Anda di halaman 1dari 13

Artikel Penelitian

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN JKMA


DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
diterbitkan oleh:
DASAR LENGKAP PADA BAYI Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
TAHUN 2015 p-ISSN 1978-3833
e-ISSN 2442-6725
Diterima 21 November 2015 10(2)123-135
Disetujui 25 Maret 2016 @2016 JKMA
Dipublikasikan 1 April 2016 http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/

Vivi Triana1
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat, 25148

Abstrak
Imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit, Cakupan imunisasi di Indonesia tahun 2013 sebesar
59,2%, sedangkan target renstra (88%), di Sumbar 84,51% dan di Kota Padang 84,8%. Penelitian ini beru­
juan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi dasar lengkap. Desain penelitian
ini adalah cross sectional yang dilaksanakan di Kecamatan Kuranji. Sampel penelitian 80 orang diam­
bil secara accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Analisis
data secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis univariat diperoleh 47,50% imunisasi tidak
lengkap, berpendidikan rendah 5%, bekerja 30%, berpengetahuan rendah 48,75%, sikap negatif 50%,
pelayanan kesehatan kurang 10%, hambatan 18,75% dan motivasi kurang 40%. Hasil analisis bivariat di­
peroleh p-value pengetahuan (0,007), sikap (0,014), motivasi (0,001), informasi (0,04), pendidikan (0,34),
pekerjaan (0,66), pelayanan kesehatan (0,47), hambatan (0,43) tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan pemberian imunisasi. Hasil analisis multivariat diperoleh p-value variabel motivasi=0,0001. Pe­
ngetahuan, sikap dan motivasi orang tua serta informasi tentang imunisasi merupakan faktor yang mem­
pengaruhi kelangkapan pemberian imunisasi dasar pada bayi, oleh karena itu diisarankan kepada petugas
kesehatan agar meningkatkan promosi kesehatan terutama tentang imunisasi.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Motivasi, Informasi Kesehatan

FACTORS RELATED TO INFANT BASIC IMMUNIZATION IN DISTRICT


KURANJI, PADANG 2015
Abstract
Immunization is the prevention of disease. Immunization coverage in Indonesia in 2013 by 59,2%, where­
as the target of strategic planning (88%), at 84.51% and in the West Sumatra city of Padang 84.8%. This
study aims to determine the factors that affect the provision of complete basic immunization. This study
design was cross-sectional study conducted in the District Kuranji. The research sample of 80 people were
taken by accidental sampling. Data collected by interview and observation. Data analysis of univariate,
bivariate and multivariate analyzes. Results of univariate analysis obtained 47.50% incomplete immuni­
zation, 5% less educated, working 30%, lower knowledgeable 48.75%, negative attitudes 50%, less than
10% of health care, barriers and motivation 18.75% less 40%. Results of bivariate analysis obtained
p-value of knowledge (0.007), attitude (0.014), motivation (0.001), information (0.04), education (0.34),
employment (0.66), health care (0.47), barriers (0.43) did not have a significant correlation with immuni­
zation. Multivariate analysis was obtained p-value = 0.0001 motivation variable. Knowledge, attitudes and
motivation of parents as well as information about immunization is a factor affecting the completeness of
basic immunization in infants.

Keywords: Knowledge, Attitude, Motivation, Health Information

Korespondensi Penulis:
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat, 25148
vivietri.76@gmail.com

123
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2016 - September 2016 | Vol. 10, No. 2, Hal. 123-135

Pendahuluan Diperkirakan1,7 juta kematian atau 5%


Salah satu tujuan yang hendak dicapai terjadi pada balita di Indonesia adalah akibat
oleh World Health Organization (WHO) yang PD3I. WHO memperkirakan kasus TBC di In­
telah dirumuskan dalam pertemuan Atlanta donesia merupakan nomor 3 terbesar di dunia
tahun 1978 adalah mencapai sehat semua di setelah Cina dan India dengan asumsi preva­
tahun 2000, yang lebih dikenal dengan Health lensi BTA (+) 130 per 100.000 penduduk. Se­
for all by year 2000. UPaya untuk mencapai jak tahun 1991, kasus pertusis muncul sebagai
tujuan ini berbagai program dengan berbasis kasus yang sering dilaporkan diIndonesia,
Primary Health Care telah dilaksanakan untuk sekitar 40% kasus pertusis menyerang ba­lita.
meningkatkan derajat kesehatan. Beberapa Kemudian insiden tetanus di Indonesia untuk
indicator yang digunakan WHO untuk me- daerah perkotaan sekitar 6-7 per-1000 kelahi­
ngukur tingkat keberhasilan program-program ran hidup, sedangkan di pedesaan angkanya
tersebut, antara lain angka kematian bayi lebih tinggi sekitar 2-3 kalinya yaitu 11-23 per-
(AKB), angka kematian balita (AKABA), angka 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian
kematian ibu (AKI) dan angka harapan hidup kira-kira 60.000 bayi setiap tahunnya. Selanjut­
(life expectancy). Salah satu indikator Mellenium nya, Hepatitis B diperkirakan menyebabkan
Develompent Goals (MDGs) adalah mengura- sedikitnya satu juta kematian pertahun. Se­
ngi kematian anak dengan target menurun­ dangkan untuk kasus polio, data ter­akhir di­
kan angka kematian anak di bawah lima tahun laporkan secara total terdapat 295 kasus polio
(balita) sebesar dua per tiga jumlahnya selama yang tersebar di 10 Provinsi dan 22 kabupa­
periode tahun 1990 sampai dengan tahun ten/kota di Indonesia. Demikian juga de­ngan
2015 artinya menurunkan dari 97 per 1000 ke­ Kasus campak, angka kejadiannya tercatat
lahiran hi­dup menjadi 32 per 1000 kelahiran 30.000 kasus pertahun yang dilaporkan. Kasus
hidup.Diikuti dengan indikator kesehatan da­ PD3I yang sangat menjadi perhatian yang be­
lam SDGs 2015 yang merupakan goals ketiga sar ak­hir-akhir ini adalah dilaporkan beberapa
yaitu jaminan kesehatan dan promosi keseha­ daerah di Indonesia dinyatakan telah terjadi
tan bagi semua umur.(1) Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri. Angka ke­
Indonesia berkali-kali masuk kategori matian akibat difteri di Indonesia sekitar 15%
negara yang lamban dalam mencapai MDGs. dan terus mengalami peningkatan.(1, 3)
Sumber kelambanan ditunjukkan dari masih Kementerian Kesehatan Indonesia telah
tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka menyusun program sebagai usaha yang dilaku­
kematian balita (AKB), belum teratasinya laju kan untuk menekan penyakit PD3I pada anak,
penularan HIV/AIDS, rendahnya pemenuhan Seperti Program Pengembangan Imunisasi
air bersih dan sanitasi yang buruk, belum ada­ (PPI) pada anak sejak tahun 1956. Keberhas­
nya pengakuan inisiatif masyarakat, pemerin­ ilan bayi dalam mendapat­kan lima jenis imu­
tah RI belum pernah mendorong rasa kepemi­ nisasi dasar (HB0, BCG, DPT-HB, Polio, dan
likan bersama MDGs kepada rakyatnya, sangat Campak) diukur melalui indikator imunisasi
kuat kesan bahwa pencapaian MDGs identik dasar lengkap. Data RIS­KESDAS mencatat, ta­
dengan pelaksanaan program pemerintah.(2) hun 2007 cakupan imunisasi dasar lengkap di
Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di du­ Indonesia rata-rata 41,6 %. Kemudian mening­
nia meninggal karena berbagai penyakit yang kat pada tahun 2010 dengan rata-rata cakupan
se­sungguhnya dapat dicegah dengan imunisa­ 53,8 %. Tahun 2013 rata-rata cakupan imu­
si. Beberapa penyakit menular yang termasuk nisasi dasar lengkap kembali meningkat yaitu
ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan 59,2%, sedangkan target Renstra (88%). Se­
Imunisasi (PD3I) antara lain: Difteri, Tetanus, dangkan untuk propinsi Sumatera Barat pada
Hepatitis B, radang selaput otak, radang pa­ tahun 2013 cakupan imunisasi dasar lengkap
ru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang te­lah masih dibawah target yaitu baru mencapai
diberi imunisasi akan terlindungi dan terhin­ 84,51%.(3-5)
dar dari kesakitan, kecacatan atau kematian.(2) Program imunisasi merupakan salah

