Anda di halaman 1dari 7

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang masalah yang ditemukan dari hasil pengkajian,
perencanaan, implementasi dan evaluasi yang telah dilaksanakan di ruang Dahlia
RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda tanggal 28 mei sampai dengan 14 Juli
2018.
Atas dasar pertimbangan waktu, keterbatasan sumber daya dan kewenangan
atau kemampuan mengatasi masalah manajemen keperawatan diruang Dahlia,
serta berdasarkan enam masalah yang ditemukan pada saat desiminasi awal,
namun dua masalah yang diangkat untuk dilakukan pemecahan masalahnya, dari
dua masalah tersebut akan bahas satu persatu, yang meliputi :

A. Pelaksanaan Ronde keperawatan yang belum terlaksana di ruang dahlia


Ronde keperawatan yang dilakukan melibatkan dokter penanggung jawab
pasien dan ahli gizi dimana ronde yang dilakukan baru pertama kali berjalan
ketika mahasiswa melakukan kegiatan ini.
Ketika melakukan ronde keperawatan mahasiswa ners menyusun proposal
dan menyusun organisasi yang terkait pelaksanaan, dimana ketika melakukan
ronde keperawatan dilakukan sesuai prosedur yang awalnya dilakukan pre
ronde, pelaksanaan ronde dan kemudian pasca ronde.
Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengarahkan, mengkoordinasi,
dan mengawasi dalam mencapai tujuan bersama dalam sebuah organisasi.
Manajemen keperawatan adalah upaya tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien
dan keluarga. Dalam pelaksanaan manajemen terdapat Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) yang dimana didalamnya terdapat Ronde
Keperawatan. Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan dimana perawat
primer dan perawat associate bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
klien dan klien dilibatkan secara langsung dalam proses penyelesaian masalah
tersebut. Ronde keperawatan diperlukan agar masalah klien teratasi dengan
baik, sehingga kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi. Perawat profesional
harus dapat menerapkan ronde keperawatan ini.
Ronde keperawatan sebagai salah satu bentuk dari pelaksanaan model
asuhan keperawatan dengan metode keperawatan primer yang merupakan
salah satu metode pemberian pelayanan keperawatan yang harus ditingkatkan.
Metode ini ditujukan untuk menggali dan membahas secara mendalam
masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dilakukan oleh perawat
pelaksana, katim, konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim keperawatan
dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan. Ronde
keperawatan merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan
dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan
dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu
transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam praktik
keperawatan.
Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir
secara kritis dalam peningkatan perawatan secara profesional. Dalam
pelaksanaan ronde keperawatan akan terlihat kemampuan perawat dalam
melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi
masalah kesehatan yang terjadi pada klien.

B. Belum maksimalnya pelaksanaan metode TIM


Dari hasil observasi selama pengkajian, didapatkan data bahwa di ruang
Dahlia metode Tim belum berjalan secara optimal, hal ini dilihat dari masih
berjalannya metode fungsional. Pre-post confrence dan operan telah
dilaksanakan dengan baik oleh tenaga perawat di ruang Dahlia.
Pada kegiatan Role-play MPKP, mahasiswa mengelola manajemen
diruangan Dahlia (kamar 4002 dan 4003), melakukan pre-post confrence dan
operan serta supervisi. Evaluasi yang didapatkan dari implementasi diatas
diantaranya sekarang ini ruang Dahlia telah melakukan pre-post confrence
dan operan didepan pasien yang diikuti oleh perawat dua shift. Berdasarkan
observasi pada perawat ruang Dahlia didapatkan bahwa mereka lebih
diuntungkan dikarenakan langsung melihat keadaan pasien dan dapat
divalidasi langsung dengan perawat shift sebelumnya. Dari klien juga
didapatkan pengakuan bahwa mereka merasa lebih diperhatikan dan
mengetahui rencana tindak lanjut dengan jelas.
Keperawatan sebagai salah satu pemberian layanan kesehatan di Rumah
Sakit wajib memberikan layanan keperawatan prima, efisien, efektif, dan
produktif kepada masyarakat Perawat merupakan kelompok pemberi jasa
layanan kesehatan terbesar di Rumah Sakit yang jumlahnya mencapai 40%-
60% (Gillies,1994,Hubber,2006), mengerjakan hampir 90% layanan
kesehatan di Rumah Sakit melalui asuhan keperawatan, dan sangat
berpengaruh pada hasil akhir (outcome) pasien (Thomson,et al., 2007).
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan pada pasien sangat ditentukan oleh
pemilihan keberhasilan suatu asuhan keperawatan profesional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan
dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawata harus efektif dan efisien (Nursalam, 2013).
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Primer menurut Gillies
(1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam
pemberian praktik keperawatan disebut perawat primer (Primary Nurse).
Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan
bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat
primer biasanya mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam
selama klien dirawat di Rumah Sakit. Perawat primer bertanggung jawab
untuk menerapkan komunikasi terapeutik dan koordinasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang
klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain ( Associate Nurse )
Metode tim adalah suatu model dan praktik keperawatan professional
dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok
tenagakeperawatan dlm memberikan askep kelompok klien lewat
upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984). Model tim didasarkan
pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok memiliki kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhankeperawatan sehingga muncul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yg cukup tinggi sehingga
diharapkan mutu askep berkembang/berubah naik (Kron & Gray,1987).
Pelaksanaan model tim wajib berlandaskan konsep berikut :
a. Ketua tim sebagai perawat professional wajib mampu memanfaatkan
tehnik kepemimpinan.
b. Komunikasi yg efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
1) Peran kepala ruang penting dalam model tim.
Model tim mau berhasil baik kalau/jika di dukung karena kepala
ruang. Metode ini memanfaatkan tim yg tersusun dari anggota yg
berbeda – beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / grup yg tersusun
dari tenaga profesional, tehnikal & pembantu dlm satu grup kecil yg
saling membantu.

1. Kelebihan
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik gampang
diatasi dan memberikan kepuasan pada anggota tim.
2. Kelemahan
a. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam wujud konferensi
tim, membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakannya
pada waktu-waktu sibuk.
b. Akuntabilitas pada tim

Riset yang dilakukan oleh Carol dkk. (1993) menunjukkan bahwa perawat
yang bekerja diunit model praktik keperawatan professional memiliki tingkat
kepuasaan kerja, retensi kerja, partisipasi dalam pengambilan keputusan
klinik, control pengaturan jadwal kerja, koordinasi pemberian layanan
keperawatan, dan efektifitas tim kerja yang lebih tinggi dibandingkan
perawat yang bekerja di unit yang menggunakan system pemberian layanan
keperawatan tradisional.
Berdasarkan sejumlah penelitian yang berkaitan dengan MPKP di
Indonesia, diketahui bahwa terjadi penurunan beban kerja perawat di RS
Cipto Makunkusumo Jakarta (Tambunan, 2002) dan peningkatan efektifitas
komponen kepemimpinan, yakni peningkatan kemampuan, kesadarandiri,
komunikasi, tujuan, energi, serta kreatifitas (Heriyanto, 2003). Menurut
Suparman (2003), tingkat kepuasaan pasien dari segitangible, reliability,
responsiveness, assurance, and emphatydiruang MPKP terbukti lebih tinggi
dibandingkan dengan ruang non-MPKP.

C. Belum Optimalnya Pendokumentasian Keperawatan


Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal, dari status sehat
sakit pasen pada saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan, yang
menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan. Umumnya catatan
pasien berisi imformasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa
keperawatan dan medik, respons pasen terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan dan respons terhadap pengobatan serta berisi beberapa rencana
untuk intervensi lebih lanjutan. Keberadaan dokumentasi baik berbentuk
catatan maupun laporan akan sangat membantu komunikasi antara sesama
perawat/ bidan maupun disiplin ilmu lain dalam rencana pengobatan.
Pendokumentasian keperawatan yang benar mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Sebagai Sarana Komunikasi
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat
berguna untuk:
a. Membantu koordinasi asuhan keperawatan yang diberikan oleh tim
kesehatan
b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
c. Membantu tim perawat dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.

2. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat


Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan
keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat
dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat diharuskan mencatat segala
tindakan yang dilakukan terhadap pasien. Hal ini penting berkaitan
dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasien terhadap
pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat
dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk
menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara
hukum.

3. Sebagai Informasi statistik


Data statistik dari dokumentasi keperawatan dapat membantu
merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana,
prasarana dan teknis.

4. Sebagai Sarana Pendidikan


Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan
benar akan membantu para mahasiswa keperawatan maupun mahasiswa
kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan
pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktek
lapangan.

5. Sebagai Sumber Data Penelitian


Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai
sumber data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, sehingga melalui penelitian
dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan yang aman, efektif
dan etis.

6. Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan


Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan
asuhan keperawatan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan
kualitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan
kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi
yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat maupun
tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk
menetapkan suatu akreditasi pelayanan keperawatan dalam mencapai
standar yang telah ditetapkan.

7. Sebagai Sumber Data Perencanaan Asuhan Keperawatan Berkelanjutan


Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten
mencakup seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan
kegiatan proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai