Anda di halaman 1dari 7

PAPER KOLOKIUM

KAJIAN POTENSI LIKUIFAKSI


DI KALIMANTAN TIMUR

WAHYU MAHENDRA TRIAS ATMADJA


09420172129

PROGRAM PROFESI INSINYUR ANGKATAN III


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA - MAKASSAR
2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penyusun
dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah ini. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil
penelusuran dari materi materi Geologi Teknik.

Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang secara sadar dan tidak sadar, atau secara langsung atau tidak
langsung, telah membantu dalam menyusun karya ilmiah ini hingga selesai.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu penyusun selalu terbuka terhadap segala macam komentar, saran,
kritik dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat berguna untuk lebih menyempurnakan karya
ilmiah ini.

Samarinda, 24 April 2018

Penyusun

KAJIAN POTENSI LIQUIFAKSI DI KALIMANTAN TIMUR

Wahyu Mahendra Trias Atmadja


Program Profesi Insinyur Angkatan III
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia

Abstrak
Gempa yang sering terjadi di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa Kalimantan tidak
aman dari ancaman gempa. Salah satu efek sukunder yang terjadi akibat gempa adalah
fenomena likuifaksi. Fenomena likuifaksi ini muncul disebabkan ketika massa tanah
secara tiba-tiba kehilangan kekuatannya, karena terjadi peningkatan tekanan air pori akibat
gerakan gelombang beban dinamis yang terjadi di dalam tanah. Pada kondisi ini, tanah
sama sekali tidak bisa mempertahankan keberadaan struktur di atasnya.(Marcuson Youd,
et al., 2001). Metode awal identifikasi likuifaksi antara lain semburan air yang muncul tiba
tiba, perpindahan tanah lateral pada permukaan,amblesnya konstruksi. Dengan
pemahaman awal identifikasi likuifaksi ini diharapkan memberikan pemahaman tentang
gambaran fisik likuifaksi dan potensiya serta dapat menjadi bahan pembelajaran dalam
upaya meminimalisir dampak serta kerugian akibat likuifaksi yang dapat terjadi di
kemudian hari.
Kata Kunci : Likuifaksi, gempa, massa tanah.

