Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini. Sebanyak 224
buah sumur berhasil digali dan yang berhasil diproduksi adalah sumur Jatibarang, Cemara,
Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai. Sedangkan
produksi migasnya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke PT Krakatau Steel, PT Pupuk
Kujang, PT Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot UPPDN pada tahun 1980
untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya.
Area kilang terdiri dari:
1. Sarana kilang : 250 hektar daerah konstruksi kilang dan 200 hektar daerah penyangga
2. Sarana perumahan : 200 hektar
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan adanya
faktor pendukung, antara lain :
a. Bahan Baku
Sumber bahan baku yang diolah di PT Pertamina (Persero) RUVI Balongan adalah:
1. Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed).
2. Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed).
3. Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard Cubic
Feet per Day (MMSCFD).
b. Air
Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang lebih 65
km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara pipanisasi dengan pipa
berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.100 m3 serta kecepatan maksimum 1.200
m3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler, heat exchangers (sebagai pendingin), air
minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam pemanfaatan air, Kilang Balongan ini mengolah
kembali air buangan dengan sistem wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle
ke sistem ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent parameter
NH3, fenol, dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan.
c. Transportasi
Lokasi kilang RU-VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas pantai utara
yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi hasil produksi,
terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities adalah fasilitas yang berada
di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri
dari area putar tangker, SBM, rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk
pembongkaran peralatan dan produk (propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG
dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai di PT Pertamina (Persero) RUVI Balongan terdiri dari dua
golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses pendirian Kilang Balongan yang
berupa tenaga kerja lokal non-skill sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.
Sedangkan golongan kedua, yang dipekerjakan untuk proses pengoperAsian, berupa tenaga
kerja PT Pertamina (Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di
Indonesia.
2.1.1.3 Struktur Organisasi Dan Manajemen Perusahaan
b. Niaga
Divisi Niaga adalah divisi yang bernaung dibawah Direktorat Pemasaran dan Niaga
dengan bisnis inti melakukan ekspor-impor dan penjualan domestik untuk minyak mentah,
BBM, dan produk petrokimia, dengan nilai uang atau revenue yang dikelola sekitar 135
triliun rupiah pertahun. Bisnis ekspor-impor dan penjualan domestik tersebut dikelola melalui
3 (tiga) fungsi dibawahnya, yakni Unit Usaha Minyak Mentah & BBM, Unit Usaha Niaga
Non-BBM, dan fungsi perencanaan, evaluasi dan pengembangan serta koordinasi yakni
Fungsi Reneval Niaga.
Bisnis inti Niaga Minyak mentah dan BBM adalah melakukan trading dibidang impor
BBM sekitar 120.000.000 (seratus dua puluh juta) barrel per tahun dan ekspor minyak
mentah sekitar 7.000.000 (tujuh juta) barrel per tahun. Selain itu juga mengekspor produk
minyak 33.000.000 barrel per tahun, yang terdiri dari produk Naphta 3.600.000 barrel per
tahun, produk Decant Oil sekitar 2,600.000 (dua juta enam ratus ribu) barrel per tahun dan
sekitar 26.800.000 (dua puluh enam juta delapan ratus ribu) barrel pertahun, yang bersumber
dari kilang Unit Pengolahan Pertamina. Sedangkan bisnis inti Niaga Non-BBM adalah
menjual produk Non-BBM baik di pasar dalam negeri maupun ekspor yang bersumber dari
kilang Unit Pengolahan Pertamina sendiri, dengan volume penjualan per tahun mencapai
sekitar 2 (dua) juta mt dengan memperoleh revenue sekitar 11 (sebelas) triliun rupiah dan
profit sekitar 1,65 triliun rupiah.
c. Perkapalan
Pertamina Perkapalan hadir melayani dengan menjunjung tinggi dan mengunggulkan
nilai budaya dan citra perusahaan. Suatu kebanggaan bagi Pertamina untuk memberikan
pelayanan di bidang pelayaran, menjadi perusahaan perkapalan yang maju dan terpandang di
era baru. Keunggulannya terletak pada pengalaman luas dan keahlian yang tinggi dalam
distribusi minyak mentah, gas, petrokimia, dan produk lain sejenisnya melalui jalur laut di
negara kepulauan. Berkantor pusat di Tanjung Priok, Jakarta.
5. Decant Oil
Viskositas, CSTS pada 122°F : max 180
Kandungan sulfur, %wt : max 4
Kandungan abu, %wt : max 0,1
Flash point, °C : max 62
Kandungan katalis, ppm : max 30
Sedimen, %wt : max 0,15
MCR, %wt : max 18
6. LPG
RVP pada 100°F, psig : max 120
Copper Strip Corrotion, 3h/122°F : max nomor 1
Kandungan metana, %wt :0
Kandungan etana, %wt : max 0,2
Kandungan propane & butane, %wt : max 97,5
Kandungan pentane, %wt : max 2,5
Merkaptan, ml/1000 USG : 50
7. Propylene
Propylene, %mol (kemurnian) : min 99,6
Total paraffin, %mol : max 0,4
Kandungan metana, ppm : max 20
Kandungan etilen, ppm : max 25
Kandungan etana, ppm : max 300
Kandungan propane, ppm : max 5
Kandungan pentane, ppm : max 10
Asetilen, ppm : max 5
Metiasetilen, propadien, 1-3butadien : max 2
Total butane, ppm : max 100
Pentane, ppm : max 100
Hidrogen, ppm : max 20
Nitrogen, ppm : max 100
CO, ppm : max 0,5
CO2, ppm : max 1
O2, ppm : max 1
Kandungan air, ppm : max 2,5
Total sulfur, ppm : max 1
Amoniak, ppm : max 5
8. Avtur
Pertamina RU VI merupakan salah satu dari 6 kilang Pertamina yang terletak di
Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Sebagai kilang yang memiliki kompleksitas tertinggi di
Indonesia, Refinery Unit VI mneghasilkan produk-produk berkualitas untuk memenuhi
kebutuhan bahan bakar di area DKI Jakarta, Jawa Barat dan sekitarnya. Tingginya
permintaan akan bahan bakar avtur di Indonesia membuka kesempatan RU VI Balongan
untuk mmeproduksi dan mensuplai bahan bakar avtur berkualitas sesuai dengan spesifikasi.
Berdasarkan data, kebutuhan Avtur Nasional mengalami peningkatan 3% setiap tahunnya,
dimana pada tahun 2015 mencapai 12,400 KL/hari, dan diprediksi akan mencapai 17,000
KL/hari pada tahun 2025. Saat ini, yang dapat dipenuhi dari kilang Pertamina sebesar 9,450
KL/hari sehingga masih dibutuhkan import Avtur dari RU VI Balongan sebesar 1,900
KL/hari akan menurunkan import Avtur sebesar 60%.
Uji coba atau plant test produksi Avtur yang dilakukan pada bulan Februari 2016
melalui optimasi unit CDU sebagai penghasil raw material Avtur dan optimasi unit HTU
untuk penyempurnaan kualitas Avtur telah berhasil mendapatkan Produk Avtur sesuai
spesifikasi. Melalui Break Through Project Produksi Avtur tahap I, RU VI Balongan dapat
memproduksi Avtur sebesar 200 KL/hari untuk mensuplai kebutuhan Bandar udara Husen
Sastranegara Bandung. Beberapa investasi dan modifikasi telah dilakukan meliputi:
a. Modifikasi dan optimasi LCO Treater menjadi unit yang memproduksi Avtur.
b. Pembuatan fasilitas injeksi chemical
c. Cleaning, coating dan modifikasi tanki 42-T-106 sebagai tangki Avtur
d. Modifikasi line produksi Avtur
e. Pemasangan microfilter dan Filter Water Separator
f. Modifikasi LPG fillinf point menjadi Avtur filling point
g. Pengadaan beberapa peralatan laboratorium untuk dapat mendukung analisa Avtur di
RU VI Balongan.
Selain itu, untuk meningkatkan kompetensi pekerja dalam hal pengoperAsian dan
handling Avtur, telah dilaksanakan pelatihan dan sertifikasi meliputi STTK Aviasi type A,
STTK Aviasi type B, STTK Laboratorium Pengujian Migas Penerbangan dan PACE
(Pertamina Aviation Competence Education).
