Anda di halaman 1dari 17

Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059

Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang


Maksi 38-A

ANALISIS KASUS HAMBALANG


A. KRONOLOGI SINGKAT KASUS HAMBALANG
Proyek Hambalang dimulai sekitar tahun 2003. Secara kronologis, proyek ini bermula pada
Oktober Tahun 2009. Saat itu Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olah Raga) menilai
perlu ada Pusat Pendidikan Latihan dan Sekolah Olah Raga pada tingkat nasional. Oleh
karena itu, Kemenpora memandang perlu melanjutkan dan menyempurnakan pembanugnan
proyek pusat pendidikan pelatihan dan sekolah olahraga nasional di Hambalang, Bogor.
Selain itu juga untuk mengimplementasikan UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional. Pada 30 Desember 2010, terbit Keputusan Bupati Bogor nomor
641/003.21.00910/BPT 2010 yang berisi Izin Mendirikan Bangunan untuk Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional atas nama Kemenpora di desa Hambalang,
Kecamatan Citeureup-Bogor. Atas keberlanjutan tersebut, maka Pembangunan Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional mulai dilaksanakan tahun 2010
dan direncanakan selesai tahun 2012. Berdasarkan hasil perhitungan konsultan perencana,
untuk membangun semua fasilitas dan prasarana sesuai dengan master plan yang telah
disempurnakan, anggaran mencapai Rp 1,75 triliun yang sudah termasuk bangunan sport
science, asrama atlet senior, lapangan menembak, extreme sport, panggung terbuka, dan voli
pasir. Sejak tahun 2009-2010 Kementerian Keuangan dan DPR menyetujui alokasi anggaran
sebagai berikut :
1) APBN murni 2010 sebesar Rp 125 miliar yang telah diajukan pada tahun 2009
2) APBNP 2010 sebesar Rp 150 miliar
3) Pagu definitif APBN murni 2011 sebesar Rp 400 miliar
Pada 6 Desember 2010 keluar surat persetujuan kontrak tahun jamak dari Kemenkeu RI
nomor S-553/MK.2/2010. Pekerjaan pembangunan direncanakan selesai 31 Desember 2012.
Penerimaan siswa baru diharapkan akan dilaksanakan tahun 2013-2014.
1. Pelaku Utama Kasus Hambalang
a) Andi Alfian Mallarangeng
Menteri Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Indonesia Bersatu II
b) Wafid Muharam
Sebagai Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sekmenpora)
c) Deddy Kusdinar
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

Sebagai Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan
Olahraga (Kemenpora).
d) Lisa Lukitawati
Sebagai Direktur dari CV Rifa Medika
e) Andi Zulkarnain Anwar alias Andi Zulkarnain Mallarengeng alias Choel
Sebagai Presiden Direktur PR FOX Indonesia.
f) Anas Urbaningrum
Sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat tahun 2009.
g) Muhammad Nazaruddin
Muhammad Nazaruddin dipilih sebagai anggota Banggar DPR periode 2009-2014
dari Fraksi Partai Demokrat dan pada tahun 2010 diangkat Bendahara Umum Partai
Demokrat.
2. Pelaku Lainnya Kasus Hambalang
a) PT Metaphora Solusi Global (PT MSG)
Perusahaan yang bergerak dibidang arsitektur dan memenangkan konsep masterplan
dari proyek Hambalang.
b) Mahyuddin NS
Menjabat sebagai ketua komisi X DPR RI. Ia juga pernah menjabat
c) Angelina Sondakh
Anggota DPR RI periode 2004-2009 dan 2009-2014 sebagai Badan Anggaran
(Banggar) dari partai Demokrat.
d) Mirwan Amir
Anggota DPR untuk periode 2009-2014 sebagai anggota Banggar.
e) Wayan Koster
Sebagai anggota komisi X dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
f) Kahar Muzakir
Anggota DPRD komisi X wilayah Sumatera Selatan II yang menangani masalah
Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Kesenian dan Kebudayaan.
g) Juhaeeni Alie
Sebagai anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat.
h) Mardiyana Indra Wati
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

