Catatan Penelitian
Substitusi Sukrosa dengan Fruktosa pada Proses Pembuatan Roti Berbahan
Dasar Tepung Terhadap Sifat Fisikokimia
Sucrose Substitution by Fructose In Bread Making Process Based On The Basis Of Flour Physicochemical
Properties
*
Duana Martha Saragih , Nurwantoro, Valentinus Priyo Bintoro
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Diponegoro, Semarang
*Korespondensi dengan penulis (duana_martha@yahoo.com)
Artikel ini dikirim pada tanggal 4 Februari 2017 dan dinyatakan diterima tanggal 12 Juli 2017. Artikel ini juga dipublikasi secara online melalui
www.jatp.ift.or.id. Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang diperbanyak untuk tujuan komersial.
Diproduksi oleh Indonesian Food Technologists® ©2017
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan roti yang mempunyai sifat fisikokimia yang lebih baik (warna lebih
coklat, tekstur lembut dan empuk, kandungan air optimum, a w relatif rendah dan daya kembang yang baik). Bahan
yang digunakan dalam pembuatan roti manis (untuk satu unit adonan) yaitu tepung terigu protein tinggi 250 g; ragi
5,5 g; air es 50 ml; susu UHT 65 ml; susu bubuk 12,5 g; bread improver 1,5 g; kuning telur 2 buah; mentega 50 g;
garam setengah sendok teh; sukrosa 50 g dan fruktosa 50 g sesuai perlakuan. Roti dibuat dengan empat
perlakuan yaitu T0: menggunakan sukrosa 100% tanpa subtitusi, T1: sukrosa 75% dan fruktosa 25%, T2: sukrosa
50% dan fruktosa 50%, dan T3: sukrosa 25% dan fruktosa 75%. Alat yang digunakan untuk uji warna (kecerahan)
adalah colorimeter, alat uji tekstur (daya iris) dengan universal texture analyzer, alat uji kadar air dengan metode
gravimetri, alat uji aw dengan aw-meter, daya kembang dengan gelas ukur. Data diolah dengan sidik ragam,
dilanjutkan dengan uji beda wilayah ganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan daya kembang paling tinggi T0
dan paling rendah T3. Tekstur paling keras pada T3 dan paling empuk T2. Kadar air paling tinggi T1 dan paling
rendah T2. Aw tinggi pada T1 dan T2 dan paling rendah T0 dan T3. Warna paling gelap pada T3 dan paling cerah
T1.
Abstract
The study aims to get bread that have better physicochemical properties (color brown, soft and tender
texture, optimum water content, aw relatively low and flower power good). The materials used in the manufacture
of sweet bread that is high protein flour 250 g; yeast 5.5 g; 50 ml of ice water; UHT milk 65 ml; 12.5 g of powdered
milk; bread improver 1.5 g; egg yolks 2 pieces; Butter 50 g; half teaspoon salt; 50 g sucrose and fructose 50 g
according to treatment. Bread made with four treatments, T0: using sucrose 100% without substitution T1: 75%
sucrose and 25% fructose T2: 50% sucrose and 50% fructose and T3: 25% sucrose and 75% fructose 2. The
instrument used to test color (brightness) is a colorimeter, a texture test equipment (power iris) with universal
texture analyzer, test equipment water content by gravimetric method, test tools with aw aw-meter flower power
with the container. Data processed by ANOVA, followed by Duncan's multiple range test different. The results
showed the highest flower power T0 and T3 lowest. Texture loudest at the most tender P3 and P2. The water
content of the highest and the lowest T1 T2. Aw high on T1 and T2 and the lowest T0 and T3. The darkest color on
thebrightT3andT1.
