teknik non
farmakologi
b. Pemberian analgesik
 Cek riwayat alergi obat
 Berikan anal gesik pada
sesuai waktu paruhnya,
terutama pada nyeri
yang berat
 Dokumentasikan respon
terhadap anal gesik dan
adanya efek samping
c. Pemberian obat
 Ikuti prosedur lima
benar dalam pemberian
obat
 Catat alergi yang
dialami oleh
pasien sebelum
ppemberian obat
d. Manajemen prolapse
rectum
 Dorong pasien untuk
menghindari mengejan
saat BAB,
menganggkat bebn dan
berdiri dalam waktu
yang lama
 Intruksikan pasien
untuk mengatur fungsi
kolon melalui diet ,
olahraga dan obat-
obatan, sesuai
kebutuhan

2) Kerusakan integritas kulit


Defenisi : Kerusakan pada epidermis dan/ atau dermis
FAKTOR YANG NOC Skala (1-5) NIC
BERHUBUNGAN

ü factor mekanis a. integritas jaringan a. perawatan luka


(missal daya gesek, kulit & membrane  berikan rawatan insisis
tekanan, mukos pada luka yang
immobilitas fisik)  integritas kulit diperluka
 lesi pada kulit  oleskan salep yang
 sensasi sesuai pada kulit
b. respon alergi : lokal  anjurkan pasien atau
 rasa gatal setempat anggota keluarga pada
(lokal) prosedur perawatan
 nyeri setempat luka
(lokal)  anjurkan pasien dan
c. keseimbangan cairan keluarga untuk
 turgor kulit mengenal tanda dan
 keseimbangan intake gejala infeksi
dan output dalam 244  periksa luka setiap kali
jam perubahan balutan
 kelembaban b. control infeksi
membrane mukosa  ganti peralatan
perawatan per pasien
sesuai portokol institusi
 pastikan teknik
perawatan luka yang
tepat
 ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus
melaporkannya kepada
penyedia perawatan
kesehatam
 ajarkan pasien dan
anggota keluarga
mengenai bagaimana
menghindari infeksi

3) Konstipasi
Defenisi : Penurunan normal defekasi yang disertai kesulitan
atau pengeluaran feses tidak tuntas dan/ atau feses yang keras,
kering, dan banyak

FAKTOR YANG NOC (skala 1-5) NIC


BERHUBUNGAN
ü Hemoroid a. Eleminasi usus a. Manajenem saluran
ü Fisura anal rektal  Pola eliminasi  Catat tanggal buang air
ü Ulkus rektal  Kontrol gerakan besar terakhir
usus  Monitor buang air besar
 Kemudahan bab termasuk frekuensi
 Konstipasi konsistensi, bentuk,
 Tekanan sfingter volume, dan warna,
 Pengeluaran feses dengan cara yang tepat
tanpa bantuan  Monitor adanya tanda
b. Kontinensi usus dan gejala diar,
 Mengenali konstipasi, dan inpaksi
keinginan defekasi  Ajarkan pasien
 Mempertahankan mengenai makanan-
kontrol pengeluaran makanan tertentu yang
feses membantu mendukung
 Minum cairan ade keteraturan aktivitas
kuat usus
 Eliminasi secara  Instruksikan pasien
mandiri mengenai makanan
 konstipasi tinggi serat
c. Tingkat nyri b. Manajemen konstipasi
 Monitor tanda dan
 Nyeri dilaporkan gejala konstipasi
panjang episode  Jelaskan penyebab dari
 nyeriekspresi nyeri masalah dan
wajah rasionalisasi tindakan
 Tidak bisa pada pasien
beristirahat  Indetifikasi faktor-
 agitasi faktor(misalnya
d. Keparahan gejala pengobatan, tirah
 Intensitas gejala baring’ dan diet) yang
 Frekuensi gejala menyebabkan atau
 Menetapnya gejala berkontribusi pada
 Terkait ketidak terjadinya konstipasi
nyamanan  Intruksikan pasien atau
keluarga pada diet
tinggi serat denga cara
yang cepat
c. Manajemen nutrisi
 Tentukan status gizi
pasien dan kemampuan
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
 Tentukan apa yang
menjadi
preferensi makanan
bagi pasien
 Tentukan jumlah kalori
jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratyan
gizi
 Atur diet yang
diperlukan
d. Manajemen nyeri
 pengkajian
komprehensif yang
meliputi lokasi,
karateristik,
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri atau
pencetus
 ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
 berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, antisipasi
dari ketidak nyamanan
akibat prosedur
 kuraggi atau eliminasi
factor-faktor yang
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
 ajarkan teknik non
farmakologis
4) Gangguan rasa nyaman
Defenisi : Merasa kurang nyaman, lega, dan sempurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya dan / atau social
FAKTOR YANG NOC (SKALA 1-5) NIC
BERHUBUNGAN
ü Gejala terkait a. Status kenyamanan a. Pengurangan kecemasan
pnyakit  Kontrol terhadap  Berikan informasi factual
ü Sumber daya tidak gejala terkait dengan diagnosis,
adekuat ( mis,  Dukungan social perawatan dan prognosis
finansial, dari keluarga  Intruksikan pasien untuk
pengetahuan dan b. Tingakt kecemasan mengunakan teknik
sosial)  Gangguan tidur relaksasi
 Penurunan b. Pengaturan posisi
produktivitas  Jangan menempatkan
 Waja tegang pasien pada posisi yang
 Rasa cemas yang meingkatkan nyeri
disampaikkan c. Pemberian obat
secara lisan  Ikuti prosedur lima benar
c. Tingkat nyeri dalam pemberian obat
 nyeri yang  Catat alergi yang dialami
dilaporkan oleh pasien sebelum
 ekspresi wajah nyeri pemberian obat
 frekuensi nyeri d. Manajemen nyeri
 agitasi  pengkajian komprehensif
yang meliputi lokasi,
karateristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya
nyeri atau pencetus
 ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
 berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, antisipasi dari
ketidak nyamanan akibat
prosedur
 kuraggi atau eliminasi
factor-faktor yang
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
 ajarkan teknik non
farmakologis

5) Resiko syok
Defenisi : Rentan mengalami ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler
mengancam jiwa, yang dapat menggangu kesehatan
FAKTOR RESIKO NOC Skala (1-5) NIC
ü hipovolemia a. control resiko: a. Pencegahan Pendarahan
proses infeksi  Monitor dengan ketat
 mengidentifikasi resiko terjadinya
factor resiko infeksi pendarahan pada pasien
 mengenali factor  Hindari mengangkat
resiko individu benda berat
terkait infeksi  Instruksikan pasien dan
 mengetahui keluarga untuk
konsekuensi terkait memonitor tanda-tanda
infeksi pendarahan dan
 Mengetahui mengambil tindakan
perilaku yang ynag tepat jika terjadi
berhubungan pendarahan
dengan resiko b. Pencegahan Syok
infeksi  Anjurkan pasien dan
 Mengidentifikasi keluarga mengenai
resiko infeksi dalam factor-faktor pemicu
aktivitas sehari-hari syok
 Mengidentifikasi  Anjuerkan pasien dan
tanda dan gejala keluarga mengenai
infeksi tanda/gejala syok yang
 Memonitor factor mengancam jiwa
dilingkungan yang  Anjurkan pasien dan
berhubungan keluarga mengenai
dengan resiko langkah-langkah yang
infeksi harus dilakukan terhadap
b. Deteksi resiko timbulnya gajala syok
 Mengenali tanda
dan gejala yang
mengidinkasikan
resiko
 Mengedintifikasi
kemungkinan resiko
kesehatan
 Melakukan
pemeriksaan
mandiri sesuai
waktu yang
dianjurkan
 Memonitor
perubahan status
kesehatan

6) Intoleransi aktifitas
Defenisi : Ketdakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang ingin dilakukan
FAKTOR YANG NOC (skala 1-5) NIC
BERHUBUNGAN
ü Ketidakseimbanga a. toleransi terhadap a. manajemen energy
n antara suplai dan aktivitas  kaji status fisiologis
O2  saturasi oksigen ketika pasien yang
ü immobilitas beraktivitas mnyebabkan kelelehan
 frekuensi pernapasan sesuai konteks usia
ketika beraktivitas dan perkembangan
 kemudahan dalam  monitor intake/asupan
melakukan aktivitas nutrisi untuk
hidup harian mengetahui sumber
b. tingkat energy yang adekuat
ketidaknyamanan  pilih intervensi untuk
 nyeri mengurangi kelelahan
 cemas baik far,akologis
 konstipasi maupun
 rasa gatal nonfarmakologis
 otot pegal dengan tepat
c. kelelahan efek yang  ajarkan pasien
mengganggu mengenai pengelolaan
 penurunan energy kegiatan dan teknik
 gangguan dengan manajemen waktu
aktivitas sehari-hari untuk mencegah
 malaise kelelahan
b. manajemen nyeri
 gangguan aktivitas
 tentukan akibat dari
fisik
pengalaman nyeri
terhadap kualitas
hidup pasien
(misalnya, tidur, nafsu
makan, pengertian,
perasaan, hubungan,
performa kerja, dan
tanggung jawab peran)
 galih bersama pasien
factor-faktor yang
dapat menurunkan
atau memperberat
nyeri
 evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lainnya,
mengenai efektivitas
tindakan, pengontrolan
nyeri yang pernah
digunakan
sebelumnya.
 Kurangi/eliminasi
faktor2faktor yang
dapat mencetuskan
atau meningkatkan
nyeri
 Pilih dan
implementasikan
tindakan beragam
(farmakologi, dan
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri sesuai
dengan kebutuhan

7) Ansietas
Defenisi: Perasaaan tidak nyaman atau kekuatiran yang sama
disertai respons otonom (sumber seringkali tidak spesifikatau
diketahui individu) Perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
oleh terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
indiividu untuk bertindak mengahadapi ancaman.

FAKTOR YANG NOC NIC


BERHUBUNGAN (skal 1-5)
ü ancaman pada a. tingkat kecemasan a. Pengurangan
status terkini  wajah tegang kecemasan
ü perubahan besar  perasaan gelisa  Gunakan pendekatan
(misalnya status  rasa takut yang yang tenang dan
ekonomi, lingkungan, disampaikan secara meyakinkan
status kesehatan, lisan  Jelaskan semua
fungsi peran, status b. koping prosedur termaksuk
peran)  megidentifikasi pola sensasi yang akan
koping yang efektif dirasakan yang
 menyatakkan butuh muungkin dialami
bantuan klien selama prosedur
 melaporkan  Dorong keluarga
penurunanperasaan untuk mendampingi
negative klien dengan cara
 melaporkan yang tepat
peningkatan  Identifikasi pada saat
penyamanan terjadi perubahan
psikologis tingkat kecemasan
c. status kenyamanan  Dukung pengunaan
 Kontrol terhadap mekannisme koping
gejala yang sesuaiintruksikan
 Dukungan social dari klien untuk
keluarga mengunakan teknik
relaksasi
 Atur pengunaan
pengobatan untuk
mengurangi
kecemasan secara
tepat.
b. Terapi relaksasi
 Tentukan apakah
ada intercensi
relaksasi dimasa lalu
yang sudah
memberikan manfaat
 Berikan deskripsi
detail terkait
intervensi relaksasi
yang dipilih
 dorong klien untuk
mengulang praktik
teknik relaksasi jika
memungkinkan
 gunakan relaksasi
sebagai strategi
tambahan dengan
[pengunaan] obat-obat
nyeri atau sejalan
dengan terapi lainya
dengan tepat
 evaluasi dan
dokumentasikan
respon terhadap terapi
relaksasi
c. Peningkatan koping
 Berikan penilaian
mengenai pemahaman
pasien terhadap proses
penyakit
 Bantu pasien dalam
memeriksa sumber-
sumber yang tersedia
untuk memenuhi
tujuan tujuanya
d. Terapi music
 Pertimbangkan minat
klien pada music
 Identifikasi music
yang disukai pasien
 Bantu individu untuk
menentukakn pasisi
yang nyaman
 Pastikan bahwa
volume music adekuat
dan tidak terlalu keras

d. Discharge Planning
1) Berendamlah tiga kali sehari selam 10-15 menit dalam air hangat.
Berendam membantu mengatasi nyeri dan memnersihkan area
sekitar hemoroid
2) Minum banyak air putih minimal 8 gelas per hari
3) Perbanyak makanan yang mengandung banyak serat
4) Olahraga secara teratur dan biasakan berjalan kaki
5) Hindari mengejan dan menggosok daerah sekitar hemoroid karena
dapat mengakibatkan iritasi dan membuat hemoroid bertambah
parah
6) Mempertahankan tinja tetap lunak sehingga mudah keluar
7) Menghindari bantalan duduk yang keras, setiap beberapa saat
bangun dari duduk, berjalan-jalan sejenak
8) BAB sengan kloset duduk
9) Turunkan berat badan sehingga berat badan ideal dan olahraga
secara teratur

DAFTAR PUSTAKA
Asih, N.G.Y & Effendy, C. (2003). Keperawatan Medical Bedah Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.
Bulechek, G.M, eds. (2013). Nursing Intervention Classification (Nic) Edisi
Bahasa Indonesia. Indonesia: Mocomedia.
Lewis, S.L (2011). Medical-Surgical Nursing: Assessment And Management Of
Clinical Problems, 8th Edition. Amerika: Elsevier Mosby
Moorhead, S, eds. (2013). Nursing Outcomes Classification (Noc) Edisi Bahasa
Indonesia. Indonesia: Mocomedia.
Muttaqin, A & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda internasional. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC-NOC jilid 2. Jogjakarta: Mediaction
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai