Anda di halaman 1dari 25

RESPONSI

PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
DAN KISTA KONJUNGTIVA

Pembimbing
dr. Ilhamiyati, Sp.M

Disusun Oleh :
Fatmadika Rosa Afshela
201710401011083

SMF ILMU KESEHATAN MATA


RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
RESPONSI
PERDARAHAN
SUBKONJUNGTIVA
DAN KISTA KONJUNGTIVA

Responsi dengan judul Perdarahan subkonjungtiva dan kista konjungtiva telah


diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi
kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu Kesehatan Mata RSU Haji Surabaya.

Surabaya, 29 Januari 2018

Pembimbing

dr. Ilhamiyati, Sp.M.

2
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan responsi ini dengan judul
Perdarahan subkonjungtiva dan kista konjungtiva. Penyusunan tugas ini merupakan
salah satu tugas yang kami laksanakan selama mengikuti kepaniteraan di SMF Mata
RSU Haji Surabaya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dr.Ilhamiyati, Sp.M. selaku dokter
pembimbing dalam penyelesaian tugas responsi ini, terima kasih atas bimbingan dan
waktunya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Akhirnya, kami berharap semoga responsi ini dapat memberikan manfaat
pada pembaca. Kami menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dalam kesempatan ini kami mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Surabaya, 29 Januari 2018

Penulis

3
BAB I
RESPONSI KASUS
1.1 Anamnesis
1.1.1 Identitas pasien
Nama : Ny. N
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Pemeriksaan : Rabu, 3 Januari 2018
1.1.2 Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik RSU Haji Surabaya dengan keluhan
utama mata kanan merah. Mata sebelah kanan merah dialami sejak 6 hari
yang lalu dan tidak ada penglihatan kabur. Mata memerah semakin
meluas dalam seminggu ini. Pasien tidak mengeluh gatal, sekret pada
mata, nerocoh, nyeri sekitar mata, rasa mengganjal, dan rasa kering pada
mata. Pasien menderita batuk sekitar 3 minggu yang lalu dan sudah
berobat ke Puskesmas. Tidak ada riwayat trauma mata, sering mengejan
dan pemakaian obat antikoagulan warfarin, aspirin, dan ibuprofen Pasien
mengaku sudah berobat ke Puskesmas dan diberi resep tetes mata tetapi
lupa nama tetes matanya. Pasien menggunakan tetes mata selama 2 hari
sebanyak 3 kali sehari 1 tetes dan keluhan tidak berkurang.

1.1.3 Riwayat penyakit dahulu


 Keluhan yang sama disangkal
 Riwayat Diabetes disangkal
 Riwayat Hipertensi selama 10 tahun tensi terakhir 185/100 mmHg
rutin berobat dan mengkonsumsi obat captopril dari dokter.

1
 Riwayat kacamata ± 5 tahun yang lalu
OD: S-0,75 OS: S-1.00

 Riwayat Alergi (-)


1.1.4 Riwayat penyakit keluarga
 Tidak ada yang memiliki keluhan serupa
 Riwayat diabetes (-)
 Riwayat hipertensi (+)
 Riwayat kacamata (+)
1.1.5 Riwayat sosial
 Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
 Memakai air PDAM
1.2 Pemeriksaan Fisik
1.2.1 Tajam Penglihatan
OD : 0,8 F
OS : 0,6 F
1.2.2 Tekanan Intra Okuler
OD :-
OS :-
1.2.3 Pergerakan Bola mata

OD OS

Baik Segala Arah Baik Segala Arah

2
1.2.4 Segmen Anterior dan Posterior
Tabel 1.1 Pemeriksaan Segmen Anterior dan Posterior Perdarahan Subkonjungtiva

Pemeriksaan OD OS
Gambar mata depan -

Palpebra Sekret (-), Hiperemi (-), Sekret (-), Hiperemi (-),


Krusta (-) Krusta (-)
Segmen
Konjungtiva CVI (-), PCVI (-), CVI (-), PCVI (-),
anterior
epifora (-), Edem (-), epifora (-), Edem (-),
Perdarahan (+) Perdarahan (-)
Kornea Jernih Jernih
Bilik mata depan Jernih, dalam Jernih, dalam
Iris Reguler, warna coklat Reguler, warna coklat
Pupil Bulat, Ø3mm, Reflek Bulat, Ø3mm, Reflek
Cahaya (+) Cahaya (+)
Lensa Jernih Jernih
Segmen Fundus reflek Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Papil nervus II Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Posterior
Retina Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Vaskuler Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Macula Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Vitreous Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