Kondisi air yang cukup dan adanya makanan bagi ulangan. Adapun taraf perlakuan yang diterapkan yaitu
ragi/yeast, khususnya gula, maka yeast akan tumbuh T0: sukrosa 100% tanpa subtitusi T1: sukrosa 75% dan
dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida fruktosa 25% T2: sukrosa 50% fruktosa 50% dan T3:
dan senyawa beraroma. Gas karbondioksida yang sukrosa 25% dan fruktosa 75%.
terbentuk kemudian ditahan oleh adonan sehingga Metode pembuatan roti yaitu semua bahan
adonan bisa mengembang (Rukmana, 2001). sesuai resep yang telah ditentukan ditimbang, lalu
Gula juga memberikan rasa manis serta semua bahan (kecuali garam) dicampur dengan tepung
memperbaiki warna dan aroma karena proses terigu 500 g, susu bubuk 25 g, ragi 11 g, gula sesuai
karamelisasi selama pemanggangan. Gula memiliki perlakuan, dan bread improver 3 g. Kemudian air es
sifat higroskopis yang menjadikan roti lebih awet 100 ml dicampur ke adonan bersama susu cair 130 ml,
(Sutomo, 2008). Gula pada proses pembuatan roti dan kuning telur 4 butir. Lalu adonan diaduk hingga
berperan dalam pembentukan warna coklat akibat semua bahan tercampur rata. Jika tekstur adonan
reaksi Maillard dan karamelisasi, akibat perubahan sudah hampir kalis, mentega 100 g dan garam 4 g
warna tersebut kemungkinan akan mempengaruhi sifat dapat dicampurkan ke dalam adonan secara perlahan.
fisik pada roti seperti warna, tekstur, rasa, aroma, dan Lalu adonan roti diuleni hingga kalis. Setelah itu
kesukaan. Gula tidak hanya digunakan dalam makanan dilakukan fermentasi yang pertama yaitu selama 60
karena rasanya yang manis, tetapi juga karena hasil menit dan fermentasi kedua yaitu 15 menit dengan
reaksi yang terjadi selama pemanasan, berupa karamel suhu 27 °C. Setelah fermentasi, adonan roti dibentuk
dan produk Maillard. Karamel diperoleh dari dan dilakukan pengovenan selama 30 menit dengan
pemanasan gula secara langsung tanpa adanya bahan suhu 170 °C. Roti yang sudah matang disiapkan dan
tambahan ataupun air. Karamel yang dihasilkan diberi label untuk diuji sesuai dengan parameter. Uji
berwarna coklat hingga hitam dan memiliki rasa yang daya kembang menggunakan gelas ukur (Andriani,
lezat. Produk Maillard dihasilkan dari pemanasan gula 2012), uji tektur dengan Texture Analyzer, uji kadar air
reduksi dan protein (Widyani dan Suciaty, 2008). Gula dengan metode oven (AOAC, 1999), uji aw dengan aw-
yang dipakai selama ini dalam pembuatan roti yaitu meter, dan uji warna dengan colorimeter (Belinda dan
sukrosa. Sukrosa yang digunakan dapat diganti dengan Yunianta, 2016).
menggunakan fruktosa. Fruktosa adalah gula yang bisa
ditemukan secara alami dalam buah-buahan, sayuran, Hasil dan Pembahasan
pohon buah, dan madu. Fruktosa memiliki rasa lebih Hasil Pengujian Daya Kembang
manis daripada gula tebu atau sukrosa (Poedjiadi, Hasil pengujian terhadap daya kembang roti
1994). manis substitusi gula sukrosa dengan gula fruktosa,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat dapat dilihat bahwa nilai tertinggi terdapat pada
fisikokimia roti yang disubstitusi sukrosa dengan perlakuan gula sukrosa 100% tanpa substitusi (T0)
fruktosa pada proses pembuatan roti berbahan dasar yaitu 3,4%, sedangkan nilai terendah terdapat pada
tepung. Manfaat penelitian adalah mendapatkan roti perlakuan gula sukrosa 25% dan substitusi fruktosa
yang mempunyai sifat fisikokimia yang lebih baik 75% (T3) yaitu 2,6%. Pada superskrip huruf kecil dalam
(warna lebih coklat, tekstur lembut dan empuk, tabel menunjukkan bahwa tidak terdapat beda nyata
kandungan air optimum, aw relatif rendah dan daya (P>0,05) antara perlakuan gula sukrosa 75% dan gula
kembang yang baik). fruktosa 25% (T1) dengan gula sukrosa 25% dan gula
fruktosa 75% (P3).