Sebagai anggota komisi X DPR RI dan anggota Kelompok Kerja (Pokja) Proyek
Hambalang.
i) Saul Paulus David Nelwan
Seorang pengusaha dalam kasus hambalang hanya menjadi saksi karena meminta
uang Rp 600 juta dari PT Adhi Karya atas perintah dari Wafid Muharam.
j) Ida Bagus Wirahadi
Anggota dari Fraksi Partai Amanat Nasional
k) Poniran
PT Adhi Karya
Pihak konstruksi BUMN untuk proyek Hambalang dengan pihak yang
terkait :
a. Teuku Bagus Mukhamad Noor (sebagai Kepala Divisi Konstruksi Jakarta I)
b. M Arief Taufiqurahman (sebagai Manajer Pemasaran sekaligus Fasilitator dari Teuku
Bagus Mokhamad Noor)
c. Muhammad Tamzil (Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor dan M Arief
Taufiqurahman)
d. Indrajaja Manopol ( Sebagai Direktor Operasi)
PT Wijaya Karya (Wika)
Perusahaan BUMN yang bergerak dibidang konstruksi yang bekerja sama (KSO) dengan PT
Adhi Karya.
a. Mohammad Fakhruddin.
Sebagai staf khusus Menpora
b. Mahfud Suroso
Direktur PT Dutasari Citralaras
c. PT Grup Permai
Perusahaan milik M Nazaruddin
d. PT Global Daya Manunggal (GDM)
Perusahaan subkontraktor untuk pekerjaan struktur, arsitektur asrama junior putra-
putri dan Gedung Olah Raga (GOR) Serbaguna.
e. PT Duta Graha Indah (DGI)
Perusahaan milik Nazaruddin yang bergerak dibidang konstruksi.
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

f. Mindo Rosalina Manulang


Direktur Marketing PT Anak Negeri yang kemudian menjadi rekanan. PT Duta Graha
Indah (DGI)
g. Munadi Herlambang
Direktur PT MSONS Capital sekaligus Wakil Sekretaris Bidang Pemuda dan
Olahraga DPP Partai Demokrat..
h. Ketut Darmawan
Direktur Operasi PT Pembangunan Perumahan.
i. Muchayat
Adalah Wakil Presiden Komisaris Utama Bank Mandiri yang pernah menjabat
sebagai Deputi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
j. Ignatius Mulyono
Merupakan salah satu anggota Fraksi Partai Demokrat yang menduduki kursi di
Komisi II DPR RI. Dalam tugasnya, ia membidangi proses pengaturan kebijakan
negara khususnya, Pemerintahan Dalam Negeri, Aparatur Negara, Otonomi Daerah,
dan Agraria.
3. Pihak-Pihak Yang Diduga Terkait
a. Dalam proses pemberian izin-izin
1. Rahmat Yasin alias RY
Selaku Bupati Bogor yang menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan P3SON
berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor.
2. Syarifah Sofiah alias SS
Selaku Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor atas nama Bupati yang
menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
3. Burhanudin alias Bu
Selaku Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogo yang membantu
Bupati Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan P3SON
Hambalang.
4. Yani Hasan alias YH
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

Selaku Kepala Dinas Tata Bangunan dan Permukiman Kabupaten Bogor yang
membantu Bupati Bogor dalam menerbitkan Site Plan atas rencana pembangunan
P3SON berlokasi di Desa Hambalang.
5. Achmad A Ardiwinata alias AAA
Selaku PPK kegiatan studi Amdan tahun 2007.
6. Inisal DN
Selaku Direktur PT CKS
b. Dalam proses sertifikasi tanah
1. Joyo Winoto alias JW
Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait sertifikasi tanah Hambalang.
Menandatangani SK Hak Pakai untuk Kemenpora atas tanah Hambalang.
2. Managam Manurum alias MM
Selaku Sestama sekaligus Plt Deputi II BPN Memerintahkan LAW untuk
menyerahkan SK Hak Pakai kepada orang yang tidak berhak menerima dan tidak
menandatangani RPD mutakhir meskipun merubah RPD dengan memasukkan
pernyataan pelepasan hak.
3. Binsar Simbolon alias BS
Selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah BPN memerintahkan
staf untuk menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo yang diduga palsu dalam RPD.
4. Erna Widayati alias EW
Selaku staf pengolah data Deputi II BPN atas perintah Kasie, Kasubdit, dan Direktur
menyisipkan surat pernyataan Probosutedjo yang diduga palsu, dalam RPD sehingga
SK Hak Pakai dapat ditandatangani.
5. Luki Ambar Winarti alias LAW
Selaku Kabagian Persuratan BPN menyerahkan SK Hak Pakai kepada orang yang
tidak berhak menerima.
c. Dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak dan penyusunan anggaran
1) Agus DW Martowardojo
Selaku Menteri Keuangan
2) Anny Ratnawati alias AR
Selaku Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

3) Mulia P Nasution alias MPN


Selaku Sekjen Kementerian Keuangan
4) Dewi Pudjiastuti Handayani alias DPH
Selaku Direktur Anggaran II Kementerian Keuangan
5) Sudarto alias S
Selaku Kasubdit II E Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan.
6) Rudi Hermawan alias RH
Selaku Kasie II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan
7) Ahmad Maliq alias AM
Selaku staf Seksi II E-4 Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan.
8) Guratno Hartono alias GH
Selaku Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian PU.
9) Dedi Permadi alias DP
Selaku Pengelola teknis Kementerian PU.
d. Dalam proses pemilihan rekanan
1) Wisler Manulu alias WiM
Selaku Ketua Panitia Pengadaan Kemenpora
a) Memerintahkan BaS selaku Sekretaris untuk melakukan verifikasi secara formalitas
hasil evaluasi prakualifikasi dan penawaran lelang pekerjaan P3SON Hambalang, dan
membuat berita acara setiap tahap hasil pekerjaan lelang pekerjaan P3SON
Hambalang
b) Memerintahkan J untuk mengadministrasikan seluruh dokumentasi lelang,
mendistribusikan pemberitahuan perubahan anggaran dari Rp 262M menjadi Rp 1,2T
kepada peserta lelang
c) Membuat pemberitahuan perubahan nilai pekerjaan yang sebelumnya Rp 262M
menjadi Rp 1,2T
d) Memerintahkan J untuk memberikan nomor surat pemberitahuan PPK mengenai
perubahan nilai pekerjaan dari Rp 262M menjadi Rp 1,2T.
e) Memerintahkan J mendistribusikan surat perubahan nilai pekerjaan dari RP 262M
menjadi Rp 1,2T kepada peserta lelang
2) Jaelani alias J
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

Selaku Anggota Panitia Pengadaan Kemenpora


a) Memberikan nomor surat pemberitahuan PPK yang dibuat oleh WiM mengenai
perubahan nilai pekerjaan dari Rp 262M menjadi Rp 1,2T.
b) Mendistribusikan surat pemberitahuan PPK mengenai perubahan nilai pekerjaan
sebelumnya senilai Rp 262M menjadi Rp 1,2T kepada peserta lelang.
c) Menerima hasil pekerjaan Konsultan Perencana yang belum layak menjadi dasar
aanwijzing dan dokumen lelang untuk pekerjaan tahun jamak(multiyears) senilai Rp
1,2T
3) Bambang Siswanto alias BaS
Selaku Sekretaris Panitia Pengadaan Kemenpora
a) Melakukan verifikasi seluruh hasil evaluasi baik prakualifikasi maupun penawaran
sesuai dengan arahan dan perintah Ketua Panitia Lelang.
b) Membuat seluruh berita acara tahap pelelangan dari hasil prakualifikasi dan
penawaran
4) Rio Wilarso alias RW
Selaku Staf Biro Perencanaan Kemenpora.
a) Membantu menyusun data pendukung RKA-KL tanpa memperhatikan hasil
perhitungan Kementerian Pekerjaan Umum.
b) Membantu menyusun Konsep Surat Keluar untuk permohonan revisi RKA-K tanpa
didukung data yang cermat.
c) Membantu melengkapi dokumen pendukung dari Instansi Teknis Fungsional yang
tidak disusun berdasarkan pertimbangan yang professional.
d) Membantu menyusun desain pelaksanaan tanpa dasar penetapan dan kebutuhan yang
ditentukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga.
5) M Arifin alias MA
Selaku Komisaris PT MSG memerintahkan AW untuk mengkoordinasikan pertemuan
para pihak yang terkait dengan proyek P3SON Hambalang
6) Asep Wibowo alias AW
Selaku Marketing Manager PT MSG aktif mengkoordinasikan pertemuan pihak-pihak
terkait yaitu konsultan perencanaan, manajemen konstruksi, pemborong konstruksi,
Panitia Pengadaan, dan PPK proyek P3SON sebelum proses pelelangan dimulai.
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

