orang serta barang dan juga sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi
ekonomi, politik, sosial, keamanan, pendidikan dan sebagainya akan dapat berjalan
lancar dan mudah. Untuk itulah diperlukan suatu fasilitas yang dapat memudahkan
untuk menunjang akivitas sehari-hari dan merupakan bagian yang tidak dapat
merupakan sarana untuk memindahkan orang atau mengirim barang dari satu tempat
Keberadaan angkutan umum sangat dirasakan penting bagi masyarakat yang tidak
memiliki kendaraan pribadi dan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan. Tidak
hanya itu, angkutan juga dapat mengurangi kemacetan lalu lintas karena mempunyai
daya angkut yang cukup besar. Tujuannya adalah menyelenggarakan pelayanan yang
baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik yaitu aman, nyaman,
adalah jalan raya atau jalur yang menghubungkan dua titik atau lebih; kedua,
kendaraan adalah alat yang digunakan untuk memindahkan orang atau barang dari
satu titik ke titik lain; ketiga, terminal adalah tempat yang digunakan untuk mengatur
barang; dan keempat, manajemen dan tenaga kerja adalah orang-orang yang terlibat
dan terminal.
semuanya harus terintegrasi secara serempak dan seandainya ada salah satu saja
komponen yang tidak hadir, maka alat pendukung proses perpindahan (sistem
Angkutan umum dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu angkutan umum yang
yang disewakan (paratransit) yaitu pelayanan jasa yang dapat dimanfaatkan oleh
setiap orang berdasarkan ciri tertentu dan pada umumnya tidak memiliki trayek
misalnya taksi. Sedangkan angkutan umum massal (masstransit) adalah layanan jasa
1
Fidel Miro SE. MSTr., Perencanaan Transportasi (Jakarta: Airlanggah, 2005), h.5.
angkutan yang menyediakan layanan tetap, baik jadwal maupun tarif dan pada
4. Angkutan Kota
5. Angkutan Perdesaan
6. Angkutan Perbatasan
7. Angkutan Khusus.2
tingkat ekonominya masih tergolong lemah atau sebagian besar tidak memiliki
kendaraan pribadi.
Salah satu moda transportasi yang cukup banyak diminati oleh masyarakat di
angkutan yang bersifat massal. Angkutan perdesaan adalah angkutan dari suatu
2
Repeblik Indonesia, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 35 Tahun 2003 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum, bab I, pasal I.
tempat ke tempat lain dalam suatu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam
trayek kota yang berada pada wilayah ibukota kabupaten dengan mempergunakan
mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.3 Sarana ini
Pengguna angkutan umum ini bervariasi mulai dari buruh, ibu rumah tangga,
Dalam Surat Keputusan Gubernur No. 15/12/1/2016 tentang Tarif Angkutan Antar
Kota Dalam Provinsi (AKDP) Kelas Ekonomi di Jalan dengan Mobil Bus
penumpang disesuaikan dengan jumlah tempat duduk yang tersedia. Dan bagi
lintasan trayek yang belum tercantum dalam lampiran Keputusan Gubernur ini akan
pada keputusan ini.4 Tarif angkutan umum yang berlaku saat ini di Kecamatan
Batudaa Kabupaten Gorontalo adalah dari terminal pusat Kota ke Batudaa dengan
3
Repeblik Indonesia, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 35 Tahun 2003 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum, bab I, pasal I0.
4
Keputusan Gubernur Gorontalo Nomor 15/12/1/2016 tentang Tarif Angkutan Antar Kota
Dalam Provinsi (AKDP) Kelas Ekonomi di Jalan dengan Mobil Bus Penumpang Umum Di Provinsi
Gorontalo.
