Anda di halaman 1dari 29

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SUMBERJAMBE

KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM KESELAMATAN PASIEN


UPT PUSKESMAS SUMBERJAMBE

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Puskesmas.
Ada 5 isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di Puskesmas yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di Puskesmas yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “ bisnis “ Puskesmas
yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek keselamatan
tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas. Namun harus di
akui kegiatan institusi Puskesmas dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu
keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut
terkait dengan isu mutu dan citra Puskesmas.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan
pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu
Primum, non nocere (first, do no harm). Namun diakui, dengan semakin
berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas
menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
(Adversed Event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di Puskesmas terdapat bermacam-macam obat, bermacam-macam prosedur,
banyak alat dan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesional dan non profesional
yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD).
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien Puskesmas perlu dilakukan. Karena itu
diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut. Buku
Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang terutama berisi Standar
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit diharapkan dapat menjadi acuan dan membantu Puskesmas dalam
melaksanakan kegiatan implementasi di bidang Keselamatan Pasien.

B. TUJUAN PENYUSUNAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS

TUJUAN UMUM
Memberikan informasi dan acuan bagi Puskesmas dalam melaksanakan program
keselamatan pasien Puskesmas.

TUJUAN KHUSUS
1. Terlaksananya program keselamatan pasien Puskesmas secara sistematis dan
terarah.
2. Terlaksanaya pencatatan insiden di Puskesmas dan pelaporannya.
3. Sebagai acuan penyusunan instrumen akreditasi Puskesmas.

C. BATASAN OPERASIONAL
1. Keselamatan Pasien Puskesmas (Patient Safety)
Suatu sistem dimana Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini
termasuk : asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem ini mencegah oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan seharusnya.

2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (Adverse Event)


Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisinya pasien. Cedera dapat
di akibatkan oleh kesalahan medis karena tidak dapat di cegah.

3. KTD yang dapat dicegah (Unpreventable Adverse Event)


Suatu KTD akibat yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir.

4. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) Near Miss)


Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat menciderai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi karena “ keberuntungan “ (miss, pasien
terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), karena “
pencegahan “ (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan) atau “ peringanan “
(suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotenya).
5. Kesalahan Medis (Medical Errors)
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
Kesalahan termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat
melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah
untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil ( ommision).

6. Insiden Keselamatan Pasien (Patient Safety Incident)


Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

7. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Puskesmas


Suatu sistem untuk mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak
diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien. Sistem ini juga mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten
dengan operasional rutin Puskesmas atau asuhan pasien.

8. Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis)


Suatu proses terstruktur untuk mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor
penyebab atau faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan kinerja,
termasuk KTD.

9. Manajemen Risiko (Risk Management)


Dalam hubungannya dengan operasional Puskesmas, istilah manajemen risiko
dikaitkan kepada aktivitas perlindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang
nyata atau berpotensi nyata terhadap kerugian keuangan akibat kecelakaan, cidera
atau malpraktik medis.

10. Kejadian Sentinel (Sentinel Event)


Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius, biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “ sentinel “ terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi (misalnya amputasi pada kaki yang salah, dsb).
Sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
II. RUANG LINGKUP KESELAMATAN PASIEN
UPT PUSKESMAS SUMBERJAMBE

A. TUJUAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien Puskesms


2. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di Puskesmas
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian yang tidak diharapkan.

B. STANDAR KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS


Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani
segera maka dalam pelaksanaan kegiatan pencapaian sasaran keselamatan pasien di
UPT Puskesmas Sumberjambe mengacu pada PERMENKES Nomor 1691/ MENKES/
PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan Buku Panduan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Standar keselamatan pasien wajib diterapkan
Puskesmas dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi
Puskesmas.

