Bissmillahirrahmanirrahim
Puji syukur al-hamdulilah kehadiratallah swt,yang menciptakan
mengatur dan mengusai seluruh makhluk didunia dan akhirat.Semoga
kita senantiasa mendapatkan limpahan rahmat dan ridho-nya.Shalawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada rasulullah Muhammad
saw.
1.PENGERTIAN AKHLAK
Membicarakan soal akhlak takkan pernah habis, karena dalam kehidupan sehari-hari, baik
mulai dari diri sendiri, dalam keluarga, masyarakat, dan bersosialisasi dengan siapapun pasti
tidak terlepas dari akhlak. Apa yang dilakukan sudahkah pantas dan sesuai dengan syariat Islam.
Tentu dalam semua agamapun mengajarkan tentang perilaku yang baik-baik, apalagi dalam
agama Islam, semua hal dari yang kecil sampai hal terbesar telah dijelaskan dan ada ajarannya
secara jelas, gamblang dan dicontohkan langsung oleh nabi Muhammad. Kata “akhlak”
memiliki makna dan arti yang sangat luas untuk segala tindak tanduk, atapun perilaku kehidupan
sehari-hari. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak penjelasannya dibawah ini.
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat, perangai,
tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam
diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya
suatu pemikiran dan paksaan.
Pada dasarnya al khulqu dan al kholqu sama hanya saja al kholqu itu khusus tertuju pada
tingkah – tingkah atau keadaan dan bentuk – bentuk yang bisa dilihat dengan mata, sedangkan
khulqu khusus pada kekuatan dan tabi’at yang ditembus dengan hati. Ibnu Abbas r.a berkata
“maksudnya benar – benar berragama yang agung, agama yang paling kucinta dan tak ada agam
yang Aku ridhoi selain selainna.agama itu adalah islam” kemudian, Alhasan berkata,
“maksudnya etika Al-Qur’an” kemudian Qotadah berrkata “maksudnya sesuatu yang
diperintahkan Allah dan yang dilarang-Nya”. Adapun maknanya adalah “sesungguhnya kamu
benar – benar berakhlak yang telah dipilih Allah untukmu dalam Al – Qur’an.[2] Dalam Ash-
Shohihainai dikatakan, bahwa Hisyam bin Hakim berrtanya kepada ‘Aisyah tentang akhlak
Rosulullah, kemudian ‘Aisyah menjawab, “akhlak beliau adalah akhlak Al-Qur’an”.
A.Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak adalah menggapai suatu kebahagiaan hidup umat manusia baik di dunia dan di
akhirat. Dikarekan itulah kita sebagai manusia untuk hidup saling membantu baik dari pekerjaan,
kebutuhan atau lainnya.
Tujuan mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari pemisahan antara akhlak dan
ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari pemisahan agama dengan dunia
(sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan, “Agama adalah urusan akhirat sedang
masalah dunia adalah urusan masing-masing.” Atau ungkapan, ”Agama adalah urusan
masjid, di luar itu terserah semau gue.” Maka jangan heran terhadap seseorang yang
beribadah, kemudian di lain waktu akhlaknya tidak benar. Ini merupakan kesalahan fatal. Kita
pun sering menjumpai orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi mereka tidak shalat. Ini juga
keliru.
llmu akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai
berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki IPTEK yang
maju disertai akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuaan yang Ia miliki itu akan
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki
ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak
disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibatnya
akan menimbulkan bencana dimuka bumi.
Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan
ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha
menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang
dapat membahyakan dirinya.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak bertujuan untuk
memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik
atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia beruasaha melakukannya, dan terhadap yang
buruk ia berusaha untuk menghindarinya.
B.Ruang Lingkup Akhlak
Jika definisi tentang ilmu akhlak tersebut kita perhatikan dengan seksama, akan tampak
bahwa ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas tentang perbuatan – perbuatan
manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatab yang baik
atau perbuatan yang buruk.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan
manusia. Dan selanjutnya di tentukan kriterianya apakah itu baik atau buruk.
Karena ilmu akhlak sebagai ilmu yang berdiri maka banyak para pemikir dan cendekiawan yang
membidangi serta mengkajinya antara lain : Muhammad Ghozali dalam kitabnya : ” Khuluq al-Muslim (
Akhlak orang Muslim ) ”, Ahmad Amin dalam kitabnya : ” Al-Akhlaq ( Ilmu Akhlaq ) ” . Akan tetapi
sebelumnya dapat pula kita jumpai Abu Ali al-Khozin Ahmad Ibnu Muhammad bin Ya’kub atau yang
lebih terkenal dengan Ibn Miskawaih dalam kitabnya : ” Tahdzib al-Akhglaq ( Pendidikan Akhlaq ) ” dan
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid al-Ghozali dalam kitabnya : ” Ihya’
Ulum ad-Din ( menghidupkan Ilmu-ilmu Agama ) ”. Selain itu Murtadha Muntahari dalam kitabnya : ”
Falsafah Akhlaq ” serta Mustofah Zuhri dalam bukunya : ” Kunci Memahami Ilmu Tasawuf ” dan lain-
lain. Dengan mengemukakan beberapa literatur tersebut diatas, telah membuktikan bahwa keberadaan
ilmu akhlak sebagai disiplin ilmu agama sudah sejajar dengan ilmu ilmu keislaman lainnya,seperti
tafsir,tauhid,fiqih,sejarah islam,dan sebagainya.
C.Ciri-Ciri Akhlak Terpuji
2. Memelihara penglihatan.
Seseorang muslim itu mestilah memelihara pandangan daripada melihat perkara-perkara yang
diharamkan oleh Allah kerana pandangan terhadap sesuatu (yang menarik itu) boleh merangsang
syahwat dan boleh membawa ke kancah pelanggaran dan maksiat. Sehubungan dengan ini Al-
Quranul Karim mengingatkat orang –orang mu’min supaya memelihara diri dari penglihatan
yang tidak memberi faedah
.
3. Memelihara Lidah
Seseorang muslim itu mestilah memelihra lidahnya dari menuturkan kata-kata yng tidak
berfaedah, perbualan-perbualan yang buruk dan kotor, percakapan-percakapan kosong,
mengumpat, mengeji dan mengadu domba. Imam Nawawi rahimahumullah mengatakan.
“ketahuilah, seorang mukallaf itu sewajarnya menjaga lidahnya dari sebarang percakapan kecuali
percakapan yang menghasilkan kebaikan. Apabila bercakap dan berdiam diri adalah sama sahaja
hasilnya, maka mengikut sunnahnya adalah lebih baik berdiam diri kerana percakapan yang
diharuskan mungkin membawa kepada yang haram atau makruh. Kejadian demikian telah
banyak berlaku tetapi kebaikan darinya adalah jarang.”
4. Bersifat Pemalu.
Seorang muslim mestilah bersifat pemalu dalam setiap keadaan. Namun demikian sifat tersebut
tidak seharusnya menghalangnya memperkatakan kebenaran. Di antara sifat pemalu seseorang
ialah ia tidak masuk campur urusan orang lain, memelihara pandangan, merendah diri, tidak
meninggikan suara ketika bercakap, berasa cukup seta memadai sekadar yang ada dan sifat-sifat
seumpamanya. Diceritakan dari Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bahawa baginda adalah
seorang yang sangat pemalu, lebih pemalu dari anak gadis yang berada di balik tabir.
9. Bersifat pemurah
Seorang muslim mestilah bersifat pemurah, sanggup berkorban dengan jiwa dan harta bendanya
pada jalan Allah. Di antara cara yang dapat menyingkap kebakhilan seseorang itu ialah dengan
cara memintanya membelanjakan wang ringgit kerana berapa banyak dari kalangan mereka yang
berkedudukan, berharta dan berpangkat gugur dari jalan ini, lantaran rakus terhadap mata benda.
Di dalam Al-Qur’an Al-Karim sendiri terdapat berpuluh-puluh ayat yang menjelaskan ciri-ciri
keimanan yang dikaitkan dengan sifat pemurah.