Banyaknya masyarakat yang masih tergantung dengan angkutan umum ini tidak
kapasitas angkut. Akibanya semua angkutan yang tersedia terisi penuh sesak oleh
penumpang. Hal ini menyebabkan para penumpang dalam memakai jasa angkutan
umum terkadang merasa kurang nyaman dan berusaha memilih alternatif angkutan
umum lainnya yang dirasa lebih nyaman, efektif dan efisien meskipun dengan biaya
yang tidak dikehendaki tanpa suatu alasan yang jelas, sehingga tujuan pengangkutan
kenyamanan penumpang.
Kenyamanan dan kepuasaan oleh penumpang merupakan hal yang penting dalam
kualitas pelayanan dalam melayani konsumen dapat terlaksana dengan baik dan tidak
adanya hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian baik itu kerugian yang secara nyata
dialami oleh penumpang kerugian materiil dan immaterial seperti kekecewaan dan
pengguna jasa enggan membayar tarif sesuai dengan Peraturan tersebut dengan alasan
bahwa mereka tidak mendapatkan pelayanan sebagaimana yang diharapkan. Besaran
Islam menjelaskan bahwa Allah melarang pada umatnya untuk berbuat keji atau
munkar dari aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh hukum Islam. Sebagaimana
ِعنِ ْالفَ ْحشَاءِ َِو ْال ُم ْن َكر َ ّللاَ يَأ ْ ُم ُِر ب ْال َعدْلِ َِو اإل ْح
َ سانِ َِو إيتَاءِ ذي ْالقُ ِْر َبى َو َي ْن َهى َِ ن َِ إ
َِو
Terjemahnya:
lebihِ mendalamِ tentangِ masalahِ dalamِ skripsiِ yangِ berjudulِ “Respon Masyarakat
terhadap Kualitas Pelayanan dan Tarif yang dibayar oleh Pengguna Jasa Angkutan
Gorontalo”
5
Departemen Agama, Al-qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV. Diponegoro, 2000), h. 267.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas pelayanan dan tarif yang dibayar oleh pengguna jasa angkutan
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap kualitas pelayanan dan tarif yang dibayar
oleh pengguna jasa angkutan umum yang ditinjau dari Mashlahah Mursalah di
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui gambaran secara rinci dan jelas tentang kualitas pelayanan
dan tarif yang dibayar oleh pengguna jasa angkutan umum di Kecamatan
pelayanan dan tarif yang dibayar oleh pengguna jasa angkutan umum ditinjau
dari maslahah mursalah di Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo, agar
2. Kegunaan Penelitian
dengan hukum Islam dan hukum positif di Indonesia sehingga dapat dijadikan
informasi atau input bagi para pembaca dalam menambah pengetahuan tentang
b. Kegunaan praktis:
hukum syari’ dalam memberikan kualitas pelayanan dan tarif yang dibayar,
angkutan umum atas fasilitas yang diterima sesuai dengan harga yang dikeluarkan
2. Respon masyarakat adalah suatu reaksi baik secara positif maupun negatif yang
berasal dari sifat masyarakat secara langsung maupun tidak langsung bertujuan
memperjuangkan harapan-harapannya.7
3. Mashlahah mursalah adalah melihat aspek positif atau menimbang baik buruknya
Jadi, secara operasional penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji lebih dalam
tentang sikap masyarakat yang tidak mau menerima perilaku penggemudi yang hanya
memikirkan keuntungan atas biaya yang dibayarkan oleh pengguna jasa angkutan
umum dengan jumlah Rp. 6000-Rp. 7000 tetapi tidak memperdulikan keselamatan
E. Telaah Pustaka
6
Muchtarudin Siregar, Beberapa Masalah Ekonomi dan Management Perangkutan (Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990), h. 17.
7
Sukamto, Nafsiologi: Suatu Pendekatan Alternatif Atas Psikologi (Jakarta: Integrita Press,
1985), h. 101.
8
Ahmad Djazuli, Ilmu Fiqh: Penggalian Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 123-125.
