Oleh:
Sefnat A. Hontong
Abstrak
Tulisan ini mempersoalkan mengapa ada fakta kekerasan dalam masyarakat. Jika pada
lazimnya orang berpandangan bahwa kaum laki-lakilah sang pelaku kekerasan, maka
saya dalam tulisan ini hendak berpendapat bahwa kekerasan sebenarnya dilakukan oleh
orang yang ‘kuat’ dan punya ‘kedudukan’ tertentu. Oleh karena itu, ia (kekerasan) bisa
saja dilakukan baik oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Dimana pembuktian ide itu
saya buat dengan cara melihat pengalaman secara pribadi lalu menganalisanya
berdasarkan beberapa pemikiran yang sedang bergulir sekarang ini (metode komparatif).
Abstract
This article questioned why there is a fact of violence in society. If people believe that
men are the perpetrators of violence, then I thought: violence can be done by a man or
woman, specifically a 'place' within the community. With this comparative method
argument is true.
Bakker, A., & Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta,
Kanisius. 1990.
Galtung, J., Kekerasan Budaya, dalam: Thomas Santoso (editor), Teori-teori
Kekekarasan, Jakarta, Ghalia Indonesia. 2002.
Kwok Pui-Lan, Postcolonial Imagination & Feminist Theology. Louisville Kentrucky,
Westminster John Knox Press, 1989.
Lefebure, L.D. Revelation The Religious and Violence. Maryknoll, New York, 1989.
Listijabudi, D.K., Tragedi Kekerasan; Menelusuri Akar dan Dampaknya dari Balada
Kain-Habel. Yogyakarta, Taman Pustaka Kristen, 1997.
Putranti, B.D., & Asnath Niwa Natar (Editor), Perempuan, Konflik dan Rekonsiliasi;
Perspektif Teologi dan Praksis, Yogyakarta, PSF UKDW Yogyakarta. 2004.
Singgih, E.G., Dua Konteks; Tafsir-tafsir Perjanjian Lama sebagai Respons atas
Perjalanan Reformasi di Indonesia, Jakarta, BPK Gunung Mulia. 2009.
Lampiran surat PERUATI Nomor: 24/BPP PERUATI/II/2012, tanggal 15 Februari 2012.