Standar Keselamatan Pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :


1. Hak Pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemiminan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :


a. Standar I tentang Hak Pasien
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak
diharapkan.
Kriteria :
1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya kejadian tidak diharapkan.

b. Standar II Mendidik Pasien dan Keluarga


Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan keluarga
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan partner dengan proses pelayanan. Karena itu, di Puskesmas
harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan
tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
3. Mengajukan pertanyaan – pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5. Mematuhi intruksi dan menghormati peraturan Puskesmas
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

c. Standar III Keselamatan Pasien dalam Kesinambungan Pelayanan


Standar :
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan unit pelayanan.
Kriteria :
1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan.
2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya
4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinsi tanpa hambatan, aman dan efektif.

d. Standar IV Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja untuk Melakukan


Evaluasi dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien
Standar :
Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor, dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif kejadian tidak diharapkan dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
1. Setiap Puskesmas harus melakukan proses perencanaan (design) yang baik,
mengacu pada visi, misi dan tujuan Puskesmas, kebutuhan pasien, petugas
pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktek bisnis yang sehat, dan faktor –
faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai “ tujuh langkah menuju
keselamatan pasien Puskesmas “
2. Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen resiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
3. Setiap Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
kejadian tidak diharapkan, dan secara pro aktif, melakukan evaluasi satu proses
kasus resiko tinggi.
4. Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien tinggi.

e. Standar V Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien


Standar :
1. Pimpinan mendorong dan implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Puskesmas.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi kejadian tidak
diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji
dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifikasi kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
minimalkan insiden, yang mencakup jenis – jenis kejadian yang memerlukan
perhatian, mulai dari “ Kejadian Nyaris Cedera “ (Near Miss) sampai dengan “
Kejadian Tidak Diharapkan “ (Adverse Event).
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
Puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4. Tersedia prosedur “ cepat tanggap “ terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
menyampaikan informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar
Masalah (RCA) “ Kejadian Nyaris Cedera “ (Near Miss) dan “ Kejadian Sentinel “
pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “ Kejadian Sentinel “ (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan “ Kejadian Sentinel “.
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam Puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9. Tersedianya sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja Puskesmas dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

f. Standar VI Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien


Standar :
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan serta memelihara kompetisi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria :
1. Setiap Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan orientasi bagi staf
baru yang membuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugas masing –
masing.
2. Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam
setiap kegiatan in-service training dan memberikan pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
3. Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok ( teamwork ) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaborasi
dalam rangka melayani pasien.

g. Standar VII Komunikasi Merupakan Kunci bagi Staff untuk Mencapai Keselamatan
Pasien
Standar :
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal yang terkait
dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.

C. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
Puskesmas yang diakreditasi.Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-
Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga
oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint
Commission International (JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik
dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti
dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara
intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu
tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang
menyeluruh.

Untuk meningkatakan keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap


sasaran – sasaran keselamatan pasien.
Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien seperti pada tabel berikut ini:

NO INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN TARGET


Tidak Terjadinya Kesalahan Identifikasi Pasien 100%
1.
Tidak Terjadinya Kesalahan Pemberian Obat Kepada 100%
2.
Pasien
TidakTerjadinya Kesalahan Prosedur Tindakan Medis 100%
3.
dan Keperawatan
Pengurangan Terjadinya Risiko Infeksi di Puskesmas ≥75%
4.
Tidak Terjadinya Pasien Jatuh 100%
5.

Tata cara pengukuran indikator sasaran keselamatan pasien adalah sebagai


berikut :
1. Tidak terjadinya Kesalahan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien yang tepat meliputi tiga detail wajib, yaitu: nama, umur, nomor rekam
medis pasien. Kegiatan identifikasi pasien dilakukan pada saat pemberian obat,
pengambilan spesimen atau pemberian tindakan.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang
teridentifikasi tepat yang disurvei pada suatu unit pelayanan dibagi jumlah seluruh
pasien yang dilayani pada unit pelayanan tersebut.

Jumlah pasien yang teridentifikasi tepat


X 100%
Jumlah seluruh pasien yang dilayani

2. Tidak Terjadinya Kesalahan Pemberian Obat Kepada Pasien


Ketepatan pemberian obat kepada pasien dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan
identifikasi pada saat memberikan obat kepada pasien.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang dilayani
oleh bagian kamar obat, rawat inap, ugd dan kamar bersalin PONED dikurangi kejadian
kesalahan pemberian obat dibagi jumlah seluruh pasien yang mendapat pelayanan
obat di unit-unit tersebut.