Telaah pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah
pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti sehingga terlihat jelas bahwa
penelitian yang sedang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau
dan Tarif yang dibayar oleh Pengguna Jasa Angkutan Umum yang ditinjau dari
Mashlahah Mursalah.
tarif yaitu: pertama, Analisis Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Biaya Operasional
Kendaraan, ATP Dan WTP oleh Taty Yuniarti, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
kasus pada Dinas Perhubungan Kota Medan) oleh Zainal Fikri Nasution, Jurusan
dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Hasil penelitian dan pembahasan
Tatyِ Yuniarti,ِ “Analisisِ Tarifِ Angkutanِ Umumِ Berdasarkanِ Biayaِ Operasionalِ Kendaraan,ِ
9
ATPِDanِWTP,”ِ(SkripsiِSarjana,ِFakultasِTeknikِUniversitasِSebelasِMaret,ِ2009), h. 28-45.
menjelaskan bahwa bagaimana bentuk dari perlindungan hukum bagi konsumen
angkutan umum apabila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan
lalu lintas maupun tindakan apabila tidak terpenuhinya hak-hak atas konsumen yang
bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang
perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
terkecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah karena kesalahan
penumpang.10
Ketiga, Perspektif Hukum Islam Terhadap Penetapan Harga Jual Beli Tiket Tarif
olehِ Dessyِ Rosita,ِ Jurusanِ Muamalatِ Fakultasِ Syari’ahِ Universitasِ Islamِ Negeriِ
jual beli yang dilakukan oleh agen kepada konsumen, serta bagaimana pandangan
Sedangkan judul penelitian yang peneliti angkat ini fokus mengenai masalah
tanggapan masyarakat atau reaksi baik secara positif maupun negatif terhadap
10
Zainalِ Fikriِ Nasution,ِ “Perlindunganِ Hukumِ Terhadapِ Penggunaِ Jasaِ Angkutanِ Umum,”ِ
(Skripsi Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Medan Area, 2016), h. 35-46.
Dessyِ Rosita,ِ “Perspektifِ Hukumِ Islamِ Terhadapِ Penetapanِ Hargaِ Jualِ Beliِ Tiketِ Tarif
11
LebaranِBusِRamayana,”ِ(SkripsiِSarjana,ِFakultasِSyari’ahِUniversitasِIslamِNegeriِSunanِKalijagaِ
Yogyakarta, 2008), h. 56-59.
kualitas pelayanan dan tarif yang dibayar oleh pengguna jasa angkutan umum dengan
F. Kerangka Teori
a. Pengertian Respon
etimologi pengertian respon berasal dari bahasa Inggris yaitu respons yang
sebagai goresan dari pengamatan membentuk sikap setuju atau tidak setuju,
12
Mas’udِ Khasanِ Abdulِ Qadir,ِ Kamus Istilah Pengetahuan Populer (Gresik: CV. Bintang
Pelajar, 1990), h. 216
13
Komarudin, Kamus Riset (Bandung: Angkasa, 1982), h. 234.
14
M. Dimyati Mahmud, Psikologi Suatu Pengantar (Yogyakarta: BPFE, 1980), h. 58.
15
Sukamto, Nafsiologi: Suatu Pendekatan Alternatif Atas Psikologi (Jakarta: Integrita Press,
1985), h. 101.
1) Respon positif (positive feedback) yaitu apabila masyarakat mempunyai
kelompok.
Menurut Walgito, respon adalah suatu perbuatan yang merupakan hasil akhir
dari adanya stimulus atau rangsangan di mana respon terbagi dua, yaitu:
merupakan reaksi dari stimulus yang diterima tidak sampai ke otak sebagai
pusat kesadaran.
2) Respon atau perbuatan yang disadari, yaitu perbuatan organisme atas adanya
motif dari individu yang bersangkutan, dan stimulus yang diterima individu itu
Adapun menurut Steven M. Caffe respon dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu
16
Walgito Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM,
1980), h. 16-17.
1) Kognitif yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan
2) Afektif yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai
seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang
3) Konatif yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi
b. Pengertian Masyarakat
dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya
17
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 118.