Selanjutnya untuk mengakomodir potensi produksi Avtur sebesar 1,900 KL/hari
sehingga potensi peningkatan margin dapat dicapai, akan dugulirkan Break Through Project
Produksi Avtur tahap II dan III meliputi:
1) Tahap II: produksi sebesar +900 KL/hari untuk mensuplai kebutuhan Bandar udara
Bandar udara Husen Sastranegara Bandung, Halim Perdana Kusuma Jakarta, Kertajati
Majalengka dan Ahmad Yani Semarang dengan memodifikasi fasilitas di TBBM
Balongan sebagai sarana filling point loading avtur. BTP tahap II dijadwalkan akan
selesai pada Desember 2017.
2) Tahap III: produksi sebesar 1900 KL/hari untuk mensuplai kebutuhan Bandar udara
Soekarno Hatta Tangerang, Husen Sastranegara Bandung, Halim Perdana Kusuma
Jakarta, Kertajati Majalengka dan Ahmad Yani Semarang melalui jalur perpipaan.
BTP tahap III diharapkan dapat selesai pada Desember 2019.
2.1.2.4 Utilitas
Unit pendukung proses atau sering pula disebut unit utilitas merupakan sarana
penunjang proses yang diperlukan pabrik agar dapat berjalan dengan baik. Pada umumnya,
utilitas dalam pabrik proses meliputi air, udara dan listrik. Penyediaan utilitas dapat dilakukan
secara langsung dimana utilitas diproduksi di dalam pabrik tersebut, atau secara tidak
langsung yang diperoleh dari pembelian ke perusahaan-perusahaan yang menjualnya. Unit
pendukung proses yang terdapat dalam pabrik T-Butyl Alcohol antara lain:
1. Unit Penyediaan Air
a. Water Intake Facility
Water Intake Facility berlokasi di desa Salam Darma, Kecamatan Compreng
Kabupaten Subang 65 km dari Refinery EXOR I Balongan. Air sungai diambil dari buangan
Proyek Jatiluhur pada saluran utama sebelah Timur (Timur Main Canal). Apabila kanal
dalam perbaikan, maka air sungai diambil dari sungai Cipunegara.
b. Unit Demineralized Water
Water treatment bertujuan memperlakukan atau melunakkan (menjernihkan) air dari
sumber air yang sesuai dengan apa yang diperlukan untuk sesuatu maksud. Sumber air
tersebut dapat diambil dari surface water (air sungai, laut) dan ground water (mata air, air
sumur). Unit demineralisasi bertujuan untuk memenuhi air yang sesuai dengan persyaratan-
persyaratan boiler feed water.
Demin Plant terdiri dari dua train dengan flow rate 230 m3/h/train. Yang diinstalasi
out doors, tanpa atap dan di area yang tidak berbahaya.
Pola operasi:
1. Demineralization Plant beroperasi secara kontinyu.
2. Masing-masing train akan beroperasi normal dengan dipindah secara bergantian selama
satu train atau saat regenerasi.
3. Air buangan regenerasi yang mengandung asam dan basa serta air pembilas dari masing-
masing resin dibuang melalui bak penetral (untuk dinetralisasi).
4. Backwash water dari Activated Carbon Filters akan dialirkan ke Clean Drain.
5. Selama operasi normal, operator akan tinggal di Utility Control Room dekat dengan lokasi
sehingga dapat mengadakan inspeksi ke lokasi secara periodik.
c. Water Raw dan Portable Water
Raw Water ditransfer dari Raw Water Intake Facilities (Salam Darma) melalui pipa
dan ditampung di tangki Raw Water. Raw Water ini digunakan juga sebagai service water
yang pemakainya adalah:
1. Make-up untuk Fire Water
2. Make-up untuk Cooling Water
3. Make-up untuk Demineralized Water
4. Make-up untuk Potable Water
5. House Station
6. Pendingin untuk pompa di offsite
Service water sebelum masuk ke Potable Water Tank, disteril terlebih dahulu dengan
gas Chlorine yang selanjutnya dipompakan ke pemakai. Air yang sudah disteril dinamakan
DW.
d. Unit Sistem Air Pendingin (Cooling Water).
