007 Auksin Dan Giberelin Bagas
007 Auksin Dan Giberelin Bagas
Oleh:
Matias Kristika Hardi Nugraha - (512016008)
Christian Ardianto Nugroho - (512016047)
Bagas Yanu Prayoga - (512016038)
B. GIBERELIN
Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh
siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan,
induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu,
hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsang dari melalui regulasi fisiologis
berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA. Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam
dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA bioaktif) dan giberelin nonaktif (Harjadi dan Sri
Setyati, 2009).
Hormon pertumbuhan yang dapat merangsang pertumbuhan batang dan dapat juga
meningkatkan besar daun dan beberapa jenis tumbuhan, besar bunga dan buah adalah giberelin.
Giberelin juga dapat menggantikan perlakuan suhu rendah (2º-4º) pada tanaman. Giberelin pada
tanaman dapat menyebabkan peningkatan sel, pembelahan dan pembesaran sel,
(Zummermar,1961).
Biji pada umumnya mengandung Asam Giberellin (GA) dalam kadar yang tinggi
terutama di embrio. Setelah imbibisi air berlangsung, terjadi pelepasan GA dan ini memberi
signal bagi biji untuk mematahkan dormansinya dan berkecambah. GA juga menunjang
pertumbuhan kecambah tanaman sereal dengan cara menstimulasi sintesis dari enzim pencerna
cadangan makanan seperti α-amilase yang berfungsi memobilisasi cadangan makanan. Bahkan
sebelum enzim ini muncul, GA telah menstimulasi sintesis dari mRNA yang mengkode
terbentuknya α-amilase (Salisbury and Ross, 1992).
Giberelin merupakan hormon pertumbuhan yang terdapat pada organ-organ tanaman
yaitu pada akar, batang, tunas, daun, bintil akar, buah, dan jaringan halus. Giberelin dapat
merangsang pertumbuhan batang dan juga dapat meningkatkan besarnya daun pada beberapa
jenis tumbuhan. Giberelin dapat pula menggantikan perlakuan suhu rendah (20-40C) pada
tanaman yang membutuhkan perlakuan tersebut bagi pembungaan (Heddy, 1986).
Giberelin mempercepat munculnya tunas di permukaan tanah. Hal ini disebabkan
karena GA3 memacu aktivitas enzim–enzim hidrolitik khususnya α amilase yang
menghidrolisis cadangan pati sehingga tersedia nutrisi yang cukup untuk tunas supaya bisa
tumbuh lebih cepat (Jacobsen et al., 1995).
Giberelin mempercepat munculnya tunas di permukaan tanah. Hal ini disebabkan
karena GA3 memacu aktivitas enzim–enzim hidrolitik khususnya α amilase yang
menghidrolisis cadangan pati sehingga tersedia nutrisi yang cukup untuk tunas supaya bisa
tumbuh lebih cepat. Tinggi tanaman tidak dipengaruhi oleh giberelin. Hal ini karena giberelin
diberikan pada umbi bibit sebelum ditanam sehingga pengaruhnya hanya pada fase awal
pertumbuhan yaitu berupa pemacuan pertumbuhan tunas lateral. Pengaruh tersebut tidak
terbawa ke fase pertumbuhan selanjutnya sehingga tinggi tanaman tidak terpengaruh (Ni Luh
Arpiwi, 2007).
Efek yang ditimbulkan oleh giberelin umumnya bertitik berat pada pola pertumbuhan
normal. Giberelin alami ada lebih dari 30 macam, semuanya memiliki konfigurasi kimia yang
khusus tetapi yang paling sering digunakan adalah Asam giberelat (GA3) dan efek fisiologi
giberelin kebanyakan dianggap hanya dari senyawa ini. Giberelin bekerja pada gen dengan
menyebabkan aktivasi gen-gen tertentu. Gen-gen yang diaktifkan akan membentuk enzim-
enzim baru yang menyebabkan terjadinya perubahan morphogenetik (penampilan tanaman)
(Rukmana, 1997).
Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut:
1. mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses
pembelahan sel.