18
Abdulsyani, Sosiologi Sistematika Teori dan Terapan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h.
30.
kelompok, manusia tidak akan mampu untuk berbuat banyak dalam
kehidupannya.19
hidup bersama dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat menghasilkan
kebudayaan.20
atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai
1) Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak
atau angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus
ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimum ada dua orang yang hidup
bersama.
2) Bersama untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama
maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-
19
Ibid,. h. 31.
20
Soerjono Soekanto dan Soleman B. Taneko, Hukum Adat Indonesia (Jakarta: Rajawali Press,
1994), h. 105.
bersama, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang
hidup manusia atau sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat
sebagaimana telah dikemukakan oleh J.L. Gilian dan J.P. Gilian, bahwa
tradisi sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi
sebagai berikut:
binatang
2) Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu
21
Abdulsyani, Sosiologi, Kelompok dan Masalah Sosial (Jakarta: Fajar Agung, 1987), h. 32.
3) Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk
bersama yang merupakan inti dari dinamika hidup bermasyarakat. Secara umum
perubahan.23
manusia yang bekerja sama cukup lama dan saling mempengaruhi serta
atau reaksi baik secara positif maupun negatif yang berasal dari sifat masyarakat
harapannya.
22
Abdulsyani, Sosiologi Sistematika Teori dan Terapan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h.
32-33.
23
Soerjono Soekanto, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Press, 1992),
h. 24.
2. Tinjauan Tentang Angkutan Umum
Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain. Tujuan membantu orang atau kelompok orang menjangkau
berbagai tempat yang dikehendaki, atau mengirim barang dari tempat asalnya ke
berupa kendaraan atau kendaraan diangkut oleh orang. Dan menurut Undang-
undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 1ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan bahwa perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain
24
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 22 Tahun tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, 2009 Pasal 1Ayat 1.
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003 tentang
adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik
langsung maupun tidak langsung. Trayek adalah mempunyai asal dan tujuan
perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak terjadwal.25
Pemerintah dalam kaitan ini perlu ikut campur tangan dengan tujuan antara lain:
jasa angkutan umum, petugas pengelola angkutan dan petugas jasa angkutan.
5) Menjamin pemerataan jasa angkutan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan
25
Repeblik Indonesia, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 35 Tahun 2003 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum, Bab I Pasal 1 Ayat 1, 3 dan 4.
2) Angkutan antar Kota antar Propinsi
4) Angkutan kota
5) Angkutan perdesaan
6) Angkutan perbatasan
7) Angkutan khusus26
c. Angkutan Perdesaan
10, angkutan perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam
satu daerah Kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada
wilayah ibukota Kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil
dilaksanakan dalam jaringan trayek yang berada dalam satu daerah Kabupaten
yang menghubungkan:
26
Repeblik Indonesia, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 35 Tahun 2003 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum, Bab III Pasal 16.
27
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum Bab I Pasal 1 Ayat 10.
2) Jadwal tetap diberlakukan apabila permintaan angkutan cukup tinggi
terminal tipe C
d. Jaringan Trayek
Jaringan trayek adalah kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan
yang baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum diusahakan
melewati tata guna tanah dengan potensi permintaan yang tinggi. Demikian
prioritas pelayanan.
Rute angkutan umum yang baik adalah arah yang mengikuti pola pergerakan
terjadi, sehingga transfer moda yang terjadi pada saat penumpang mengadakan
3) Kepadatan penduduk
yang mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum yang
4) Daerah pelayanan
pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada. Hal ini sesuai
umum.
5) Karakteristik jaringan
lebar jalan, dan tipe operasi jalur. Operasi angkutan umum sangat dipengaruhi
28
Departemen Perhubungan RI, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No: SK
687/AJ.206/DRJD/2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di
Wilayah Perkotaan Dalam Trayek dan Teratur, h. 3.