1.2.5 Pemeriksaan Lainnya


` -

1.3 Daftar Masalah


 Mata sebelah kanan merah 6 hari yang lalu
 Batuk 3 minggu yang lalu
 Riwayat hipertensi 10 tahun yang lalu
 Riwayat kacamata ± 5 tahun yang lalu
OD: S-0,75 OS: S-1.00

1
 Visus Naturalis :
OD : 0,8 F
OS : 0,6 F
 Segmen anterior :
OD Konjungtiva perdarahan (+)
1.4 Diagnosis kerja
OD Suspect Perdarahan Subkonjungtiva
ODS Suspect Miopi
1.5 Diagnosis banding
OD Konjungtivitis Hemoragik Akut

1.6 Planning
a. Diagnosis
Scraping
Pemeriksaan kacamata setelah sembuh

b. Terapi :
 Medikamentosa :
Vasacon (Nafazolin HCl) 4x1 tetes/ hari pada mata kanan
 Non-Medikamentosa :
Kompres air dingin
c. Monitoring :
 Keluhan pasien
 Visus
 Segmen Anterior

d. Edukasi :

 Menjelaskan kepada pasien tentang sakit mata karena adanya perdarahan di


mata yang dapat disebabkan oleh batuk lama dan hipertensi yang diderita
oleh pasien.

2
 Menjelaskan pada pasien bahwa kondisi ini akan membaik dengan sen-
dirinya, perdarahan subkonjungtiva dapat diserap dalam satu atau dua
minggu. Biasanya, pemulihan terjadi utuh, tanpa adanya masalah jangka
panjang.
 Menjelaskan pada pasien untuk mengontrol tekanan darahnya.
 Menjelaskan tentang cara pemakaian obat.
 Kontrol ke poli setelah 1 minggu atau segera kembali jika perdarahan
bertambah luas (mata bertambah merah).
e. Prognosis
Dubia ad bonam
1.7 Kontrol
1.7.1 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan yaitu kontrol mata kanan merah pada
kunjungan hari ke tujuh. Mata sebelah kanan merah dialami sejak 2
minggu yang lalu dan tidak ada penglihatan kabur. Pasien tidak mengeluh
gatal, sekret pada mata, nerocoh, nyeri sekitar mata, rasa mengganjal, dan
rasa kering pada mata. Keluhan mata merah sudah berkurang dengan
pengobatan yang diberikan yaitu tetes mata vasacon 4 kali 1 tetes dan
kompres air dingin.
1.7.2 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat Hipertensi selama 10 tahun. Tensi 140/80 mmHg
 Riwayat kacamata ± 5 tahun yang lalu

OD: S -0,75 OS: S -1.00

1.8 Pemeriksaan Fisik


1.8.1 Tajam Penglihatan
OD : 0,8 F
OS : 0,6 F
1.8.2 Tekanan Intra Okuler
OD :-

3
OS :-
1.8.3 Pergerakan Bola mata

OD OS

Baik Segala Arah Baik Segala Arah


1.8.4 Segmen Anterior dan Posterior
Tabel 1.2 Pemeriksaan Segmen Anterior dan Posterior Kista Konjungtiva

Pemeriksaan OD OS
Gambar mata depan -

Palpebra Sekret (-), Hiperemi (-), Sekret (-), Hiperemi (-),


Krusta (-) Krusta (-)
Konjungtiva CVI (-), PCVI (-), CVI (-), PCVI (-),

Segmen epifora (-), Edem (-), epifora (-), Edem (-),

anterior Perdarahan (+), Massa Perdarahan (+), Massa (-)


kistik batas tegas pada
sisi nasal konjungtiva
berukuran 4-5mm.
Kornea Jernih Jernih
Bilik mata depan Jernih, dalam Jernih, dalam
Iris Reguler, warna coklat Reguler, warna coklat
Pupil Bulat, Ø3mm, Reflek Bulat, Ø3mm, Reflek
Cahaya (+) Cahaya (+)
Lensa Jernih Jernih
Segmen Fundus reflek Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Papil nervus II Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Posterior
Retina Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Vaskuler Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Macula Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Vitreous Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

4
1.8.5 Pemeriksaan Lainnya
` -

1.9 Daftar Masalah


 Kontrol mata merah
 Batuk 3 minggu yang lalu
 Riwayat Hipertensi 10 tahun yang lalu
 Segmen anterior :
 OD Konjungtiva perdarahan (+) berkurang
 OD Konjungtiva ditemukan massa kistik batas tegas pada sisi nasal
konjungtiva berukuran 4-5 mm.
1.10 Diagnosis kerja
OD Perdarahan Subkonjungtiva
OD Suspect Kista Konjungtiva
1.11 Diagnosis banding
OD Pinguekula

1.12 Planning
f. Diagnosis :
Biopsi untuk dilakukan histo PA
g. Terapi :
Rujuk Sp.Mata untuk dilakukan tindakan eksisi.
h. Monitoring :
 Keluhan pasien
 Visus
 Segmen Anterior
i. Edukasi :

 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit tersebut merupakan


sebuah tumor jinak. Karena kista konjungtiva merupakan tumor jinak
tidak menyebabkan keusakan organ disekitar mata atau menyebar ke
organ sekitarnya.

5
 Menjelaskan pada pasien bahwa jika kista membesar akan terasa
tidak nyaman dan mengganggu penglihatan.
 Menjelaskan pasien akan dirujuk untuk dilakukan tindakan eksisi
pada kista untuk mencegah kekambuhan.
j. Prognosis
Dubia ad bonam

6
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perdarahan Subkonjungtiva
2.1.1 Definisi
Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rapuhnya pembuluh
darah konjungtiva.1 Darah terdapat di antara konjungtiva dan sklera. Sehingga
mata akan mendadak terlihat merah dan biasanya mengkhawatirkan bagi pasien. 3

Gambar 2.1 Subkonjungtival Bleeding4

2.1.2 Sinonim 4
Beberapa istilah lain untuk perdarahan subkonjungtiva adalah:
1. bleeding in the eye
2. eye injury
3. ruptured blood vessels
4. blood in the eye
5. bleeding under the conjunctiva
6. bloodshot eye
7. pinkeye
2.1.3 Epidemiologi
Dari segi usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua
kelompok umur, namun hal ini dapat meningkat kejadiannya sesuai dengan
pertambahan umur.4 Penelitian epidemiologi di Kongo rata – rata usia yang
8

mengalami perdarahan subkonjungtiva adalah usia 30.7 tahun. 5 Perdarahan


subkonjungtiva sebagian besar terjadi unilateral (90%).
Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak ditemukan hubungan
yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%). Kondisi hipertensi
memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan angka terjadinya perdarahan
subkonjungtiva (14.3%). Kondisi lainnya namun jarang adalah muntah, bersin,
malaria, penyakit sickle cell dan melahirkan.
Pada kasus melahirkan, telah dilakukan penelitian oleh oleh Stolp W dkk
pada 354 pasien postpartum dengan perdarahan subkonjungtiva. Bahwa
kehamilan dan proses persalinan dapat mengakibatkan perdarahan
subkonjungtiva. 4
2.1.4 Manifestasi klinis perdarahan subkonjungtiva
Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang berhubungan dengan
perdarahan subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian sklera.
 Sangat jarang mengalami nyeri ketika terjadi perdarahan subkonjungtiva
pada permulaan. Ketika perdarahan terjadi pertama kali, akan terasa tidak
nyaman, terasa ada yang mengganjal dan penuh di mata.
 Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis)
atau merah tua (tebal).
 Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasanya peradangan yang
ringan.
 Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama setelah itu
kemudian akan berkurang perlahan ukurannya karena diabsorpsi. 7
2.1.5 Patofisiologi
Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi bagian putih dari
bola mata (sklera) dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva merupakan lapisan
pelindung terluar dari bola mata. Konjungtiva mengandung serabut saraf dan
sejumlah besar pembuluh darah yang halus. Pembuluh-pembuluh darah ini umumnya
tidak terlihat secara kasat mata kecuali bila mata mengalami peradangan. Pembuluh-
pembuluh darah di konjungtiva cukup rapuh dan dindingnya mudah pecah sehingga
9

mengakibatkan terjadinya perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva


tampak berupa bercak berwarna merah terang di sclera.
Karena struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat menyebar secara
difus di jaringan ikat subkonjungtiva dan menyebabkan eritema difus, yang biasanya
memiliki intensitas yang sama dan menyembunyikan pembuluh darah. Konjungtiva
yang lebih rendah lebih sering terkena daripada bagian atas. Pendarahan berkembang
secara akut, dan biasanya menyebabkan kekhawatiran, meskipun sebenarnya tidak
berbahaya. Apabila tidak ada kondisi trauma mata terkait, ketajaman visual tidak
berubah karena perdarahan terjadi murni secara ekstraokulaer, dan tidak disertai rasa
sakit. 1
Secara klinis, perdarahan subkonjungtiva tampak sebagai perdarahan yang
datar, berwarna merah, di bawah konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga
menyebabkan kemotik kantung darah yang berat dan menonjol di atas tepi kelopak
mata. 1
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi secara spontan, akibat trauma,
ataupun infeksi. Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah konjungtiva atau
episclera yang bermuara ke ruang subkonjungtiva. 1
Berdasarkan mekanismenya, perdarahan subkonjungtiva dibagi menjadi dua,
yaitu : 1
1. Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan
Sesuai namanya perdarahan subkonjungtiva ini adalah terjadi secara
tiba – tiba (spontan). Perdarahan tipe ini diakibatkan oleh menurunnya
fungsi endotel sehingga pembuluh darah rapuh dan mudah pecah.
Keadaan yang dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi rapuh adalah
umur, hipertensi, arterosklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia,
pemakaian antikoagulan dan batuk rejan. 1
Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan ini biasanya terjadi unilateral.
Namun pada keadaan tertentu dapat menjadi bilateral atau kambuh
kembali, untuk kasus seperti ini kemungkinan diskrasia darah (gangguan
hemolitik) harus disingkirkan terlebih dahulu. 2
10

2. Perdarahan subkonjungtiva tipe traumatik


Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya mengalami
trauma di mata langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala
daerah orbita. Perdarahan yang terjadi kadang – kadang menutupi
perforasi jaringan bola mata yang terjadi.2
2.1.6 Etiologi
1. Idiopatik, suatu penelitian oleh Parmeggiani F dkk di Universitas Ferara Itali
mengenai kaitan genetik polimorfisme faktor XIII Val34Leu dengan
terjadinya perrdarahan subkonjungtiva didapatkan kesimpulan baik homozigot
maupun heterozigot faktor XIII Val34Leu merupakan faktor predisposisi dari
perdarahan subkonjungtiva spontan, alel Leu34 diturunkan secara genetik
sebagai faktor resiko perdarahan subkonjungtiva terutama pada kasus yang
sering mengalami kekambuhan.8 Mutasi pada faktor XIII Val34Leu mungkin
sangat berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya episode perdarahan
subkonjungtiva. 9
2. Manuver Valsalva (seperti batuk, tegang, muntah – muntah, bersin)
3. Traumatik (terpisah atau berhubungan dengan perdarahan retrobulbar atau
ruptur bola mata)
4. Hipertensi10
5. Gangguan perdarahan (jika terjadi berulang pada pasien usia muda tanpa
adanya riwayat trauma atau infeksi), termasuk penyakit hati atau hematologik,
diabetes, SLE, parasit dan defisisensi vitamin C.11
6. Berbagai antibiotik, obat NSAID, steroid, kontrasepsi dan vitamin A dan D
yang telah mempunyai hubungan dengan terjadinya perdarahan
subkonjungtiva, penggunaan warfarin. 11
7. Sequele normal pada operasi mata sekalipun tidak terdapat insisi pada
konjungtiva.11
8. Beberapa infeksi sistemik febril dapat menyebabkan perdarahan
subkonjungtiva, termasuk septikemia meningokok, demam scarlet, demam
11

tifoid, kolera, riketsia, malaria, dan virus (influenza, smallpox, measles,


yellow fever, sandfly fever).11
9. Perdarahan subkonjungtiva telah dilaporkan merupakan akibat emboli dari
patahan tulang panjang, kompresi dada, angiografi jantung, operasi bedah
jantung.11
10. Penggunaan lensa kontak, faktor resiko mayor perdarahan subkonjungtiva
yang diinduksi oleh penggunaan lensa kontak adalah konjungtivakhalasis dan
pinguecula. 13
11. Konjungtivokhalasis merupakan salah satu faktor resiko yang memainkan
peranan penting pada patomekanisme terjadinya perdarahan subkonjungtiva.13
2.1.7 Diagnosis dan pemeriksaan
Diagnosis dibuat secara klinis dan anamnesis tentang riwayat dapat membantu
penegakan diagnosis dan terapi lebih lanjut. Ketika ditemukan adanya trauma, trauma
dari bola mata atau orbita harus disingkirkan. Apabila perdarahan subkonjungtiva
idiopatik terjadi untuk pertama kalinya, langkah-langkah diagnostik lebih lanjut
biasanya tidak diperlukan. Dalam kejadian kekambuhan, hipertensi arteri dan
kelainan koagulasi harus disingkirkan.14
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan memberi tetes mata proparacaine
(topikal anestesi) jika pasien tidak dapat membuka mata karena sakit; dan curiga
etiologi lain jika nyeri terasa berat atau terdapat fotofobia. 14
Memeriksa ketajaman visual juga diperlukan, terutama pada perdarahan
subkonjungtiva traumatik. Salah satu studi mengenai perdarahan subkonjungtiva
traumatik dan hubungannya dengan luka / injuri lainnya oleh Lima dan Morales di
rumah sakit Juarez Meksiko tahun 1996 – 2000 menyimpulkan bahwa sejumlah
pasien dengan perdarahan subkonjungtiva disertai dengan trauma lainnya (selain pada
konjungtiva), ketajaman visus < 6/6 meningkat dengan adanya kerusakan pada selain
konjungtiva. Maka dari itu pemeriksaan ketajaman visus merupakan hal yang wajib
pada setiap trauma di mata sekalipun hanya didapat perdarahan subkonjungtiva tanpa
ada trauma organ mata lainnya. 4
12

Selanjutnya, periksa reaktivitas pupil dan mencari apakah ada defek pupil,
bila perlu, lakukan pemeriksaan dengan slit lamp. Curigai ruptur bola mata jika
perdarahan subkonjungtiva terjadi penuh pada 360°. Jika pasien memiliki riwayat
perdarahan subkonjungtiva berulang, pertimbangkan untuk memeriksa waktu
pendarahan, waktu prothrombin, parsial tromboplastin, dan hitung darah lengkap
dengan jumlah trombosit. 14
2.1.8 Diagnosis banding 4
1. Konjungtivitis, hal ini dikarenakan memiliki kesamaan pada klinisnya yaitu
mata merah.
2. Konjungtivitis hemoragik akut
3. Sarcoma kaposi
2.1.9 Penatalaksanaan
Perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak memerlukan pengobatan.
Pengobatan dini pada perdarahan subkonjungtiva ialah dengan kompres dingin.
Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1- 2 minggu tanpa
diobati. 1
Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari kornea, dapat
dilakukan sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan. Pemberian air
mata buatan juga dapat membantu pada pasien yang simtomatis. Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dicari penyebab utamanya, kemudian terapi dilakukan sesuai
dengan penyebabnya. Tetapi untuk mencegah perdarahan yang semakin meluas
beberapa dokter memberikan vasacon (vasokonstriktor) dan multivitamin. Air mata
buatan untuk iritasi ringan dan mengobati faktor risikonya untuk mencegah risiko
perdarahan berulang.15
Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika
ditemukan kondisi berikut ini :
1. Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan.
2. Terdapat perubahan penglihatan (pandangan kabur, ganda atau kesulitan
untuk melihat)
3. Terdapat riwayat gangguan perdarahan
13

4. Riwayat hipertensi
5. Riwayat trauma pada mata.
2.1.10 Komplikasi
Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorpsi sendiri oleh tubuh dalam waktu 1
– 2 minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi. Namun adanya
perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata jika ditemui
berbagai hal seperti yang telah disebutkan diatas. 1
Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau berulang
(kambuhan) harus dipikirkan keadaan lain. Penelitian yang dilakukan oleh Hicks D
dan Mick A mengenai perdarahan subkonjungtiva yang menetap atau mengalami
kekambuhan didapatkan kesimpulan bahwa perdarahan subkonjungtiva yang menetap
merupakan gejala awal dari limfoma adneksa okuler. 4
2.1.11 Prognosis
Secara umum prognosis dari perdarahan subkonjungtiva adalah baik. Karena
sifatnya yang dapat diabsorpsi sendiri oleh tubuh. Namun untuk keadaan tertentu
seperti sering mengalami kekambuhan, persisten atau disertai gangguan pandangan
maka dianjurkan untuk dievaluasi lebih lanjut lagi. 1,4
14

2.2 Epitelium Kista


2.2.1 Definisi

Kista epitelium konjungtiva sering ditemukan. Satu atau lebih kista kecil
sering pada daerah fornik inferior pada orang sehat.16

2.2.2 Patogenesis

Seperti kista epidermal pada kelopak mata, kista epitelium konjungtiva bisa
kongenital atau dapat berkembang selama kehidupan. Kista kecil mungkin terbentuk
dari aposisi lipatan konjungtiva. Single cyst biasanya berasal dari perpindahan
epitelium ke subtansia propia oleh karena trauma, operasi, atau inflamasi. 16

2.2.3 Gejala Klinis

Kista konjungtiva tampak dengan jelas dan berada pada eiptelium konjungtiva
normal. Kista epitelium kornea jarang ditemukan tetapi bisa muncul pada trauma atau
pembedahan yang menyebabkan perubahan posisi permukaan epitel okuler ke dalam
stroma. Limfangiektasis bisa menyerupai kista epitelium bulbaris. 16

2.2.4 Terapi

Kista epitelium dapat terbentuk kembali setelah dilakukan simple incision


karena dinding sel epitelium dalam masih tertinggal. Marsupilasi atau complete
excision dibutuhkan untuk mencegah kekambuhan. 16
15

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Anamnesis

Pasien datang ke Poliklinik RSU Haji Surabaya dengan


keluhan utama mata kanan merah. Mata sebelah kanan merah dialami
sejak 6 hari yang lalu dan tidak ada penglihatan kabur. Mata memerah
semakin meluas dalam seminggu ini. Pasien tidak mengeluh gatal, sekret
pada mata, nerocoh, nyeri sekitar mata, rasa mengganjal, dan rasa kering
pada mata. Pasien menderita batuk sekitar 3 minggu yang lalu. Tidak ada
riwayat trauma mata, sering mengejan dan pemakaian obat antikoagulan
warfarin, aspirin, dan ibuprofen. Pasien memiliki hipertensi selama 10
tahun dan tidak terkontrol.
Hal ini sesuai dengan tanda-tanda Subkonjugtival bleeding yaitu
mata tampak merah tanpa penurunan visus da tidak ada tanda-tanda
adanya infeksi. Pasien ini memiliki faktor resiko yaitu batuk dan
hipertensi yang dapat mencetuskan perdarahan pada subkonjungtiva.
Setelah pasien kontrol pada hari ke tujuh didapatkan perdarahan
berkurang. Hal ini sesuai dengan teori yaitu perdarhan akan diserap secara
alama selama satu sampai dua minggu.
3.2 Pemeriksaan Mata

Pada pemeriksaan mata didapatkan adanya perdarahan pada


konjungtiva mata kanan tidak didapatkan sekret, CVI atau PCVI yang dapat
mengarah pada konjungtivitis.

Saat pasien kontrol didapatkan perdarahan berkurang.Saat dilakukan


pemeriksaan segmen anterior didapatkan massa kistik batas tegas ukuran 4-5
mm.

3.3 Terapi

Untuk mencegah perdarahan yang semakin meluas memberikan


vasacon (vasokonstriktor). Dan kompres air dingin yang dapat memberi efek
vasokontriktor.
16

3.4 Penulisan Resep


dr. Fatmadika Rosa
SIP : BNG/IF19/IDI/2018
JL. Jambangan Indah II kav 25, Surabaya
Surabaya, 8 Januari 2018

R/ Vasacon eye drop No. I


S 4 dd gtt I OD

Penderita : Ny. N
Umur : 54 tahun
17

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. 2008. FK UI. Jakarta

2. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum,2000. Widia Meka. Jakarta

3. K Lang, Gerhard. Ophthalmology A Short Textbook.2000. Thieme Stuttgart.


New York;

4. Graham, R. K. Subconjuntival Hemorrhage. 1st Edition. 2009. Medscape’s


Continually Updated Clinical Reference. Diakses tanggal 8 Januari 2018, dari
http://emedicine.medscape.com/article/1192122-overview

5. Kaimbo D, Kaimbo Wa. Epidemiology of traumatic and spontaneous


subconjunctival haemorrhages in Congo. Congo. 2008. Diakses pada tanggal
8 Januari 2018, dari http//pubmed.com/ Epidemiology of traumatic and
spontaneous subconjunctival haemorrhages in Congo/943iure

6. Stolp W, Kamin W, Liedtke M, Borgmann H. [Eye diseases and control of


labor. Studies of changes in the eye in labor exemplified by subconjunctival
hemorrhage (hyposphagmas)] . Johanniter-Krankenhauses Bonn. Jerman.
Diakses pada tanggal 8 Januari 2018.

7. American Academy. 2009. Subconjunctival Haemorrhages. Amerika

8. Parmeggiani F et all. Prevalence of factor XIII Val34Leu polymorphism in


patients affected by spontaneous subconjunctival hemorrhage. Ferrara, Itali.
Diakses pada tanggal Januari 2018, dari http//pubmed.com/Prevalence of
factor XIII Val34Leu polymorphism in patients affected by spontaneous
subconjunctival hemorrhage/42u3-upr2

9. Incorvaia C et all. Recurrent episodes of spontaneous subconjunctival


hemorrhage in patients with factor XIII Val34Leu mutation. Ferrara, Itali.
Diakses pada tanggal 8 Januari 2018, dari http//pubmed.com/ac12/ Recurrent
episodes of spontaneous subconjunctival hemorrhage in patients with factor
XIII Val34Leu mutation/9372

10. Pitts JF, Jardine AG, Murray SB, Barker NH. Spontaneous subconjunctival
haemorrhage--a sign of hypertension?. Western Infirmary, Glasgow. Diakses
pada tanggal 8 Januari 2018, dari http//pubmed.com/aihds. Spontaneous
subconjunctival haemorrhage--a sign of hypertension?.id

11. Leiker LL, Mehta BH, Pruchnicki MC, Rodis JL. Risk factors and
complications of subconjunctival hemorrhages in patients taking warfarin.
18

Kansan. USA. Diakses pada tanggal 8 Januari 2018, dari http//pubmed.com/


Risk factors and complications of subconjunctival hemorrhages in patients
taking warfarin/3i2r43

12. Mimura T, Yamagami S et all. Contanc lens-Induced Subconjuntival


Hemorrhage. 2010. Tokyo, japan. Diakses pada tanggal 8 Januari 2018, dari
http//pubmed.com

13. Mimura T, Yamagami S et all. Subconjuntival Hemorrhage and


Conjuntivochalasis. 2010. Tokyo, japan. Diakses pada tanggal 8 Januari 2018,
dari http//pubmed.com/jornal: Subconjuntival Hemorrhage and
Conjuntivochalasis/as23u

14. Chern, K. C. Emergency Ophthalmology: A Rapid Treatment Guide. 1st ed.


2002. McGraw-Hill, Massachusetts.

15. Rifki, M. 2010. Perdarahan Subkonjungtiva. Jakarta Diakses pada tanggal 8


Januari 2018/www.medicastore/ Perdarahan Subkonjungtiva.3ii04308az.

16. Johnson, T.M..and Johnson, M.W. 2014. Epiretinal Membrane. In : Yanoff M.


and Duker, J.S. Ophtalmology 4th edition. Elsevier, China. pp. 614-619.
19
20

Anda mungkin juga menyukai