2. meningkatkan pembungaan.
3. memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya
sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan
merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan
memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan
mendobrakendosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatas
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.
4. pemanjangan sel (Fernie and Willmitzer, 2001).
II. TUJUAN
1. Melihat pengaruh auksin terhadap sel tumbuhan
2. Melihat pengaruh pemberian substansi pengatur tumbuh gliberelin (GA3) terhadap
pemanjangan ruas batang tanaman.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Penggaris
2. Cater untuk memotong
Bahan :
1. Kertas merang 8. Plastik hitam
2. Plastik
3. Larutan Auksin
4. 5 kecambah kacang hijau
5. Karet
6. Tanaman kacang merah yang sebelumnya ditumbuhkan dipolibag
7. Larutan GA3
Kontrol 2 cm 2 cm 0 cm
B. Gliberelin (GA3)
Konsentra GA3 (ppm) Rata-rata panjang Rata-rata panjang Pertambahan
ruas awal (cm) ruas akhir (cm) panjang (cm)
VI. PEMBAHASAN
Dalam suatu laju pertumbuhan tanaman faktor yang sangat berpengaruh yaitu; Hormon
tumbuhan atau dikenal juga dengan fitohormon adalah sekumpulan senyawa organik bukan
hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar
sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan hanya terdapat satu mikromol per liter)
mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan
(taksis) tumbuhan. Ada banyak sekali jenis hormon yang mempengaruhi laju pertumbuhan,
tetapi pada praktikum kali ini hanya digunakan hormon auksin (IAA) dan giberelin (GA3).
Menurut Latunra, (2012) Auksin merupakan hormon terhadap tumbuhan yang
mempunyai peranan luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Konsentrasi
auksin tertinggi dijumpai pada meristem (akar, batang) yang aktif tumbuh dan daun muda.
Auksin diangkut dari daerah meristem konsentrasinya semakin rendah, demikian juga pada
jaringan yang telah dewasa dan telah berhenti memanjang. Sifat penting auksin adalah
berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang dan menghambat pertumbuhan. Auksin
berperan penting dalam perubahan dan pemanjangan sel. Pada permukaan akar, auksin akan
mempengaruhi jaringan meristem primordial akar dalam jaringan batang.
Menurut Heddy,(1986) Giberelin merupakan hormon pertumbuhan yang terdapat pada
organ-organ tanaman yaitu pada akar, batang, tunas, daun, bintil akar, buah, dan jaringan halus.
Giberelin dapat merangsang pertumbuhan batang dan juga dapat meningkatkan besarnya daun
pada beberapa jenis tumbuhan. Giberelin dapat pula menggantikan perlakuan suhu rendah (20-
40C) pada tanaman yang membutuhkan perlakuan tersebut bagi pembungaan.
Fungsi dari hormon auksin dan giberelin :
Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan,
baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan,
membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi
jumlah biji dalam buah. kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan
hormon giberelin. Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka
pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi
tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena
kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut
cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.
fungsi giberelin pada tumbuhan:
1. mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses
pembelahan sel.
2. meningkatkan pembungaan.
3. memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya
sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan
merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan
memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan
mendobrakendosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatas
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.
4. pemanjangan sel (Fernie and Willmitzer, 2001).
Dalam praktikum kali ini dilakukan beberapa perlakuan konsentrasinya untuk auksin
(IAA) maupun giberelin(GA3).