Tarif angkutan umum adalah tarif yang dikenakan pada angkutan umum.
Besarnya tarif ditentukan oleh beberapa aspek, antara lain: kepentingan konsumen
Pemerintah. Tingkat tarif angkutan dipengaruhi juga oleh perubahan biaya operasi
alat angkutan yang ditetapkan berdasarkan biaya operasi satu unit (unit cost) dari
jasa angkutan tersebut. Pengusaha angkutan selalu menginginkan agar jasa tarif
yang dikatakan wajar selama masih berada dalam jangkauan daya beli pemakai
jasa angkutan serta dapat menjamin penerimaan yang layak bagi pengusaha
angkutan.29 Adapun jenis tarif yang berlaku dapat dikelompokkan sebagai berikut:
2) Tarif lokal adalah tarif yang berlaku dalam satu daerah tertentu.
3) Tarif defensial adalah tarif angkutan di mana terdapat perbedaan tinggi tarif
menurut jarak, berat muatan, kecepatan atau sifat khusus dari muatan yang
diangkut.
4) Tarif peti kemas adalah tarif yang diberlakukan untuk membawa kotak/box di
atas truk berdasarkan ukuran kotak yang diangkut dari asal pengiriman ke
29
Suwardjoko Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Bandung: Penerbit ITB,
2002), h. 72.
f. Sistem Penerapan Tarif
Sistem penerapan tarif adalah cara penggenaan tarif pada penumpang. Cara
yang dipakai akan memegang peranan penting dalam pengolahan angkutan umum
agar nilai tarif yang sudah ditetapkan dapat memberikan keadilan bagi semua
pengguna dan dapat menggerakkan lalu lintas dengan lancar. Secara umum,
menjelaskan tarif angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga-harga untuk
pemakai jasa angkutan yang disusun secara teratur dan dihitung menurut
perbedaan tarif menurut jarak kecepatan, atau sifat khusus dari muatan yang
diangkut, sedangkan dalam melakukan penetapan besar nilai tarif didasari oleh dua
1) Sistem flat atau rata, yaitu sistem yang menetapkan tarif untuk penumpang
2) Sistem mileage basis atau berdasarkan jarak, yaitu sistem menetapkan tarif
jarak perjalanan.
3) Sistem group rates, merupakan gabungan dari flat dan mileage basis, yaitu
sistem tarif angkutan yang berdasarkan pada asal dan tujuan penumpang.
4) Sistem tapering rates yaitu sistem dengan mileage basis atau berdasarkan jarak
jauh jarak perjalanan, maka pertambahan tarif akan kecil. Sistem ini sangat
tepat digunakan untuk perjalanan jarak jauh dengan banyak transit dengan kata
5) Sistem tarif berdasarkan status penumpang dalam hal ini tarif dibedakan sesuai
berbeda. Pembagian kelompok ini dapat berdasarkan usia, status, dan lain-lain
sistem ini sangat bergantung dari elastisitas perjalanan yaitu perubahan jumlah
penumpang jika ada perubahan tarif atau perubahan biaya total. Elastisitas dan
Menurut bahasa, kata maslahah berasal dari Bahasa Arab dan telah dibakukan
aslinya kata maslahah berasal dari kata salahu, yasluhu, salahan, artinya sesuatu
yang baik, patut, dan bermanfaat.31 Sedang kata mursalah artinya terlepas bebas,
tidak terikat dengan dalil agama (alquran dan al-Hadits) yang membolehkan atau
yang melarangnya.32
maslahah yang bersesuaian dengan tujuan-tujuan syariat Islam dan tidak ditopang
oleh dalil yang khusus, baik yang bersifat melegitimasi atau yang membatalkan
maslahah tersebut.33
untuk melegitimasinya dan tidak ada pula dalil-dalil syara’ yang memerintahkan
30
Munawar Kholil, Kembali Kepada al-Qur’an dan as-Sunnah (Semarang: Bulan Bintang,
1955), h. 43.
