KERJA PRAKTEK
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA
PRODUK X DENGAN MENGGUNAAN METODE X PADA PT.
TRITUNGGAL ADIKARYA TEKNIK, TANGERANG
Diajukan Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, khususnya pada
penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini yang ditujukan untuk memenuhi
salah satu tugas Kerja Praktek untuk tugas akhir yang berjudul “Pengendalian
Persediaan bahan baku pada Produk X Dengan Menggunaan Metode X Pada
PT. Tritunggal Adikarya Teknik”
Kerja Praktek merupakan salah satu dari mata kuliah wajib dengan bobot 2
sks yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Politeknik APP Jakarta sebagai
salah satu syarat untuk mengambil mata kuliah Tugas Akhir. Melalui Kerja Praktek
diharapkan mahasiswa dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman mengenai
disiplin ilmu disertai penerapannya secara nyata. Untuk itu, penulis mengajukan
proposal ini guna memenuhi persyaratan Kerja Praktek di Perusahaan Bapak/ Ibu
pimpin.
Demikianlah proposal permohonan yang penulis buat. Atas perhatian, kerja
sama serta bantuan Bapak/ Ibu, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDAHULUAN
4
persediaan barang pada perusahaan yang akan menimbulkan berbagai macam
biaya, seperti biaya pembelian, biaya pemesanan,dan biaya penyimpanan.
5
1.3 Batasan Masalah
a. Bagi perusahaan
6
Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk bahan evaluasi dan
referensi pengambilan keputusan dalam pengendalian persediaan terhadap
bahan baku produksi yang digunakan oleh PT. Tritunggal Adikarya Teknik.
b. Bagi penulis
Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan ilmu terutama pada ruang
lingkup produksi di PT. Tritunggal Adikarya Teknik, serta sebagai syarat
untuk penulis dalam menyelesaikan studi.
c. Bagi kampus
Sebagai tambahan referensi pada bidang program studi Manajemen
Produksi, khususnya mengenai manajemen persediaan sesuai kondisi di
dalam sebuah industri.
7
Menurut Hendra (2009:131) “Persediaan didefinisikan sebagai barang yang
disimpan untuk digunakan untuk dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat
berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, komponen yang diproses,
barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk
dijual.”
Berdasarkan uraian Slamet (2007:155), jika dilihat dari segi fungsi, maka
persediaan dibedakan atas :
1. Batch atau lot size inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita
membeli atau membuat bahan bahan / barang-barang dalam jumlah yang
lebih besar dan jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
2. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat
8
dalam satu tahun dan pola untuk menghadapi penggunaan atau penjualan /
permintaan yang meningkat.
1. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasioperasi
perusahaan internal dan eksternal mempunyai “kebebasan” (independence).
Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier .
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan “penghematan-
penghematan” (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih
murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam
kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul
karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko dan
sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu
permintaan musiman. Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi
ketidak pastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-
barang selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas
persediaan ekstra yang sering disebut safety stock (persediaan pengaman).
9
1. Stok siklus (cycle stock), yakni jumlah persediaan yang tersedia setiap saat
yang dipesan dalam ukuran lot. Alasan pemesanan dalam lot adalah skala
ekonomis, adanya diskon kuantitas dalam pembelian produk atau
transportasi, dan keterbatasan teknologi.
2. Stok tersumbat (congestion stock), persediaan dari produk yang diproduksi
berkaitan dengan adanya batasan produksi, dimana banyak produk yang
diproduksi pada peralatan produksi yang sama, khususnya jika biaya setup
produksinya relatif tinggi.
3. Stok pengaman (safety stock), jumlah persediaan yang tersedia secara rata-
rata untuk memenuhi permintaan dan penyaluran yang tak tentu dalam
jangka waktu pendek.
4. Persediaan antisipasi (anticipation inventory), jumlah persediaan yang
tersedia untuk mengatasi fluktuasi permintaan yang cukup tinggi.
Perbedaanya dengan stok pengaman lebih ditekankan pada antisipasi musim
dan perilaku pasar yang dipicu kondisi tertentu yang telah diperkirakan
perusahaan.
5. Persediaan pipeline, meliputi produk yang berada dalam perjalanan yakni
produk yang ada pada alat angkutan.
6. Stok decoupling, digunakan dalam sistem eselon majemuk untuk
mengizinkan setiap tingkat membuat keputusan masingmasing terhadap
jumlah persediaan yang tersedia. Persediaan banyak digunakan oleh para
distributor untuk mengurangi risiko kerusakan barang atau antisipasi
fluktuasi permintaan yang berbeda-beda di setiap wilayah pemasaran.
10
dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi
perusahaan pabrik yang menggunakannya.
2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased
parts/component stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari
parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung
diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi
sebelumnya.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan
(supplies stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang
diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya
produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan,
tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in
process/progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari
tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah
menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk
kemudian menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang
barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap
untuk dijual kepada langganan atau perusahaan lain.
1. Anggaran produksi
Semakin besar produksi yang dianggarkan semakin besar bahan baku yang
disediakan. Sebaliknya semakin kecil produksi yang dianggarkan semakin
kecil juga bahan baku yang disediakan.
11
2. Harga beli bahan bakun
Semakin tinggi harga beli bahan baku, semakin tinggi persediaan yang
direncanakan. sebaliknya semakin rendah harga bahan baku yang dibeli,
semakin rendah persediaan bahan baku yang direncanakan.
3. Biaya penyimpanan bahan baku digudang (carrying cost)
dalam hubunganya dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat
kehabisan persediaan (stockout cost). Apabila biaya penyimpanan bahan
baku digudang lebih kecil disbanding dengan biaya ekstra yang
dikeluarkan sebagai akibat kehabisan persediaan, maka perlu persediaan
bahan baku yang besar. Sebaliknya bila biaya penyimpanan bahan baku di
gudang lebih besar disbanding biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai
akibat kehabisan persediaan, maka persediaan bahan baku yang
direncanakan kecil. Biaya kehabisan persediaan (stockout cost) seperti
biaya pesanan darurat, kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan,
karena tidak terpenuhinya pesanan, kemungkinan kerugian karena adanya
stagnasi produksi, dan lain-lain.
4. Ketepatan pembuatan standar pemakaian bahan baku.
Semakin tepat standar bahan baku dipakai yang dibuat, semakin kecil
persediaan bahan baku yang direncanakan. Sebaliknya bila standar
persediaan bahan baku dipakai yang dibuat sulit untuk mendekati
ketepatan, maka persediaan bahan baku yang direncanakan akan besar.
5. Ketepatan pemasok (penjual bahan baku)
dalam menyerahkan bahan baku yang dipesan, maka persediaan bahan
baku yang direncanakan jumlahnya besar. Sebaliknya bila pemasok
biasanya tepat dalam menyerahkan bahan baku, maka bahan baku yang
direncanakan jumlahnya kecil.
6. Jumlah bahan baku setiap kali pesan
Bila bahan baku tiap kali pesan jumlahnya besar, maka persediaan yang
direncanakan juga besar. Sebaliknya bila bahan baku setiap kali pesan
jumlahnya kecil, makan persediaan yang direncakan juga kecil.
12
2.2 Pengendaliaan Persediaan
13
Tujuan dari pengendalian persediaan sendiri berdasarkan Slamet
(2007:158) adalah sebagai berikut:
14
Inventory Carrying Cost adalah biaya-biaya yang diperlukan berkenaan
dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang
dikeluarkan perusahaan sebagai akibat dari adanya sejumlah persediaan.
Biaya ini berhubungan dengan terjadinya persediaan dan disebut juga
dengan biaya mengadakan persediaan (stock holding cost). Biaya ini
berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang selalu terdapat di
gudang, sehingga besarnya biaya ini bervariasi tergantung dari besar
kecilnya rata-rata persediaan yang terdapat di gudang, yang termasuk ke
dalam biaya ini adalah semua biaya yang timbul karena barang disimpan
yaitu biaya pergudangan yang terdiri dari biaya sewa gudang, upah dan gaji
pengawasan dan pelaksana pergudangan serta biaya lainnya. Biaya
pergudangan ini tidak akan ada apabila tidak ada persediaan.
15
2.4 Model Persediaan
Menurut Kamarul (2009:7) ada dua jenis model utama dalam manajemen
persediaan, yaitu model untuk persediaan independen dan model persediaan
dependent.
16
BAB III METODE PENELITIAN
17
3.1.1 Tahapan Penelitia
18
Waktu pelaksanaan kerja praktek yang diwajibkan oleh pihak Politeknik
APP Jakarta yaitu minimal tiga bulan. Sesuai dengan jadwal masa kuliah semester
VI, rentang waktu kerja praktek kondusif yakni antara bulan Februari – April 2018.
Pada tabel 3.1.2 terdapat gambaran target waktu pelaksanaan kerja praktek
dengan keterangan sebagai berikut :
1. Minggu ke 2 : Penulis melakukan persiapan kerja praktek dan
adaptasi dengan perusahaan, serta melakukan
observasi terhadap objek penelitian.
2. Minggu ke 3-10 : Penulis menentukan metode yang tepat terhadap
objek penelitian dan melakukan pengumpulan data
terkait penelitian.
3. Minggu ke 3-12 : Penulis melakukan pengolahan data yang sudah
diperoleh dari perusahaan.
4. Minggu ke 1-16 : Penulis melakukan penyusunan laporan tugas akhir
dan bimbingan baik di kampus maupun di
perusahaan.
5. Minggu ke 16 : Penulis selesai melakukan kerja praktek di
perusahaan.
6. Minggu ke 17 : Penulis melaksanakan seminar tugas akhir di
kampus.
7. Minggu ke 18 : Penulis melaksanakan sidang tugas akhir di
kampus.
19
3.2 Pengumpulan Data
Hasil yang diperoleh selama pelaksanaan Kerja Praktek akan dibuat dalam
bentuk laporan tertulis berupa Tugas Akhir. Ruang lingkup substansi objek kerja
sesuai dengan materi yang telah dipelajari selama perkuliahan dan topiknya adalah
Sistem Persediaan.
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian dengan menggunakan
alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada obyek sebagai
sumber informasi yang dicari. Data primer yang diperoleh dari PT. Tunggal
Adikarya Teknik meliputi :
1) Bidang usaha perusahaan
2) Kegiatan tiap bagian perusahaan
3) Daerah pengiriman barang
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh
peneliti dari obyek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data
20
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Data sekunder yang diperoleh
dari PT. Tritunggal Adikarya Teknik meliputi :
1) Struktur organisasi perusahaan
2) Gambaran perusahaan
3) Daftar Biaya terkait Pengendalian Persediaan
4) Data permintaan produk
5) Literature dan buku-buku sesuai permasalahan ini.
21
9. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan terkait pengendalian persediaan
bahan baku
Data ini digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap biaya
persediaan serta sebagai bahan perbandingan terhadap data alternatif
perubahan setelah melakukan pengolahan data saat penelitian. Biaya ini
terdiri dari :
a. Biaya pemesanan bahan baku
b. Biaya pembelian
c. Biaya penyimpanan
d. Biaya penyewaan (apabila perusahaan menyewa gudang)
e. Biaya lain-lain yang terkait dengan pengendalian persediaan yang
digunakan perusahaan
10. Waktu ancang-ancang (lead time)
Data ini digunakan untuk mengetahui waktu ancang-ancang
terhadap pemesanan barang hingga sampai ke gudang perusahaan.
11. Stok pengaman (safety stock)
Data ini digunakan untuk mengetahui jumlah stok pengaman dari
bahan baku yang disediakan oleh perusahaan.
3.3 Hasil
22
Hasil yang diperoleh selama pelaksanaan Kerja Praktik akan dibuat dalam
bentuk laporan tertulis berupa Tugas Akhir.
BAB IV PENUTUP
Penulis
23
24