Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Determinasi

Tumbuhan yang akan digunakan sebagai penelitian ini diambil dari

Perkebunan Manoko, Lembang. Dimana telah dilakukan determinasi di Fakultas

MIPA Univesitas Padjajaran, Bandung. Hasil determinasi menyatakan tumbuhan

yang dideterminasi adalah daun katuk (Sauropus androgynus, L.Meer), Hasil

determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.

4.2 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia dari serbuk simplisia ddaun katuk dilakukan

dengan cara melakukan analisa kualitatif terhadap senyawa flavonoid, alkaloid,

polifenol, monoterpenoid, saponin, kuinon dan tanin. hasil pengujian skrining

fitokimia dapat dilihat pada tabel 4.1 dan lampiran 2

Tabel 4.1 Data Pengamatan Skrining Fitokimia

Golongan Senyawa serbuk ekstrak Keterngan


Alkaloid + + Positif
Flavonoid + + Positif
Plifenol + + Positif
Monoterpeoid + + Positif
Saponin - - Negatif
Kuinon + + Positif
Tannin - - Negatif

28
29

4.3 Hasil Uji Aktifitas Ekstrak Daun Katuk Sebagai Antioksidan Dengan

Metode DPPH

Pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak daun katuk secara

spektrofotometri UV-Visible dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan

larutan DPPH pada panjang gelombang 516 nm. Metode DPPH dipilih karena

sederhana, mudah, cepat. DPPH direaksikan dengan senyawa peredam radikal

bebas maka intensitas warna ungu akan berkurang dan bila senyawa peredam

radikal bebas yang bereaksi jumlahnya besar akan menetralkan radikal bebas dan

membentuk DPPH tereduksi, maka warna larutan berubah dari warna ungu tua

menjadi kuning sampai berwarna bening. (Windono, 2011)

Pada pemeriksaan larutan uji, semakin banyak atom hidrogen dari

ekstrakyang berekasi dengan radikal bebas DPPH, maka ikatan rangkap diazo

yang terdapat pada DPPH akan berkurang dan menyebabkan penurunan nilai

absorbansi.

Dari hasil pengukuran DPPH di dapat absorbansi yang paling baik adalah

0,671 pada panjang gelombang 516 nm, setelah itu di lakukan pengukuran

absorbansi terhadap sampel dengan spektrofotometri uv-visible pada panjang

gelombang 516 nm, dengan waktu selang 5 menit selama 0-30 menit, mengacu

pada penelitian sebelumnya waktu pendiaman DPPH adalah 30 menit dengan

berdasarkan optimasi sebelumnya dalam waktu 30 menit DPPH sudah bereaksi

sempurna. Sehingga diperoleh nilai absorbansi yang berbeda pada setiap

konsentrasi. Dari data pengukuran nilai absorbansi pada panjang gelombang 516
30

nm setelah 30 menit dapat dianalisis pengaruh konsentrasi sampel dengan %

peredaman seperti dinyatakan pada gambar 4.1

100
80
% peredaman

60 y = 0.8819x + 21.777
R² = 0.9936
40
20
0 Konsentrasi (ppm)
0 20 40 60 80

Gambar 4.1. Persentase peredaman ekstrak dengan DPPH 50 PPM absorbansi


0,671 panjang gelombang 516 nm

Dari data pengukuran kekuatan aktivitas antioksidan diukur dengan

menentukan nilai IC50 yang dihitung dari persamaan regresi linier y=bx + a

dengan nilai y adalah 50 % yang dapat menghambat radikal bebas DPPH,

diketahui nilai x adalah konsentrasi efektif dari ekstrak dalam menghambat 50%

DPPH yang dihitung ppm

Tabel 4.2. Tabel Nilai IC50 Ekstrak Daun Katuk

Konsentrasi Absorbansi % Peredaman IC50 Keterangan


70 0,120 82,11
60 0,165 75,40
50 0,229 65,87
40 0,270 59,76 32,04 µg/mL Sangat Kuat
30 0,360 46,34
20 0,403 39,94
10 0,470 29,95
. Dari hasil perhitungan di peroleh harga konsentrasi efektif (IC50) yaitu sebesar

32,04 ppm yang artinya aktifitas antioksidan dari ekstrak daun katuk sangat kuat.
31

4.4 Pengukuran Antioksidan Vitamin C Sebagai Pembanding

Pengujian antioksidan pada ekstrak daun katuk ini dibandingkan dengan

antioksidan yang sudah ada yaitu vitamin c, penggunaan vitamin c ini sebagai

pembanding dan sebagai antioksidan untuk sediaan yang berfungsi sebagai

pelindung senyawa aktif yang ada dalam sediaan serta untuk mengetahui

seberapa kuat potensi antioksidan yang ada pada ekstrak tanaman daun katuk

jika dibandingkan dengan antioksidan sintetik yang sering di pakai seperti

vitamin c. Apabila aktivitas antioksidan sampel sama atau mendekati nilai

aktivitas pembanding maka dapat dikatakan bahwa sampel berpotensi sebagai

antioksidan. Pengukuran antioksidan terhadap vitamin c di lakukan dengan

perlakuan yang sama seperti pada ekstrak yaitu dengan mereaksikan vitamin c

dengan DPPH lalu di ukur serapannya pada spektrofotometri uv-visible , Dari

data pengukuran nilai absorbansi pada panjang gelombang 516 nm setelah 30

menit dapat dianalisis pengaruh konsentrasi sampel dengan % peredaman seperti

dinyatakan pada gambar 4.2

80 y = 10.529x + 41.151
R² = 0.9933
70
60
% Peredaman

50
40
30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrasi (ppm)
32

Gambar 4.2. Persentase peredaman vitamin C dengan DPPH 50 ppm


absorbansi 0,665 panjang gelombang 517 nm

Tabel 4.3. Tabel nilai IC50 Pembanding Vitamin C

C A INHIBISI IC50 Keterangan


0,5 0,363 45,61
1 0,321 51,72
1,5 0,282 57,59 0,80 µg/mL Sangat kuat
2 0,247 6285
2,5 0,212 68,12
3 0,189 71,57

Data diatas menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi vitamin C maka

semakin kecil absorbansi yang di peroleh. Hal ini disebabkan karena semakin

tinggi konsentrasi, absorbansi semakin kecil maka kemampuan antioksidan

untuk meredam radikal bebas DPPH semakin besar. Dari hasil pengukuran

DPPH di dapat absorbansi yang paling baik adalah 0,665 pada panjang

gelombang 517 nm, Dari hasil pengukuran aktifitas antioksidan dari vitamin c

maka di dapat persamaan 50%. Y = aX + b di peroleh harga konsentrasi efektif

(IC50) yaitu sebesar 0,80 ppm yang berarti bahwa aktifitas antioksidan dari

vitamin C sangat kuat. Nilai IC50 dari vitamin C lebih tinggi di bandingkan

dengan nilai IC50 dari ekstrak daun katuk, lebih kecilnya nilai IC50 dari ekstrak

daun katuk dibandingkan dengan vitamin C dikarenakan ekstrak daun katuk

masih merupakan campuran dari beberapa macam senyawa seperti alkaloid,

saponin, dan tanin sedangkan vitamin C merupakan senyawa sintetis murni yang

berpotensi sangkat kuat sebagai antioksidan. Akan tetapi berdasarkan


33

kemampuan antioksidan dari ekstrak daun katuk dan vitamin c menunjukan nilai

IC50 yang berada pada rentang nilai sangat kuat yaitu kurang dari 50%.

4.5 Pemeriksaan Bahan Baku

Pemeriksaan bahan baku setil alkohol, natrium lauril sulfat,

propilenglikol, metil paraben, propil paraben, parafin cair, vitamin c, oleum

lemon dan aquadest dilakukan dengan ketentuan yang berlaku pada Handbook of

Pharmaceutical Excipients dan Farmakope Indonesia yang meliputi pemerian,

kelarutan, dan identifikasi organoleptik.

4.6 Studi Preformulasi

Dari hasil studi preformulasi di dapatkan bahan bahan yang akan di

gunakan dalam pembuatan sediaan krim adalah setil alkohol yang berfungsi

emolien dan agen pengemulsi setil alkohol dapat meningkatkan konsistensi

emulsi a/m dan meningkatkan stabilitas sediaan pada sediaan krim dipilih pada

beberpa konentrasi yaitu mulai dari 7,5%-12% karena tercantum di hope yang

dapat digunakan sebagai basis rentang 2%-12% dan alasan pemilihan basis ini

karena setil alkhol tidak tercampurkan dengan oksidator kuat, natrium lauril

sulfat digunakan untuk surfaktan pada sediaan krim sebnayak 0,5% karena

tercantum di hope yang dapat digunakan rentang sebagai surfaktan 0,5%-2,5%.

berfungsi sebagai bahan yang mempercepat terbentuknya basis krim,

propilenglikol digunakan untuk melarutkan ekstrak berfungsi sebagai pengawet,

antimikroba, desinfektan, humektan, dan kosolven yang dapat bercampur dengan


34

air, digunakan sebnayak 10% karena di hope tercantum rentang yang dapat

digunakan 5%-80%, oleh karena itu digunakan 10% untuk melarutkan ekstrak

tidak terlaru encer metil paraben dan propil paraben berfungsi sebagai pengawet,

antimikroba, probil paraben berfungsi sebagai pengawet pada sediaan krim

karena sediaan krim yang dipilih berupa tipe minyak dam air sehingga

keberadaan air dalam jumlah besar dapat membantu pertumbuhan jamur dan

antimikroba parafin cair berfungsi sebagai emolien dalam basis krim dan juga

sebagai pelarut, oleum lemon berfungsi sebagai bahan tambahan pewangi pada

krim dan aquadest berfungsi sebagai pelarut.asam askorbat disini untuk

antioksidan sedian yang berfungsi sebagai pelindung senyawa aktif dari ekstrak

sebagai antioksidan, karena vitamin c memiliki aktivitas antioksidan dalam

rentang yang sangat kuat.oleum lemon sebagai pewangi yang berfungsi

menutupi bau khas daun katuk sehingga bau menarik dan digunakan

4.7 Pembuatan Sediaan Krim

Pada penelitian ini pembuatan ekstrak daun katuk dilakukan

dengan menggunakan metode maserasi, yang kemudian di buat ke dalam suatu

sediaan krim dimana krim ini menggunakan tipe emulsi minyak dalam air karena

krim dengan dasar emulsi minyak dalam air pemakaiannya bersifat lebih

nyaman karena relatif tidak beminyak dan mudah dicuci dengan air. Pembuatan

di lakukan dengan memvareasikan konsentrasi basis setil alkohol dengan

konsentrasi yang berbeda yaitu Formula 1 dengan konsentrasi 7,5%, formula 2

konsentrasi 10% dan untuk formula 3 dengan konsentrasi 12%. Tujuan


35

melakukan vareasi basis krim ini adalah untuk mendapatkan basis krim yang

paling baik. Alasan pemilihan setil alkohol sebagai basis karena berdasarkan

Handbook of Pharmaceutical Excipients setil alkohol tidak tercampurkan

dengan oksidator kuat. Hasil dari pembuatan sediaan krim ini disesuaikan

dengan literatur dimana nilai HLB setil alkohol 15% ini sesuai dengan tipe

emulsi minyak dalam air yaitu dengan nilai HLB pada rentang 8-18%

4.8 Hasil Pengamatan Organoleptik

Dilakukan dengan cara mengamati secara kasat mata sediaan meliputi

warna dan bau. Pengamatan pada setiap formula menunjukan warna hijau muda,

dan berbau khas oleum lemon. segi warna stabil. Hasil pengamatan orgaoleptik

sediaan krim ekstrak daun katuk dapat di lihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Organoleptik Ekstrak

Formula Jenis Pengujian hari ke

pengamatan
1 3 7 11 14 21 28

Formula 1 Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau


muda muda muda muda muda muda muda

Bau Oleum Oleum Oleum Oleum Oleum Oleum Oleum


lemon lemon lemon lemon lemon lemon lemon

Formula 2 Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Pudar


muda muda muda muda muda muda
36

Bau Oleum Oleum Oleum Oleum Oleum Oleum Oleum


lemon lemon lemon lemon lemon lemon lemon

Formula 3 Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau


muda muda muda muda muda muda muda

Bau Oleum Oleum Oleum Oleum Oleum Oleum Oleum


lemon lemon lemon lemon lemon lemon lemon

Pengamatan organoleptik dilakukan terhadap sediaan krim basis setil alkohol di

simpan pada suhu kamar dengan keadaan tertutup selama 28 hari, hasil

pengamatan menujukan bahwa formula 3 yang menggunakan basis setil alkohol

dengan konsentrasi 12% tidak menunjukan perubahan terhadap warna bau, dan

dan formula yang paling baik adalah formula 3 di lihat dari warna bau dan

konsistensi yang tetap stabil sampai hari ke 28.

4.9 Hasil Pemeriksaaan pH

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui nilai pH dari sediaan yang

dibuat apakah sesuai dengan pH kulit atau tidak. Pengukuran pH dilakukan

dengan menggunakan pH meter Hanna, Elektroda pH meter dicelupkan ke

dalam krim yang diperiksa, dan didiamkan sampai menunjukan posisi tetap, pH

yang ditunjukan pada layar pH meter dicatat. Pengukuran ini dilakukan 3 kali

pada setiap formula pada hari ke 1, 3, 7, 11, 14, 21, dan 28. Hasil pemeriksaan

pH dapat di lihat pada Tabel 4.4


37

Tabel 4.4. Hasil Pengukuran pH Selama Penyimpanan

Pengujian hari ke-


Formula
1 3 7 11 14 21 28
1 6 6 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2
2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,3 6,3 6,3
3 6,4 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5

formula 1
6.5
formula 2
6.4
6.3 formula 3
pH

6.2
6.1
6 Hari ke-
1 3 7 11 14 21 28

Gambar 4.3. Hasil pemeriksaan pH

Berdasarkan grafik diatas setelah pengujian pH menunjukan bahwa

diantara ketiga formula hanya formula 3 yang stabil selama waktu penyimpanan

yaitu pada pH 6,4. Hasil yang diperoleh masih berada pada rentang kulit yaitu

antara 4 - 6,8. Pengolahan data hasil pengukuran pH krim ekstrak daun katuk

dilakukan menggunakan statistik ANAVA. Nilai Asymp Sig yang didapatkan

yaitu >0,05 sehingga H0 diterima, yang artinya nilai pH pada setiap formula

tidak mengalami perbedaan yang signifikan

4.10 Hasil Pengujian Viskositas

Pengujian viskositas sediaan krim ini di lakukan dengan menggunakan

viscometer Brookfield. Data diperoleh selama pengujian selama waktu


38

penyimpanan, pengukuran dilakukan triplo pada setiap formula dan dilakukan

sebanyak 7 kali pada hari ke 1,3,7,11,14,21, dan 28 pengujian viskositas

bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan krim selama waktu penyimpanan

(28 hari). Hasil pengamatan viskositas dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Viskositas Selama Penyimpanan

Pengujian hari ke-


Formula
1 3 7 11 14 21 28
1 3040 3200 3360 3130 3760 3950 3870
2 5020 5297 5200 5270 5640 5970 5540
3 8740 8700 8730 8710 8800 8830 8940

10000
9000
8000
7000
6000
5000
viskositas

4000 formula 1
3000 formula 2
2000
1000 formula 3
0
1 3 7 11 14 21 28

Hari ke-

Gambar 4.4. Hasil Pengukuran Viskositas

Berdasarkan grafik diatas setelah pengujian menunjukan bahwa formula

3 hampir tidak mengalami perubahan selama waktu penyimpanan. Pengolahan

data hasil pengukuran viskositas krim ekstrak daun katuk dilakukan

menggunakan statistik ANAVA. Nilai Asymp Sig yang didapatkan yaitu >0,05
39

sehingga H0 diterima, yang artinya nilai viskositas pada setiap formula tidak

mengalami perbedaan yang signifikan.

4.11 Hasil Uji Hedonik

Uji hedonik sediaan krim ekstrak daun katuk dilakukan terhadap formula

1,2 dan 3 yang paling baik setelah dilakukan pengujian organoleptik, pengujian

stabilitas, pengujian pH, dan pengujian viskositas. Uji hedonik dilakukan pada

20 panelis di STIkes BTH dengan cara dioleskan pada punggung tangan panelis.

Penilaian yang dilakukan meliputi Warna, Bau, Kelembutan, Kelengketan,

Kemudahan dibersihkan, dan kemudahan di ratakan. Hasil pemeriksaan hedonik

dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Data Hasil Pengujian Hedonik


Formula 1

Penilaian Formula
Panelis F1 F2 F3
Suka Tidak Suka Tidak Suka Tidak
Suka Suka Suka
Warna 20 15 5 9 11 10 10
Bau 20 10 10 16 4 7 13
Kelengketan 20 17 3 10 9 4 16
Kelembutan 20 18 2 11 9 18 2
Kemudahan diratakan 20 16 4 8 12 14 6
Kemudahan dibersihkan 20 13 7 9 11 15 5
Formula 2

Penilaian Formula
Panelis F1 F2 F3
Suka Tidak Suka Tidak Suka Tidak
Suka Suka Suka
Warna 20 16 4 19 1 13 7
Bau 20 12 8 14 6 19 1
Kelengketan 20 15 5 11 9 15 5
40

Kelembutan 20 19 1 10 10 12 8
Kemudahan diratakan 20 17 3 2 18 17 3
Kemudahan dibersihkan 20 13 7 16 4 10 10

Formula 3

Penilaian Formula
Panelis F1 F2 F3
Suka Tidak Suka Tidak Suka Tidak
Suka Suka Suka
Warna 20 10 10 6 14 13 7
Bau 20 13 7 13 7 19 1
Kelengketan 20 9 11 11 9 15 5
Kelembutan 20 12 8 10 10 12 8
Kemudahan diratakan 20 8 12 2 18 17 3
Kemudahan dibersihkan 20 4 16 16 4 10 10

4.12 Hasil Uji Tipe Emulsi Sediaan Krim

1. Uji Tipe Emulsi dengan Pengenceran

Metode ini berdasarkan bahwa suatu emulsi minyak dalam air dapat

diencerkan dengan air dan tipe air dalam minyak dapat diencerkan dengan

minyak, Saat minyak ditambahkan tidak akan bercampur ke dalam emulsi dan

akan tampak nyata pemisahannya. Cara pengujiannya yaitu sediaan krim di

masukan ke dalam gelas kimia kemudian di encerkan dengan air, Hasil yang di

dapat sediaan krim yang dibuat dapat di encerkan maka sediaan krim adalah

tipe emulsi minyak dalam air sesuai dengan tipe emulsi dari formula yang

dibuat.

2. Uji Tipe Emulsi dengan Pewarnaan (metilen blue)

Metode ini berdasarkan bahwa suatu pewarna larut air akan larut dalam

fase luar dari emulsi sementara zat warna larut minyak akan di tarik oleh fase
41

minyak. Cara pengujiannya yaitu beberapa tetesan larutan bahan pewarna

metilen blue di campurkan kedalam krim, dari hasil pengujian yang dilakukan

seluruh warna metilen blue tercampur kedalam krim, maka emulsi krim yang di

buat mempunyai tipe minyak dalam air sesuai dengan tipe emulsi dari formula

yang dibuat.

3. Uji Tipe Emulsi dengan Kertas Saring

Cara pengujian pada uji tipe emulsi dengan kertas saring ini dilakukan

dengan cara meneteskan emulsi krim ke atas kertas saring bersih. dari hasil

pengujian yang dilakukan tetesan itu menyebar dengan cepat di dalam kertas

saring maka emulsi krim yang dibuat mempunyai tipe minyak dalam air, karena

air cenderung menyebar lebih cepat dibandingkan dengan minyak. Hal ini sesuai

dengan tipe emulsi dari formula yang dibuat.

4.13 Uji Antioksidan Sediaan Krim dengan Metode DPPH

Pengujian aktifitas antioksidan pada sediaan krim dilakukan dengan

menggunakan metode DPPH, Aktifitas diukur dengan spektrofotometri uv-vis

pada panjang gelombang 517 nm. Pengujian antioksidan dilakukan pada formula

3 dengan konentrasi 12% karena berdasarkan pengujian evaluasi didapatkan

hasil formula 3 yang paling stabil, Sampel yang dibuat larutan induk 1000 ppm

diencerkan dalam beberapa variasi konsentrasi yaitu 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan

70 ppm. Sebanyak 1 ml dari kosentrasi masing-masing di tambahkan dengan 1

ml larutan DPPH 0,005%, inkubasi selama 30 menit pada tempat gelap agar

bereaksi sempurna. Hasil IC50 yang diperoleh pada sediaan krim ekstrak daun

katuk ini yaitu 51,86 ppm yang menunjukan bahwa aktifitas antioksidan kuat.
42

Anda mungkin juga menyukai