31
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah
dan Penafsiran al-Qur’an,ِ1973),ِh.ِ219.
32
Munawar Kholil, Kembali Kepada al-Qur’an dan as-Sunnah (Semarang: Bulan Bintang,
1955), h. 43.
33
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqih (Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi,ِt.th.), h. 249.
34
‘Abdِal-Wahhab Khallaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh (Cet. ke-12, Kuwait: Dar al-Qalam, 1978), h. 84.
dalam jenis yang diungkapkan asy-Syari’ (Pembuat Syariat) secara global tanpa
Maslahat sebagaimana disebutkan di atas disebut oleh Dr. Husain Hamid Hasan
mengandung arti: penetapan hukum yang diambil dari makna implisit (tersirat)
Dengan kalimat sederhana tetapi mudah difahami, Prof. Dr. Mukhtar Yahya
sebagaiِ “sesuatuِ kemaslahatanِ yangِ tidakِ ditetapkanِ olehِ syara’ suatu hukum
untuk mewujudkannya dan tidak pula terdapat suatu dalil syara’ yang
segi redaksi nampak adanya perbedaan, tetapi dilihat dari segi isi pada hakikatnya
ada satu kesamaan yang mendasar, yaitu menetapkan hukum dalam hal-hal yang
35
Dr. Husain Hamid Hasan, Nazharriyah al-mashlahah fi al-Fiqh al-Islamiy (Kairo: Dar an-
Nahdhah al-‘Arabiyyah,ِ1971),ِh.ِ322.
Dari beberapa definisi tersebut, terlihat bahwa unsur-unsur utama dalam al-
3) Tidak ada nas yang jelas dan tegas (konkret) yang memotivasi untuk
mengabaikannya.
nas mengenai suatu peristiwa yang di dalamnya terdapat kemaslahatan yang tidak
bertentangan dengan tujuan syariat. Dengan kata lain, nas tidak membicarakan
sebagai alat pertukaran resmi dari suatu Negara dan membiarkan tanah-tanah
agraria yang terdapat di daerah-daerah yang telah dikuasai oleh kaum muslimin
manusia yang terdapat di beberapa daerah dan pada masa yang berbeda akan
yangِ diproduksiِ olehِ paraِ sahabat,ِ tabi’inِ danِ imam-imam mujtahidin adalah
36
Prof. Dr. Mukhtar Yahya dan Prof. Drs. Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum
Fiqh Islami (Bandung: PT. Al-Ma’rif,ِ1986),ِh.ِ105-106.
Alasan jumhur ulama di atas sejalan dengan alasan Imam Malik bin Anas, yang
menanggung ganti rugi kepada para tukang, Umar bin Khaththab yang
kekayaan yang diperoleh karena jabatannya, Umar bin Khaththab yang sengaja
menumpahkan susu yang dicampur dengan air guna memberi pelajaran kepada
orang-orang yang mencampur susu dengan air, dan para sahabat yang
3) Seandainya maslahat tidak diambil pada setiap kasus yang jelas mengandung
orang mukallaf akan mengalami kesulitan dan kesempitan, padahal Allah SWT.
Tidak menghendaki adanya kesulitan itu, sebagaimana dikemukakan Allah di
dalam Surah al-Baqarah ayat 185 dan al-Hajj ayat 78.37 Surah al-Baqarah ayat
Terjemahnya:
Terjemahnya:
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu
dalam agama suatu kesempitan.39
37
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqih (Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi,ِt.th.),ِh.ِ281-282.
38
Departemen Agama, Al-qur’an Dan Terjemahnya (Bandung: CV. Diponegoro, 2000).
39
Departemen Agama, Al-qur’an Dan Terjemahnya (Bandung: CV. Diponegoro, 2000).
