Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kita ketahui bahwa Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keaneka ragaman
hayati tertinggi didunia. Di dunia ini tidak ada dua individu yang benar-benar sama. Setiap individu
memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda sehingga menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup di
Bumi ini. Kekhasanan dan tingginya tingkat keanekaragaman makhluk hidup sangat bermanfaat untuk
kelangsungan hidup umat manusia. Keanekaragaman makhluk hidup yang ada di Bumi ini disebut
sebagai keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan


keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Keanekaragaman hayati melingkupi
berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai
tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem. Gampangnya,
keanekaragaman hayati adalah semua jenis perbedaan antar mahkluk hidup.

Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan dalam semua
bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas
mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi
menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, speses dan ekosistem.

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yangmenunjukkan keseluruhan


variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Adadua faktor penyebab keanekaragaman hayati,
yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya
terhadap morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi
organisme. Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman
untuk sifat atau ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat
kehidupan. Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi telah
mengubah fungsi berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan
degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati ?

2. Apa saja tingkat keanekaragaman hayati?

3. Apa fungsi dan nilai keanekaragaman hayati di Indonesia ?

4. Apa faktor penyebab menghilangnya keanekaragaman hayati ?

5. Bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang pengertian keanekaragaman hayati.

2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman hayati.

3. Untuk mengetahui fungsi dan nilai keanekaragaman hayati.

4. Untuk mengetahui faktor penyebab hilangnya keanekaragaman hayati.

5. Untuk mengetahui bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang bermacam-macam, baik ukuran,
warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu yang hidup. Jadi
keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup (organisme)
penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau
keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran,
bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan
keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif
konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif
stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti
makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama
faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu
individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip
dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan,
mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk
bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai
tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem. Keanekaragam hayati
merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi, bentuk, penampilan,
jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan
genetik.
Keanekaragaman hayati menurut UU no 50 tahun 1994 adalah keanekaragaman diantara
makhluk hidup dari semua sumber yang termasuk diantaranya dataran, ekosistem ekuatik lain,
serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup
keanekaragaman dalam spesies , antara spesies dan ekosistem.

3
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme
tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi
tiga tingkatan yaitu

1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen

Keanekaragaman gen merupakan sifat yang terdapat dalam satu jenis. Dengan demikian
tidak ada satu makhluk pun yang sama persis dalam penampakannya. dengan tekhnik budaya
semakin banyak jenis tumbuhan hasil rekayasa genetik seperti padi, jagung, ketela, semangka
tanpa biji, jenis-jenis mangga, dan sebagainya. Yang membuat variasi tadi adalah :

RUMUS : F = G +L

F = fenotip

G = genotip

L = lingkungan

Jika G berubah karena suatu hal (mutasi dll) atau L berubah maka akan terjadi perubahan di
F. Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya variasi tadi.

Perlu kita ketahui bahwa perangkat genetik mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Misalnya, dua individu memiliki perangkat gen yang sama hidup dilingkungan yang
berbeda maka kedua individu tersebut dapat saja memunculkan ciri dan sifat yang
berbeda. Keadaaan sebaliknya dapat juga terjadi dua individu yang memiliki perangkat
gen yang berbeda, tetapi hidup dilingkungan yang sama dapat memunculkan ciri yang
sama. Hal ini terlihat jelas bahwa dalam spesies yang sama dapat terjadi keanekaragaman
susunan gen sehingga memunculkan variasi antara individu. Begitu banyak kemungkinan
susunan gen pada setiap individu dalam satu spesies, menyebabkan tidak adanya individu
yang benar-benar sama dalam segala hal, sekalipun saudara kembar. Keanekaragam
inilah yang disebut sebagai keanekaragaman individu yang terjadi akibat
keanekaragaman pada tingkat genetik.

4
2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis (Spesies)

Perbedaan-perbedaan pada berbagai spesies makhluk hidup di suatu tempat disebut


keanekaragaman spesies. Biasanya dijumpai pada suatu tempat yang dihuni kumpulan
makhluk hidup dari berbagai spesies (komunitas). Keanekaragaman ini lebih mudah
diamati daripada Keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat
ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk
kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba.Misalnya: variasi dalam satu famili antara
kucing dan harimau. Mereka termasuk dalam satu famili(famili/keluarga Felidae)
walaupun ada perbedaan fisik, tingkah laku dan habitat.

3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada
suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu

Antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang
ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Semua makhluk hidup berinteraksi dengan
lingkungannya yang berupa faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi berbagai
jenis makhluk hidup lain, sedangkan yang termasuk faktor abiotik adalah iklim, cahaya,
suhu, air, tanah, kelembapan, dan sebagainya. Baik faktor biotik maupun abiotik sangat
bervariasi. Oleh karena itu, ekostem yang merupakan kesatuan dari biotik dan abiotik pun
bervariasi pula.

Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan komponen biotik
lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap bertahan hidup. Jadi, interaksi antar
organisme didalam ekosistem ditentukan oleh komponen biotik dan abiotik yang
menyusunnya.Komponen biotik sangat beranekaragam dan komponen abiotik berbeda
kulitas dan kuantitasnya, perbedaan komponen-komponen penyusun tersebut
mengakibatkan perubahan dari interaksi yang ada sehingga menciptakan ekosistem yang

5
berbeda pula. Jadi jelaslah bahwa keanekaragaman hayati pada tempat yang berlainan
akan menyusun ekosistem yang berbeda.

Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, yaitu ekosistem alam dan buatan. Secara garis
besar ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan.
Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.

1. Ekosistem Darat ( Terestrial )


Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan
letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu sebagai berikut.
a. Bioma Gurun
Gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara,
Australia dan Asia Barat. Karakteristik dari bioma ini yaitu curah hujan sangat
rendah, + 25 cm/tahun. Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat
tinggi (siang dapat mencapai 45 C, malam dapat turun sampai 0 C). Vegetasi di
daerah gurun di dominasi oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai tanaman
xerofit. Hewan yang menghuni daerah gurun umumnya adalah serangga, hewan
pengerat, ular dan kadal. Contoh bioma gurun adalah Gurun Sahara di Afrika,
Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di Amerika.
b. Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke sub
tropika.Ciri-ciri bioma padang rumput yaitu curah hujan 25 - 50 cm per tahun dan
hujan turun tidak teratur. Vegetasi yang mendominasi adalah rerumputan.
Hewannya adalah bison, Zebra, kanguru, singa, harimau, anjing liar, ular,
rodentia, belalang dan burung. Contoh bioma padang rumput antara lain Amerika
Utara, Rusia, Afrika Selatan, Asia dan Indonesia (Sumbawa).
c. Bioma Hutan Hujan Tropis
Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil,
Kenya, Costa Rica, dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per
tahun, matahari bersinar sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak dan
komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi, serta
banyak cabang dengan daun yang lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi.

6
Tumbuhan khas adalah kelompok liana, yaitu tumbuhan yang merambat,
misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu tumbuhan yang menempel pada
tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang menghuni hutan hujan tropik
adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai, macan, gajah, dan rusa
dan hewan yang bersifat nokturnal.
d. Bioma Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan
Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per tahun.
Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim
semi. Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan tropis.
Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak, beech, yang selalu menggugurkan
daunnya pada musim gugur. Hewan-hewan yang umum adalah rusa, beruang, dan
rubah, racoon, burung pelatuk, dan serangga.
e. Bioma Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik,
misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Ciri-cirinya adalah suhu
di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu
spesies seperti konifer (pohon spruce, alder, dan birch), pinus, dan sejenisnya.
Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, Hewannya antara lain moose, beruang
hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
f. Bioma Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan
terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Daerah ini beriklim kutub, sehingga
selalu tertutup salju. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
Tumbuhan yang ada terutama adalah lumut Sphagnum dan lumut kerak.
Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Hewan-hewan yang ada adalah beruang
kutub, burung, nyamuk, lalat hitam, serigala kutub, reinder, dan caribou bull
(sebangsa rusa).
g. Bioma Karst
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan
rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan

7
didominasi oleh pori-pori mikro. Contoh bioma Karst terdapat di daerah Gunung
Kidul.
2. Ekosistem Perairan ( Akuatik )
a. Ekisistem Air Tawar
Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki
kemampuan menyerap panas dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak
terlalu besar. Berdasarkan ada tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan
menjadi ekosistem lentik (air tidak mengalir) misalnya danau, kolam, rawa, serta
ekosistem lotik (air mengalir) misalnyasungai.Tumbuhan yang menghuni
lingkungan perairan tawar meliputi tumbuhan yang berukuran besar
(makrohidrofita) serta tumbuhan yang berukuran kecil, yaitu ganggang.
Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng gondok.
Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik misalnya ganggang biru,
ganggang hijau, dan diatomae. Hewan yang menghuni air tawar adalah udang-
udangan, ikan, dan serangga.
b. Ekosistem Air Laut
Bioma air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut
kurang terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah
mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah 35
ppm (part per million). Di daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi
daripada di daerah yang jauh dari khatulistiwa.Organisme laut memiliki pola
adaptasi terhadap tekanan osmosis sir laut yang tinggi dengan cara yang
berlawanan dengan organisme air tawar.
c. Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai dan
laut atau disebut muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar
dan laut. Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa
organisme laut melakukan perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, gang-
gang, dan fitoplankton, udang dan moluska yang dapat dimakan. Estuari banyak