Jumlah pasien yg dilayani – kejadian kesalahan pemberian obat


X 100%
Jumlah pasien yang mendapat pelayanan obat

3. Tidak Terjadi Kesalahan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan


Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus selalu
melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi pasien yang akan
mendapatkan tindakan medis dan keperawatan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pemberian prosedur. Pengukuran indikator dilakukan dengan cara
menghitung jumlah tindakan yang dilakukan dikurangi kejadian kesalahan prosedur
tindakan dibagi dengan seluruh tindakan medis yang dilakukan.

Jumlah tindakan medis dan keperawatan yang dilakukan – kejadian kesalahan prosedur

X 100%

Jumlah seluruh tindakan medis dan keperawatan yang dilaksanakan

4. Pengurangan Terjadinya Risiko Infeksi di Puskesmas


Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas UPT Puskesmas Sumberjambe
wajib menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan 7 langkah dengan
menggunakan sabun dan air mengalir. Tujuh langkah Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) harus dilaksanakan pada lima keadaan, yaitu:
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Setelah kontak dengan pasien
3. Sebelum tindakan aseptik
4. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

Pengukuran terjadinya risiko infeksi di Puskesmas dilakukan dengan cara menghitung


jumlah petugas yang melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) 7 langkah pada 5
keadaan tersebut di atas yang disurvei dibagi dengan jumlah petugas pelayanan klinis
yang disurvei.
Jumlah petugas yang melakukan CTPS 7 langkah pada 5 keadaan

X 100%

Jumlah semua petugas pelayanan klinis yang disurvei

5. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh


Setiap pasien yang dirawat di UPT Puskesmas Sumberjambe dilakukan pengkajian
terhadap kemungkinan risiko jatuh untuk meminimalkan risiko jatuh. Pencegahan
terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara:
a. Memberikan identifikasi jatuh pada setiap pasien dengan pada setiap pasien
yang beresiko jatuh dengan memberi tanda pada tempat tidur ruang rawat inap.
b. Memberikan intervensi kepada pasien yang beresiko serta memberikan
lingkungan yang aman.

Pengukuran terhadap tidak terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara menghitung
jumlah pasien yang dirawat dikurangi kejadian pasien jatuh dibagi dengan jumlah
semua pasien yang dirawat.

Jumlah pasien yg dirawat – kejadian pasien jatuh

X 100%

Jumlah semua pasien yang dirawat


III. ORGANISASI DAN TATA LAKSANA PROGRAM KESELAMATAN PASIEN
UPT PUSKESMAS SUMBERJAMBE

A. STRUKTUR ORGANISASI
Sesuai dengan SK Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Jember Nomor ....... tentang
Pembentukan Tim Peningkatan Mutu Layanan Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)
UPT Puskesmas Sumberjambe pengorganisasian tim keselamatan pasien melekat
dengan tim Peningkatan Mutu Layanan Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) UPT
Puskesmas Sumberjambe, dengan struktur organisasi sebagai berikut :