Pendahuluan.
Salah satu bencana yang dapat diakibatkan oleh peristiwa gempa bumi adalah fenomena
likuifaksi tanah. Rusaknya bangunan seperti gedung dan jembatan berupa penurunan
pondasi (settelment), terjadinya keruntuhan tanah (landslides) dan bobolnya bendungan
merupakan contoh akibat likuifaksi tanah. Pada umumnya, fenomena likuifaksi
merupakan salah satu bencana sekunder yang muncul seiring adanya peristiwa gempa
bumi. Banyaknya kerugian yang ditimbulkan akibat bencana tersebut menyebabkan
banyak ahli tertarik untuk mendalami fenomena lanjutan yang ditimbulkan akibat
terjadinya bencana alam gempa bumi, salah satunya adalah fenomena likuifaksi.
Fenomena likuifaksi ini muncul disebabkan ketika massa tanah secara tiba-tiba kehilangan
kekuatannya, karena terjadi peningkatan tekanan air pori akibat gerakan gelombang beban
dinamis yang terjadi di dalam tanah. Pada kondisi ini, tanah sama sekali tidak bisa
mempertahankan keberadaan struktur di atasnya. Menurut Marcuson (dalam Youd, et al.,
2001), likuifaksi didefinisikan sebagai perubahan sifat tanah granular yang padat, kompak,
kemudian menjadi seolah-olah cenderung bersifat cair akibat terjadi peningkatan tekanan
air pori tanah secara bertahap, sehingga menyebabkan penurunan tegangan efektif tanah
hingga mencapai nilai nol, atau dapat dikatakan bahwa tanah sudah tidak mampu lagi
menumpu beban yang ada. Arti kata cair bukanlah berubahnya tanah menjadi air, tetapi
dalam arti sebagai perubahan sifat tanah yang cenderung seperti air.
Perilaku likuifaksi pada tanah bersifat merusak dan menimbulkan dampak negatif yang
besar terhadap stabilitas tanah dan bangunan diatasnya. Adapun dampak yang ditimbulkan
dari perilaku likuifaksi adalah :
1. Terjadinya penurunan tanah hingga 5 % ketebalan lapisan tanah terlikuifaksi.
2. Terjadinya kehilangan daya dukung lateral tanah.
3. Terjadinya kehilangan daya dukung tanah.
4. Terjadinya pengapungan struktur yang dibenamkan dalam tanah, seperti tanki di bawah
tanah.
5. Meningkatkan tekanan lateral tanah yang dapat menyebabkan kegagalan pada struktur
penahan tekanan lateral tanah, seperti quay walls.
6. Terjadinya lateral spreading (limited lateral movements).
7. Terjadinya lateral flow (extensive lateral movements).
Likuifaksi hanya terjadi pada tanah jenuh air, sehingga kedalaman muka air tanah akan
mempengaruhi potensi terhadap likuifaksi. Potensi terhadap likuifaksi akan menurun
dengan bertambah dalamnya muka airtanah. Fenomena likuifaksi terjadi seiring terjadinya
gempa bumi. Secara visual peristiwa likuifaksi ini ditandai munculnya lumpur pasir di
permukaan tanah berupa semburan pasir (sand boil), rembesan air melalui rekahan tanah,
atau bisa juga dalam bentuk tenggelamnya struktur bangunan di atas permukaan,
penurunan muka tanah dan perpindahan lateral. Evaluasi potensi likuifaksi pada suatu
lapisan tanah dapat ditentukan dari kombinasi sifat-sifat tanah (gradasi butiran dan ukuran
butir), lingkungan geologi (proses pembentukan lapisan tanah, sejarah kegempaan,
kedalaman muka air tanah).
Likuifaksi telah banyak menjadi penyebab dari hancurnya bangunan struktur di beberapa
kejadian gempa bumi. Berdasarkan simulasi yang dilakukan di Jepang, goncangan akibat
gempa, membuat bangunan diatasnya ambles, sedangkan benda di dalam tanah seperti
tangki minyak muncul ke permukaan. Beberapa fenomena likuifaksi yang pernah ditemui
di Indonesia di kawasan pasca gempa, diantaranya berupa semburan pasir yang
menyumbat sumur artesis/gali seperti di Bantul, dan perpindahan lateral pada permukaan
datar yang berupa retakan seperti di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Ada pula longsoran
lereng tanah, kegagalan pondasi jembatan (loss of bearing capacity), dan bangunan ambles
(ground settlement).

Metodologi
Data yang dikumpulkan untuk analisis berupa data sekunder yaitu data hasil penyelidikan
tanah, profil boring log yang dominan pasir dengan hasil tes laboratorium terhadap contoh
tanah tak terganggu yang diambil dari lubang bor untuk daerah yang ditinjau dengan muka
air tanah tinggi. Lapisan tanah pasir yang jenuh air dan getaran-getaran gempa bumi
berpotensi terjadi suatu gejala likuifaksi yang merupakan gejala keruntuhan struktur tanah
akibat menerima beban cyclic (berulang). Beban cyclic ini menimbulkan
perubahanperubahan didalam deposit tanah yang berupa peningkatan tekanan air pori
akibat guncangan, sehingga kuat geser tanah menjadi berkurang atau hilang. Tanah pasir
yang telah kehilangan seluruh kekuatan gesernya akan berperilaku seperti fluida (cair).
Berdasarkan data yang ada, potensi terjadinya likuifaksi dianalisis dengan menggunakan
metoda antara lain Kishida (1969), Seed & Idriss (1971), Valera & Donovan (1977), Seed
et al (1976), Whitman (1971), dan Castro (1975). Pembahasan selanjutnya yaitu menelaah
masalah potensi keruntuhan struktur tanah yang berpasir di bawah konstruksi, karena
potensi likuifaksi dengan menggunakan metoda-metoda tersebut diatas. Data yang
diperlukan adalah besarnya kepadatan relatif (Dr), nilai tahanan standar penetrasi (N-SPT)
yang terkoreksi, jumlah getaran yang dibutuhkan untuk tercapai likuifaksi, tegangan geser
gempa rata-rata, tegangan efektif, magnitude gempa, dan percepatan gempa maksimum.
Metoda studi analisis ini bermanfaat untuk mengetahui terjadi tidaknya likuifaksi pada
lapisan tanah yang berpasir jenuh air pada saat terjadi gempa.

Metode Identifikasi dan Penanggulangannya


Beberapa fenomena likuifaksi yang pernah ditemui di Indonesia di kawasan pascagempa,
diantaranya berupa semburan pasir yang menyumbat sumur artesis/gali seperti di Bantul,
dan perpindahan lateral pada permukaan datar yang berupa retakan seperti di Bandara Adi
Sutjipto, Yogyakarta. Ada pula longsoran lereng tanah, kegagalan pondasi jembatan (loss
of bearing capacity), dan bangunan ambles (ground settlement).
Langkah - langkah untuk melakukan penanggulangan dari potensi likuifaksi diantara nya
sebagai berikut:
1) Pemadatan
Salah satu penyebab terjadinya likuifaksi adalah banyaknya rongga atau pori tanah
yang dapat diisi oleh air, sehingga air yang mengisi rongga tersebut akan mendesak
butiran tanah pada saat mengalami getaran. Apabila tanah semakin padat maka rongga
atau pori pada tanah semakin berkurang maka semakin berkurang pula jumlah air
yang dapat menyebabkan likuifaksi tersebut.
2) Drainase
Pada lahan yang tidak memiliki saluran drainase yang memadai, air akan terus
tergenang atau minimal sekali terus berada dalam pori-pori tanah. Air yang berada
dalam pori-pori tanah ini sangat berbahaya dalam meningkatkan potensi likuifaksi
pada tanah ketika terjadinya gempa. Oleh karena itu pada lahan yang akan dibangun
sangat penting diberikan saluran drainase yang memadai untuk mengalirkan air agar
tidak tergenang atau terus berada dalam pori tanah.
3) Mengurangi beban konstruksi.
Mengurangi beban bangunan dapat dilakukan dengan cara mengganti bahan bangunan
yang berat menjadi bahan yang ringan. Saat ini sudah banyak diproduksi bahan
bangunan ringan. Bata ringan, baja ringan, sampai dengan genteng ringan sangat baik
digunakan untuk pencegahan likuifaksi

Kesimpulan
1. Likuifaksi yang terjadi ketika gempa bumi meningkatkan tekanan air pori di bawah
struktur bangunan. Kondisi ini memicu terjadinya kerusakan struktur akibat terjadinya
penurunan permukaan tanah.
2. Fenomena likuifaksi ini muncul disebabkan ketika massa tanah secara tiba-tiba
kehilangan kekuatannya, karena terjadi peningkatan tekanan air pori akibat gerakan
gelombang beban dinamis yang terjadi di dalam tanah. Pada kondisi ini, tanah sama
sekali tidak bisa mempertahankan keberadaan struktur di atasnya.
3. Potensi geologi yang bersifat positif adalah banyaknya terdapat material lepas yang
berukuran pasir hingga kerakal yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan.
Sedangkan potensi yang bersifat negatif adalah terjadinya potensi likuifaksi pada
daerah telitian dan sekitarnya akibat gempa.
DAFTAR PUSTAKA
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2009-2-00429-SP%20Bab%201_1.pdf

https://muntohar.files.wordpress.com/2012/10/likuifaksi-dan-penurunan.pdf

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_pfis_044770_chapter1.pdf

http://repository.upnyk.ac.id/1181/1/LAPORAN_JARA_CONVERT.pdf

http://tukangbata.blogspot.com/2013/01/apa-itu-liquefaction-atau-likuifaksi.html

https://www.scribd.com/doc/51770180/Likuifaksi

Anda mungkin juga menyukai