Materi dan Metode Kemungkinan gula sederhana seperti glukosa
Materi dan fruktosa digunakan sebagai substrat penghasil
Alat yang digunakan dalam pembuatan roti CO2. Gas CO2 yang terbentuk menyebabkan adonan
manis yaitu loyang, baskom, kuas, timbangan, oven, roti mengembang dan alkohol berkontribusi dalam
gelas ukur, mangkuk, dan plastik wrap. Alat yang membentuk aroma roti. Dalam pembuatan roti, ragi
digunakan untuk uji warna (kecerahan) menggunakan juga berperan dalam pengembangan roti. Ragi adalah
colorimeter, uji tekstur (daya iris) dengan Universal bahan pengembang adonan dengan produksi gas
Texture Analyzer (UTA), uji kadar air dengan metode karbondioksida (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
oven, uji aw dengan aw-meter dan daya kembang Pembuatan roti merupakan bentuk lain dari
dengan wadah. Bahan yang digunakan dalam pemanfaatan proses fermentasi yang dilakukan oleh
pembuatan roti manis untuk satu unit adonan yaitu jamur ragi (Saccharomyces sp) dalam proses
tepung terigu protein tinggi 250 g, ragi 5,5 g, susu UHT fermentasi, Saccharomyces sp mengubah karbohidrat
65 ml, susu bubuk 12,5 g, kuning telur 2 buah, air es 50 menjadi CO2 dan alkohol. CO2 adalah gas yang dapat
ml, mentega 50 g, garam setengah sendok teh, sukrosa dilepaskan ke udara bebas. Di dalam sebuah adonan,
50 g (Bahalwan, 2014), fruktosa cair ( kadar air 18,3%) gas yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh
50 g sesuai perlakuan. Saccharomyces sp terjebak oleh pekatnya adonan
tersebut, sehingga gas tersebut tidak dapat dilepaskan
Metode ke udara bebas. Gas yang dihasilkan dari proses
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium fermentasi tersebut dimanfaatkan untuk
Kimia dan Gizi Pangan, Jurusan Pertanian, Fakultas mengembangkan adonan. Dengan pemanasan pada
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, oven dengan suhu tinggi gas akan memuai, sehingga
Semarang. Rancangan percobaan yang digunakan adonan akan tambah mengembang (Rochintaniawati,
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan 1997).
yang diberikan dibagi dalam 4 taraf dengan 5 kali
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 6 (3) 2017 131
©Indonesian Food Technologists https://doi.org/10.17728/jatp.230
Tabel 1. Hasil Daya Kembang, Nilai Tekstur (Daya Iris), Kadar Air, Nilai aw, dan Nilai Warna Subtitusi Sukrosa Dengan
Fruktosa pada Roti Manis
Daya Nilai Tekstur Kadar Air
Perlakuan 2 Nilai aw Nilai Warna
Kembang (%) (N/mm ) (%)
b b a a a
sukrosa 100% 3,4±0,56 0,70±0,26 18,30±2,18 0,80±0,01 60,00±14,70
a b a a a
sukrosa 75% dan fruktosa 25% 2,7±0,21 0,70±0,24 18,34±2,24 0,82±0,02 62,20±7,88
ab a a a a
sukrosa 50% dan fruktosa 50% 3,2±0,35 0,54±0,88 14,18±1,64 0,82±0,02 58,60±2,79
a b a a a
sukrosa 25% dan fruktosa 75%. 2,6±0,52 0,91±0,12 28,15±1,16 0,80±0,03 50,60±7,16
Keterangan: huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Roti dapat berkembang setelah adanya proses pati mula-mula menggembung yang disertai dengan
pemanggangan dalam oven. Menurut Sudaryati dan penyerapan air dan bahan-bahan lain. Granula pati
Andryanto (2013) , pengembangan terjadi pada saat bertambah ukurannya dan menjadi terikat di dalam
pemanggangan roti. Selama pemanggangan granula gluten, kemudian air yang diperlukan
oleh pati diambil dari struktur gluten yang kemudian fermentasi dan memberikan rasa manis pada roti. Akan
menjadi kuat dan lebih kental. tetapi gula lebih banyak dipakai pada pembuatan
Pengaruh besar terhadap tingkat pengembangan biskuit dan kue, dimana selain memberikan rasa manis
adonan roti manis adalah tepung terigu kuat untuk gula juga mempengaruhi tekstur (Buckle et al., 1987).
menahan pengembangan adonan akibat terbentuknya Tekstur roti pada P3 mempunyai nilai yang tinggi.
gas karbondioksida (CO2) oleh khamir Saccharomyces Semakin tinggi nilai tekstur berarti semakin keras. Hal
cerevesiae. Semakin kuat gluten menahan ini tidak sesuai dengan pendapat Hanover dan White
terbentuknya gas CO2, akan semakin mengembang (1993) bahwa fruktosa dapat meningkatkan kualitas
volume adonan roti. Mengembangnya volume adonan tekstur menjadi lebih baik. Kemungkinan faktor yang
mengakibatkan roti yang telah dioven akan menjadi mempengarungi yaitu dikarenakan suhu terlalu tinggi.
mekar (Astawan, 2009). Apabila oven terlalu tinggi maka volume adonan akan
Pada proses pencampuran (mixing) juga turun, warna kulit roti menjadi hitam karena proses
berpengaruh dalam pengembangan roti. Syahputri dan karamelisasi cepat berlangsung pada permukaan dan
Agustia (2015) menyatakan bahwa daya serap air yang jika roti diiris akan menghasilkan butir remah yang tidak
tinggi pada tepung akan membantu pembentukan seragam. Tekstur pada P2 menghasilkan nilai rendah,
gluten saat proses pencampuran (mixing). Gluten yang yang berarti memiliki tektur yang empuk. Menurut
terbentuk dari pembuatan roti yaitu karena adanya air Jones (1977), fruktosa bersama sukrosa berfungsi
yang ditambahkan sehingga adonan dapat menahan untuk membentuk tekstur yang liat dan menurunkan
gas yang terbentuk dengan baik. Berdasarkan hal kekerasan roti. Diperkuat dengan Widayanti et al.
tersebut, kemampuan tepung untuk mengikat air dapat (2013), penambahan fruktosa cair dapat menghambat
mempengaruhi sifat-sifat adonan. Tepung yang kristalisasi, selain itu juga penggunaannya bersama
mengikat sedikit air menghasilkan adonan yang tidak dengan sukrosa dapat menghasilkan tekstur yang lebih
elastis dan kaku, sedangkan tepung daya ikat air yang baik.
baik akan menghasilkan adonan yang elastis dan
mudah mengembang. Hasil Pengujian Kadar Air
Hasil pengujian terhadap kadar air roti manis
Hasil Pengujian Tekstur substitusi gula sukrosa dengan gula fruktosa, dapat
Hasil pengujian terhadap tekstur roti manis dilihat bahwa nilai tertinggi terdapat pada perlakuan
substitusi gula sukrosa dengan gula fruktosa, dapat gula sukrosa 75% fruktosa 25% (P1) yaitu 18,34,
dilihat bahwa nilai tertinggi terdapat pada perlakuan sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan
gula sukrosa 25% dan fruktosa 75% (P3) yaitu 0,91, sukrosa 50% dan fruktosa 50% (P2) yaitu 14,18. Pada
sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan gula superskrip huruf kecil dalam tabel menunjukkan bahwa
sukrosa 50% dan fruktosa 50% yaitu 0,54 (P<0,05). pada perlakuan sukrosa 100% tanpa subtitusi (P0) dan
Pada superskrip huruf kecil dalam tabel menunjukkan perlakuan sukrosa 25% dan fruktosa 75% (P1)tidak
bahwa tidak terdapat beda nyata (P>0,05) antara berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan sukrosa
perlakuan gula sukrosa 100% tanpa subtitusi (P0) dan 50% dan fruktosa 50% (P2) dan perlakuan sukrosa
sukrosa 75% dan gula fruktosa 25% (P1). 20% dan fruktosa 75%.