124
Triana | Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

satu upaya untuk melindungi penduduk ter­ belum tercapainya target cakupan imunisasi
hadap penyakit tertentu. Program imunisa­ antara lain rumor yang salah tentang imunisa­
si diberikan kepada populasi yang dianggap si, masyarakat berpendapat imunisasi menye­
rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, babkan anaknya menjadi sakit, cacat atau bah­
anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu kan meninggal dunia, pemahaman masyarakat
hamil. Setiap bayi wajib mendapatkan lima terutama orang tua yang masih kurang tentang
imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari imunisasi, dan motivasi orang tua untuk mem­
: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 berikan imunisasi pada anaknya masih rendah.
dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari ke­ Black Campaign anti imunisasi saat ini ‘gencar’
lima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan terjadi pada beberapa daerah di Indonesia, baik
tersebut, campak merupakan imunisasi yang melalui seminar maupun talkshow anti imu­
mendapat perhatian lebih yang dibuktikan nisasi. Selain melalui kegiatan secara umum,
dengan komitmen Indonesia pada lingkup mereka melakukan gerakan pula melalui me­
ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan dia sosial seperti twitter, facebook, milis, atau
cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal blog. Halal-haram vaksin, konspirasi negara
ini terkait dengan realita bahwa campak ada­ barat & Yahudi, dan efek samping vaksin yang
lah salah satu penyebab utama kematian pada dapat menyebabkan cacat, autisme, atau bah­
balita. Pencegahan campak memiliki peran kan kematian menjadi isu utama yang diusung
signifikan dalam penurunan angka kematian oleh kelompok anti imunisasi ini.
balita.(6) Peran seorang ibu dalam program imu­
Imunisasi pada bayi mengharapkan agar nisasi sangat penting, sehingga pemahaman
setiap bayi mendapatkan kelima jenis imuni­ tentang imuunisasi sangat diperlukan. Begitu
sasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi juga dengan pengetahuan, kepercayaan dan
dalam mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar perilaku kesehatan orang tua. Kurangnya so­
tersebut diukur melalui indikator imunisasi sialisasi dari petugas kesehatan menyebabkan
dasar lengkap.(3) masalah rendahnya pengertian, pemahaman
Kota Padang sebagai ibu kota Sumatera dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi.
Barat diharapkan memberikan konstribusi be­ Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
sar dalam pencapaian imunisasi dasar lengkap. bahwa upaya promotif dan preventif belum
Namun kenyataannya tahun 2014 Kota Padang berjalan secara maksimal.
belum mencapai target. Pencapaian imunisasi Berdasarkan latar belakang di atas, aki­
dasar Kota Padang baru mencapai 84,8%. Se­ bat dari rendahnya cakupan imunisasi menye­
dangkan laporan tahun 2014 dari 22 Puskes­ babkan morbiditas dan mortalitas pada bayi
mas, Puskesmas Belimbing merupakan Pus­ dan balita cenderung mengalami peningkatan.
kesmas dengan hasil cakupan imunisasi dasar Beberapa penyakit menular muncul yang du­
lengkap pada bayi terendah pada yaitu baru lunya sudah mulai berkurang, seperti penyakit
sebesar 68,5% dan mengalami penurunan campak, hepatitis B, TB dan bahkan kemba­
dari 93,3% tahun sebelumnya. Wilayah kerja li muncul penyakit difteri. Untuk itu peneliti
Puskesmas Belimbing terdiri dari 3 kelurahan tertarik untuk meneliti apakah apakah fakor
(Kelurahan Kuranji, Gunung Sarik dan Su­ngai yang mempe­ ngaruhi pemberian imunisasi
Sapih) dan merupakan wilayah kecamatan Ku­ dasar lengkap pada bayi di kecamatan Kuranji
ranji. Dua diantara kelurahan yang terdapat di ahun 2015.
Kecamatan Kuranji tersebut tersebut belum
merupakan kelurahan UCI yaitu Kelurahan Metode
Kuranji dan Kelurahan Gunung Sarik, arti­ Jenis penelitian ini adalah deskriptif anal­
nya target nasional sampai akhir tahun 2014 itik dengan desain studi cross sectional menggu­
seluruh desa/kelurahan harus sudah menca­ nakan pendekatan kuantitatif.(12) Pendekatan
pai UCI 100% tidak dapat dicapai.(7-9) kuantitatif digunakan untuk menganalisis fak­
Ada beberapa hal yang mempengaruhi tor yang berhubungan dengan pemberian imu­

125
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2016 - September 2016 | Vol. 10, No. 2, Hal. 123-135

nisasi dasar lengkap pada bayi di kecamatan (9)