PELINDUNG
Ka. PUSKESMAS

WAKIL MANAJEMEN DOKUMEN


MUTU KONTROL

KETUA TIM PMKP SEKRETARAIS

PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB


PENINGKATAN MUTU PENINGKATAN
LAYANAN KLINIS KESELAMATAN PASIEN

POKJA POKJA
POKJA POKJA
RAWAT RAWAT
PENUNJANG OBAT
JALAN INAP
B. URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENINGKATAN MUTU LAYANAN
KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)
NAMA JABATAN KETUA TIM PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
TUGAS Melaksanakan upaya peningkatan mutu layanan
klinis dan keselamatan pasien di Puskesmas.
URAIAN TUGAS 1. Merencanakan kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis dan keselamatan pasien
berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun lalu
sebagai pedoman dan petunjuk pelaksanaan
kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber
pendanaan kegiatan.
2. Melaksanakan sosialisasi dan koordinasi dengan
unit kerja terkait dalam rangka penyelarasan
kegiatan yang akan dilaksanakan guna
kelancaran pelaksanaan kegiatan.
3. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk
pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien kepada anggotanya.
4. Melaksanakan kegiatan monitoring, evaluasi hasil
pelaksanaan kegiatan, menyampaikan saran dan
pertimbangan sebagai bahan dalam pengambilan
keputusan serta menyusun laporan secara
periodik baik lisan maupun tertulis guna
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
5. Memimpin pelaksanaan kegiatan rapat tim
peningkatan mutu dan keselamatan pasien di
Puskesmas.
NAMA JABATAN SEKRETARIS
TUGAS Melaksanakan kegiatan penyusunan laporan hasil
kegiatan Tim Peningkatan Mutu Layanan Klinis dan
Keselamatan Pasien.
URAIAN TUGAS 1. Melaksanakan koordinasi dengan Ketua Tim
dalam rangka menyelaraskan kegiatan yang akan
dilaksanakan guna kelancaran pelaksanaan
tugas.
2. Melaksanakan kegiatan pendokumentasian hasil
pengukuran indikator mutu layanan klinis dan
sasaran keselamatan pasien.
3. Melaksanakana kegiatan pengolahan data,
penyusunan program kerja, monitoring dan
evaluasi, berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan
kegiatan.
4. Menyusun laporan hasil kegiatan Tim
Peningkatan Mutu Layanan Klinis dan
Keselamatan Pasien.
5. Menyusun perencanaan sumber dana kegiatan.
NAMA JABATAN PENANGGUNG JAWAB PENINGKATAN MUTU
LAYANAN KLINIS
TUGAS Melaksanakan upaya peningkatan mutu layanan
klinis di Puskesmas
URAIAN TUGAS 1. Merencanakan kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis di puskesmas.
2. Menyusun indikator peningkatan mutu layanan
klinis di puskesmas.
3. Mengkoordinasikan kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis di puskesmas dengan unit terkait di
puskesmas.
4. Melaksanakan pengukuran indikator mutu layanan
klinis di puskesmas.
5. Melaksanakan monitoring, evaluasi hasil
pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu layanan
klinis dan menyampaikan saran dan pertimbangan
sebagai bahan dalam pengambilan keputusan
kepada ketua Tim.
6. Menyusun laporan secara periodik baik lisan dan
tertulis sebagai pertanggung jawaban
pelaksanaan kegiatan.
NAMA JABATAN PENANGGUNG JAWAB PENINGKATAN
KESELAMATAN PASIEN
TUGAS Melaksanakan upaya peningkatan keselamatan
pasien di puskesmas
URAIAN TUGAS 1. Merencanakan kegiatan peningkatan keselamatan
pasien di puskesmas.
2. Menyusun sasaran keselamatan pasien di
puskesmas.
3. Mengkoordinasikan kegiatan peningkatan
keselamatan pasien di puskesmas dengan unit
terkait di puskesmas.
4. Melaksanakan pengukuran sasaran keselamatan
pasien di puskesmas.
5. Melaksanakan monitoring, evaluasi hasil
pelaksanaan kegiatan peningkatan keselamatan
pasien dan menyampaikan saran dan
pertimbangan sebagai bahan dalam pengambilan
keputusan kepada ketua Tim.
6. Menyusun laporan secara periodik baik lisan dan
tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan
kegiatan.
NAMA JABATAN ANGGOTA POKJA RAWAT JALAN
TUGAS Melaksanakan kegiatan peningkatan mutu layanan
klinis dan pencapaian sasaran keselamatan pasien di
Unit Rawat Jalan
URAIAN TUGAS 1. Merencanakan kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis dan keselamatan pasien di tingkat
unit rawat jalan puskesmas.
2. Menyusun indikator peningkatan mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien di tingkat
unit rawat jalan puskesmas.
3. Mengkoordinasikan kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis dan kegiatan pencapaian sasaran
keselamatan pasien di unit rawat jalan dengan
unit terkait lainnya di puskesmas.
4. Melaksanakan pengukuran indikator mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien di unit
rawat jalan.
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil
pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien dan
menyampaikan saran dan pertimbangan sebagai
bahan dalam pengambilan keputusan kepada
ketua Tim.
6. Menyusun laporan secara periodik baik lisan dan
tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan
kegiatan.
NAMA JABATAN ANGGOTA POKJA RAWAT INAP
TUGAS Melaksanakan kegiatan peningkatan mutu layanan
klinis dan pencapaian sasaran keselamatan pasien di
Unit Rawat Inap
URAIAN TUGAS 1. Merencanakan kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis dan keselamatan pasien di tingkat
unit rawat inap puskesmas.
2. Menyusun indikator peningkatan mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien di tingkat
unit rawat inap puskesmas.
3. Mengkoordinasikan kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis dan kegiatan pencapaian sasaran
keselamatan pasien di unit rawat inap dengan unit
terkait lainnya di puskesmas.
4. Melaksanakan pengukuran indikator mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien di unit
rawat inap.
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil
pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien dan
menyampaikan saran dan pertimbangan sebagai
bahan dalam pengambilan keputusan kepada
ketua Tim.
6. Menyusun laporan secara periodik baik lisan dan
tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan
kegiatan.
NAMA JABATAN ANGGOTA POKJA PENUNJANG
TUGAS Melaksanakan kegiatan peningkatan mutu layanan
klinis dan pencapaian sasaran keselamatan pasien di
Unit Penunjang
URAIAN TUGAS 1. Merencanakan kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis dan keselamatan pasien di tingkat
unit rawat inap puskesmas.
2. Menyusun indikator peningkatan mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien di tingkat
unit rawat inap puskesmas.
3. Mengkoordinasikan kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis dan kegiatan pencapaian sasaran
keselamatan pasien di unit rawat inap dengan unit
terkait lainnya di puskesmas.
4. Melaksanakan pengukuran indikator mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien di unit
rawat inap.
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil
pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien dan
menyampaikan saran dan pertimbangan sebagai
bahan dalam pengambilan keputusan kepada
ketua Tim.
6. Menyusun laporan secara periodik baik lisan dan
tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan
kegiatan.
NAMA JABATAN ANGGOTA POKJA OBAT
TUGAS Melaksanakan kegiatan peningkatan mutu layanan
klinis dan pencapaian sasaran keselamatan pasien di
Unit Kamar Obat dan Gudang Obat
URAIAN TUGAS 1. Merencanakan kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis dan keselamatan pasien di tingkat
unit rawat inap puskesmas.
2. Menyusun indikator peningkatan mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien di tingkat
unit rawat inap puskesmas.
3. Mengkoordinasikan kegiatan peningkatan mutu
layanan klinis dan kegiatan pencapaian sasaran
keselamatan pasien di unit rawat inap dengan unit
terkait lainnya di puskesmas.
4. Melaksanakan pengukuran indikator mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien di unit
rawat inap.
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil
pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan pasien dan
menyampaikan saran dan pertimbangan sebagai
bahan dalam pengambilan keputusan kepada
ketua Tim.
6. Menyusun laporan secara periodik baik lisan dan
tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan
kegiatan.