7) Husni Al Huda alias HaH


Selaku staf PT Yodya Karya mengkoordinasikan tim staf PT Yodya Karya untuk
melakukan evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap dokumen penawaran PT Yodya
Karya
8) Aman Santoso alias AS
Selaku direktur PT Ciriajasa Cipta Mandiri (CCM) meminta stafnya (Mul dan RS)
untuk melanjutkan proses teknis penawaran setelah bertemu dengan MA dalam rapat
kantor di kantor Kemenpora dan memastikan bahwa yang akan bertindak sebagai
rekanan manajemen kontruksi adalah PT CCM
9) Mulyatno alias Mul
Selaku Manajer Pemasaran PT CCM
a) Memerintah AG bersama timnya untuk menyiapkan kebutuhan dokumen dalam
rangka pelelangan di Kemenpora
b) Menghubungi beberapa perusahaan lain untuk dapat membantu mendukung
penawaran sebagai perusahaan pendamping pelelangan
10) Aditya Gautama alias AG
Selaku staf PT CCM mengkoordinasikan tim staf PT CCM untuk mengurus seluruh
proses penawaran termasuk melakukan evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap
dokumen penawaran PT CCM dan perusahaan-perusahaan pendamping
11) Rudi Hamarul alias Rha
Selaku staf PT CCM
a) Melakukan evaluasi prakualifikasi dan evaluasi teknis terhadap penawaran yang
disusun PT CCM sendiri.
b) Membuat dokumen penawaran atas naman perusahaanperusahaan lain sebagai
pendamping bagi PT CCM untuk mengikuti pelelangan.
c) Menyerahkan hasil evaluasi penawaran beserta kertas kerjanya kepada Panitia
Pengadaan
12) RM Suhartono alias RMS
Selaku staf PT CCM memasukkan dokumen penawaran perusahaan- perusahaan
pendamping untuk mengikuti pelelangan.
13) Yusuf Sholikin alias YS
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

Selaku staf PT CCM memasukkan dokumen prakualifikasi dan mengisi daftar hadir
pemasukkan dokumen prakualifikasi atas nama perusahaan-perusahaan pendamping.
14) Malemteta Ginting alias MG
Selaku staf PT CCM sekaligus Team Leader Manajemen Konstruksi menerima hasil
evaluasi rekanan konstruksi dari KS dan menyerahkan hasilnya kepada Panitia
Pengadaan untuk dibuatkan Berita Acara.
15) Teguh Suhanta alias TS
Selaku PT Adhi Karya mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi prakualifikasi
dokumen penawaran pekerjaan konstruksi yang memenangkan PT AK
15) Kushadi alias KS
Selaku staf PT Adhi Karya bersama Da membawa dokumen penawaran peserta lelang
konstruksi untuk dievaluasi di Hotel Aston, dan kemudian memberikan hasil
evaluasinya kepada MG.
e. Dalam proses pencairan uang muka
R Isnanta alias RI
Selaku Kabag Keuangan Kemenpora menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)
sebesar Rp 217.137.547.103 untuk pembayaran uang mukan oleh KPPN melalui
SP2D kepada rekanan pelaksana meskipun pekerjaan belum dilaksanakan oleh
rekanan dan bukti pertanggungjawaban pelaksanaan pekerjaan belum diverifikasi oleh
pejabat yang berwenang.
f. Dalam proses pelaksanaan pembangunan konstruksi
R Isnanta alias RI
Selaku pantia Pemeriksa/Penerima Pengadaan Barang/Jasa pada Pembangunan
Lanjutan P3SON Hambalang melalaikan kewajibannya memeriksa pekerjaan fisik
dan infrastruktur proyek untuk pembayaran tahun 2010.
B. FRAUD PRINCIPLE
B.1 Fraud Triangle
Unsur fraud triangle yang terdapat dalam kasus Hambalang adalah :
Pressure : Desakan dari keluarga dan rekan-rekan terdekat Menpora, Andi
Mallarangeng, serta pola pikir bahwa mempunyai posisi atau jabatan dalam
pemerintahan seharusnya digunakan untuk memperkaya diri (self-interest) . Hal ini
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

dibuktikan dengan keterangan Choel Mallarangeng yang menyatakan bahwa


abangnya Andi Mallarangeng sudah satu tahun menjabat Menpora tapi belum dapat
apa-apa. Pernyataan ini disampaikan saat Deddy Kusnidar bersama Wafid bertemu
Choel Mallarangeng di Restoran Jepang Hotel Grand Hyatt, Jakarta.
Rationalization : fakta mengenai banyaknya tokoh pejabat yang memperkaya diri
pada periode jabatannya dan hal ini membentuk rasionalisasi “mereka saja
melakukan, bahkan mengambil lebih banyak, mengapa saya tidak.”
Opportunity : Menpora merasa mempunyai koneksi dengan komisi X DPR dan bisa
melakukan negosiasi terkait pelolosan review anggaran P3SON. Hal ini didapat dari
keterangan Wafid yang menyampaikan perkiraan anggaran proyek sekitar Rp 2,5 T
dana, ada hambatan saat proses anggaran, namun Andi menanggapi dengan
mengatakan komisi X (yang terkait bidang Pendidikan, Pemuda, Olahraga,
Pariwisata, Kesenian dan Kebudayaan ) merupakan teman-temannya.
B.2. Fraudster, Size, Materiality
a. Fraudtser
Dalam kasus ini fraud skema korupsi dilakukan oleh banyak pihak, baik dari pihak
eksekutif maupun legislatif.
b. Size of Fraud
Kasus Hambalang termasuk kategori besar karena mencapai Rp. 463,67 miliar atau
sekitar $ 35 juta.
c. Materialitas
Kecurangan korupsi pada kasus Hambalang termasuk material dikarenakan jumlah
kerugian yang besar.
C. FRAUD SCHEME
Dengan menggunakan model Taksonomi ACFE kasus Hambalang tergolong dalam
Corruption dengan jenis sebagai berikut :
 Conflict of interest (Konflik Kepentingan)
Kasus Hambalang merupakan muara dari kepentingan banyak pihak. Istilahnya menjadi
“proyek bancaan” karena aliran dananya dinikmati bersama-sama. Diawali oleh Deddy
Kusdinar bersama Wafid bertemu Choel Mallarangeng di Restoran Jepang Hotel Grand
Hyatt, Jakarta. Pada pertemuan itu Choel menyampaikan bahwa abangnya Andi
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

Mallarangeng, sudah satu tahun menjabat Menpora tapi belum dapat apa-apa. Maksud ucapan
Choel diperjelas oleh Mohammad Fakhruddin staf khusus Menpora yang menanyakan ke
Wafid tentang kesiapan memberi fee sebesar 18% kepada Choel untuk pekerjaan
pembangunan proyek Hambalang," Selanjutnya, dilakukan pertemuan di ruangan Menpora
yang dihadiri Wafid, Deddy, Choel, Fakhruddin dan Arief dari PT Adhi Karya.
 Bribery (Penyuapan)
Kecurangan lelang (bid rigging) kecurangan yang dilakukan dengan berbagai cara untuk
memenangkan penyedia barang/jasa tertentu yang dilatarbelakangi akan adanya pemberian
sesuatu yang bernilai dari penyedia yang dimenangkan. Hal ini dapat dilihat dari skema fraud
yang dilakukan oleh PT Adhi Karya yang menggelontorkan dana terima kasih senilai Rp 100
miliar, karena telah dimenangkan dalam pemilihan vendor P3SON. Biaya Proses perizinan
dan sertifikai tanah melalui proses suap ke Pemkab Bogor sebesar Rp10 Miliar.
 Illegal Gratitude (Gratifikasi)
Gratifikasi yang diterima Anas berupa mobil Toyota Harrier dari Nazar.
D. RED FLAG
D.1. Common Red Flags
Common red flags yang berkaitan dengan kasus Hambalang adalah:
a. Anomali dalam menyetujui vendor
Pemilihan PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya tidak sesuai prosedur yang ada yaitu
meliputi:
1. Menggunakan standar penilaian yang berbeda dalam mengevaluasi pra kualifikasi
antara PT Adhi Karya/PT Wijaya Karya dengan rekanan lain.
2. Standar untuk PT Adhi Karya/PT Wijaya menggunakan nilai untuk pekerjaan sebesar
Rp 1,2 triliun sedangkan rekanan lain senilai Rp 262 miliar.
3. Pengumuman lelang dengan infrmasi yang tidak benar dan tidak lengkap.
b. Tidak adanya pengawasan Manajemen untuk persetujuan vendor pihak ketiga.
Penyimpangan dalam penetapan pemenang lelang konstruksi oleh SesKemenpora
telah melampaui wewenangnya dengan menetapkan pemenang lelang untu kpekerjaan
bernilai diatas Rp 50 miliar tanpa memperoleh pelimpahan wewenang dari Menpora
sebagai pejabat yang berwenang menetapkan.
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

c. Adanya hubungan antara karyawan kunci dan vendor resmi


Adanya sejumlah pertemuan antara peserta lelang dengan panitia pengadaan untuk
menentukan pemenang lelang.
d. Anomali dalam pencatatan transaksi
1. Anggaran untuk proyek hambalang yang semula dianggarkan sebesar Rp 125 miliar
kemudian dirubah menjadi Rp 2,5 trilliun.
2. Ditetapkannya kontrak tahun jamak (multiyears) pada proyek Hambalang.
3. Izin penetapan lokasi, site plan dan izin mendirikan bangunan oleh Pemkab Bogor
belum disertai adanya studi Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).
e. Kelemahan Pengecekan Ulang Persetujuan
1. Membiarkan Sekretaris Menpora pada saat itu yaitu Wafid Muharam melampaui
wewenang dalam menandatangani surat permohonan kontrak tahun jamak
(multiyears) terkait proyek hambalang tanpa memmperoleh pendelegasian dari
Menpora.
2. Pencairan dana proyek Hambalang yang menjadi wewenang Agus selaku Menteri
Keuangan dan Anny Ratnawaty selaku Dirjen Keuangan dianggap menyalahi aturan
karena pengajuan anggaran hanya ditanda tangani Sekretaris Menpora yang mana
seharusnya ditanda tangani oleh 2 pihak yaitu Menteri pengguna anggaran dalam hal
ini Menpora dan Menteri Pekerjaan Umum.
D.2. Spesific Red Flags
Dalam kasus hambalang secara spesifik masuk ke skema korupsi, spesific red flag untuk
kasus Hambalang yaitu :
a. Pemisahan tugas yang lemah dalam menentukan kontrak dan menyetujui
faktur.
Tidak terlaksananya fungsi control yang baik terhadap staf, bawahan dan fungsi
pengawasan. Andi terbukti menyalahgunakan kewenangan karena lalai mengontrol
dan mengawasi adiknya Andi Zulkarnaen Anwar alias Choel Mallarangeng dan
stafnya yaitu mantan Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Wafid Muharram dan
mantan Kepala Biro Keuangan dan Rumah tangga Kemenpora Deddy Kusdinar.
b. Transaksi dalam jumlah besar dengan vendor tertentu.
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

Membayarkan dana kepada PT Yodya Karya selaku konsultan Perencana (Rp12,58


miliar), PT Ciriajasa Cipta Mandiri selaku konsultan manajemen konstruksi (Rp5,85
miliar), KSO Adhi Karya dan Wijaya Karta sebagai pelaksana jasa kontruksi
(Rp453,27 miliar).
c. Penemuan hubungan antara karyawan dan pihak ketiga yang tidak diketahui.
Terdakwa tidak mengontrol dan mengawasi adiknya Choel Mallarangeng untuk
berhubungan dengan pejabat Kemenpora dan memberikan sarana untuk memudahkan
jalan sehingga Choel meminta 'fee' kepada Wafid Muharam dan Deddy Kusdinar
yang dari fakta persidangan meminta 550 ribu dolar AS sebagai imbalan
diloloskannya PT Adhi Karya dan Rp2 miliar dari PT Global Daya Manunggal
(GDM) yang diserahkan Herman Prananto dan karena bisa memenangkan PT GDM
sebagai subkontraktor PT Adhi Karya adalah perbuatan persifat koruptif.
E. FRAUD RISK ASSESSMENT
Pengukuran resiko fraud dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan
sebagia berikut :
1. Adakah kebijakan perusahaan mengenai penerimaan hadiah, diskon, jasa, dan
sejenisnya, baik dari pelanggan maupun supplier?
2. Adakah kebijakan perusahaan mengenai proses tender atau bidding pembelian?
3. Apakah dilakukan review pada proses pembelian untuk mengidentifikasi supplier atau
vendor yang selalu diprioritaskan (favored vendor)?
4. Apakah dilakukan review pada proses pembelian untuk mengidentifikasi
penggelembungan harga atau pemahalan (mark up)?
5. Apakah dilakukan review pada dokumen penawaran tender untuk mengidentifikasi
adanya syarat-syarat yang menghambat kompetisi?
6. Apakah dilakukan penomoran dan pengontrolan atas dokumen penawaran tender?
7. Apakah komunikasi antara perusahaan yang mengikuti tender dan panitia tender
dibatasi?
8. Apakah dokumen penawaran yang masuk dijaga kerahasiaannya?
9. Apakah dilakukan review terhadap kualifikasi peserta tender?
10. Apakah pemenang tender ditentukan berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan
sebelumnya (predetermined criteria)?
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

11. Apakah dilakukan rotasi pada penanggung jawab proses pembelian?


12. Apakah dilakukan survei secara periodik terhadap vendor atau supplier terkait dengan
proses pembelian yang dilakukan dengan perusahaan
F. FRAUD PREVENTION
F.1. Lingkungan Pencegahan
 Tata Kelola Pemerintah yang Bersih (Good Governance)
Pemerintah yang baik adalah sikap dimana kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang diatur
oleh berbagai tingkatan pemerintahan Negara yang berkaitan dengan sumber-sumber social,
budaya, politik, serta ekonomi. Dalam praktiknya pemerintahan yang bersih (Clean
Governance ), adalah model pemerintahan yang efektif, efisien,, jujur, transparan, dan
bertanggung jawab, dengan menerapkan asas : Transparency, Accountability, Responsibility,
Independency, Fairness, Participation, Rule of law, strategic vision. Kontrol masyarakat akan
berdampak pada tata pemerintahan yang baik dan efektif (Good Governance) dan bersih
(Clean Governance), bebas dari praktik KKN. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik
dan bersih berdasarkan prinsip-prinsip pokok good governance, setidaknya dapat dilakukan
melalui pelaksanaan prioritas program, yakni :
1) Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.
Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan rakyat, MPR, DPR, dan DPRD,
mutlakdilakukan dalam rangka peningkatan fungsi mereka sebagai pengontrol
jalannya pemerintahan.
2) Kemandirian lembaga peradilan,
3) Profesionalitas dan intergritas aparatur pemerintah,
4) Penguatan partisipasi
5) Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.
 Tone At The Top
Sikap pemimpin harus mempunyai integritas yang tinggi untuk tidak terlibat dan
membudayakan tindakan anti fraud. Upaya dan komitmen pencegahan fraud harus berasal
dari pimpinan terlebih dahulu. Andi Mallarangeng selaku Menteri dan berada pada posisi
puncak di Kementrian seharusnya menjadi contoh bagi anggotanya untuk tidak melakukan
fraud. Namun justru dia yang menjadi pelaku fraud. DPR sebagai lembaga kontrol
pemerintah seharusnya menjadi role model bagi terwujudnya pemerintahan yang bersih,
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

namun nyatanya DPR menjadi lembaga paling korup berdasarkan survei Global Corruption
Barometer (GCB) yang dirilis Transparency International Indonesia (TII), pada 7 Maret
2017.
F.2.Persepsi Deteksi
Beberapa cara untuk meningkatkan persepsi deteksi meliputi:
 Pengawasan (Surveillance)
Idealnya, strategi atau sistem pencegahan melalui mekanisme pengawasan yang efektif itu
mulai bisa diberlakukan sejak proses perencanaan proyek, kelayakan, penghitungan anggaran
proyek, tahap lelang, pelaksanaan atau realisasi proyek hingga tahap memonitor spesifikasi
material proyek. Mekanisme pencegahan sekaligus pengawasan ini sudah bisa diterapkan
berkat dukungan teknologi informasi. Sejumlah perusahaan besar swasta asing menggunakan
teknologi dimaksud sejak perencanaan proyek, kalkulasi anggaran hingga pengontrolan
spesifikasi material proyek. Pada kasus proyek Hambalang yang bermasalah, KPK tentu
menemukan beberapa modus.
Kasus proyek Hambalang mencerminkan lemahnya pengawasan lintas instansi. Lemahnya
koordinasi pengawasan lintas instansi mendorong perilaku tidak peduli pada aspek prudent
(kehati-hatian). Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yakin proyek itu layak
walau tidak didukung penelitian geologi yang kuat. Akibatnya, kendati proyek itu sarat
risiko, anggaran proyeknya disetujui dan dicairkan. Hal ini disebabkan karena adanya kerja
sama dari berbagai pihak, baik DPR, Kementrian, Pemkab, dan swasta untuk melakukan
fraud. Mekanisme fraud yang terjadi menjadi kompleks.
Pada tahap persetujuan dan pencairan anggaran proyek ini, jelas bahwa aspek prudent
diabaikan. Kalau saja pengawasan lintas instansi terkoordinasi dengan efektif, kasus proyek
Hambalang pasti tidak pernah ada.
 Surprise Audit
Surprise Audit efektif untuk meningkatkan Persepsi Deteksi. Operasi Tangkap Tangan (OTT)
yang dilakukan KPK akan sangat bermanfaat mencegah sebelum sebuah kejahatan menjadi
besar. OTT KPK dapat sampai ke level Kementrian, dan apabila saat itu KPK datang ke
Kemenpora untuk melakukan audit dadakan, besar kemungkinan kasus Hambalang akan
terungkap lebih cepat.
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

F.3. Pendekatan Klasik


Tinjauan pendekatan klasik terhadap pengurangan pencurian, penipuan, dan penggelapan
sangat membantu dalam mengembangkan program pencegahan dan pengendalian kecurangan
secara efektif. Pendekatan klasik untuk Hambalang adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Perintah / Instruksi (Directive Approach)
Sebenarnya dalam hal ini, para pejabat yang terlibat dalam kasus Hambalang telah disumpah
untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan jujur dan menjauhi tindakan suap dan korup,
namun hal ini tetap tidak menghentikan mereka untuk tidak berbuat curang. Presiden sebagai
kepala pemerintahan dalam hal ini telah berkali-kali menegaskan bahwa pelaksanaan proyek
pemerintahan harus dilakukan secara jujur dan jauh dari suap dan korupsi
2. Pendekatan Pencegahan (Preventive Approach)
Perlu dilakukannya kajian menyeluruh mengenai pejabat pemerintahan yang terlibat dalam
pengadaan lelang Proyek Hambalang dengan peserta lelang. Perlu dipastikan bahwa tidak ada
hubungan khusus antara peserta lelang dengan pejabat penyelenggara lelang.
3. Pendekatan detektif (Detective Approach)
Sedari awal haruslah melibatkan BPK dalam proses penyelenggaraan lelang mengingat
bahwa proyek ini bernilai besar, melibatkan banyak pihak serta proses yang rumit sehingga
rawan terjadi fraud.
4. Pendekatan Observasi (Observation Approach)
BPK yang sedari awal harus dilibatkan dapat memantau perubahan gaya hidup dari pejabat
penyelenggara lelang. Apabila ada perubahan secara signifikan yang tidak wajar seperti
contoh mobil yang dimiliki Anas Urbaningrum untuk selanjutnya dilakukan penyelidikan
lebih lanjut sebelum kerugian fraud menjadi semakin besar.
5. Pendekatan Investigasi (Investigative Approach)
Investigasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari ketidakwajaran yang terjadi di dalam kasus
Proyek Hambalang, sebagai contoh adanya hubungan khusus antara penyelenggara lelang
dengan peserta lelang Proyek Hambalang.
F.4. Ukuran Pencegahan Lain
1. Pemeriksanaan Latar Belakang (Backgroundcheck)
Seperti yang sudah dipaparkan di atas sebelum di lanjutkannya proses lelang hambalang,
perlu dilakukan pemeriksaan latar belakang oleh BPK terkait ada tidaknya hubungan khusus
Suhita Whini Setyahuni - 120301174200059
Akuntansi Forensik – Analisis Kasus Hambalang
Maksi 38-A

antara pejabat yang terkait penyelenggaraan proyek hambalang dengan peserta lelang.
Pemeriksaan ini berguna untuk mencegah terjadinya kolusi didalam lelang sehingga
pemenang lelang ditetapkan dengan cara yang tidak sah.
2. Hasil Audit Reguler Kasus E-KTP

3. Siklus Akuntansi (Accounting Cycle)


Adapun tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah memeriksa seluruh posisi laporan
keuangan seluruh peserta lelang kemudian membandingkannya dengan posisin laporan
keuangan perusahaan setelah lelang di tutup. Apabila terdapat pengeluaran kas atau cek
dalam jumlah besar namun dengan catatan akuntansi yang tidak kuat, maka selanjutnyua
auditor dapat segera melakukan audit investigasi untuk membuktikan apakah transaksi
tersebut telah disajikan wajar atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai