Abstrak
Undang-undang No.6 tahun 2014 tentang Desa
diberlakukan mulai Januari 2015 yang lalu. Dalam UU
tersebut diamanatkan beberapa hal penting yang terkait
dengan desa-
desa di Indonesia. Menyikapi hal tersebut, peran masyarakat
desa sangat besar dalam implementasi undang-undang ini.
Untuk itu sangat urgent menyiapkan masyarakat
desa dalam memanfaatkan kepercayaan pemerintah
mengelolaan dana desa secara mandiri. Persiapan yang
harus dilakukan adalah bagaimana memanfaatkan
penggunaan dana bantuan desa secara tepat dan
semaksimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat
desa. Kesiapan kelembagaan masyarakat desa dalam
mengelola dana yang demikian besar masih diragukan
mengingat bahwa sosialiasasi undang-undang tersebut
masih sangat kurang. Sementara disisi lain tujuan
pemerintah
1
dengan dana desa tersebut adalah bagaimana dapat
memberikan percepatan pembangunan di desa sehingga
dana tersebut diharapkan menjadi solusi bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Untuk
dilaksanakan program pengabdian dalam bentuk
sosialisasi Undang-undang No.6 tahun 2014, program
pelatihan peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat
dalam bentuk pelatihan teknis pengorganisasian
masyarakat dalam bentuk (1) pelatihan perencanaan
partisipasipasif, (2) pelatihan kemampuan pembuatan
proposal kegiatan, (3) pelatihan kemampuan pembuatan
laporan kegiatan dan ouput dari pengabdian ini adalah
telah
dilatih 52 orang warga yang sudah memahami perannya
dan memiliki kemampuan dalam perencanaan kegiatan
dalam bentuk selesainya dua buah proposal kegiatan
dan selesainya laporan keuangan dari penggunaan dana
desa sebelumnya.
A. Latar Belakang
Undang-undang No.6 tahun 2014 tentang Desa
diberlakukan mulai Januari 2015 yang lalu. Dalam UU
tersebut diamanatkan beberapa hal penting yang terkait
2
dengan desa-desa di Indonesia. Salah satunya adalah
peran fungsi masyarakat dalam implementasinya.
Menyikapi hal tersebut, peran masyarakat desa sangat
besar dalam implementasi undang-undang ini. Untuk itu
sangat urgent menyiapkan masyarakat desa dalam
memanfaatkan kepercayaan pemerintah mengelolaan
dana desa secara mandiri. Persiapan yang harus
dilakukan adalah bagaimana memanfaatkan
penggunaan dana bantuan desa
secara tepat dan semaksimal mungkin untuk
kesejahteraan masyarakat desa.
Peruntukan dana bantuan desa tersebut adalah
sebagai pemicu pembangunan desa secara mandiri,
sehingga bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa
secara berkelanjutan. Pertanyaannya kemudian
adalah bagaimana jika pengucuran dana tersebut
terlaksana sesuai rencana pemerintah dan tidak
disadingkan dengan kesiapan masyarakat desa untuk
berpartisipasi seperti yang terjadi saat ini, maka dapat
diperkirakan bahwa menfungsikan masyarakat
sebagai subjek tidak akan terwujud dan justru mereka
hanya akan menjadi penonton seperti yang terjadi pada
3
era-era sebelumnya. Artinya tujuan mulia dari Undang-
Undang Desa No.6 Tahun 2014 tidak akan tercapai.
Terkait dengan kegiatan pengabdian ini yang akan
dilaksanakan di Desa Tambi Lor, kecamatan
Mappakasunggu, Kabupaten Indramayu adalah
sebuah desa yang yang berpenduduk sekitar 360 KK
dengan jumlah warga miskin sekitar 200 KK. Desa ini
sebelumnya adalah desa yang menjadi wilayah
program penanggulangan kemiskinan (PNPM), namun
sekarang sudah tidak lagi karena termasuk dalam
wilayah yang tidak diperjanjangan masa
pendampingannya.
Sehingga pendampingan tidak maksimal, demikian
pernyataan yang disampaikan oleh seorang fasilitator
PNPM yang pernah bertugas disana.
Sebagai sebuah wilayah pedesaan tentu saja
Desa Tambi Lor merupakan salah satu dari sekian
banyak desa di Indonesia yang akan tersentuh oleh
Undang Undang Desa tersebut. Untuk sangat urgent
segera menyiapkan kelembagaan desa, baik perangkat
desa, LPM maupun BKM sebagai lembaga-lembaga
yang eksis di desa untuk siap dalam menyukseskan
undang-undang tersebut dalam bentuk pemanfaatan
4
dana bantuan secara tepat dan sesuai
prosedur yang telah ditetapkan. Untuk itulah bahwa
pengabdian masyarakat ini dapat berkonstribusi untuk
menyiapkan masyarakat dengan cara peningkatan
kapasitas kelembagaan yang ada dan menjadi lembaga-
lembaga yang mandiri.