Puskesmas Ambacang Kuranji memiliki misi
Kuranji Kota Padang. Penelitian dilakukan di dari puskesmas ini sendiri yaitu menggerakkan
kecamatan Kuranji kota Padang bedasarkan pembangunan berwawasan kesehatan. Sedang­
pada bulan Juni-September tahun 2015. Pop­ kan strateginya adalah mendorong kemandi­
ulasi dalam penelitian ini adalah semua ibu rian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
yang memiliki balita yang bertempat tinggal menyelenggarakan pelayanan kesehatan ber­
di wilayah kecamatan kuranji kota Padang ber­ mutu dan terjangkau, meningkatkan kese­
dasarkan data dari dinas kesehatan. Pengam­ hatan perorangan, keluarga dan masyarakat.
bilan sampel dilakukan dengan metode non Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
probability sampling melalui purposive sampling. Ambacang adalah 43.114 jiwa (10.038 KK),
(13)
Kriteria Inklusi sampel: ibu yang memili 45% dari penduduk mempunyai mata pencar­
anak 12-24 bulan, memili kartu KMS, mampu ian sebagai petani.(8)
berkomunikasi dengan baik sedangkan kri­ Puskesmas Ambacang Kuranji melipu­
teria eklusi adalah tidak bersedia menjadi re­ ti 4 kelurahan sebagai wilayah kerjanya, dari
sponden, tidak berada dapat ditemui >2 kali sembilan kelurahan di kecamatan kuranji.(8)
berturut-turut, juml;ah sampel penelitian se­ Keempat kelurahan tersebut adalah: Kelura­
banyak 80 orang yang dihiung dengan rumus han Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring,
sampel hypothesis test for two population pro­ Kelurahan Lubuk Lintah dan Kelurahan Am­
portions (two sample situations).(14) Pengum­ pang. Puskesmas ambacang kuranji terletak
pulan data dilakukan dengan cara wawancara pada 0055’25.15”LS dan +100023’ 50.14”LU
menggunakan kuesioner dan observasi/ telaah dengan luas wilayah kerja sekitar 12 km2.
dokumen buku KIA, data dianalisis secara uni­ Puskesmas Ambacang sebelah utara Kuranji
vaiat, bivariat dan multivariat. berbatasan dengan kelurahan korong gadang,
sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan
Hasil pauh dan kecamatan padang timur, sebelah
Puskesmas yang terdapat di Kota Padang barat berbatasan dengan kecamatan padang
sebanyak 22 Puskesmas. Puskesmas Belimbing timur dan kecamatan nanggalo dan sebelah
dan Puskesmas Ambacang merupakan Puskes­ timur berbatasan dengan kecamatan pauh.(8)
mas yang terdapat di Kecamatan Kuranji. Pus­ Sarana dan prasarana kesehatan di
kesmas belimbing terdiri dari 3 kelurahan yai­ wilayah kerja puskesmas ambacang antara lain:
tu kelurahan kuranji, kelurahan gubung sarik 1 puskesmas pembantu yang pada peta letak­
dan kelurahan sengai sapih. Jumlah penduduk nya berada di kelurahan lubuk lintah berdeka­
yang ada diwilayah kerja puskemas belimbing tan dengan letak puskesmas utama; Posyandu
yaitu sebanyak 59.283 jiwa, sebagian besar pen­ lansia sebanyak 2 buah di kelurahan ampang, 2
duduk bekerja sebagai pedagang. Luas wilayah buah di kelurahan pasar ambacang, 1 buah di
kerja puskesmas Belimbing lebih kurang 27,21 kelurahan anduring dan 1 buah di kelurahan
km2 dengan batas wilayah sebelah utara Keca­ lubuk lintah; 2 buah klinik swasta terletak di
matan Koto tangah, sebelah selatan berbata­ kelurahan pasar ambacang; 28 posyansdu ba­
san de­ngan wilayah kerja Puskesmas Kuranji, lita tersebar di seluruh kelurahan di ambacang
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan dengan jumlah terbanyak ( 9 posyandu balita)
pauh dan sebelah barat berbatasan dengan Ke­ ada di kelurahan pasar ambacang; 3 poskes­
camatan Nanggalo.(9) des/ poskeskel yang tersebar masing- masing 1
Sarana dan prasarana yang dimiliki Pus­ per- kelurahan di 3 kelurahan.(8)
kesmas Belimbing terdiri dari 1 Puskesmas in­ Analisis univariat dilakukan untuk me­
duk, 1 Puskesmas Pembantu, 4 unit Poskeskel, ngetahui gambaran distribusi frekuensi dari se­
1 unit mobil puskesmas keliling, 33 posyandu tiap variabel. Kategori umur ibu lebih banyak
balita, 6 posyandu lansia, 141 orang kader, 6 pada kategori dewasa awal (26-35 tahun), se­
praktek dokter swasta, 9 praktek dokter gigi dangkan berdasarkan karakteristik umur anak
swasta, 27 praktek bidan swasta dan 1 RSUD. lebih banyak ditemui pada kelompok umur 12-

126
Triana | Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Tabel 2. Distribusi Frekunsi Variabel Independen dan
Variabel f % Variabel Dependen
Variabel f %
Umur Ibu
Status Imunisasi
17-25 tahun 15 18,75
Tidak lengkap 38 47,50
26-35 tahun 55 68,75
Lengkap 42 52,50
36-45 tahun 10 12,5
Pengetahuan
Umur anak
Rendah 39 48,75
≤ 12 bulan 6 7,5
Tinggi 41 52,25
12-24 bulan 73 91,25
Sikap
> 24 bulan 11 13,75
Negatif 40 50
Pendidikan
Positif 40 50
Rendah 4 5
Pelayanan Imunisasi
Tinggi 76 95
Kurang baik 8 10
Pekerjaan
Baik 72 90
Bekerja 24 30
Hambatan
Tidak bekerja 56 70
Ada 15 18,75
Total 80 100
Tidak ada 65 81,25
24 bulan. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi Motivasi
lebih banyak dari pada ibu yang memiliki pen­ Kurang 32 40
didikan rendah. Menurut karak teristik peker­ Cukup 48 60
jaan, ibu yang tidak bekerja lebih banyak dari
Informasi imunisasi
pada ibu yang mempunyai pekerjaan.
Analisis univariat pada variabel sikap Kurang 22 25,5
menunjukkan bahwa ibu yang memiliki sikap Cukup 58 72,5
positif tentang imunisasi sama banyak dengan Total 80 100
ibu yang memiliki sikap negatif tentang imu­
nisasi. Hanya sebagian kecil responden yang informasi tentang imunisasi) dengan variable
tidak mendapatkan pelayanan imunisasi yang dependen (pemberian imunisasi dasar leng­
kurang baik (10%). Sedangkan berdasarkan kap). Hubungan masing-masing variabel dapat
variabel hambatan untuk mendapatkan pe­ dilihat pada tabel berikut:
layanan imunisasi, sebagian kecil responden Analisis statistik variabel tingkat pendi­
yang memiliki hambatan untuk mendapatkan dikan orang tua memperoleh nilai p-value se­
pelayanan imunisasi (18,75%). besar 0,34 (p-value > 0,05), artinya tidak terda­
Analisis univariat variabel motivasi pat hubungan yang bermakna antara tingkat
menunjukkan bahwa responden yang memili­ pendidikan orang tua dengan pemberian imu­
ki motivasi kurang (40%) lebih sedikit diban­ nisasi dasar leng­kap pada bayi di Kecamatan
dingkan dg motivasi baik. Begitu juga dengan Kuranji Kota Padang tahun 2015. Analisis sta­
informasi imunisasi yang didapatkan oleh tistik pada variabel pekerjaan diperoleh nilai
ibu, ibu yang mendapatkan informasi cukup p-value sebesar 0,66 (p-value > 0,05 hal ini juga
tentang imunisasi lebih banyak dari pada ibu menunjukkan bahwa tidak terdapat hubu­ngan
yang mendapatkan informasi kurang tentang yang bermakna antara pekerjaan orang tua
imunisasi. dengan pemberian imunisasi dasar lengkap
Analisis bivariat dilakukan untuk me­ pada bayi di Kecamatan Kuranji Kota Padang
ngetahui hubungan variabel independen tahun 2015.
(pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, Analisis statistik variabel pengetahuan
motivasi, hambatan, pelayanan imunisasi dan memperoleh nilai p-value sebesar 0,007 (p-va-