Kosentrasi untuk auksin(IAA) yaitu; kontrol tanpa auksin, 0,01 ppm, 0,1ppm, 1
ppm,dan 10 ppm, sedangkan konsentrasi giberelin (GA3) kontrol, 0,1 ppm, 1 ppm, 10 ppm,
dan 100 ppm. Pada hasil pengamatan auksin (IAA) diatas pada kosentrasi kontrol tidak ada
perubahan sama sekali panjang masih tetap 2 cm, untuk konsentrasi 0,01 ppm ada perubahan
pada tanaman yaitu bertambah tinggi rata-ratanya dari 2 cm menjadi 4,12 cm untuk kosentrasi
0,1 ppm ada perubahan tinggi rata-rata tanaman dari 2 cm menjadi 5,9 cm, untuk kosentrasi 1
ppm ada perubahan tinggi rata-rata tanaman dari 2 cm menjadi 2,2 cm, untuk kosentrasi 10
ppm ada perubahan tinggi rata-rata tanaman dari 2 cm menjadi 2,05 cm, untuk kosentrasi
kontrol, 0,01ppm, 0,1 ppm, jika dibuat grafik maka grafiknya akan semakin keatas sedangkan
pada kosentrasi, 1 ppm dan 10 ppm grafik menjadi turun drastis, hal ini disebabkan karena
banyak sedikitnya kosentrasi aukisin (IAA) sangatlah berpengaruh besar terhadap laju
pertumbuhan tanaman, jika kosentrasi auksin (IAA)nya pas maka dapat merangsang
pertumbuhan menjadi sangat cepat tetapi sebaliknya jika kosentrasinya terlalu banyak maka
akan menghambat laju pertumbuhan tanaman.
Kosentrasi untuk giberelin yaitu; kontrol, 0,1 ppm, 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, untuk
kontrol tanaman bertambah tinggi rata-ratanya dari 20 cm menjadi 20,12 cm, untuk kosentrasi
0,01 tanaman bertambah tinggi rata-ratanya dari 9,62 cm menjadi 10,5 cm, untuk kosentrasi 1
ppm tanaman bertambah tinggi rata-ratanya dari 14,25 cm menjadi 15,25 cm, untuk kosentrasi
10 ppm tanaman bertambah tinggi rata-ratanya dari 20,85 cm menjadi 25,69 cm, untuk
kosentrasi 100 ppm tanaman bertambah tinggi rata-ratanya dari 23,25 cm menjadi 29,23 cm,
jika dibuat grafik pada hasil pengamatan giberelin maka grafik akan naik terus tanpa turun,
jadi banyak sedikitnya giberelin yang diberikian pada tanaman akan berpengaruh pada laju
pertumbuhannya semakin banyak kosentrasi giberelin pada tanaman maka semakin cepat laju
pertumbuhannya.
Auksin dan giberelin sangatlah berpengaruh besar bagi laju pertumbuhan tanaman. Sifat
auksin sendiri tergantung pada konsetrasinya yang dapat merangsang dan menghambat lajunya
pertumbuhan tanaman, sedangkan giberelin merangsang batang dan daun tanaman, semakin
banyak konsentrasi giberelin maka semakin cepat laju pertumbuhannya.
VII. KESIMPULAN
1. Auksin dan giberelin sangatlah berpengaruh besar bagi laju pertumbuhan tanaman.
2. Banyak sedikitnya kosentrasi auksin akan merangsang dan bahkan menghambat laju
pertumbuhan pada tanaman, sedangkan untuk giberelin (GA3) semakin banyak
kosentrasinya maka semakin cepat laju pertumbuhan tanamanya.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Goldsworthy, F.R., dan Fisher, 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik, UGM Press,
Yogyakarta.
Lakitan, B., 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Latunra, A.I., Eddyman W. F., Elis T., 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Salisbury, F.B. dan Cleon W. Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.
Salisbury, F.B. and Ross, C. W., 1992, Plant Physiology, 4th edition. Wadswoth Publishing
Company, Belmont, California.
Fernie, A.R. and L. Willmitzer. 2001. Molecular and biochemical triggers of potato tuber
development. Plant Physiology 127: 1459-1465.
Jacobsen, J.V., F. Gubler and P.M. Chandler. 1995. Gibberellin action in germinated cereal
grains. In 'Plant hormones physiology, biochemistry and molecular biology'. (Ed PJ
Davies) pp. 246-271. (Kluwer Academic Publisher: Dordrecht).
Ni Luh Arpiwi. 2007. Pengaruh Konsentrasi Giberelin Terhadap Produksi Bibit Kentang
(Solanum tuberosum L. cv. GRANOLA) Ukuran M (31 - 60 gram). Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Udayana.