Secara umum Tugas Tim PMKP UPT Puskesmas Sumberjambe yaitu melakukan suatu
proses dalam pemberian pelayanan Puskesmas terhadap pasien yang lebih aman.
Yang terdiri dari :
 Assessment resiko
 Identifikasi dan manajemen resiko terhadap pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden
 Menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir resiko

C. TATA HUBUNGAN KERJA DAN PELAPORAN


1. Tata Hubungan Kerja
- Ketua Tim PMKP bertugas melakukan koordinasi mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan monitoring kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien di UPT Puskesmas Sumberjambe. Penanggung jawab tiap-tiap
pokja melakukan koordinasi pelaksanaan dan monitoring kegiatan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien pada pokja yang menjadi tanggung jawabnya. Ketua tim
PMKP bertanggung jawab terhadap Wakil Manajemen Mutu dalam pelaksanaan
kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Wakil Manajmen Mutu
bersama dengan tim PMKP mengadakan rapat koordinasi tiap tiga bulan untuk
memonitor kemajuan pelaksanaan kegiatan dan mengatasi permasalahan terkait
mutu layanan klinis dan keselamatan pasien Puskesmas.
- Antar pokja Keselamatan pasien wajib menerapkan prinsip koordinasi integrasi dan
sinkronisasi yang menyangkut pelaksanaan keselamatan pasien.
- Mencari solusi atas kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan tugas
keselamatan pasien di UPT Puskesmas Sumberjambe secara bersama.
2. Pelaporan
Tiap pokja melaporkan kegiatan setiap bulan kepada ketua tim PMKP dalam bentuk
laporan bulanan. Ketua tim PMKP melaporkan kegiatan PMKP kepada Kepala
Puskesmas dengan tembusan kepada Wakil Manajemen Mutu tiap bulan.

D. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN


Penerapan tujuh langkah menuju keselamatan pasien mengacu kepada standar
keselamatan pasien, maka puskesmas harus merancang proses baru atau memperbaiki
proses yang ada,memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien. Proses perancangan tersebut harus mengacu pada
visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan,
kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi
risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
pada lampiran PERMENKES Nomor 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah
sebagai berikut :
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf anda
3. Integrasikan aktivitas pengelola risiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas merupakan panduan yang komprehensif
untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh
harus dilaksanakan oleh setiap unit di puskesmas.
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus
serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di
puskesmas. Bila langkah-langkah ini berhasil,maka kembangkan langkah-langkah yang
belum dilaksanakan.
Bila tujuh langkah ini dilaksanakan dengan baik, puskesmas dapat menambah
penggunaan metode-metode lainnya.
E. PROGRAM KERJA
I. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
NO Kegiatan Tahun 2015
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. pembentukan x
Tim PMKP
2. Rapat Tim x x x x x x
3. Pelatihan x x
Patient Safety
4. menyusun x
SOP
pencatatan dan
pelaporan
KTD, KPC dan
KNC
5. sosialisasi SOP x
pencatatan dan
pelaporan
KTD, KPC dan
KNC
5. melaksanakan x x x x x
pencatatan dan
pelaporan
KTD, KPC dan
KNC
6. monitor dan x x x x x
analisis proses
pelayanan
yang berisiko
tinggi

II. PENCATATAN DAN PELAPORAN


II.a. PELAPORAN INSIDEN
Banyak metode digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu caranya dalah
dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis. Dapat dipastikan
bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli
akan bahaya / potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Pelaporan juga
penting digunakan untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya error sehingga
diharapkan dapat mendorong dilakukannya investigasi selanjutnya.

Mengapa pelaporan insiden penting ?


Karena pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali
Bagaimana memulai ?
Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di puskesmas meliputi kebijakan, alur
pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan
pada seluruh karyawan.
Apa yang harus dilaporkan ?
Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi
ataupun yang nyaris terjadi.
Siapa yang membuat laporan insiden ?
Siapa saja atau semua staf puskesmas yang pertama menemukan kejadian
Siapa saja atau semua staf yang terlibat dalam kejadian
Masalah yang dihadapi dalam laporan insiden ?
 Laporan dipersepsikan sebagai “ Pekerja Perawat “
 Laporan sering disembunyikan / under report, karena takut disalahkan
 Laporan sering terlambat
 Bentuk laporan miskin data karena adanya budaya blame culture
Bagaimana cara membuat laporan insiden ( insident report )?
Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari
maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi
formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan pengertian pengertian yang
digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.

Prinsip-prinsip pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Insiden Keselamatan


Pasien Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Puskesmas wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian
Potensial Cedera (KPC) dan Kejadian Sentinel.
2. Pencatatan dan pelaporan insiden (KTD, KNC, KPC dan Sentinel) mengacu kepada
Buku Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang dikeluarkan oleh
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit - PERSI.
3. Pelaporan Insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu : mekanisme / alur pelaporan di internal Puskesmas
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari puskesmas ke Dinas Kesehatan wajib
dilakukan oleh puskesmas sesuai ketentuan dalam instrumen akreditasi bab IX
peningkatan mutu pelayanan klinis dan keselamatan pasien

4. Penanggungjawab Peningkatan Keselamatan Puskesmas melakukan pencatatan


kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Ketua Tim
PMKP dan Wakil Manajemen Mutu puskesmas.