Roti pada P3 mempunyai nilai tekstur yang Penambahan fruktosa memberikan pengaruh
tinggi akan tetapi daya kembang pada P3 mempunyai terhadap kadar air yang dihasilkan pada P2 dan P3.
nilai yang rendah. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Fruktosa bersifat higroskopis. Larutan kuat fruktosa
Mestres dan Rouau (1995) yang menyatakan bahwa tetap lembab. Fruktosa mudah sekali larut dalam air
roti yang memiliki volume pengembangan yang lebih dan alkohol (Hartono dan Widiatomoko, 1993). Sudah
besar maka kekerasannya menurun. Adanya diketahui bahwa sukrosa memiliki sifat higroskopis yaitu
penambahan gula juga mempengaruhi tekstur pada dapat mengikat air sehingga semakin tinggi kadar
roti. Mudjajanto dan Yulianti (2004) menjelaskan bahwa sukrosanya maka akan semakin rendah kadar airnya
fungsi penambahan gula dalam suatu produk pangan (Kartika dan Nisa, 2015). Kadar air pada roti manis
antara lain untuk memberikan aroma, rasa manis yang dihasilkan masih dalam kategori baik untuk
sebagai pengawet, dan untuk memperoleh tekstur dikonsumsi karena berdasarkan SNI roti manis (1995)
tertentu. Gula ditambahkan pada jenis roti tertentu kadar air yang terkandung yang diperbolehkan adalah
untuk melengkapi karbohidrat yang ada untuk proses maksimal 40%.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 6 (3) 2017 132
©Indonesian Food Technologists https://doi.org/10.17728/jatp.230
Mestres, C., Rouau, X. 1995. Influence of natural Sutomo, B. 2008. Sukses Wirausaha Roti Favorit.
fermentation and drying conditions on the Puspa Swara, Jakarta.
physicochemical characteristic of cassava starch. Syahputri, D.A., Agustin, K.W. 2015. Pengaruh
J Sci,Food and Agri, 74, 147-155. Fermentasi Jali (Coix Lacryma Jobi-L) Pada
Mudjajanto, E.S., Yulianti, L.N.. 2004. Membuat Aneka Proses Pembuatan Tepung Terhadap
Roti. Penebar Swadaya. Jakarta. Karakteristik Fisik Dan Kimia Cookies Dan Roti
Poedjiadi, A. 1994.Dasar-Dasar Biokimia.Universitas Tawar. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(3),
Indonesia Press. Jakarta. 984-995.
Roberts, H., Karmas, E. 1989. Evaluasi Gizi Pada Syarief, R., Halid, H. 1993. Teknologi Penyimpanan
Pengolahan Pangan. ITB. Bandung. Pangan. Arcan, Jakarta.
Rukmana, R. 2001. Membuat Sosis : Daging Kelinci, U.S. Wheat Associates.1983. Pedoman Pembuatan
Daging Ikan, Tempe Kedelai. Kanisius, Kue dan Roti. Jakarta: Djambatan.
Yogyakarta. Widayanti, A., Naniek, S.R., Rizka, A.D. 2013.
Sarono, Widodo, Yatim, R. 2008. Pengembanagan Pengaruh Kombinasi Sukrosa dan Fruktosa Cair
Metode Pembuatan Roti di Politeknik Negeri sebagai Pemanis terhadap Sifat Fisik Kembang
Lampung. www.google.com (Diakses tanggal 9 Gula Jeli Sari Buah Pare (Momordica charantia
Januari 2010). L). Farmasi, Fakultas farmasi dan Saina
SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-3840-1995. Roti UHAMKA, Jakarta.
Manis. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Widyani, R, T. Suciaty. 2008. Prinsip Pengawetan
Sudaryati, Andryanto. 2013. Penurunan kandungan Pangan. Swagati-Press, Cirebon.
gluten pada roti manis dengan substitusi tepung Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
tapioka asam. J. Rekapangan, 7(1), 20-35. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.