Anda di halaman 1dari 5

RHINITIS VASOMOTOR

No.Dokumen : C/VII/SOP/I/2017/
No.Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : Januari 2017
Halaman : 1/4
dr.Sonny Sondari, M.Kes
UPT PUSKESMAS NIP. 19630418 198903 2
RIUNG BANDUNG 007
Rhinitis vasomotor adalah salah satu bentuk rhinitis kronik
1. Pengertian
yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), tanpa adanya
infeksi, alergi, eosinophilia, perubahan hormonal, dan pajanan
obat (kontrasepsi oral, antihipertensi, B-bloker,aspirin,
klorpromazin, dan obat topical hidung dekongestan)
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas di dalam melakukan penatalaksaan
kasus Rhinitis Vasomotor di UPT Puskesmas Riung Bandung.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Riung Bandung Nomor
440/ /SK/Ka.UPT PKM Riung Bdg/I / 2017 tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis
4. Referensi PMK no 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/Langkah 1.Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut
-langkah 2. Petugas melakukan anamnesis.
Keluhan

a. Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan tergantung


posisi tidur pasien, memburuk pagi hari dan ika terpajan
lingkungan non-spesifik seperti perubahan suhu atau
kelembaban udara, asap rokok, bau menyengat.

b. Rinorea yang bersifat serosa atau mucus, kadang-kadang


jumlahnya agak banyak.

c. Bersin-bersin lebih jarang dibandingkan rhinitis alergika.

d. Lebh sering terjadi pada wanita

Faktor predisposisi

a. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf


simpatis antara lai: ergotamine, klorpromazine, obat anti
hiperetensi, dan obat vasokontriksi topical

b. Faktor fisik, seperti ritasi asap rokok, udara dingin, kelebapan


udara yang tinggi, serta bau yang menyengat (misalnya,
pafum)

c. Faktor endokrin, seperti kehamilan, masa pubertas,


pemakaian kontrasepsi oral, anti hipotiroidisme.

d. Faktor psikis, seperti rasa cemas, tegang, dan stress.

3.Petugas melakukan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan Fisik

Rinoskopi anterior :

a. Tampak gambaran konka inferior membesar (edema atau


hipertrofi), berwarna merah gelap atau merah tua atau pucat.
Untuk membedakan edema dengan hipertrofi konka,, dokter
dapat memberikan larutan Epinefrin 1/10.000 melalui tapon
hidung. Pada edema, konka akan mnengecil, sedangkan pada
hipertrofi tidak mengecil.

b. Terlihat adanya secret serosa dan biasanya jumlahnya tida


banyak. Akan tetapi pada golongan rinore tampak skret serosa
yang jumlahnya sedikit lebih banyak dengan konka licin atau
berbenjol-benjol.

4.Petugas menegakkan diagnosis.


Diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini dibedakan dalam 3
golongan, yaitu :
golongan bersin (sneezer): gejala biasanya memberikan
respn baik dengan terapi antihistamin dan glukokortikoid
topical.Golongan rinore (runners) : gejala rinore yang
jumlahnya banyak.Golongan tersumbat (blockers) : gejala
kongesti hidung dan hambatan aliran udara pernafasan
yang dominan dengan rinore yang minimal.
5.Petugas memberikan terapi
Penatalaksanaan

1. Non medikamentosa

Kauterisasi konka yang hipertrofi dapat menggunakan


laritan AgNO3 25% atau trikloasetat pekat.

2. Medikamentosa

a. Tatalaksana dengan terapi kortikosteroid topic dapat


diberika, misalnya Budesonide 1-2 x/hari dengan dosis
100-200 mcg/hari. Dosis dapat ditingkatkan sampai
400 mcg/hari. Hasilnya akan terlihat setelah
pemakaian paling sedikit seslama 2 minggu. Saat ini
terdapat kortikosteroid topical baru dalam aqua seperti
Fluticasone Propionate dengan pemakaian cukup 1
x/hari dengan dosis 200 mcg selama 1-2 bulan.

b. Pada kasus dengan rinore yang berat, dapat


ditambahkan antikolinergik topikl Ipratopium Bromide.

c. Tatalaksaan dengan terapi oral dapat menggunakan


preparat simpatomimetik golongan agonis alfa
(Pseudoefedrin, fenilpropanolamin, Fenilefrin) sebagai
dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi
antihistamin.

6.Petugas memberikan edukasi dan konseling kepada pasien dan


keluarga untuk:
a. mengidentifiksi dan menghindari faktor pencetus, yaitu
iritasi terhadap lingkungan non-spesifik.
b. berhenti merokok.
Kriteria Rujukan
Jika diperlukan tindakan operatif.
Prognosis
a. Ad vitam : Bonam
b. Ad functionam : Bonam
c. Ad sanationam : Bonam
7.Petugas menulis hasil pemeriksaan dan terapi ke dalam status
rekam medis
8 .Petugas menyerahkan resep kepada pasien
6. Bagan Alir melakukan melakukan pemeriksaan
memanggil anamnesa pada fisik
pasien sesuai pasien
nomor urut

melakukan KIE memberikan terapi menegakan


kepada pasien sesuai diagnosa diagnosa
berdasarkan hasil
pemeriksaan

menulis hasil
anamnesa, menyerahkan resep
pemeriksaan dan kepada pasien
diagnosa ke rekam
medik

7. Hal-hal yang perlu


-
diperhatikan
Ruang Pemeriksaan Umum
8. Unit terkait
Ruang Farmasi

9. Dokumen terkait Rekam Medik


Blangko resep
Register
10. Rekaman historis No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl mulai diberlakukan
perubahan
RHINITIS VASOMOTOR

dr.Sonny Sondari, M.Kes


DAFTAR No. Dokumen : C/VII/SOP/I/2017/ NIP. 19630418 198903 2 007

UPT PUSKESMAS TILIK No. Revisi : 00


RIUNG BANDUNG Tanggal Terbit : Januari 2017
Halaman : 1/1
Tidak
No Kegiatan Ya Tidak
Berlaku
1. Apakah petugas memanggil pasien sesuai dengan no
urut?
2. Apakah petugas melakukan anamnesis terhadap
keluhan pasien?
3. Apakah petugas melakukan pemeriksaan fisik
terhadap pasien?
4. Apakah petugas menegakkan diagnosis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik?
5. Apakah petugas memberikan terapi berdasarkan
diagnosis?
6. Apakah petugas memberikan edukasi dan konseling
kepada pasien dan keluarga?
7. Apakah petugas menulis hasil pemeriksaan dan terapi
ke dalam status rekam medis, mencatat di buku
register poli umum?
8. Apakah petugas menyerahkan resep kepada pasien?
TOTAL

Ketua Audit Internal

(........................................)

Anda mungkin juga menyukai