127
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2016 - September 2016 | Vol. 10, No. 2, Hal. 123-135

Tabel 3. Analisis Bivariat Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Di
Kecamatan Kuranji Kota PadangTahun 2015
Status imunisasi Total
Variabel Tidak lengkap lengkap PR p-value
(95% CI)
f % f % f %
Pendidikan
Rendah 3 75 1 25 4 5 1,63 0,34
Tinggi 35 46,05 41 53,95 76 95 (0,87-3,01)
Pekerjaan
Bekerja 10 26,32 14 33,33 24 30 0,83 0,66
Tidak bekerja 28 73,68 28 66,67 56 70 (0,48-1,43)
Pengetahuan
Rendah 25 65,79 14 33,33 39 48,75 2,02 0,007*
Tinggi 13 34,21 28 66,67 41 51,25 (1,22-3,36)
Sikap
Negative 25 65,79 15 35,71 40 50 1,92 0,013*
Positif 13 34,21 27 64,29 40 50 (1,16-3,19)
Pelayanan Imunisasi
Kurang baik 5 13,16 3 7,14 8 10 1,36 0,47
Baik 33 86,84 39 92,86 72 90 (0,75-2,47)
Hambatan
Ada 9 23,68 6 14,29 15 18,75 1,34 0,4
Tidak ada 29 76,32 36 85,71 65 81,25 (0,82-2,2)
Motivasi
Kurang 25 65,79 7 16,67 32 40 2,88 0,0001*
Baik 13 34,21 35 83,88 48 60 (1,75-4,75)
Informasi imunisasi
Kurang 15 39,47 7 16,67 22 27,50 1,92 0,04*
Baik 23 60,53 35 83,33 58 72,50 (1,12-2,64)
Total 38 100 42 100 80 100

lue < 0,05), berarti adanya hubungan yang berian imunisasi dasar lengkap pada bayi di
bermakna antara pengetahuan orang tua de­ Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2015
ngan pemberian imunisasi dasar lengkap pada dengan nilai PR = 1,92 (95% CI: 1,16-3,19),
bayi di Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun artinya Orang tua yang memiliki sikap nega­
2015 dengan nilai PR = 2,02 (95% CI: 1,22- tif tentang imunisasi berisiko 1,92 kali lebih
3,36), artinya orang tua yang memiliki penge­ besar tidak memberikan imunisasi dasar leng­
tahuan rendah berisiko 2,02 kali lebih besar kap pada bayinya dari pada ibu yang memiliki
tidak memberikan imunisasi dasar lengkap sikap positif.
pada bayinya dari pada ibu yang memiliki pe­ Analisis statistik pada variabel pela­yanan
ngetahuan tinggi. imunisasi memperoleh nilai p-value sebesar
Analisis statistik pada variabel sikap 0,47 (p-value > 0,05) hal ini juga menunjukkan
memperoleh nilai p-value sebesar 0,013 (p-value bahwa tidak terdapat hubungan yang bermak­
< 0,05), berarti adanya hubu­ngan yang ber­ na antara pelayanan imunisasi dengan pem­
makna antara sikap orang tua dengan pem­ berian imunisasi dasar lengkap pada bayi di

128
Triana | Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Tabel 4. Analisis Multivariat Faktor yang Berhubungan tentang informasi.


dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Analisis multivariat dilakukan untuk
Pada Bayi Di Kecamatan Kuranji Kota Padang
menindak lanjuti analisis yang dilakukan se­
Tahun 2015
belumnya. Uji statistik yang digunakan dalam
Variabel PR p-value
(95% CI)
analisis multivariat adalah uji regresi logistic
dengan tingkat kemaknaan p-value < 0,005.
Pengetahuan 5,61 0,006
Variabel yang dimasukkan pada pemodelan
(1,66-18,95) ini adalah pengetahun, sikap, motivasi dan
Sikap 3,77 0,026 informasi tentang imunisasi. Variabel yang
(1,17-12,18) paling berpengaruh adalah variabel motiva­
Motivasi 11,62 0,0001 si dengan p-value paling kecil yaitu sebesar
(3,29-41,01)
0,0001 (p-value < 0,05), sedangkan variabel
yang paling kecil pengaruhnya terhadap ke­
Informasi imunisasi 2,60 0,13
lengkapan imunisasi adalah informasi ten­
(0,74-9,12) tang imunisasi.

Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2015. Pembahasan


Begitu juga dengan analisis statistik pada va­ Ibu yang memiliki pendidikan tinggi
riabel hambatan orang tua diperoleh nilai lebih banyak dari pada ibu yang memiliki
p-value sebesar 0,4 (p-value > 0,05) hal ini juga pendidikan rendah. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan variabel ting­kat pendidikan orang tua pada
yang bermakna antara hamabatan orang tua tabel 3 memperoleh nilai p-value sebesar 0,34
dengan pemberian imunisasi dasar lengkap (p-value > 0,05), artinya tidak terdapat hubu­
pada bayi di Kecamatan Kuranji Kota Padang ngan yang bermakna antara tingkat pendidi­
tahun 2015. kan orang tua dengan pemberian imunisasi
Analisis statistik pada variabel motivasi dasar lengkap pada bayi di Kecamatan Kuran­
memperoleh nilai p-value sebesar 0,000 (p-value ji Kota Padang tahun 2015.
< 0,05), berarti adanya hubu­ngan yang ber­ Konsep dasar pendidikan adalah suatu
makna antara motivasi orang tua dengan pem­ proses belajar yang berarti perubahan ke arah
berian imunisasi dasar leng­kap pada bayi di yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang
Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2015 pada diri individu, keluarga dan masyarakat.
dengan nilai PR = 2,88 (95% CI: 1,75-4,75), Pendidikan menjadi hal yang sangat penting
artinya Orang tua yang memiliki motivasi ren­ dalam mempengaruhi pengetahuan. Individu
dah terhadap imunisasi berisiko 2,88 kali lebih yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi
besar tidak memberikan imunisasi dasar leng­ cenderung lebih mudah menerima informa­
kap pada bayinya dari pada ibu yang memiliki si bagitu juga dengan masalah informasi ten­
motivasi cukup. tang imunisasi yang diberikan oleh petugas
Analisis statistik pada variabel informa­ kesehatan, sebaliknya ibu yang tingkat pen­
si imunisasi memperoleh nilai p-value sebesar didikannya rendah akan mendapat kesulitan
0,04 (p-value < 0,05), berarti adanya hubu­ngan untuk menerima informasi yang ada sehingga
yang bermakna antara informasi tentang imu­ mereka kurang memahami tentang kelengka­
nisasi dengan pemberian imunisasi dasar leng­ pan imunisasi. Pendidikan seseorang berbe­
kap pada bayi di Kecamatan Kuranji Kota Pa­ da-beda juga akan mempengaruhi seseorang
dang tahun 2015 dengan nilai PR = 1,92 (95% dalam pengambilan keputusan, pada ibu yang
CI: 1,12-2,64), artinya Orang tua yang men­ berpendidikan tinggi lebih mudah menerima
dapatkan sedikit informasi tetang imunisasi suatu ide baru dibandingkan ibu yang ber­
berisiko 1,92 kali lebih besar tidak memberi­ pendidikan rendah sehingga informasi lebih
kan imunisasi dasar lengkap pada bayinya dari mudah dapat diterima dan dilaksanakan.(17)
pada ibu yang mendapatkan cukup informasi Tingkat pendidikan yang diperoleh

129
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2016 - September 2016 | Vol. 10, No. 2, Hal. 123-135

seseorang dari bangku sekolah formal dapat imunisasi lengkap maupun tidak lengkap yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pen­ sebagian besar tidak bekerja atau hanya se­
didikan kesehatan dapat membantu para bagai ibu rumah tangga. Sehingga tidak ter­
ibu atau kelompok masyarakat disamping dapat persebaran status pekerjaan responden.
dapat meningkatkan pengetahuan juga untuk Begitu juga dengan tingkat pengetahuan
meningkatkan perilakunya untuk mencapai ibu, ibu yang memiliki pengetahuan tinggi
derajat kesehatan yang optimal. Tingkat pen­ hampir sama banyak dengan ibu yang memi­
didikan dan pengetahuan ibu sangat mem­ liki pengetahuan rendah, akan tetapi masih
pengaruhi terlaksananya kegiatan pelaksanaan terdapat sedikit perbedaan yaitu ibu yang me­
imunisasi anak/bayi, baik itu pendidikan for­ miliki pengetahuan tinggi 4,75% lebih ba­nyak
mal maupun non formal.(17) dari pada ibu yang memiliki penge­tahuan ren­
Hasil penelitian yang menyatakan bah­ dah. Analisis statistik variabel pengetahuan
wa tidak ada­ nya hubungan yang signifikan memperoleh nilai p-value sebesar 0,007 (p-value
antara tingkat pendidikan orang tua dengan < 0,05), berarti adanya hubungan yang ber­
pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi makna antara pengetahuan orang tua de­ngan
bertentangan dengan konsep. Hal ini terjadi pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi
karena rata-rata ibu bayi sudah mendapatkan di Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun
pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 95% ibu 2015 dengan nilai PR = 2,02 (95% CI: 1,22-
memiliki pendidikan kategori tinggi, sedang­ 3,36), artinya Orang tua yang memiliki penge­
kan hanya 5% ibu yang memiliki pendidikan tahuan rendah berisiko 2,02 kali lebih besar
kategori rendah. Bayi yang mendapatkan imu­ tidak memberikan imunisasi dasar lengkap
nisasi dasar lengkap ataupun tidak lengkap pada bayinya dari pada ibu yang memiliki pe­
sama-sama mempunyai ibu yang memiliki pen­ ngetahuan tinggi.
didikan tinggi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
Ibu yang tidak bekerja lebih banyak dari yang terjadi setelah seseorang melakukan
pada ibu yang mempunyai pekerjaan. Anali­ penginderaan terhadap objek tertentu. Se­
sis statistik pada variabel pekerjaan diperoleh bagian besar pengetahuan diperoleh melalui
nilai p-value sebesar 0,66 (p-value > 0,05 hal indera penglihatan dan pendengaran. Penge­
ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat tahuan diperlukan dalam menimbulkan ras
hubungan yang bermakna antara pekerjaan percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap
orang tua dengan pemberian imunisasi dasar hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengeta­
lengkap pada bayi di Kecamatan Kuranji Kota huan merupakan domain yang sangat penting
Padang tahun 2015. terhadap pembentukan tindakan seseorang.
Orang tua/ibu yang tidak bekerja memi­ Pengetahuan tentang penyakit dapat mem­
liki banyak waktu dirumah sehingga tidak ada pengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu
alasan bagi mereka untuk tidak mengantarkan penyakit yang pada akhirnya dapat mempe­
bayinya ke tempat pelayanan kesehatan agar ngaruhi perilaku seseorang untuk mengurangi
diberikan imunisasi, tetapi anggapan awal dari ancaman dari suatu penyakit.(22)
peneliti yang menyatakan adanya hubungan Orang yang memiliki pengetahuan ten­
yang bermakna antara pekerjaan orang tua/ tang sesuatu hal maka orang tersebut akan
ibu dengan pemberian imunisasi dasar leng­ mengaplikasikan pengetahuannya tersebut
kap pada bayi tidak terbukti. Pada hasil anali­ dalam kehidupannya sehari-hari, begitu juga
sis pengaruh antara status pekerjaan dengan de­ngan masalah imunisasi, orang tua/ ibu
kelengkapan pemberian imunisasi dasar ti­ dengan pengetahuan tinggi tentang imunisa­
dak terdapat adanya pengaruh antara status si maka mereka akan memberikan imunisasi
pekerjaan terhadap ketidaklengkapan status dasar yang lengkap pada banyinya serta mem­
imunisasi pada bayi. Tidak adanya pengaruh perhatikan kapan waktu yang tepat untuk
ini dikarenakan terdapat kesamaan antara res­ memberikan imunisasi tersebut. Begitu juga
ponden yang memiliki bayi dengan status sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan

130
Triana | Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

rendah maka mereka tidak akan mengetahu Jawab (responsible), sikap individu akan ber­
apa yang seharusnya dilakuan pada bayinya tanggung jawab dan siap menanggung segala
terutama masalah imunisasi. Oleh karena itu risiko atas segala sesuatu yang dipilihnya.(22, 24)
tindakan yang dapat dilakukan untuk mening­ Sikap responden dalam penelitian ini
katkan pengetahuan orang tua adalah me­ meliputi kenyamanan ibu saat anak diimu­
ngupayakan agar terlaksananya penyuluhan nisasi, kenyamanan ibu setelah anak diimu­
rutin kepada masyarakat terutama ibu yang nisasi, sikap ibu tentang efek dari imunisasi,
memiliki bayi, penyuluhan ini dapat dilak­ padangan agama (halal/haram) pemberian
sanakan di Puskesmas, Posyandu baik secara imunisasi. Faktor yang mempengaruhi ba­
individu maupun kelompok. Penyuluhan juga nyaknya responden yang memiliki sikap nega­
dapat dilakuan dengan penyebarab leaflet/ tif tentang imunisasi adalah pengetahuan yang
poster ataupun media sosial. rendah tentang imunisasi, semakin rendah pe­
Analisis univariat pada variabel sikap ngetahuan ibu tentang imunisasi maka akan
menunjukkan bahwa ibu yang memiliki si­ memberikan kontribusi yang besar terhadap
kap positif tentang imunisasi sama banyak de­ pembentukan sikap yang kurang baik/nega­
ngan ibu yang memiliki sikap negatif tentang tif tentang imunisasi. Seseorang yang telah
imunisasi. Berdasarkan analisis statistik pada mengetahui kebenaran akan suatu hal maka
variabel sikap diperoleh nilai p-value sebesar mereka juga akan memiliki sikap yang positif
0,013 (p-value < 0,05), berarti adanya hubu­ terhadap hal tersebut, begitu juga dengan imu­
ngan yang bermakna antara sikap orang tua nisasi. Pembentukan sikap ini juga tidak ter­
dengan pemberian imunisasi dasar lengkap lepas dari orang lain yang dianggap penting,
pada bayi di Kecamatan Kuranji Kota Padang media massa, faktor emosional dari individu
tahun 2015 dengan nilai PR = 1,92 (95% CI: serta pengalamam tentang imunisasi.
1,16-3,19), artinya Orang tua yang memiliki Hasil wawancara menunjukkan bahwa
sikap negatif tentang imunisasi berisiko 1,92 responden yang mempunyai anak dengan sta­
kali lebih besar tidak memberikan imunisasi tus imunisasi tidak lengkap yang paling banyak
dasar lengkap pada bayinya dari pada ibu yang me­ rupakan masyarakat dengan sosiobudaya
memiliki sikap positif. atau keyakinan yang menganggap bahwa imu­
Sikap merupakan reaksi internal seseo­ nisasi itu haram/tidak boleh diberikan pada
rang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor bayi, menganggap imunisasi dapat mengakibat­
yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang kan anak demam, dan tidak menyetujui bahwa
lain yang dianggap penting, agama serta faktor imunisasi tersebut sangat penting bagi anak,
emosi dalam diri individu yang mempunyai pe­ padahal seperti yang diketahui bahwa imuni­
ranan penting dalam terbentuknya sikap. Pro­ sasi tersebut sangat penting untuk anak. Efek
ses terjadinya sikap karena adanya rangsangan demam yang dirasakan oleh anak me­rupakan
seperti pengetahuan masyarakat. Rangsangan efek sementara dari imunisasi tersebut karena
tersebut menstimulus masya­rakat untuk mem­ pengaruh dari vaksin imunisasi yang dimasuk­
beri respon berupa sikap positif maupun sikap kan ketubuh anak, begitu juga dengan angga­
negatif yang pada akhirnya akan diwujudkan pan haramnya imunisasi, karena vaksin yang
dalam bentuk tindakan yang nyata.(22) diberikan pada waktu imunisasi tidak dilarang
Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu Me­ dalam agama. Responden dengan sosiobudaya
nerima (receiving), individu ingin dan memper­ atau keyakinan tersebut cenderung mempu­
hatikan rangsangan (stimulus) yang diberikan, nyai sikap negatif terhadap imunisasi, sehingga
Merespons (responding), sikap individu dapat banyak anak yang tidak mendapatkan imunisa­
memberikan jawaban apabila ditanya, menger­ si dasar lengkap.
jakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan, Sikap negatif dari masyarakat tentang
Menghargai (valuing); sikap individu mengajak imunisasi perlu untuk perbaiki agar generasi
orang lain untuk mengerjakan atau mendis­ penerusnya dapat terhindar dari penyakit me­
kusikan suatu masalah, dan Bertanggung nular tertentu, tindakan yang dapat dilakukan

131
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2016 - September 2016 | Vol. 10, No. 2, Hal. 123-135

adalah meningkatkan penyuluhan kepada ma­ atau masyarakat. Pelayanan kesehatan merupa­
syarakat akan pentingnya imunisasi, efek sam­ kan upaya yang diselenggarakan sendiri atau
ping dari imunisasi serta kandungan dari vaksi secara bersama-sama dalam suatu organisasi
imunisasi yang diberikan pada bayi. Hal ini untuk memelihara dan meningkatkan kese­
dilakukan dengan harapan tidak ada lagi ang­ hatan, mencegah dan menyembuhkan penya­
gapan bahwa imunisasi tersebut tidak penting, kit serta memulihkan kesehatan perorangan,
imunisasi tersebut haram/dilarang. keluarga, kelompok dan atupun masyarakat.
Responden yang mendapatkan pela­ Semakin bagus pelayanan kesehatan yang
yanan imunisasi yang baik lebih banyak dari diberikan oleh tenaga kesehatan maka hal ini
pada pelayanan imunisasi kurang baik. Hasil akan berdampak pada semakin meningkatnya
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang derajat kesehata, begitu juga dengan imunisa­
dilakukan oleh Rahmawati yang menyatakan si, semakin bagus pelayanan imunisasi yang
bahwa petugas yang selalu hadir pada saat didapatkan oleh orang tua dan bayi maka se­
pelayanan imunisasi (95%) lebih banyak dari makin besar cakupan pemberian imunisasi
pada petugas yang tidak hadir pada saat jadwal dasar lengkap.
imunisasi, begitu juga dengan pelayanan pe­ Teori ini bertentangan hasil penelitian,
tugas yang melayani ibu dan bayinya, petugas pada penelitian ini tidak terdapat hubungan
yang bersikap ramah (95%) lebih banyak dari yang bermakna antara pelayanan kesehatan
pada petugas yang tidak bersikap ramah saat (imunisasi) yang diberikan oleh petugas de­
melayani pasiennya (ibu dan bayi).(19) ngan pemberian imubisasi pada bayi, karena
Analisis statistik pada variabel pela­ pada bayi yang mendapatkan imunisasi leng­
yanan imunisasi diperoleh nilai p-value sebesar kap dan tidak mendapatkan imunisasi lengkap
0,47 (p-value> 0,05) hal ini juga menunjukkan sebagian besar sama-sama mendapatkan pela­
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermak­ yanan imunisasi yang baik. Pelayanan imuni­
na antara pelayanan imunisasi dengan pem­ sasi kategori baik yang diperoleh oleh orang
berian imunisasi dasar lengkap pada bayi di tua dan bayi sebanyak 90%, hanya 10% dri
Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2015. responden yang tidak mendapatkan pelayanan
Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh imunisasi dengan baik.
Rahmawati yang menyatakan bahwa tidak ada Variabel hambatan untuk mendapatkan
hubungan yang bermakna antara kehadiran pelayanan imunisasi, responden yang tidak
petugas pada saat pelayanan imunisasi dengan memiliki hambatan lebih banyak dari pada res­
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dengan ponden yang memiliki hambatan untuk men­
nilai p-value sebesar 1,0 (p-value> 0,05). Pada dapatkan pelayanan imunisasi. Begitu juga
penelitian ini juga dijelaskan bahwa tidak ada dengan analisis statistik pada variabel hamba­
hubungan yang makna antara sikap ramah tan orang tua diperoleh nilai p-value sebesar
dari petugas terhadap kelengkapan imunisasi 0,4 (p-value > 0,05) hal ini juga menunjukkan
dasar pada bayi dengan nilai p-value sebesar bahwa tidak terdapat hubungan yang bermak­
1,0 (p-value> 0,05). Penelitian serupa juga dila­ na antara hamabatan orang tua de­ngan pem­
kukan oleh Prayogo yang menyatakan bahwa berian imunisasi dasar lengkap pada bayi di
tidak terdapat hubungan yang bermakna anta­ Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2015.
ra peleyanan kesehatan dengan kelengkapan Hambatan orang tua tidak menjadi fak­
imunisasi dasar pada bayi dengan p-value sebe­ tor yang berhubungan dengan kelengkapan
sar 0,48 (p-value > 0,05).(18, 19) imunisasi, hal ini terjadi karena sebagian be­
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang sar orang tua tidak me­ngalami kesulitan/ham­
diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama bat dalam pemberian imunisasi dasar lengkap
dalam suatu organisasi untuk memelihara pada anaknya seperti hambatan jarak yang jau
dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan ke pelayanan imunisasi, wktu imunisasi, ke­
menyembuhkan penyakit serta memulihkan tersediaan vaksin, ma­salah keluarga, masalah
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, anak itu sendiri, waktu tunggu yang lama dan

132
Triana | Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

alasan biaya imunisasi. Anak yang mendapat­ kepercayaan ibu terhadap imunisasi tersebut.
kan dan tidak menda­patkan imunisasi dasar Dengan adanya anggapan-anggapan negative
lengkap sama-sama tidak mengalami kesuli­ ini sehingga mendoromng orang tua/ibu un­
tan/hambatan dalam mendapatkan imunisasi. tuk tidak memberikan imunisasi pada anak­
Analisis statistik pada variabel motivasi nya. Oleh karena itu disarankan kepada tenaga
memperoleh nilai p-value sebesar 0,0001 (p-va- kesehatan agar memberikan arahan/ dorongan
lue < 0,05), berarti adanya hubu­ngan yang ber­ kepada orang tua khususnya ibu agar merubah
makna antara motivasi orang tua dengan pem­ anggapan-anggapan negative tentang imunisa­
berian imunisasi dasar le­ng­kap pada bayi di si dengan cara melakukan penyuluhan rutin,
Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2015 penyuluhan ini diutamakan pada ibu yang ti­
dengan nilai PR = 2,88 (95% CI: 1,75-4,75), dak memberikan imunisasi dasar lengkap pada
artinya Orang tua yang memiliki motivasi ren­ bayinya agar mereka memberikan imunisasi
dah terhadap imunisasi berisiko 2,88 kali lebih yang lengkap pada anak mereka berikutnya.
besar tidak memberikan imunisasi dasar leng­ Ibu yang mendapatkan informasi cukup
kap pada bayinya dari pada ibu yang memiliki tentang imunisasi diperoleh nilai p-value sebe-
motivasi cukup. sar 0, 04 (p-value< 0,05), berarti adanya hubu­
Motivasi adalah alasan yang mendasari ngan yang bermakna antara informasi tentang
sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seo­ imunisasi dengan pemberian imunisasi dasar
rang individu. Motivasi menjadi suatu doro­ lengkap pada bayi di Kecamatan Kuranji Kota
ngan kehendak yang menyebabkan seseorang Padang tahun 2015 dengan nilai PR= 1,92
melakukan suatu perbuatan untuk mencapai (95% CI: 1,12-2,64), artinya Orang tua yang
tujuan tertentu. Motivasi menjadi suatu kekua­ mendapatkan sedikit informasi tetang imuni­
tan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang sasi berisiko 1,92 kali lebih besar tidak mem­
kompleks dan kesiapsediaan dalam diri indi­ berikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya
vidu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, dari pada ibu yang mendapatkan cukup infor­
baik disadari maupun tidak disadari. Motiva­ masi tentang informasi.
si seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh Informasi merupakan pesan atau kum­
berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik pulan pesan (ekspresi atau ucapan) yang terdi­
dan dari lingkungan-ekstrinsik. Motivasi in­ ri dari order sekuens dari simbol, atau makna
trinsik bermakna sebagai keinginan dari diri yang ditafsirkan dari pesan atau kumpulan
sendiri untuk bertindak tanpa adanya rang­ pesan. Informasi dapat direkam atau ditran­
sangan dari luar. Motivasi intrinsik akan lebih smisikan, hal ini merupakan tanda-tanda,
menguntungkan dan memberikan keajegan atau sebagai sinyal berdasarkan gelombang. In­
dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarkan formasi bisa di katakan sebagai pengetahuan
sebagai motivasi yang datang dari luar indivi­ yang didapatkan dari pembelajaran, pengala­
du dan tidak dapat dikendalikan oleh individu man, atau instruksi. Informasi bisa menjadi
tersebut seperti nilai, hadiah, dan/atau peng­ fungsi penting  dalam membantu mengurangi
hargaan yang digunakan untuk merangsang rasa cemas pada seseorang. Semakin banyak
motivasi seseorang. memiliki informasi dapat memengaruhi atau
Motivasi ekstrinsik yang menjadi penye­ menambah pengetahuan terhadap seseorang
bab ketidaklengkapan imunisasi dasar lengkap dan dengan pengetahuan tersebut bisa menim­
pada bayi adalah desas-desus yang didengar bulkan kesadaran yang akhirnya seseorang itu
oleh ibu tentang imunisasi seperti adanya ang­ akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan
gapan yang menyatakan bahwa imunisasi terse­ yang dimilikinya.(26)
but tidak berguna, imunisasi menyebabkan Informasi kesehatan tentang imunisasi
anak sakit, imunisasi tersebut haram untuk berkaitan dengan tempat pelayanan imunisa­
diberikan pada bayi dan seterusnya. Motivasi si, rasa nyaman ibu pada saat mengalami sakit
ekstrinsik lain yang mempengaruhi kelengka­ ketika mendapatkan imunisasi dan anggapan
pan pemberian imunnisasi pada anak adalah ibu bahwa imunisasi tidak dapat mencegah

133
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2016 - September 2016 | Vol. 10, No. 2, Hal. 123-135

bahkan membuat anak sakit. Informasi kese­ nyuluhan kepada masyarakat.


hatan ini erat kaitannya dengan pengetahuan
dan sikap dari orang tua. Orang tua/ibu yang Daftar Pustaka
memiliki banyak informasi positif tentang 1. Health MO. Indonesian Demographic
imunisasi maka mereka akan memberikan And Health Survey (IDHS) 2007. Jakarta:
imunisasi dasar yang lengkap kepada bayi­nya, Ministry Of Health; 2007.
begitu juga sebaliknya orang tua/ ibu yang 2. RI D. Rencana Strategis Nasional Making
memiliki sedikit informasi tentang iminisasi Pregnancy Safer Di Indonesia. Jakarta:
maka mereka tidak akan memberikan imuni­ Dep­kes RI; 2009.
sasi dasar lengkap kepada bayinya. 3. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar ta­
hun 2013. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
Kesimpulan 4. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar Ta­
Hampir separuh responden yang tidak hun 2010. Jakarta: Kemenkes RI; 2010.
mendapakan imunisasi dasar lengkap, ber­ 5. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar Ta­
pengetahuan rendah, memiliki sikap nega­ hun 2007. Jakarta: Kemenkes RI,; 2007.
tif, mendapatkan pelayanan imunisasi yang 6. Depkes RI. Informasi Dasar Imunisasi Ru­
baik, tidak mengalami hambatan dalam tin Serta Kesehatan Ibu Dan Anak bagi
mempe­roleh imunisasi, mempunyai moivasi Kader, Petugas Lapangan Dan Organisa­
dan informasi yang cukup tentang imunisa­ si Kemasyarakatan. Jakarta: Depkes RI;
si. Variabel yang tidak mempunyai hubunan 2009.
bermakna dengan pemberian imunisasi dasar 7. Dinas Kesehatan Kota Padang. profil Ke­
lengkap adalah pendidikan orang tua, peker­ sehatan Kota Padang Padang Dinas Kese­
jaan, pelayanan imunisasi dan hambatan hatan Kota Padang 2014.
orang tua sedangkan variabel pengetahuan, 8. Puskesmas Ambacang. Profil Puskesmas
sikap. motivasi orang tua dan informasi imu­ Ambacang. Padang Puskesmas Ambacang;
nisasi tidak memiliki hubungan yang sig­ 2014.
nifikan dengan pemberian imunisasi dasar 9. Puskesmas Belimbing. Profil Puskesmas
lengkap pada bayi di Kecamatan Kuranji Kota Belimbing tahun 2014. Padang: Puskesmas
Padang tahun 2015. Peneliti menyarankan Belimbing 2014.
kepada tenaga ke­ sehatan khususnya peme­ 10. Notoadmodjo S. Metodologi Penelitian.
gang program imunisasi agar meningkatkan Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
penyuluhan ruin kepada masyarakat terutama 11. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitati
ibu yang memiliki bayi baik secara individu Kualitatif Dan Kombinasi. Bandung: Al­
ataupun kelompok. Pe­nyuluhan secara indi­ fabeta; 2013.
vidu dapat dilaksanakan pada waku kegiatan 12. Lemeshow S. Sample Size Determination
imunisasi, sedangkan pe­nyuluhan kelompok In Health Studies A Pactical Manual. Si­
dapat dilaksanakan pada waktu-waktu tertenu ngapura: John Wiley; 1990.
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 13. Daftar Puskesmas Di Kota Padang Provinsi
Penyuluhan juga dapat dilakuan dengan cara Sumatera Barat [database on the Internet].
penyebaran leaflet, pemasangan poster mau­ asgar.or.id. 2015 [cited 19 Oktober 2015].
pun melalui media sosial. Materi penyuluhan 14. Dwiastuti P. Faktor-faktor yang berhubu­
yang dapat diberikan diantaranya adalah ten­ ngan dengan pemberian Imunisasi BCG
tang arti pentingnya imunisasi, efek samping Di Wilayah Kerja Puskesmas UPT Cimang­
dari imunisasi serta kandungan dari imunisa­ gis Kota Depak Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
si yang diberikan kepada bayi sehingga dapat Kesehatan. 2012;Volume 5(1):36-41.
mengubah anggapan negatif dari masyarakat 15. Sumarni WO. Hubungan Pengetahuan
tentang imunisasi. Selain itu tenaga kesehatan Dan Pendidikan Ibu Dengan Status Imu­
juga dapat melakukan pelatihan kader posyan­ nisasi Pada Anak Balita Di Puskesmas UN
du sehingga kader juga dapat melakukan pe­ Kota Tual Hasanuddin, ISSN : 2302-1721

134
Triana | Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

2013;2(4).
16. Prayogo A. Kelengkapan Imunisasi Dasar
pada Anak Usia 1 – 5 tahun. Sari Pediatri.
2009;11(1).
17. Rahmawati AI. Faktor Yang Mempe­
ngaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar
Di Kelurahan Krembangan Utara. FKM
­Unair. 2013.
18. Widayati SN. Hubungan Tingkat Pengeta­
huan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan
Status Kelengkapan Imunisasi Polio Di­
wilayah Kerja Puskesmas Tanon I Sragen.
Gaster. 2012;Volume 9 (2):33-45.
19. Thaha ILM. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Rendahnya Cakupan Imunisasi
Hepatitis B-1 Pada Bayi 0-7 Hari Di Wilayah
Kerja Puskesmas Siompu Kabupaten Bu­
ton Tahun 2009. MKMI. 2009;Volume
6(4):192-7.
20. Notoadmodjo S. promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta;
2012.
21. Sarimin S. Analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku ibu dalam
pemberian imunisasi dasar pada balita di
desa taraitak satu kecamatan Langowan
utara wilayah kerja Puskesmas walantakan.
Universitas Sam RatuLangi. 2014.
22. S Azwar. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pus­
taka Belajar; 2013.
23. Ningrum EP. Faktor-Faktor yang mempe­
ngaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar
Pada Bayi Di Puskesmas Banyudono Kabu­
paten Boyolali. 2012.
24. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat
Ilmu Dan Seni Jakarta: Rineka Cipta;
2008.

135

Anda mungkin juga menyukai