JUDUL PERCOBAAN
“PENETAPAN KADAR AIR
SIMPLISIA EUGENIA AROMATICA L”
Mikroskopik. Pada penampang melintang bunga di bawah bakal buah tampak sel epidermis
bentuk empat persegi panjang terdiri dari 1 lapis sel dengan kutikula tebal; pada pengamatan
paradermal tampak sel epidermis bentuk poligonal dengan dinding sel rata; stomata bundar
tipe anomositik. Pada bagian korteks terdapat beberapa lapis sel parenkim bentuk polygonal
atau hampir bundar, kelenjar minyak skizolisigen bentuk bundar atau bundar telur terbalik.
Pada bagian dalam terdapat berkas pembuluh tipe bikolateral, serabut sklerenkim dan sel batu.
Kristal kalsium oksalat bentuk roset terdapat di semua bagian. Parenkim pusat terdiri dari
beberapa lapis sel kecil membentuk cincin dengan ruang antar sel yang besar. Pada daun
mahkota dan daun kelopak tampak sel epidermis atas dan bawah bentuk empat persegi panjang
bila tampak paradermal berbentuk polygonal, di antaranya terdapat parenkim bentuk
poligonal, kelenjar minyak skizolisigen, kristal kalsium oksalat bentuk roset dan berkas
pembuluh.
Isi. Sterol/terpen, flavonoid, asam gallotanin, kariofilen, vanillin, eugenin, gum, resin dan
minyak atsiri yang mengandung senyawa fenol yang sebagian besar terdiri dari eugenol
bebas dan sedikit eugenol asetat, seskuiterpena, sejumlah kecil ester keton dan alcohol.
Nama daerah. Sumatera: Bungeu lawang, bunga lawang, singke, bunga lasang, sake,
kembang lawang, cengkeh, bunga cengkeh, cangkih. Kalimantan: Sangke, seram,
poriawane. Jawa: Cengkeh, cengke. Nusatenggara: Cengkeh, wanga lawang, cangke,
singke, palasenge, sengke. Sulawesi: Bunga rawan, senghe, bunga lawang, hungho lawa,
cangke, cengke. Maluku: Poriawane, poela ano, pualawane, perawano, bunglawa, gomode,
bululawa, bawalawa, gomede.
Cara penetapan kadar air dalam bahan-bahan alam atau simplisia ada dua, yaitu
cara tittrasi dan cara destilasi (metode azeotropik).
1. Cara Titrasi (Materia Medika Indonesia Jilid III, 1979)
Pereaksi dan larutan yang digunakan peka terhadap air sehingga harus
dilindungi dari pengaruh kelembaban udara.
Pereaksi Karl Fischer disimpan dalam botol yang dilengkapi buret
otomatik. Agar terlindung dari pengaruh kelembaban udara, buret
dilengkapi dengan tabung pengering. Labu titrasi kapasitas lebih kurang 60
ml, dilengkapi dengan dua elektroda platina, sebuah pipa pengalir nitrogen,
sebuah sumbat berlubang untuk ujung buret dan sebuah tabung pengering.
Zat yang diperiksa dimasukkan ke dalam labu melalui pipa pengalir
nitrogen atau melalui pipa samping yang dapat disumbat. Pengadukan
dilakukan dengan mengairkan gas nitrogen yang telah dikeringkan atau
dengan pengaduk magnetik. Penunjuk titik akhir terdiri dari batere kering
1,5 Volt atau 2 Volt yang dihubungkan dengan tahanan variable lebih
kurang 2000 ohm. Tahanan diatur sedemikian rupa sehingga arus utama
yang cocok melalui elektroda platina berhubungan secara seri dengan
mikroammeter.
Setelah setiap kali penambahan pereaksi Karl Fischer, penunjuk
mikroammeter menyimpang, tetapi akan segera kembali ke kedudukan
2. Cara Destilasi
Cara destilasi atau metode azeotropik merupakan pengukuran langsung
kadar air yang terdapat dalam materi yang sedang diperiksa. Saat sampel
didestilasi dalam pelarut immiscible (tidak dapat campur), seperti toluena
R atau xylene R, air yang terdapat di dalam sampel akan diserap oleh
pelarut tersebut. Air dan pelarut yang didestilasi bersama-sama akan
Jika zat uji melebur pada suhu yang lebih rendah dari suhu yang ditetapkan untuk
penetapan susut pengeringan, dibiarkan botol beserta isinya selama 1-2 jam pada suhu
5OC-10OC dibawah suhu lebur, kemudian keringkan pada suhu yang telah ditetapkan.
Jika pengeringan dilakukan dalam deksikator, lakukan penanganan khusus untuk
menjamin zat pengering tetap efektif dengan cara menggantikannya sesering mungkin.
1. Botol timbang dangkal bertutup dipanaskan pada suhu 105OC, kemudian ditara
2. Ditimbang 1-2 gram simplisia cengkeh, dimasukkan ke botol timbang dangkal
3. Bahan diratakan dengan menggoyangkan botol hingga setebal 5-10 mm
4. Dimasukan kedalam ruang pengering, dibuka tutupnya
5. Dikeringkan pada suhu 105OC sampai diperoleh suhu konstan
6. Sebelum setiap peengeringan, botol harus ditutup hingga mendingin dengan
diletakan pada eksikator sampai suhu ruang
Soedibyo, Mooryati. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta. Balai
Pustaka.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta
Hariana, Drs. H. Arief. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri III. Penebar Swadaya : Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Jilid I.
Jakarta
Pusat Penelitian Farmasi, Badan Penelitian Farmasi dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Daftar Tanaman Obat. 1981. Jakarta
KELOMPOK A1-2
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
2018
[DOCUMENT TITLE] [AUTHOR NAME]