Kondisi lapangan yang dijumpai memjadi alasan
kami untuk memfasilitasi sosialisasi UU Desa, pelatihan
peningkatan kemampuan dalam perencanaan, dan
pelaksanaan kegiatan yang berbasis pada partisipasi
masyarakat sesuai dengan tujuan dari UU Desa ini yaitu
meningkatkan kesejahteraan masayarakat melalui
pemberdayaan masyarakat.
B. Tinjaun Pustaka
1. Tinjauan Tentang Undang Undang No.6 tentang
Desa Tahun 2014
Tujuan dari Undang Undang No.6 tentang Desa
Tahun 2014 adalah suatu upaya peningkatan
kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
5
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada Undang undang No.6 tahun 2014 bawa
setiap desa akan diberikan keleluasaan mengenlola
dana desa. Dana Desa adalah dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota dan digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan
emasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak
yang merupakan warisan yang masih hidup dan
prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa
sesuai dengan perkembangan kehidupan
masyarakat. Kewenangan lokal berskala Desa
adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan
oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh
6
Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa
dan prakasa masyarakat Desa, namun dalam
pelaksanaan kegiatannya Desa harus memiliki RKPD
yang merupakan turunan dari RPJM Daerah provinsi
dan kabupaten Kota.
Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah
upaya mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan,
perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan
yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat Desa.
Latar belakang munculnya undang undang ini
dapat dilihat dari UUD 1945 Pasal 18 dan 18 A
mengatur daerah otonom provinsi dan daerah otonom
kabupaten/kota. Pasal 18 B ayat (1) mengatur daerah
yang bersifat khusus dan daerah yang bersifat istimewa
sedangkan Pasal 18 B ayat (2) mengatur tentang
kesatuan masyarakat hukum adat, meskipun tidak
menjelaskan bahwa desa sebagai bagian dari itu.
Namun berdasarkan fakta empirik ini Negara
7
membuat UU yang mengatur tentang Desa. Pada
awal kemerdekaan sampai dengan tahun 1980,
pemerintahan tradisional/ desa yang pada zaman
Belanda dinamakan volksgemeenscahppen
dimasukkan ke dalam sistem pemerintahan formal
sebagai daerah otonom tingkat ketiga. Akan tetapi,
Desa batal masuk ke dalam sistem pemeritahan
formal karena Orde Baru mencabut UU No. 19/ 1965
tentang Desapraja.
E. Penutup
Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan sangat
berkonstribusi dalam meningkatkan kapasitas
22
kelembagaan masyarakat dengan berbagai
pengetahuan yang menempatkan masyarakat
sebagai subyek pada implementasi undang-undang
no.6 tahun 2014 tentang desa. Subyek dalam arti
mereka adalah pelaku bukan sebagai penerima.
Pemberian materi-materi yang bersifat teknis memberikan
pengetahuan kapada peserta mengenai pentingnya
tranparansi dan akuntabilitas dalam setiap kegiatan
masyarakat dan juga memberikan penguatan akan
pentingnya kerja bersama pada setiap kegiatan.
Kerena dengan kerja bersama ini berarti
memberdayakan potensi yang ada dan berdampak
pada selesainya pekerjaan lebih cepat dan
dipertanggungjawabkan secara bersama sebagai
bagian dari perencanaan bersama.
Perlu adanya upaya-upaya lanjutan yang
dilaksanakan demi keberlajutan dari setiap kegiatan
pengabdian yang dilakukan. Pengabdian masyarakat
tidak hanya dalam bentuk sosialisasi atau penyuluhan
saja tapi harus punya produk yang dapat langsung
dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain itu supaya hasil
sosialisasi dan pelatihan tersebut dapat
berkelanjutan maka perlu pendampingan yang
23
secara periodik dilakukan dengan mengacu pada
monitoring dan evaluasi kegiatan. Hal sangat urgent
dilakukan supaya pengetahuan yang diperoleh tidak
terhapus oleh waktu dan bermanfaat sebagai
amal jariah.
Untuk perlu dipikirkan dan ditindaklanjuti upaya
lain berupa bentuk pendampingan desa yang
dilakukan dalam skopn universitas, sehingga
universitas hasanuddin memiliki desa-desa binaan
sebagai bagian nyata dari proses Tri Dharma Perguruan
Tinggi.
24
REFERENSI
25
Badan Pusat Statistik, 2014, Sulawesi Selatan,
www.bps.go.id
26