1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : AN. J
Umur : 3 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
2. Keluhan Utama:
Klien mengeluh demam
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi,
nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
6. Riwayat social
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
PEMERIKSAAN FISIK
B1 (Breath)
1. Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan Tonsil tanpak kemerahan dan edema Tampak
batuk tidak produktif Tidak ada jaringan parut pada leher Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan
tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
2. Palpasi
Adanya demam Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus
limfe servikalis Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
4. Auskultasi Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi gangguan
penciuman
B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit, nyeri telan
pada tenggorokan
B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai
dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya
leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
DIAGNOSA
2. Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasionalisasi
1.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Pasien akan menunjukkan termoregulasi(keseimbangan antara produksi panas, peningaktan panas, dan
kehilangna panas).
Observasi :
tanda-tanda vital
Mandiri :
Health Education:
Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian tipis dan dapat menyerap keringat
Kolaborasi :
Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya
1. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan bahan
perantara
1. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak menyerap keringat
2.
Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
1-2
Observasi :
Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10), faktor yang memperburuk atau meredakan
nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya
Mandiri :
1) Anjurkan klien untuk menghindari alergen atau iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokok, dan
mengistirahatkan atau meminimalkan bicara bila suara serak
Kolaborasi :
Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi atau menghambat pengeluaran histamin dalam
inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri
3.
Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis
Mandiri :
3. Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukan atau bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misalnya
menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
4. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml perhari(kecuali kontraindikasi). Tawrakan air hangat daripada dingin .
Kolaborasi :
1. Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain, mis. Spirometer insentif, IPPB, tiupan
botol, perkusi, postural drainage. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.
1. Takypnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan
gerakan dinding dada dan atau cairan paru
2. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi nafas bronchial dapat juga
terjadi pada area konsolidasi. Crackles, ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada
respon teradap pengupulan cairan , secret kental dan spasme jalan nafas atau obstruksi.
3. Nafas dalam memudakan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah
mekanisme pembersiaan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertaankan jalan nafas paten.
Penenkanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinan upaya nafas lebih dalam
dan lebih kuat.
2. Analgesic diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.
4.
B: Biokimia:
C: Clinis:
D: Diet:
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien.
5. Berikan heath education pada ibu tentang Nutrisi : makanan yang bergizi yaitu 4 sehat 5 sempurna,
hindarkan anak dari snack dan es, beri minum air putih yang banyak.
1. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
2. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan menyenangkan.
4. Metode makan dan kebutuhan kalori di dasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal.
5. Ibu dapat memberikan perawatan maksimal kepada anaknya. Makanan bergizi dan air putih yang
banyak dapat membantu mengencerkan lendir dan dahak.
7. Tidak terjadi pemaparan ulang yang menyebabkan bayi tidak segera sembuh
5.
Mandiri :
4.Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usis 2 tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis.
Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau antioksidan jika kondisi tubuh menurun atau asupan
makanan berkurang.
Kolaborasi :
2. Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangn oksigen dan memperbaiki pertahanan klien
terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
4. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi
Dapat diberikan untuk organisme usus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan
secara profilaktik
KDS
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari
380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat 10-14 hari sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
Kejang multiple (lebih dari 4x dalam 24 jam), anak dapat memiliki kelainan neurologist sebelumnya atau
riwayat kejang demam atau kejang tanpa demam.
Pada keadaan umum demam, kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-
15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi K+ dan Na+ melalui
membrane, terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
ke seluruh sel maupun membrane sel sekitarnya dengan bantuan bahan neuron transmitter dan terjadilah
kejang. Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala
sisa, tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya terjadi disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat karena metabolisme anaerobic, hipertensi arteria disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh makin tinggi disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya
menyebabkan peningkatan metabolisme otak. Kerusakan neuron otak terjadi karena adanya gangguan
peredaran darah menyebabkan hipoksia sehingga meningkatnya permeabilitas kapiler dan timbulnya
edema otak.
Umumnya kejang berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik, atonik klonik bilateral, fokal atau
akinetik, dapat terjadi seperti mata terbalik ke atas seperti kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan
berulang tanpa disertai kekakuan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal. Seringkali kejang berhenti
sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak bereaksi ataupun sejenak dan setelah beberapa detik atau
menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa deficit neurologis.
Penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti, sering disebabkan ISPA, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis dan ISK. Kejang tidak selalu timbul pada suhu tinggi.
Demam
Perkembangan terhambat
Kadar Na rendah
Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih dari
kira-kira 9% anak mengalami 3x rekurensi atau lebih.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan organis didalam
susunan saraf pusat (otak). Kelainan bisa karena infeksi, misalnya meningitis, encephalitis, abses otak, dll
Fungsi lumbal teridentifikasi bila ada kecurigaan klinis meningitis, terutama pada bayi kurang dari 6 bilan,
karena gejala meningitis tidak jelas.
EEG kurang memiliki nilai prognostic. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan
terjadinya epilepsy atau kejang demam terulang di kemudian hari.
E. Penatalaksanaan
Anak yang mengalami kejang demam pertama kali dan harus dirawat di RS, untuk dilakukan fungsi lumbal
dan pemeriksaan penunjang lain. Penderita baru harus dirawat inap bila:
Saat kejang:
d. Memonitor keadaan vital: kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung
e. Memberikan cairan yang cukup bila berlangsung cukup lama (>10 menit)
Pengobatan profilaksis
Terdapat 2 cara profilaksis yaitu profilaksis intermiten saat demam dan profilaksis terus menerus dengan
anti konvultan setiap hari.
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat
menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah epilepsy. Diberikan antikonvultan rumatan:
fenitoin (Difenilhidantoin 5-8 mg/kgBB/hari) dalam 2 x pemberian atau dengan fenobarbitol: 5-8
mg/kgBB/hari dalam 2x pemberian. Profilaksis terus menerus dipertimbangkan bila ada criteria:
a. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan (ex.
Serebral palsy, RM atau mikrosefal)
b. KD lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurology sementara atau menetap
d. Bila kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan atau terjadi kejang multiple dalam 1 episode demam
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Suhu tubuh 36 OC - 37 OC
Fever treatment:
3. Monitor TTV
Menilai kemajuan
Mempecepat penguapan
Menurunkan demam
2.
Indiaktor:
5. Jelaskan semua kemungkinan bahaya seperti benda-benda keras dis ekeliling anak
6. Hindarkan menaruh apapun di mulut anak seperti spatel lidah, makanan atau minuman saat kejang
Klien yang diikat sering menunjukkan peningkatan frekuensi jatuh, kemungkinan sebagi hasil hilangnya
koordinasi
Tempat tidur khusus merupakan alternative pilihan pengikatan dan dapat menjaga keamanan klien selama
periode kejang
3
Cemas b.d krisis situasional
Kriteria hasil:
Mengurangi cemas:
1. Jelaskan semua prosedur, meliputi sensasi yang mungkin dialami selama prosedur
6. Bantu klien untuk menjelaskan deskripsi realistik tentang kejadian yang akan dialami
ASMA
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakheobronkhial
berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan. (The American Thoracic Society, 1962).
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma bronkhial:
1. Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
faktor pencetus.
2. Alergen
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri, dan polusi.
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam tangan.
3. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.
4. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma yang sudah ada.
Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang
berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
C. Klasifikasi
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu,
serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak
diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
D. Patofisiologi
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat mukus,edema
dan inflamasi dinding bronkus.obstruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran
napas menyempit pada fase tersebut.Hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obstruksi
terjebak tidak bisa di ekspirasi.Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas tetap terbuka dan
pertukaran gas berjalan lancar.Penyempitan saluran napas dapat terjadi baik pada saluran napas yang
besar,sedang,maupun kecil.Gejala mengi menandakan ada penyempitan di saluran napas
besar,sedangkan pada saluran napas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding
mengi.Penyempitan saluran napas pada asma akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Hipoksemia
2. Hiperkapnia
E. Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat
serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta
tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik: sesak nafas, mengi (wheezing),
batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih
berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada malam hari.
F. Komplikasi
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak
memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status
asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
G. Penatalaksanaan
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi
pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan
dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
- Pengobatan
a. Memberikan penyuluhan
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
2) Pengobatan farmakologik
b. Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari.
Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan masa lalu
b. Aktivitas
c. Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
d. Sirkulasi
e. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
f. Asupan nutrisi
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran
hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk
gambaran radiolusen pada paru-paru.
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang
positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan
dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle branch Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi
segmen ST negatif.
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan spirometri tdak saja penting
untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan bersihan jalan napas kembali efektif
Kriteria hasil :
· Pernapasan klien normal (16-20x/m) tanpa ada penggunaan otot bantu napas.