Unit ini berfungsi untuk mensuplai air pendingin ke unit-unit proses, fasilities utilities,
ancilaries dan fasilitas offsite. Bagian-bagiannya:
1. Menara pendingin (Cooling Water Tower).
2. Pompa air pendingin (Cooling Water Pump) sebanyak 5 normal, 1 stand by kapasitas @
7000 m3/hr pada tekanan 4,5 kg/cm2g.
3. Side Stream Filter dengan kapasitas 220 m3/hr.
4. Side Filter/ Start Up Pompa Cooling Water dengan kapasitas 660 m3/hr.
Langkah Proses:
Menara dirancang untuk mendinginkan air dari temperatur 45,5oC ke 33oC dengan
wet bulb temperatur 29,1oC pada tipe counter flow. Menara terdiri dari 10 cell dan 10 draft
fan beserta masing-masing motornya dan dua buah header supply utama untuk
pendistribusian ke onsite dan utility area. Fasilitas pengolahan air digabung dengan menara
pendingin yang dilengkapi injeksi gas chlorine, inhibitor korosi dan dispersant. Untuk
menjaga mutu air, sebagian air diolah di side stream filter. Pada bagian header supply ke area
utility, dilengkapi dengan on-line conductivityanalizer untuk memonitor mutu dari air
pendingin.
2. Pengelolaan Energi
Sebagai perusahaan yang mengolah minyak mentah (Crude Oil) menjadi produk-
produk BBM (Bahan Bakar Minyak), non-BBM dan Petrokimia, RU VI Balongan
sepenuhnya menyadari bahwa sebagian besar energi yang digunakan selama proses operasi
masih menggunakan energi yang dihasilkan dari sumber tak terbarukan. Oleh karenanya,
konsumsi energi pun perlu dilakukan secara bijak dan seefisien mungkin. Untuk itu, RU VI
Balongan secara berkelanjutan menjalankan berbagai program efisiensi dalam pemanfaatan
energi. Hasilnya pada tahun 2015 RU VI Balongan berhasi mencapai nilai efiensi energi
tertinggi di antara kilang minyak bumi lainnya di Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari
parameter Energy Intensity Index (EII) hasil benchmark Solomon Associate LLC. Performa
tersebut juga diperkuat oleh hasil audit kinerja lingkungan yang menyebutkan bahwa total
pemakaian energi RU VI Balongan pada tahun 2015 mencapai 24.469 x 10 BTU. Jumlah
tersebut dihasilkan dari pemakaian energy pada proses produksi dan pengoperasioan fasilitas
pendukung. Untuk proses produksinya, RU VI Balongan menyerap energi sebesar 24.453 x
10 BTU. Sedangkan konsumsi energi pada fasilitas pendukung mencapai 15,89 x 10 BTU.
Hasil audit juga menyebutkan bahwa rasio hasil efisiensi energi dengan total pemakaian
energi RU VI Balongan sebesar 1,211%.
Salah satu inovasi untuk mencapai efisiensi energy yang dikembangkan oleh RU VI
Balongan adalah pengoperAsian jumper line untuk me-recovery energy yang terbuang ke
suar bakar. Line jumper dibuat dengan memanfaatkan press discharge kompresor yang ada
untuk mentransfer gas, yang sebelumnya terbuang ke suar bakar, ke fuel gas sistem yang
mempunyai tekanan tinggi. Data nyata menunjukkan bahwa pembuatan Jumper Line untuk
Recovery Flare Gas bisa me-recovery energi yangsebelumnya dibuang sebagai gas bakar
menjadi energy yang termanfaatkan untuk bahan bakar seluruh furnace dikilang sebesar
13,985 x 10 BTU.
Selain mengkonsumsi sumber energi fosil, RU VI Balongan juga mengembangkan
sumber-sumber energi baru dan terbarukan untuk dikonsumsi dalam proses produksinya.
Program pengembangan sumber energi baru dan terbarukan yang dilakukan oleh perusahaan
antara lain dengan memanfaatkan energi yang ada di kilang sebagai sumber energi baru.
3. Pemanfaatan Air
Perusahaan memanfaatkan air (raw water) untuk keperluan operasional kilang, fire
water, perkantoran dan perumahan. Air tersebut dialirkan dari WIF (waterintake facilities)
Salamdarma melalui pipa. Saat ini WIF Pertamina RU VI terdiri dari 3 unit pompa Existing
dan 1 unit pompa OSBL OCU. Total WIF tersebut memiliki kapasitas 1.606 m 3/jam. Ukuran
pengambilan air tanah tersebut tidak selalu tetap jumlahnya karena disesuaikan degan
kemampuan sumber air tersebut untuk terisi kembali secara alami.
Total pemakaian air RU VI Balongan di tahun 2015 sebesar 9.814.820 m3. Jumlah
tersebut dihasilkandari total pemakaian air untuk proses produksi sebesar 9.710.033,84 m3
dan total pemakaian air untuk fasilitas pendukung sebesar 104.786,16 m3. Dari hasil audit,
rasio hasil 3R air dengan total pemakaian air sebesar 2.937 % (dua ribu sembilan ratus tiga
puluh tujuh persen). Sedangkan intensitas pemakaian air terhadap produk RU VI Balongan
adalah 0,177 m/Barrel Salah satu inisiatif yang dialakukan oleh RU VI Balongan untuk
mencapai efisiensi penggunaan dan ketersedian air adalah penerapan sistem re-utilitasi RP
steam. RU VI Balongan merupakan satu satunya unit pengolahan minyak mentah di
Indonesia yang menerapkan system re-utilisasi LP steam sebagai umpan boiler untuk
meningkatkan efisiensi pemakaian air baku. Sistem tersebut juga berperan serta menjaga
kelestarian dan kontinuitas sumber air baku dari Sungai Tarum Timur dan Cipunegara,
terutama untuk memenuhi kebutuhanair baku penduduk sekitar.
Penerapan sistem re-utilitasi LP steam sejak tahun 2010 s.d. 2015 mampu mengurangi
water intake air sebesar 671.184 m3. Capaian tersebut telah diverifikasi oleh Institut
Teknologi Sepuluh November (ITS) selaku pihak eksternal yang kompeten dan independen.
RU VI Balongan juga menerapkan pola 3R dalam penggunaan air pada proses produksinya.
Penerapan 3R tersebut bertujuan mengurangi total pengambilan dan pembuangan air
dariproses operasi perusahaan. Pada tahun 2015 diperoleh hasil absolute penggunaan kembali
air yang telah digunakan dari proses produksisebesar 144.275.370,80 m3. [G-4 EN10]
4. Keanekaragaman Hayati
Indonesia adalah salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia dan dikenal sebagai
negara mega biodiversity. Keanekaragaman hayatinya merupakan kekayaan alam yang amat
vital serta strategis bagi pembangunan nasional, serta merupakan paru-paru dunia yang
mutlak dibutuhkan, baik di masa kini maupun yang akan datang. Dalam Undang-Undang No.
4 Tahun 1982 tentang pelestarian lingkungan hidup mewajibkan setiap badan usaha
memelihara kelestarian lingkungan hidup. Untuk menjaga keanekaragaman hayati yang
rentan akibat aktivitas operasi perusahaan serta mendukung pemerintah melestarikan
keanekaragaman hayati di Indonesia, RU VI telah menetapkan sejumlah kebijakan serta
program kerja.
Kegiatan pelestarian keanekaragaman hayati RU VI Balongan lebih difokuskan pada
wilayah Desa Karangsong Kabupaten Indramayu. Inisiasi kegiatan mulai digagas sejak tahun
2009 pada saat selesainya kegiatan penentuan daerah terkena cemaran tumpahan minyak
mentah RU VI Balongan. Kewajiban yang harus dilakukan oleh Pertamina RU VI Balongan
adalah penanaman mangrove seluas 340 Ha pada daerah utama terkena dampak tumpahan
minyak yaitu Desa Pabean Udik, Karangsong, Pabean Ilir, Brondong, Totoran, Singaraja,
Singajaya, Lamarantarung dan Karanganyar.
Perlindungan keanekaragaman hayati (mangrove) memiliki dampak positif yang
terukur terhadap komponen ekosistem yang lain, yaitu ekosistem pesisir dengan peningkatan
hasil perikanan masyarakat, maupun ekosistem mangrove yang mendatangkan satwa burung.
Keberadaan mangrove tersebut saat ini memberi dampak positif dalam membantu
mempertahankan dan memunculkan ekosistem flora dan fauna seperti ikan, udang, kepiting,
burung bangau, dan biawak di kawasan tersebut sehingga indeks kehati Nekton/Biota Air
Lainnya meningkat dari 2,07 menjadi 2,28 sebagai salah satu contoh indeks parameternya.
Pelaksanaan kegiatan perlindungan mangrove tersebut melibatkan instansi terkait antara lain
Badan Lingkungan Hidup Indramayu dan tim ahli keanekaragaman hayati dari Institut
Pertanian Bogor (IPB).
5. Pengelolaan Limbah
Sesuai dengan UU No. 18 tahun 2008 dan PP No 81 tahun 2012, setiap perusahaan
wajib melakukan pengelolaan sampah dari proses bisnisnya. RU VI secara cermat
melaksanakan pemantauan sekaligus penanganan berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari
setiap proses dalam kegiatan operasionalnya. Secara umum ada dua jenis limbah yang
dihasilkan dari proses operasi RU VI Balongan yakni limbah B3 dan limbah padat non-B3.
Total limbah B3 yang dihasilkan dari proses produksi RU VI Balongan pada tahun 2015
sebesar 2.831,21 ton sedangkan untuk limbah padat non-B3 mencapai 382,26 ton.
Dalam mengurangi jumlah limbah B3, RU VI Balongan memanfaatkan mixed butane
dari unit POC sebagaifeed Unit Catalyc Condensation. Dengan dilakukannya program ini,
frekuensi penggantian katalis dalam 1 tahun dapat dikurangi dari semula 2 kali menjadi
hanya 1 kali. Artinya, setap tahun terdapat potensi pengurangan limbah spent catalyst dari 60
ton menjadi 30 ton selain itu juga berdampak pada pengurangan biaya pemeliharan
penggantian katalis sebesar 50%. Hasil absolut program ini yaitu menurunkan limbah B3
Spent catalyst sebanyak 30 Ton per Tahun (% Reduksi= 50% tap tahun). Limbah B3 yang
telah diolah sebagian besar diserahkan kepada kepada pihak ketiga yang memiliki izin
dansisanya ditempatkan di tempat penyimpanan sementara (TPS). Jika dipresentasekan,
limbah yang diserahkan kepada pihak ketiga berjumlah 68,43% sedangkan sisanya sebanyak
31,57% disimpan di TPS.
Sedangkan untuk mengurangi limbah padat non-B3 (sampah) RU VI Balongan
menerapkan program e-Correspondence untuk surat menyurat serta e-Payment deklarasi
perjalanan dinas. Program e-Correspondence System mulai diimplementasikan sejak bulan
April 2015 kepada seluruh Fungsi dan Bagian di RU VI Balongan. Dengan program ini,
sistem surat-menyurat seperti Memorandum, Nota, Surat Masuk dan Surat Keluar yang yang
sebelumnya menggunakan kertas digantikan dengan system elektronik yang memungkinkan
persetujuan dan tanda tangan pejabat terkait secara paperless. Selama 3 bulan terakhir sejak
bulan April 2015, konsumsi kertas di RU VI Balogan berkurang dari sebelumnya 400 rim per
bulan menjadi 300 rim per bulan atau berkurang sebesar 25% per bulan. Sementara itu
dengan adanya program e-Payment Deklarasi Perjalanan Dinas, formulir Receipt
Confirmation diubah dalam bentuk Rekapitulasi Permohonan Transfer dimana untuk 60
transaksi hanya membutuhkan kertas sebanyak 6 lembar. Maka untuk melakukan
transaksidekarasi perjalanan dinas, dengan program ini dapat mengurangi konsumsi kertas
sebanyak 90 % setiap harinya dan juga dapat menjaga keamanan transaksi.