II.b. ALUR PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


ALUR PELAPORAN INTERNAL
INSIDEN
(KTD/KNC/KPC

Tangani segera Laporan kejadian(2x24 jam)

Atasan langsung

DI GRADING

Biru/hijau Merah/kuning

investigasi

Laporan kejadian hasil


investigasi

rekomendasi Analisa regrading

RCA

FEED BACK
pembelajaran
KE UNIT laporan
& rekomendasi
ALUR PELAPORAN EKSTERNAL
1. Laporan hasil investigasi sederhana / analisis akar maslah / RCA yang terjadi pada
pasien dilaporkan kepada tim peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan
pasien puskesmas dengan mengisi formulir laporan insiden keselamatan pasien.
2. Laporan dikirim oleh tim peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien
puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.

II.c. PETUNJUK PENGISIAN LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP )


Formulir Laporan Insiden terdiri dari dua macam :
a. Formulir Laporan Insiden ( internal )
Adalah formulir laporan yang dilaporkan ke tim mutu puskesmas dalam waktu
maksimal 2 x 24 jam / akhir jam kerja / shift. Laporan berisi : data pasien rincian
kejadian, tindakan yang dilakukan saat terjadi insiden, akibat insiden, pelapor dan
penilai grading.
b. Formulir Laporan Insiden Keselamatan Pasien ( Eksternal )
Adalah formulir laporan yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
setelah dilakukan analisis dan investigasi.

Petunjuk pengisian formulir IKP eksternal :


a. Data Pasien
Identitas pasien yang diisi di form laporan internal dan eksternal adalah
Nama : bisa di isi initial misal : Tn AR atau Ny Sy
No MR : (jelas)
Ruangan : di isi nama ruangan dan nomor kamar misalnya ruangan
melati kamar 301
Umur : ( jelas )
Jenis kelamin : ( jelas )
Penanggung jawab : ( jelas )
Tanggal Masuk : ( jelas )

b. Rincian kejadian
1. Tanggal dan waktu insiden
 Diisi tanggal dan waktu saat insiden ( KTD / KNC / KPC) terjadi
 Buat prosedur pelaporan agar tanggal dan waktu insiden tidak lupa :
Insiden harus dilaporkan paling lambat 2 x 24 jam atau pada akhir jam
kerja / shift.
2. Insiden
 Diisi insiden misalnya :
Pasien jatuh, salah identifikasi pasien, salah pemberian obat, salah dosis
obat, salah bagian yang dioperasikan, dll.
3. Kronologi insiden
 Diisi ringkasan insiden mulai saat sebelum kejadian sampai terjadinya
insiden
 Kronologis harus sesuai kejadian yang sebenarnya, bukan pendapat atau
asumsi pelapor
4. Jenis insiden
 Pilih salah satu insiden keselamatan pasien ( IKP ) : KTD / KNC/ KPC
5. Orang pertama yang melaporkan insiden
 Pilih salah satu pelapor yang paling pertama melaporkan terjdinya insiden,
misalnya : petugas, keluarga pasien, dll.
6. Kejadian terjadi pada
 jika insiden terjadi pada pasien : laporkan ke tim keselamatan pasien
puskesmas
 jika insiden terjadi pada karyawan / keluarga pasien / pengunjung,
dilaporkan internal ke tim manajemen mutu puskesmas
7. Insiden meyangkut pasien
Pilih salah satu : pasien rawat inap / pasien rawat jalan / pasien UGD / kamar
bersalin PONED
8. Tempat / lokasi
Tempat pasien berada, misalnya : ruang rawat inap, ruang rawat jalan, UGD.
9. Insiden sesuai kasus penyakit
 Pasien dirawat oleh DPJP siapa
 Bila kasus penyakit / lebih dari satu, pilih salah satu yang menyebabkan
insiden
 Bila dirawat oleh dokter umum : isi lain-lain : umum

10. Unit / departemen yang menyebabkan insiden


Adalah unit / departemen yang menjadi penyebab terjadinya insiden
Misalnya :
a. Pasien DHF ke UGD, diperiksa laboratorium, ternyata hasilnya salah
interpretasi
Insiden : salah hasil lab pasien DHF
Jenis insiden : KNC ( tidak terjadi cedera)
Tempat / lokasi : UGD
Spesialisasi : kasus penyakit dalam
Unit penyebab : laboratorium
b. Pasien anak berobat ke poliklinik, diberikan resep, ternyata terjadi
kesalahan pemberian obat oleh petugas farmasi, hasil ini diketahui
setelah pasien pulang. Ibu pasien datang kembali ke farmasi untuk
menanyakan obat tersebut.
Insiden : salah pemberian obat untuk pasien anak
Jenis insiden : KNC ( tidak terjadi cedera )
Tempat lokasi : farmasi
Spesialisasi : kasus anak
Unit penyebab : farmasi

11. Akibat Insiden


Pilih salah satu : ( lihat matriks grading risiko )
 Kematian : jenis
 Cedera irreversible / cedera berat :
Kehilangan fungsi motorik, sensorik atau psikologis secara permanen,
misalnya lumpuh, cacat.
 Cedera reversible / cedera sedang :
Kehilangan fungsi motorik, sensorik atau psikologis tidak permanen,
misalnya luka robek.
 Cedera ringan :
Cedera / luka yang dapat diatasi dengan pertolongan pertama tanpa harus
dirawat, misalnya luka lecet
 Tidak ada cedera, tidak ada luka

12. Tindakan yang dilakukan segera setelah insiden


Ceritakan penanganan / tindakan yang saat itu dilakukan agar insiden yang
sama tidak terulang lagi.

13. Tindakan dilakukan oleh


Pilih salah satu :
 Bila dilakukan tim : sebutkan timnya terdiri dari siapa saja, misalnya
dokter,perawat
 Bila dilakukan petugas lain : sebutkan misalnya : analis, asisten apoteker,
bidan.

14. Apakah insiden yang sama pernah terjadi di Unit kerja lain ?
 Jika ya, lanjutkan dengan mengisi pertanyaan dibawah yaitu :
o Waktu kejadian : isi dalam bulan / tahun
o Tindakan yang telah dilakukan pada unit kerja tersebut untuk mencegah
terulangnya kejadian yang sama. Jelaskan

III. PENENTUAN TIPE INSIDEN


Untuk mengisi tipe insiden, harus melakukan analisis dan investigasi terlebih dahulu.
Contoh :
 Insiden : salah pemberian obat ( IM menjadi IV )
Tipe : medikasi
Subtipe : proses pemberian medikasi : salah pemberian
Masalah : salah rute pemberian
 Insiden : pasien jatuh dari tempat tidur
Tipe insiden : jatuh
Subtipe insiden : tipe jatuh : selip / terpeleset
Keterlibatan saat jatuh : toilet
 Insiden : tertukar hasil pemeriksaan laboratorium
Tipe insiden : laboratorium
Subtipe Insiden : hasil

ANALISIS MATRIKS GRADING RESIKO


Penilaian matriks resiko adalah suatu metode analisis kualitatf untuk menentukan derajat risiko
suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitanya.
Probabilitas Tdk Signifikan Minor Moderat Mayor Katastropik
1 2 3 4 5
Sangat sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(Tiap minggu / bulan)
5
Sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
( beberapa kali / tahun )
4
Mungkin terjadi Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
( 1 - < 2 tahun / kali )
3
Jarang terjadi Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
( > 2 - <5 tahun / kali )
2
Sangat jarang terjadi
( > 5 tahun / kali) Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
1
IV. MONITORING DAN EVALUASI

1. Pimpinan puskesmas secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi program


keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh Tim Peningkatan Mutu Layanan Klinis
dan Keselamatan Pasien Puskesmas.

2. Tim Peningkatan Mutu Layanan Klinis dan Keselamatan Pasien Puskesmas secara
berkala ( paling lama 2 tahun ) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan
prosedur keselamatan pasien yang dipergunakan di puskesmas.

3. Tim Peningkatan Mutu Layanan Klinis dan Keselamatan Pasien Puskesmas


melakukan evaluasi kegiatan setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya.
V. PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di puskesmas


maka pelaksanaan kegistan keselamatan pasien puskesmas sangatlah penting. Melalui
kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden sehingga dapat lebih
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas di Indonesia. Program
keselamatan pasien merupakan never ending proses, karena itu diperlukan budaya
termasuk motivasi yang tinggi untuk bersedianya melaksanakan program keselamatan
pasien secara berkesinambungan dan kelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai