Anda di halaman 1dari 30

Etanol

Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena:


1. Lebih selektif
2. Kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas
3. Tidak beracun
4. Netral
5. Absorbsinya baik
6. Etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan
7. Panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
Sedang kerugiannya adalah bahwa etanol mahal harganya.Etanol dapat melarutkan alkaloida
basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, dammar dan
klorofil. Lemak, malam, tannin, dan saponin hanya sedikit larut hanya terbatas.
Untuk meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran antara etanol dan air.
Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang akan disari. Dari pustaka akan
dapat ditelusuri kandungannya baik zat aktif maupun zat lainnya. Dengan diketahuinya
kandungan tersebut dapat dilakukan beberapa percobaan untuk mencari perbandingan pelarut
yang tepat.

MASERASI
Maserasi merupakan cara penyarian yang
sederhana. Maserasi dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding seldan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat
aktif akan larut dank arena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat
aktif di dsalam sel dengan yang diluar
sel,maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan diluar sel dengan larutan di
dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian
simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung zat yang mudah mengembang
dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, stirak dan lain-lain.
Cairan penyari yang digunakan dapat
berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut
lain. Bila cairan penyari digunakan air
maka untuk mencegah timbulnya kapang,
dapat ditambahkan bahan pengawet, yang
diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan
maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan sederhana dan mudah
diusahakan.
Kerugian cara maserasi adalah
pengerjaanya lama,dan penyariannya
kurang sempurna.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi
misalnya :
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan
menggunakan pemanasan lemah, yaitu
pada suhu 400 - 500C. Cara maserasi ini
hanya dapat dilakukan untuk simplisia
yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan. Dengan pemnasan diperoleh
keuntungan antara lain:
a. Kekentalan pelarut berkurang, yang
dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
b. Daya melarutkan cairan penyari akan
meningkat, sehingga pemanasan tersebut
mempunyai pengaruh yang sama dengan
pengadukan.
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan
suhu absolute dan berbanding terbalik
dengan kekentalan, sehingga kenaikan
suhu akan berpengaruhpada kecepatan
difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan
meningkat bila suhu dinaikkan.
d. Jika cairan penyari mudah menguap
pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapi dengan pendingin balik,
sehingga cairan akan menguap kembali ke
dalam bejana.
2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang
berputar terus-menerus, waktu proses
maserasi dapat dipersingkat menjadi 6
sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi 2. Seluruh
serbuk simplisia di maserasi dengan cairan
penyari pertama, sesudah dienap tuangkan
dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan
cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan
mengusahakan agar cairan penyari selalu
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini
penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui sebuk simplisia
dan melarutkan zat aktifnya.

5.Maserasi Melingkar Bertingkat


Pada maserasi melingkar, penyarian tidak
dapat dilaksanakan secara sempurna,
karena pemindahan massa akan berhenti
bila keseimbangan telah terjadi masalah ini
dapat diatasi dengan maserasi melingkar
bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan
:
a.Serbuk simplisia mengalami proses
penyarian beberapa kali, sesuai dengan
bejana penampung. Pada contoh di atas
dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat
diperbanyak sesuai dengan keperluan.
b.Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan
dari bejana penyari, dilakukan penyarian
dengan cairan penyari baru. Dengan ini
diharapkan agar memberikan hasil
penyarian yang maksimal
c.Hasil penyarian sebelum diuapkan
digunakan dulu untuk menyari serbuk
simplisia yang baru,hingga memberikan
sari dengan kepekatan yang maksimal.
d.Penyarian yang dilakukan berulang-
ulang akan mendapatkan hasil yang lebih
baek daripada yang dilakukan
sekalidengan jimlah pelarut yang sama.
Pharmacy Community
Jumat, 01 Januari 2010
KRIM PELEMBAB

FORMULASI KRIM PELEMBAB

I. TUJUAN

1. Mengetahui cara membuat sediaan krim pelembab yang aman dan nyaman digunakan.

2. Mengetahui metode-metode pembuatan krim yang tepat.


3. Dapat membandingkan dua
formulasi sediaan vanishing cream dengan menggunakan variasi konsentrasi fase
minyak yang berbeda-beda.

4. Mampu mengevaluasi sediaan krim pelembab.

II. DASAR TEORI

Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan


untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering,
sinar matahari terik, angina keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit
dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering.

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya
tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari
kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi
tertentu faktor perlindungan alamiah(natural moisturizing factor/ NMF) tersebut tidak
mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan
cara memberikan kosmetik pelembab kulit.

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:


1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak hidrokarbon,
waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, fatty
alcohols, setil alcohols, lauril alcohol, propilen glikol, wax esters lanolin, beeswax,
steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit.
Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, asam hialuronat, dan beberapa
vitamin.
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang
menyerap air. Misalnya: hyaluronic acid.
4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang
mengeringkan kulit.

Bahan utama dalam krim pelembab


adalah lemak,(lanolin, lemak wool, fatty alcohol, gliserol monostearat dan lain-lain).
Campuran minyak seperti minyak tumbuhan lebih baik daripada mineral oil karena lebih
mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum dan
memiliki daya adhesi yang lebih kuat.

Berbagai jenis krim seperti krim malam, massage krim, dan krim dengan kandungan
minyak yang tinggi, semuanya bisa dikategorikan moisturizing dan emmolient dengan
komposisi dan karateristik basis yang digunakan berupa vanishing atau foundation cream.
Vanishing cream merupakan emulsi asam stearat yang terkesan menghilang setelah dioleskan
dipermukaan kulit.
Preparat tipe emulsi O/W merupakan yang paling cocok untuk krim pelembab. Krim
O/W kaya akan minyak dan selalu berisi humektan(gliserol, sorbitol dan lainnya). Tetapi,
krim dengan tipe W/O juga ada, contohnya krim malam yang terasa lebih hangat, lebih
lengket dan lebih kental. Karena kandungan minyak tumbuhannya tinggi preparat ini mudah
menjadi tengik, maka perlu penambahan antioksidan. Kosmetik ini juga perlu dilindungi dari
mikroorganisme dengan penambahan bahan pengawet. Parfum juga tidak lupa ditambahkan
untuk memperbaiki bau sehingga enak dicium.

III. P R A F O R M U L A S I

Coconut Oil (minyak kelapa)

Sinonim : oleum vegetable, oleum neutralea, Medium Chain Triglycerides.

Fungsi : pengemulsi, solvent, suspending agent, therapeutic agent.

Pemerian : cairan minyak berwarna kuni, tidak berbau dan tidak berasa. Minyak
0
membeku pada suhu 0 C dan viskositas menjadi rendah bila
mendekati suhu 0 0C.

OTT : polistiren, polietilen, dan polipropilen.

Asam stearat
Sinonim : Crosterene, hystrene,
Pristerene

Rumus empiric : C18H36O2

Berat Molekul : 284,47

Struktur : CH3(CH2)16COOH

Fungsi : pengemulsi, solubilizing agent

Ointments/ krim : 1-20%

Pemerian : kristal atau serbuk putih atau kuning, bau lemah

Kelarutan : benzen larut,etanol larut, propilen glikol larut, air praktis tidak larut

OTT : agen pengoksidasi

Gliserin

Sinonim : trihidroxypropane glycerol


Rumus empiric : C3H8O3

Berat molekul : 92,09

Struktur : CH2 OH

CH OH

CH2 OH

Fungsi : - Antimikroba>20%

- Emolient up to 30

- Humektan up to 30

- Plasticizer

- Solvent

- Pemanis

- Agen pengion

Pemerian : larutan bening tidak berwarna, tidak berbau, kental, larutan higroskopis, rasa
manis seperti sukrosa.

Kelarutan : etanol 95% mudah larut, minyak praktis tidak larut, air mudah larut.

OTT : agen pengoksidasi seperti potasium klorat atau potasium permanganat.


Borax/ Natrium tetraborat

Rumus molekul : Na2B4O7.10H2O

Berat molekul : 381,37

Pemerian : hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak bebrbau,
rasa asin dan basah, dalam udara kering merapuh.

Kelarutan : etanol 96% tidak larut, gliserol 1:1 mudah larut, air mudah larut.

Fungsi : antiseptikum extern.

Triethanolamine (TEA)

Rumus empiris : C6H15NO3

Berat molekul : 149,19

Struktur formula : N(CH2CH2OH)3


Fungsi : agen pengalkali,agen pengemulsi

Pemerian : cairan bening tidak berwarna sampai kuning pucat, bau amoniak lemah

Kelarutan : etanol 95% larut, metanol larut, water larut

OTT : golongan amin dan hidroksi

Nipagin/ Methylparaben

Sinonim : Solbrol M, Tegosept M, Nipagin M.

Rumus empirik : C8H8O3

Berat molekul : 152,15

Fungsi : antimikroba untuk sediaan topikal 0,02%-0,3%

Pemerian : kristal putih, tidak berbau, panas

Kelarutan : etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400,

OTT : besi, mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat.

Cethyl alkohol

Sinonim : n- hexadecyl alcohol, palmityl alcohol


Rumus empirik : C16H34O

Berat molekul : 242,44

Struktur : CH3(CH2)14CH2OH

Fungsi : pembasah 5%, pengemulsi 2-5%, stiffening 2-10%, emolient 2-5%.

Pemerian : bentuknya seperti lilin, lapisan putih, granul, bau lemah.

OTT : pengoksidasi kuat.

Butylated Hydroxytoluene (BHT)

Sinonim : Sustane, Tenox BHT, Tropanol, Vianol.

Rumus empiris : C15H24O

Berat molekul : 220,35

Fungsi : antioksidan untuk sediaan topikal 0,0075-0,1%

Pemerian : kristal putih atau kuning pucat, bau lemah.

OTT : pengoksidasi kuat seperti peroksida dan permanganat.


Natrium Hidroksida (NaOH)

Berat molekul : 40

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur/keping, kering, keras, rapuh serta
menunjukkan susunan hablur putih, mudah meleleh, basah, sangat
alkalis dan korosif, segera menyerap karbondioksida

Kelarutan : etanol 96% dan air sangat mudah larut

Fungsi : zat tambahan yang bersifat basa.

IV. F O R M U L A S I

FORMULA A

Vanishing cream ( 50g )

Formula 1 Formula 2 Formula 3


Minyak kelapa 15% Minyak kelapa Minyak kelapa 5%
10%
Asam stearat 14% Asam stearat 14%
Asam stearat 14%
Gliserin 10%
Gliserin 10%
Borax 0,25%
Borax 0,25%
TEA 1%
TEA 1%
Nipagin 0,1-0,2%
Nipagin 0,1-0,2%
Aquades ad 100%
Aquades ad 100%
Gliserin 10%

Borax 0,25%

TEA 1%

Nipagin 0,1-0,2%

Aquades ad 100%

FORMULA B

Vanishing cream ( 50g )

Formula 1 Formula 2 Formula 3


Coconut oil 5% Coconut oil 10% Coconut oil 10% *

Asam stearat 20% Asam stearat 20% Asam stearat 20%

BHT 0.001% BHT 0.001% BHT 0.001%

Cetyl alcohol 0,5% Cetyl alcohol 0,5% Cetyl alcohol 0,5%

TEA 1,2% TEA 1,2% TEA 1,2%

NaOH 0,01% NaOH 0,01% NaOH 0,01%

Gliserin 8% Gliserin 8% Gliserin 8%

Nipagin 0,01% Nipagin 0,01% Nipagin 0,01%

Parfum 3 tetes Parfum 3 tetes Parfum 3 tetes

Aquades ad 100% Aquades ad 100% Aquades ad 100%

V. ALAT DAN BAHAN

Alat:

1. mortar besar & alu 1 buah


2. mortar kecil & alu 1 buah
3. gelas ukur 100 ml 1 buah
4. gelas ukur 5 ml 1 buah
5. erlenmeyer 10 ml 2 buah

6. beaker glass 10 ml 2 buah


7. cawan penguap 1 buah
8. pipet tetes secukupnya
9. batang pengaduk 1 buah
10. spatula 2 buah
11. cover dan objek glass @ 1 buah
12. sudip 2 buah
13. pot obat 50 ml 1 buah
14. timbangan dan anak timbangan
15. penangas air

Bahan:

1. Minyak kelapa
2. Asam stearat
3. Gliserin
4. Borax
5. TEA
6. Nipagin
7. Cetyl alkohol
8. NaOH
9. Parfum
10. BHT

VI. PROSEDUR KERJA

Cara 1:

1. Fase minyak (minyak dan bahan yang bercampur atau larut dengan minyak)
dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 700 C hingga semua bahan lebur.
2. Pada saat yang sama fase air(bahan yang bercampur atau larut dengan aquades)
dilarutkan dalam air panas yang kira-kira memiliki suhu 700 C hingga semua bahan
larut.

3. Fase minyak dan fase air dicampurkan


didalam lumpang dan digerus hingga terbentuk massa cream. Setelah itu baru
tambahkan sedikit demi sedikit air panas ad 50 ml.
4. Pada formulasi B ditambahkan parfum setelah suhu cream turun hingga 350C, digerus
kembali hingga homogen, dan dibiarkan hingga dingin.
5. Evaluasi cream dilakukan setelah krim selesai dibuat (homogenitas, viskositas,
stabilitas dan penampilan cream).
6. Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah (pot obat) dan diberi etiket.
7. Selama satu minggu diamati kembali homogenitas, viskositas, stabilitas dan
penampilan sediaan krim tersebut.

Cara 2:

1. Fase minyak (minyak dan bahan yang bercampur atau larut dengan minyak) dan fase
air (aquades dan bahan yang bercampur atau larut dengan aquades) dicampurkan ke
dalam cawan penguap.

2. Campuran dari kedua fase dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 700C ad semua
bahan lebur.
3. Campuran bahan yang telah lebur dituang ke dalam lumpang dan digerus hingga
terbentuk massa cream.
4. Pada formulasi B ditambahkan parfum setelah suhu cream turun hingga 350 C dan
diaduk hingga homogen, dibiarkan hingga dingin.
5. Evaluasi cream dilakukan setelah krim selesai dibuat (homogenitas, viskositas,
stabilitas dan penampilan cream).
6. Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah (pot obat) dan diberi etiket.
7. Selama satu minggu diamati kembali homogenitas, viskositas, stabilitas dan
penampilan sediaan krim tersebut.

VII. DATA HASIL PENGAMATAN


Pengamatan Setelah Sediaan Selesai Dibuat:

Parameter Krim Krim Krim Para Kri Kri Kri


kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 meter m m m
kelo kelo kelo
(Formula A1) (Formula A2) (Formula A3) mpo mpo mpo
Viskositas ++ +++ ++ k4 k5 k6
Homogenitas ++ + +++
Stabilitas +++ +++ +++ (For (For (For

Penampilan: +++ +++ +++ mul mul mul


a a a
- Warna +++ +++ +++ B1) B2) B3)
Visko +++ +++ +
- Bau sitas +
Homo +++ + +++
genita
s
Stabil +++ +++ +++
itas
Pena +++ +++ +++
mpila
n: +++ +++ +++

- Warna

- Bau

Keterangan :

Viskositas:

+ : encer

++ : sedang

+++ : kental

++++ : kental sekali (keras)


Homogenitas, stabilitas dan penampilan:

+ : kurang

++ : cukup

+++ : baik

Pengamatan satu minggu berikutnya:

Parameter Krim Krim


kelompok 2 kelompok 3

Krim kelompok 1
Viskositas ++ +++ ++
Homogenitas ++ + +++
Stabilitas +++ +++ ++*
Penampilan: +++ +++ +++

- Warna +++ +++ +++

- Bau
*) Terjadi perubahan berupa penurunan tingkat kestabilan krim.

Parameter Krim Krim Krim


kelompok 4 kelompok 5 kelompok 6
Viskositas ++++ +++ +
Homogenitas +++ + +++ VIII. PEMBAHASAN
Stabilitas +++ +++ +++
Penampilan: +++ +++ +++

- Warna +++ +++ +++

- Bau

Pada praktikum kosmetologi ini kami membuat sediaan krim pelembab dengan menggunakan
bahan utama Coconut oil. Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan
yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit
maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih
kering. Pelembab yang kami buat merupakan sediaan dengan basis vanishing cream, dimana
dalam basis ini terdapat lebih banyak fase air daripada fase minyak. Krim didefinisikan
sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak
dalam air, dan termasuk dalam sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang
mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakain luar. Sedangkan yang
biasa disebut dengan vanishing cream pada dasarnya berupa emulsi minyak dalam air (M/A),
mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim air
menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis. Vanishing cream lebih
mudah dibersihkan dan menguapnya air dapat menyegarkan jaringan. Vanishing cream
terkesan menghilang dan nyaman dipakai setelah dioleskan dipermukaan kulit.

Kami membuat dua formula sediaan krim pelembab dengan bahan tambahan yang
berbeda, masing-masing formula dibuat variasi konsentrasi bahan utamanya (Coconut oil),
yaitu 15%, 10%, dan 5%. Berat krim pelembab dalam satu formula yang kami buat adalah 50
gram.
Bahan tambahan yang kami gunakan dalam formula pertama (formula A) adalah asam
stearat yang berfungsi sebagai pengemulsi, gliserin sebagai emolient, borax dan nipagin yang
berfungsi sebagai pengawet atau antimikroba, TEA sebagai pengemulsi, dan terakhir ad air
50 gram. Sedangkan, formula B menggunakan bahan tambahan sebagai berikut, asam stearat
sebagai pengemulsi, cetyl alkohol dan gliserin sebagai emolient, BHT sebagai antioksidan,
TEA sebagai pengemulsi, nipagin sebagai pengawet, NaOH sebagai larutan penambah sifat
alkali sediaan, dan ditambah oleum rosae sebanyak 3 tetes sebagai pengharum untuk
memperbaiki bau sediaan.

Bahan utama pembuatan krim pelembab kami adalah coconut oil yang merupakan
minyak nabati. Minyak nabati cenderung lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih
mampu menembus sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat
daripada minyak mineral, seperti paraffin liquid. Coconut oil termasuk ke dalam fase minyak,
selain itu fase minyak juga berisi bahan tambahan yang larut dalam minyak, seperti asam
stearat dan BHT. Sedangkan bahan yang larut dalam fase air, yaitu gliserin, boraks, TEA,
nipagin, cetyl alkohol, dan NaOH.

Pembuatan krim dapat dilakukan dengan


dua metode berbeda. Metode pertama yaitu bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase
minyak) dilebur bersama di atas penangas air pada suhu 700C sampai semua bahan lebur, dan
bahan-bahan yang larut dalam air (fase air) dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga
pada suhu 700C sampai semua bahan larut, kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai
terbentuk massa krim. Sedangkan dengan metode kedua, semua bahan, baik fase minyak
maupun fase air dicampurkan untuk dilebur di atas penangas air sampai lebur, baru kemudian
langsung digerus sampai terbentuk massa krim. Baik metode pertama maupun metode kedua,
sama-sama menghasilkan sediaan krim yang stabil, bila proses penggerusan dilakukan
dengan cepat dan kuat dalam mortar yang panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi dengan
metode kedua, kita dapat menggunakan peralatan yang lebih sedikit daripada metode
pertama.

Formula A

Pengamatan setelah sediaan selesai dibuat:

Parameter Krim Krim Krim Pengamatan satu


minggu berikutnya:
kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3
Berdasarkan
(Formula A1) (Formula A2) (Formula A3)
data hasil pengamatan,
Viskositas ++ +++ ++
formula A1 dan
Homogenitas ++ + +++
formula A3
Stabilitas +++ +++ +++
mengandung masing-
Penampilan: +++ +++ +++
masing 15% dan 5%
- Warna +++ +++ +++ coconut oil. Viskositas
kedua formula ini tidak
- Bau terlalu kental dan tidak
Parameter Krim Krim Krim terlalu keras (sedang),
kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 dan formula A3
cenderung lebih
(Formula A1) (Formula A2) (Formula A3)
meresap di tangan, hal
Viskositas ++ +++ ++
Homogenitas ++ + +++
ini dikarenakan pada

Stabilitas +++ +++ ++* formula A3 fase

Penampilan: +++ +++ +++ minyak yang


digunakan jauh lebih
- Warna +++ +++ +++ sedikit, sehingga krim
tidak terlalu lengket
- Bau
saat dioleskan di
permukaan kulit. Selain itu formula A3 juga lebih lembut, ini menunjukan bahwa formula A3
lebih homogen daripada formula A1, pada formula A3 tidak terdapat adanya butiran-butiran
dari partikel yang tidak larut. Sementara pada formula A1 dan A2 lebih terasa adanya butiran
partikel dari bahan yang tidak larut, kemungkinan hal itu disebabkan oleh kristal dari boraks
atau nipagin belum larut sempurna dalam air panas. Padahal jika dilihat dari monografi (FI
ed.3) kedua bahan ini termasuk bahan yang mudah larut dalam air panas. Kedua bahan
menjadi tidak larut juga bisa disebabkan oleh prosedur pengerjaannya saat di lab kurang
sempurna. Saat proses pelarutan dan penggerusan bahan tersebut mungkin kuat, sehingga
menjadikan bahan ini tidak larut. Bila bahan yang belum larut sempurna ini dicampurkan
begitu saja ke dalam fase minyak, maka sediaan krim akan terasa kasar saat dipakai, terasa
seperti ada butiran-butiran partikel.

Namun setelah dilakukan pengamatan


kembali pada minggu berikutnya setelah praktikum, krim A3 cenderung tidak stabil bila
dilihat secara fisik. Pada bagian atasnya terlihat seperti ada pemisahan berupa 2 lapisan yang
sangat tipis, krim terlihat ’pecah’ meskipun hanya dibagian atasnya saja. Sementara krim A1
dan A2 terlihat lebih stabil secara fisik, tidak
terlihat adanya pemisahan pada sediaan. Pemisahan seperti yang ditunjukkan oleh krim A3
merupakan salah satu dari fenomena ketidakstabilan emulsi (krim = emulsi kental), yaitu
flokulasi dan creaming. Kedua fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang
disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan semata. Emulsi masih dapat diperbaiki
dengan pengocokkan karena lapisan film antar permukaannya (lapisan monomolekuler)
masih ada. Flokulasi adalah peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang
letaknya tidak beraturan dalam suatu emulsi. Creaming adalah peristiwa terjadinya lapisan-
lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda dalam suatu emulsi.

Formula B

Pengamatan setelah sediaan selesai dibuat:

Parameter Krim Krim Krim


kelompok 4 kelompok 5 kelompok 6

(Formula B1) (Formula B2) (Formula B3)


Viskositas ++++ +++ +
Homogenitas +++ + +++
Stabilitas +++ +++ +++
Penampilan: +++ +++ +++

- Warna +++ +++ +++


- Bau

Pengamatan satu minggu berikutnya:

Parameter Krim Krim Krim


kelompok 4 kelompok 5 kelompok 6

(Formula B1) (Formula B2) (Formula B3)


Viskositas ++++ +++ +
Homogenitas +++ + +++
Stabilitas +++ +++ +++
Penampilan: +++ +++ +++

- Warna +++ +++ +++

- Bau

Sementara untuk formula B, nilai viskositas formula B1 sangat kental dibandingkan 2


formula lainnya, sehingga krim yang dihasilkan menjadi keras. Hal ini karena, konsentrasi
coconut oil yang digunakan hanya 5%, sehingga sediaan lebih bersifat vanishing cream, lebih
mudah menembus lapisan stratum corneum. Untuk dua formula lainnya menggunakan
konsentrasi coconut oil sebanyak 10%, dan itu berarti akan membuat krim menjadi lebih
lengket dan viskositasnya lebih rendah, sehingga krim yang dihasilkan lebih encer dari
formula B1. Semakin besar konsentrasi coconut oil yang digunakan, maka krim tersebut
sebenarnya sangat baik sebagai kosmetik pelembab, karena minyak akan menutup permukaan
kulit dan mencegah penguapan air dari sel kulit. Perbedaan nilai viskositas yang terjadi antara
krim B2 dan B3 meski keduanya memiliki formula yang sama disebabkan pada proses
pengerjaannya, yaitu saat penambahan air ad 50 gram bisa jadi terlalu berlebih pada krim B3,
dan ini menyebabkan krim B3 menjadi ’sangat encer’. Krim B2 juga bukan yang terbaik dari
ketiga formula krim yang kami buat. Karena krim B2 ini, cenderung lebih tidak homogen.
Ketidakhomogenan krim bisa terlihat pada saat dioleskan pada permukaan kulit. Pada krim
B2 masih terdapat butiran partikel yang tidak larut. Butiran partikel ini disebabkan dari
kristal-kristal nipagin yang belum larut sempurna dalam fase air. Sementara untuk nilai
stabilitas, bila dilihat secara visual ketiga krim ini memiliki stabilitas yang baik. Tidak terjadi
flokulasi dan creaming, apalagi sampai koelesen atau demulsifikasi baik setelah krim selesai
dibuat, maupun setelah pengamatan satu minggu berikutnya.

Kedua formula pelembab yang kami buat dengan basis vanishing cream ini, masih
belum sempurna, sehingga perlu latihan kembali. Dengan variasi konsentrasi coconut oil
yang digunakan, formula dengan konsentrasi coconut oil yang paling besarlah yang baik
sebagai kosmetik pelembab, karena minyak dapat menutup permukaan kulit, sehingga
penguapan air dari sel kulit dapat dicegah, dan kulit menjadi lebih lembab.

IX. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat dibuat kesimpulan:

1. Krim dibuat dari campuran minyak dengan air yang didispersikan homogen dengan
bantuan emulgator sebagai bahan pengemulsi. Krim yang nyaman digunakan (tidak
lengket dan mudah meresap ke dalam kulit) adalah krim yang mengandung fase air
lebih besar daripada fase minyak (M/A) atau dikenal dengan basis vanishing cream.

2. Krim dapat dibuat dengan dua metode berbeda, yaitu metode pertama fase minyak dan
fase air dipisah, dan keduanya dipanaskan pada suhu 700C. Sedangkan metode kedua
fase minyak dan fase air dicampur, dilebur bersama di atas penangas pada suhu 700C,
baru kemudian digerus sampai terbentuk massa krim.
3. Dengan variasi konsentrasi coconut oil yang digunakan, maka formula dengan
konsentrasi coconut oil yang paling besarlah yang paling baik sebagai kosmetik
pelembab, karena minyak dapat menutup permukaan kulit, sehingga penguapan air dari
sel kulit dapat dicegah, dan kulit menjadi lebih lembab.

4. Evaluasi sediaan yang dilakukan antara lain homogenitas, viskositas, stabilitas, dan
penampilan.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.

Anief, Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM press.

Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI press.

Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress.

Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen
Kesehatan RI.

- Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI.

Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight edition.
London : The Pharmaseutical Press.

Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Exipients. Second
edition. Washington : American Pharmaseutical Association

Diposkan oleh lisna di 14.48

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Facebook Badge
Lisna Fauziah

Create your badge

Facebook Badge
Lisna Fauziah

Create your badge

Pengikut
Arsip Blog
 ▼ 2010 (6)
o ► April (1)
o ▼ Januari (5)
 ISOLASI GLIKOSIDA FLAVONOID DARI DAUN KETELA
POHON...
 <!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}...
 ISOLASI DNA
 KRIM PELEMBAB
 Glikolisis Anaerob

Mengenai Saya

lisna
simpel, moody bgt katanya, baik hati, susah adaptasi di tempat baru kayanya, susah
bergantung ma orang lain tapi klo dah ketergantungan bakal nyusahin tu orang
hahahaha...
Lihat profil lengkapku

Ads by Keep NowAd Options


Ads by Keep NowAd Options
Sodium metabisulfit dapat digunakan untuk campuran pembersih kontak terkonsentrasi pada
tingkat 2 ons per galon air. Penggunaan di luar ruangan atau di tempat yang berventilasi baik
karena melepaskan berbahaya gas belerang dioksida! Baik untuk menyemprot ke permukaan
berpori atau tidak teratur seperti anggur menekan kayu dan dibiarkan merendam masuk dalam
jumlah kecil yang dapat kemudian dilepaskan ke anggur tidak merugikan.

Juga digunakan sebagai stabilizer penyimpanan (antioksidan) tapi Kalium Metabisulfite biasanya
disukai.

Anda mungkin juga menyukai