1. Kaji warna dan kekentalan sputum
6. Kolaborasi dengan melakukan fisioterapi dada dengan tehnik postural drainase, perkusi dan fibrasi
dada.
Bronkodilator golongan B2
· Nebuler (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0.25 mg, fenoterol HBr 0.1% solution,
orciprenaline sulfur 0.75 mg.
· kortikosteroid
3. Batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan pengeluaran sekret yang melekat pada jalan
napas.
4. Ventilasi maksimal membuka lumen jalan napas dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan
napas besar untuk dikeluarkan.
5. Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan napas.
7.
· Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkhus yang mengalami spasme
sehingga lebih cepat berdilatasi
· Pemberian secara intravena merupakan usaha pemeliharaaan agar dilatasi jalan napas dapat
optimal.
· Agen mukolitik menurunkan kekntalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan
pembersihan. Agen ekspektoran akan memudahkan sekret lepas dari perlengketan jalan napas.
· Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi
akibat edema mukosa dan dinding bronkhus.
Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi, pertukaran gas membaik
Kriteria hasil :
1. Bronkhospasme di deteksi ketika terdengar mengi saat di askultasi dengan stetoskop. Peningkatan
pembentukan mukus sejalan dengan oenurunan aksi mukosiliaris menunjang penurunan lebih lanjut
diameter bronkhi dan mengakibatkan penurunan aliran udra serta penurunan pertukaran gas, yang
diperburuk oleh kehilangan daya elastisitas paru.
2. Terapi aerosol membantu mengencerkan sekresi sehingga dapat dibuang. Bronkhodilator yang
dihirup sering ditambahkan ke dalam nebulizer untuk memberikan aksi bronkhodolator langsung pada jalan
napas, dengan demikiam memperbaiki pertukaran gas. Tindakan inhalasi atau aerosol harus diberikan
sebelum waktu makan untuk memperbaiki ventilasi paru dengan demikian mengurangi keletihan yang
menyertai kativitas makan.
3. Setelah inhalasi bronkhodilator nebuliser, klien disarankan untuk meminum air putih untuk lebih
mengencerkan sekresi. Kemudian membatukkan dengan ekpulsif atau postural drainase akan membantu
dalam pengeluaran sekresi. Klien dibantu untuk melakukan hal ini dengan cara yang tidak membuatnya
keletihan.
5. Oksigen diberikan ketika terjadi hipoksemia. Perawat harus memantau kemanjuran terapi oksigen
dan memastikan bahwa klien patuh dalam menggunakan alat pemberi oksigen. Klien diinstruksikan tentang
penggunaan oksigen yang tepat dan tentang bahay peningkatan laju aliran oksigen tanpa ada arahan yang
eksplisit darp perawat.
Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan intake nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
· Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang menjadi adekuat.
1. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan,
riwayat mual/muntah dan diare.
2. Pantau intake –output, timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu)
3. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan peroral.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis yang tepat
6. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein serum dan albumin.
3. Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau obat pada pengobatan sistem
pernapasan yang dapat merangsang pusat muntah.
4. Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik klien.
5. Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta menurunkan iritasi saluran
cerna.
7. Multivitamin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari rosres
pemkeberhasilan peningkatan laju metabolisme umum.
Dalam waktu 1x24 jam klien mampu memahami dan menerima keadaanya sehingga tidak terjadi
kecemasan.
Kriteria hasil :
· Klien terlihat mampubernapas secara normal dan mapu beradaptasi dengan keadaannya.
4. Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien dan membangun
kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.
5. Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik, maka
perasaan yang nenganggu dapat diketahui.
ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1.
DS :
· Kien mengatakan sesak napas
DO :
· Pernapasan >20x/m
2.
DS :
DO :
· Sianosis
· GDA abnormal
3.
DS :
DO :
· ¯ BB
· Mual/ muntah
Keluhan sistemis, mual/muntah, intake nutrisi tidak adekuat, malaise kelemahandan keletihan fisik
4.
DS :
DO :
· Berkeringat dingin
¯
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan
Ansietas
TFA
PENGERTIAN
Faringitis akut
Vincent (2004)
Faringitis akut
adalah
infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh
limfonodi
Indonesia (2008)
Faringitis
dan struktur lain di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan
tonsil, jarang terjadi hanya infeksi local faring atau tonsil. Oleh karena itu
, pengertian
Faringitis akut
adalah suatu peradangan akut yang menyerang tenggorokan atau faring yang
disebabkan
oleh virus atau bakteri tertentu yang di tandai dengan nyeri tenggorokan.
2.
ETIOLOGI
terbanyak faringitis akut, terutama pada anak berusia < 3 tahun (prasekolah). Virus
penyebab penyakit r
parainfluenza dapat menjadi penyebab faringitis. Virus Epstein Barr (Epstein Barr
seperti infeksi virus campak, virus Rubella, dan berbagai virus lainnya juga dapat
menunjukan gejala
ebut mencakup 15
30 % dari
a.
Streptococcus pygenes
b.
Virus EPSTEIN
BARR (EBV)
c.
Corynebacterium
diphtheria
3.
PATHOFISIOLOGI
Menurut
Arif Mansjoer
(2007
enularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila
ukosit polimorfonuklear.
mula serosa
tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dindi
Bentuk
ak sehingga timbul
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) patogenesis dari faringitis akut
yaitu bakteri maupun virus dapat secara langsung menginfasi mukosa faring yang
al.
Rhinovirus
menyebabkan iritasi
mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan melibatkan
nasofaring uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya ialah terjadi inokulasi
an local, sehingga
dengan invasi local serta penglepasan toksin ekstraseluler dan protease. Transmisi
dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan de
ngan
secret hidung di bandingkan dengan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa
72 jam.
4.
PATHWAYS
2008
; Modifikasi
FARINGITIS
Inflamasi
Demam
dema
mukosa
Mukosa kemerahan
Batuk
Penguapan
esulitan menelan
S
putum
Resti defisit
volume cairan
angguan
utrisi
yeri
tidak efektif
rop
let
Resti p
enularan
urang pengetahua
5.
MANIFESTASI KLINIS
Menurut
(2008)
Faringitis streptokokus sangat
berikut:
a.
b.
Faring hiperemis
c.
Demam
d.
Nyeri tenggorokan
e.
f.
g.
h.
i.
Ruam ska
rlantina
j.
Menurut Wong
(
2010
a.
b.
Sakit kepala
c.
Anorexia
d.
Dysphagia
e.
Mual, muntah
f.
6.
KOMPLIKASI
faringitis ini berlangsung lebih dari 1 minggu, masih terdapat demam, pembesaran
nodus limfa, atau muncul bintik kemerahan. Hal tersebut berarti dapat terjadi
gitis
akut yang lain adalah :
a.
b.
ringitis akut.
c.
antibody
d.
dan dehidrasi
7.
PENATALAKSANAAN
Menurut Wong (2009) penatalaksanaan terapeutik dari faringitis akut jika terjadi
infeksi tenggorokan akibat streptococcus, penisilin oral dapat diberikan dengan dosis
yang cukup untuk mengendalikan manifestasi local akut. Penisillin memang tidak
mencegah p
streptokokus (biasanya pada anak usia 3 tahun atau lebih), berikan Benzatin penisi
lin
(suntikan tunggal) 600.000 unit untuk anak usia di bawah 5 tahun, 1.200.000 unit
untuk usia 5 tahun atau lebih. Ampisilin atau amoksisilin selama 10 hari atau penisilin
V (fenoksimetilpenisilin) 2
dire
tidak efektif, jika penisilin V digunakan berikan 125mg dua kali sehari selama 10
hari.
A.
SIMPULAN
ang Mina
, RS.
1.
dengan kasus
Farin
gitis Akut
di ruang Mina
, RS.PKU
an sebagai
berhubungan denga
n peningkatan sekresi ,
Nyeri akut
berhubungan de
. Adapun masalah la
in yang muncul
kelemahan fisik
2.
Penentuan kriteria waktu dalam rencana keperawatan harus realistis dan intervensi
3.
4.
Penulis ingin menunjukan bahwa semua masalah keperawatan pada dasarnya dapa
diatasi meskipun belum sempurna. Ada beberapa masalah yang teratasi sebagian yaitu
dirumah. Masalah keperawatan yang lain adalah nyeri akut berhubungan denga
proses
B.
SARAN
Setelah melaksa
kan asuhan keperawatan pada An. D
dengan
kasus Faringitis
RS.PKU
menyusun karya tulis ini diharapkan berguna dan dapat dijadikan masukan kearah yang
lebih baik dalam memberikan asuhan keperawatan. Adapun saran yang penulis
1.
Perawat
Sebagai
2.
Pasien
3.
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pemberian
asuhan
keperawatan
Faringitis Akut
4.
Instansi pendidikan
tulis ini sebagai bahan bacaan yang dapat menambah pengetahuan tentang
Faringitis
Akut