Meskipun Imam Malik merupakan tokoh dan pelopor al-mashlahah al-
1) Adanya persesuaian antara maslahat yang dipandang sebagai sumber dalil yang
2) Maslahat itu harus masuk akal dengan mempunyai sifat-sifat yang sesuai
yang mesti terjadi. Dengan kata lain, jika maslahat itu tidak diambil, manusia
1) Maslahat yang tidak didukung oleh dalil khusus akan mengarahkan kepada
salah satu bentuk pelampiasan dari keinginan hawa nafsu yang cenderung
dalam arti luas. Jika tidak mu’tabarah, ia tidak termasuk qiyas. Tidak
atau qiyas.
3) Mengambil dalil maslahat tanpa berpegang kepada nas terkadang akan
4) Jika maslahat dijadikan sebagai sumber hukum pokok yang berdiri sendiri,
G. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan secara terarah dan sistematika, peneliti
fakta-fakta yang ada. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan
(field research) yakni penelitian yang dilakukan dengan cara mencari data langsung
di lapangan tentang respon masyarakat terhadap kualitas pelayanan dan tarif yang
dibayar oleh pengguna jasa angkutan umum ditinjau dari mashlahah mursalah.
Adapun lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Kecamatan Batudaa
Kabupaten Gorontalo.
2. Metode Pendekatan
40
Muhammad Abu Zahrah,. h. 282-283.
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka metode pendekatan
yang digunakan adalah metode pendekatan ushul fiqh yaitu pengetahuan tentang
a. Pengumpulan data
dilihat dari kualitas pelayanan yang diberikan dan tarif yang dibayar oleh
b. Sumber data
1) Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung dari
Batudaa.
2) Data primer yaitu data yang bersumber dari buku-buku dan catatan-catatan
atau dokumen tentang apa saja yang berhubungan dengan masalah respon,
Hukum Islam.
Fiqh Islami.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna jasa angkutan umum Kecamatan
masalah yang dihadapi dan diharapkan agar responden yang dipilih mewakili
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif yaitu
dari data tersebut. Kemudian diuraikan antara data satu dengan lainnya dihubungkan
sedemikian rupa sehingga diperoleh gambaran yang utuh tentang masalah yang
diteliti.
Setelah data yang terkumpul dianalisis, maka peneliti membahas data tersebut
data-data yang diperlukan, lalu dianalisis, sehingga dapat disusun menurut kebutuhan
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami hasil penelitian ini, maka dibutuhkan
sistematika penulisan. Penulis membagi dalam tiga bab yang terdiri dari beberapa sub
Bab pertama, yakni bagian pendahuluan yang membahas latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, definisi operasional dan ruang lingkup
penelitian, maupun telaah pustaka. Adapun latar belakang yaitu berisi penjelasan
istilah teknis yang terkandung dalam judul, sedangkan ruang lingkup penelitian untuk
menjelaskan batasan dan cakupan penelitian, baik dari segi rentang waktu maupun
jangkauan wilayah objek penelitian. Telaah pustaka memuat uraian tentang hasil
Bab kedua, yakni kerangka teori yang membahas dan menjelaskan terkait dengan
tinjauan tentang respon masyarakat, tinjauan tentang angkutan umum dan tinjauan
pengolahan/analisis data.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Abdulsyani. Sosiologi Sistematika Teori dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007.
Abdul Qadir, Mas’udِ Khasan.ِ Kamus Istilah Pengetahuan Populer. Gresik: CV.
Bintang Pelajar, 1990.
Khallaf,ِ‘Abdِal-Wahhab. ‘Ilm Ushul al-Fiqh. Cet. 12; Kuwait: Dar al-Qalam, 1978.
B. al-Qur’an
C. Peraturan Perundang-undangan
D. Skripsi
Dessyِ Rosita,ِ “Perspektifِ Hukumِ Islamِ Terhadapِ Penetapanِ Hargaِ Jualِ Beliِ Tiketِ
Tarifِ Lebaranِ Busِ Ramayana,”ِ Skripsiِ Sarjana,ِ Fakultasِ Syari’ahِ Universitasِ
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.