8
terdapat di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Nutrien dari sungai
memperkaya daerah estuari.
d. Ekosistem Pantai
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion
CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan
penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu
bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang
panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah.
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir
adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang
dan angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
e. Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan
jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang
secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan
ketinggian dan garis lintang. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara
sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di
hilir sering dijumpai ikan lele dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh
berbagai kurakura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan
lumba-lumba
f. Ekosistem Terumbu Karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri
dari karang batu clan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut
terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari
sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok
Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini
bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain
dan ganggang.Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme
mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikroorganisme, dan

9
ikan hidup di antara karang clan ganggang. Herbivor seperti siput, landak laut,
ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivor.
g. Ekosistem Laut Dalam
Merupakan zona pelagik laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m dari
permukaan laut. Sehingga tidak ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu
produsen utama di ekosistem ini merupakan organisme kemoautrotof. Biasanya
terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya (bioluminisensi).
Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
h. Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga
yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan
pantai yang dangkal.
3. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau
hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman
rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:
a. Bendungan
b. Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
c. Agroekosistem berupa sawah tadah hujan
d. Sawah irigasi
e. Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
f. Ekosistem ruang angkasa
C. Fungsi dan Nilai Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar dati Tuhan Yang Maha
Kuasa. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.
1. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati
Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai kemanfaatan dari berbagai
sumber hayati yang dapat menghasilkan keuntungan bagi penggunaanya, yaitu dapat di
perjual belikan. Keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomi antara lain sebagai
bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan, dan memiliki aspek budaya.

10
a. Keanekaragaman Hayati sebagai sumber bahan pangan
Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang di konsumsi oleh
manusia misalnya dari tumbuhan yaitu padi, jangung, singkong, ubi jalar, talas
kentang, sorgum dan lain lain sedangkan dari hewan misalnya daging sapi, daging
ayam, ikan laut dan telur.
b. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan
Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber obat-obatan,
misalnya : mengkudu untuk menurunkan tekanan darah tinggi, kina untuk obat
malaria, buah merah untuk mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan diabetes.
Sedangkan yang berasal dari hewan contohnya madu lebah dimanfaatkan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, dan bagian daging dan lemak ular dipercaya
dapat mengobati penyakit kulit
c. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik
Beberapa tumbuhan digunakan untuk kosmetika, antara lain sebagai berikut
misalnya : Bunga mawar, melati, cendana, kenanga, dan kemuning dimanfaatkan
untuk wewangian (parfum). Kemuning, bengkoang, alpukat, dan beras digunakan
sebagai lulur tradisional untuk menghaluskan kulit. Sedangkan urang aring,
mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan lidah buaya digunakan untuk pelumas
dan penghitam rambut.
d. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang
Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang, misalnya : rami, kapas,
pisang hutan atau abaca, dan jute, dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain
atau bahan pakaian, ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai
ekonomi sangat tinggi, kulit sapi dan kambing untuk membuat jaket, bulu burung
untuk membuat aksesoris pakaian.
e. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan
Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang, misalnya : rami, kapas,
pisang hutan atau abaca, dan jute, dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain
atau bahan pakaian, ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai
ekonomi sangat tinggi, kulit sapi dan kambing untuk membuat jaket, bulu burung
untuk membuat aksesoris pakaian.

11
f. Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya
Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya nyeka
(ziarah kubur) pada masyarakat jawa menggunakan bunga mawar, kenanga,
kuntil, dan melati. Umat islam menggunakan heawan ternak seperti sapi, kambing
dan kerbau pada hari qurban. Upacara ngaben di Bali menggunakan 39 jenis
tumbuhan yang mengandung minyak atsiri yang berbau harum, antara lain
kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan cendana.
2. Nilai Pendidikan Keanekargaman Hayati
Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan pengetahuan manusia.
Pemanfaatan hewan dan tumbuhan digunakan untuk bahan percobaan untuk kedokteran
dan eksperimen eksperimen tertentu.
3. Nilai Ekologi Keanekaragaman Hayati
Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan terhadap
kerusakan lahan karena akar tanaman akan melindungi tanah dari kerusakan, pengikisan,
menyerap air hujan sehingga tidak terjadi banjir atau tanah longsor.
D. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati
Menghilangnya kanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan oleh beberapa
faktor berikut ini :
1. Hilangnya Habitat
Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) menunjukkan
bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian dan hutan yang tidak
berkelanjutan menjadi penyebab terbesar hilangnya kenaekaragaman hayati.
Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan yang
harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan dan hewan semakin
sempit karena digunakan untuk tempat tinggal penduduk, dibabat untuk digunakan sebai
lahan pertanian atau dijadikan lahan industri.
2. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air
Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan udara. Beberapa polutan berbahaya bagi
organisme misalnya, nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor
jika bereaksi dengan air akan membentuk hujan asam yang merusak ekosistem.

12
Pembuangan chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan menyebabkan lapisan ozon di
atmosfer berlubang. Akibatnya intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi
meningkat dan menyebabkan banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa
fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan rantai makanan
organisme.
3. Perubahan Iklim
Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon dioksida
(CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven (1995), “ efek rumah kaca
meningkatkan suhu udara 1-30C dalam kurn waktu 100 tahun.” Kenaikan suhu tersebut
menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan permukaan air laut sekitar 1-2 m yang
berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan.
4. Eksploitasi Makanan dan Hewan
Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan terhadap
komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan yang digunakan
untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang harganya mahal dan banyak
diminati oleh pencinta makanan laut. Eksploitasi yang berlebihan dapat menyebabkan
kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi bila tidak diimbangi dengan usaha
pengembangbiakannya.
5. Masuknya Spesies Pendatang
Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang
sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut. Beberapa spesies
asing tersebut dapat menjadi spesies invasif yang menguasai ekosistem. Contohnya ikan
pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan spesies endemik Danau Ayamaru,
Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena dimangssa oleh ikan mas (Cyprinus
carpio) yang dibawa dari jepang dan menjadi spesies invasif di danau tersebut.
6. Industrilisasi Pertanian dan Hutan
Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang
sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut. Beberapa spesies
asing tersebut dapat menjadi spesies invasif yang menguasai ekosistem. Contohnya ikan
pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan spesies endemik Danau Ayamaru,

13
Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena dimangssa oleh ikan mas (Cyprinus
carpio) yang dibawa dari jepang dan menjadi spesies invasif di danau tersebut.
E. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula manfaat yang dapat
diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan melakukan
pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman hayati
memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :
a) Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan;

b) Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan

pemanfaatan yang tidak terkendali;

c) Menyediakan sumber plasma nuftah untuk mendukung pengembangan dan budidaya

tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.

Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5 tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup dengan tiga azas, yaitu tanggung jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat.

Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu dan melibatkan

banyak pihak. Beikut ini akan dijelaskan dua jenis pelestarian yaitu pelestarian secara In

Situ dan Pelestarian Ek Situ.

1. Pelestarian Secara In Situ


Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan di

habitat asalnya. Contohnya, bunga Rafflesia arnoldi di Bengkulu, badak jawa di Ujung

Kulon, dan komodo di Pulau Komodo. Yang termasuk pelestarian sumber daya alam

hayati secara in situ yaitu :

14
a) Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan alam yang membiarkan alam

berkembang secara alamiah.

b) Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina oleh para ahli.

c) Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi (tanah).

d) Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan langka dan hampir

punah serta perkembangbiakannya.

e) Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap tumbuhan.

f) Taman nasional, digunakan sebagai tempat rekreasi.

g) Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.

h) Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.

i) Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan hewan dari perburuan.

2. Pelestarian Secara Ek Situ


Pelestarian secara ek situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan

di luar habitat asalnya atau dipelihara di tempat lain. Pelestarian secara ek situ ada

beberapa macam, misalnya kebun koleksi, kebun plasma nuftah, dan kebun raya.

15
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang

menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada daerah.

Tingkat keanekaragaman hayati terdiri dari tiga yaitu keanekaragaman gen,

keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem.

2. Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
a. Keanekaragaman hayati tingkat gen
b. Keanekaragaman hayati tingkat jenis
c. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
3. Fungsi dan nilai keanekaragaman hayati yaitu memiliki nilai ekonomi sebagai sumber
bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan dan memiliki aspek budaya. Selain
itu keanekaragaman hayati juga memiliki nilai pendidikan dan ekologi.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati di suatu daerah
disebabkan oleh hilangnya habitat, pencemaran tanah, udara dan air, perubahan iklim,
eksploitasi tanaman dan hewan, masuknya spesies pendatang dan industrilisasi pertanian
dan hutan.
5. Untuk mencegah kepunahan keanekaragaman hayati diperlukan usaha untuk
melestarikannya baik usaha untuk perlindungan maupun pengawetan alam serta
pelestarian keanekaragaman hayati yang meliputi pelestarian secara in situ maupun ek
situ.
B. SARAN
Didalam kehidupan didunia ini terdapat berbagai jenis keanekaragaman baik hewan maupun
tumbuhan. Untuk mencegah kepunahan maka diperlukan usaha bersama antara pemerintah
dan masyarakat dalam upaya untuk melestarikannya, dan memberikan sanksi yang tegas
kepada oknum-oknum yang bertanggung jawab atas perusakan tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Irnaningtyas. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Nunung Nurhayati, Mukhlis, & Agus Jaya. (2014). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. (cetakan ke-

1). Bandung : Yrama Widya.

Henny Riandari. (2014). Biologi untuk Kelas X SMA dan MA. Solo : Global

Mochamad Indrawan. (2007). Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Supardi. (1994). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Alumni

Anonim. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai