Konsul 2 Bu Sanatang TB
Konsul 2 Bu Sanatang TB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lain (Depkes, 2011).
baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 90% kasus TB
Demikian juga kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena
TB terbanyak ke-5 di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria.
Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 58% dari total jumlah pasien
TB di dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 423.730 kasus baru dan kematian
62.246 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 102 per 100.000 penduduk
(Depkes, 2011).
Strategi tersebut dinilai sebagai strategi intervensi yang sangat cost effective dan
1
dianjurkan oleh WHO dan bank dunia untuk diterapkan secara terpadu setiap unit
pasien TB menular BTA (+) sedikitnya 70% pada akkhir tahun 2005 dan
benar. Beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan PMI yaitu
cross check atau uji silang yaitu pengiriman satu sediaan dari seluruh slide BTA +
Puskesmas yang diambil secara acak ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) atau
BP4 yang ditunjuk (Depkes RI, 2002). Angka error rate (angka kesalahan
laboratorium) yang didapat dari hasil cross check merupakan salah satu indicator
2
Menurut WHO di mana jika error rate ≤5% maka mutu pemeriksaan dahak
check specimen maka dapat diketahui kualitas hasil pemeriksaan sediaan dahak
angka kesalahan baca sediaan dahak (error rate) dari hasil cross check diketahui
˃5% maka dapat berdampak pada hasil pembacaan specimen yang pada akhirnya
tersebut melampaui batas maka akan diadakan tindak lanjut kepada petugas
dahak (error rate) di Kabupaten Konawe Dari Tahun 2016 – 2017, menunjukkan
hasil cross check ˃5% yaitu pada tahun 2016 triwulan IV terdapat angka kesalahan
baca sebesar (6%). Pada tahun 2017 triwulan I terdapat angka kesalahan baca
sebesar (5,4%). Pada Tahun 2017 triwulan II angka kesalahan baca sebesar
(6,2%).
3
untuk pemeriksaan mikroskopis dahak yang masing-masing berbeda dalam hal
Kabupaten Konawe.
B. Batasan Masalah
angka kesalahan baca sediaan dahak (error rate) di Laboratorium Puskesmas Rujukan
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penellitian
1. Tujuan umum
4
Mengetahui gambaran penerapan standar operasional prosedur
Konawe.
2. Tinjauan Khusus
5
E. Manfaat Penelitian
1. Dines Kesehatan
2. Puskesmas
3. Akademik
puskesmas .
PERTANYAAN PENELITIAN
6
3. Bagaimana gambaran penerapan prosedur pewarnaan Ziehl Neelsen
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru
1. Definisi
dapat mengenai berbagai organ di dalam tubuh, tetapi yang paling sering terkena
(Kemenkes, 2017).
menyerang paru dan juga memberikan efek terhadap susunan saraf pusat,
system limfatik, system sirkulasi, system urogenital, tulang, sendi, dan kulit (Yudi,
2009).
8
2. Bakteri Penyebab TB Paru
panjang 1-10 mikron dan lebar 0,2 – 0,8 mikron. Bakteri ini bersifat tahan asam
ini bersifat aerobic, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam, bersifat gram
(+). Mikobakteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6,0 dan 8,0 dengan pH
optimum sekitar 6,5 sampai 6,8 untuk tipe pathogen. Bakteri ini mempunyai
susunan dinding yang melindungi bakteri jika hidup diluar inangnya. Dinding sel
Sel mikobakteria terdiri dari tiga lapisan penting yaitu lipid, protein dan
polisakarida. Lapisan lilin pada dinding sel menyebabkan bakteri ini tahan
9
Gambar 1, Basil Tahan Asam Mycobacterium tuberculosis
Sumber : Chusnul Zuhri, 2012
3. Cara Penularan
(Misnadiarly, 2006).
4. Sumber Infeksi
tercemar, isi saluran pencernaan dan leleran dari saluran urogenital (Mudihardi,
2005).
5. Gejala
10
Menurut Jhon crofton (2002), gambaran klinis tuberculosis mungkin
belum muncul pada infeksi awal, dan mungkin tidak akan pernah timbul apabila
tidak terjadi infeksi aktif. Apabila timbul infeksi aktif, pasien biasanya
Batuk merupakan gejala yang umum setelah infeksi pernafasan akut dan
biasa pada perokok. Biasa pula pada beberapa daerah dengan rumah atau
pondok yang tidak memiliki cerobong asap dan rumah-rumah itu dipenuhi asap
khususnya dimusim dingin atau cuaca dingin karena api mungkin dipakai untuk
menghangatkan dan juga untuk memasak. Asap rokok dan asap dapur kedua-
lahan pada pasien dengan kanker paru yang menjadi makin banyak di Negara-
seperti nanah sejak usia kanak-kanak. Akan tetapi bila pasien batuk lebih dari
3-4 minggu, dahak penderita harus diperiksa terhadap TB. Tidak ada sesuatu
yang tampak pada dahak yang dapat memberi tanda adanya tuberculosis.
Pada tuberculosis , darah pada dahak dapat bervarias dari sedikit bercak
11
meninggal dengan cepat, pada umumnya disebabkan oleh asfiksi (sesak total)
akibat aspirasi.
c. Nyeri dada
kadang hanya berupa nyeri menetap yang ringan. Kadang lebih sakit sewaktu
karena batuk. Batuknya demikian keras hingga tulang iga bisa retak.
d. Sesak nafas
Sesak nafas pada tuberculosis disebabkan oleh penyakit yang luas pada
tuberculosis paru.
e. Demam
timbul pada sore hari dan malam hari disertai dengan keringat mirip demam
f. Malaise
terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan
12
Diagnosis TB paru dalam program penanggulangan TBC, ditegakkan
memerlukan waktu lebih lama (paling cepat sekitar 6 minggu) dan mahal.
langsung nilainya identic dengan pemeriksaan secara kultur atau biakan (Depkes,
2011).
berikut:
a. Tuberculosis Primer
Infeksi primer terjadi pada seseorang yang terpapar pertama kali dengan
sampai di alveolus terminalis dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman
kuman tuberculosis kekelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan disebut sebagai
13
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau
tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun
akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosiis
pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.
memasuki rongga pleura sesudah terjadi robekan pada kavitas tuberculosis. Kor
kerusakan paru, dapat terjadi bila terdapat destruksi paru yang amat luas.
Aspergilomata terjadi jika kavitas tuberculosis yang sudah diobati dengan baik
dan sudah sembuh kadang-kadang tinggal terbuka dan dapat terinfeksi dengan
1. Definisi SOP
langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.
berbagai kegiatan dan fungsi. SOP merupakan konsensus bersama untuk jalan
14
langkah-langkah yang sudah diuji dan disetujui dalam melaksanakan berbagai
specimen berkualitas baik dan dalam jumlah yang cukup. Hal ini untuk
a) Sekali pakai
15
c) Tutup berulir, dapat menutup rapat
mikroskopis. Specimen dahak paling baik diambil pada pagi hari selama 3
hari. Sewaktu pertama (S): dahak dikumpulkan pada saat datang pada saat
setelah bangun tidur pada hari ke-2, dibawa langsung oleh pasien ke UPK.
Sewaktu kedua (S): dahak dikumpulkan di UPK pada hari ke-2 saat
toilet/ WC, ruang kerja, ruang tunggu, ruang pendaftaran, ruang dengan
16
3) Cara mengeluarkan dahak
melepas gigi palsu sebelum berkumur. Pasien diminta tarik nafas dalam 2-
3 kali dan setiap kali hembuskan nafas dengan kuat. Selanjutnya dekatkan
pot yang sudah dibuka ke mulut dan batukkan dengan keras langsung ke
dalam pot dahak. Selanjutnya pot dahak yang berisi dahak ditutup dengan
2006).
pemeriksaan (SPS)
bila kualitas dahak kurang baik, berupa saliva (air liur), nasal mucus
olahraga ringan lalu tarik nafas dalam beberapa kali, dan bila terasa
17
4) Menilai kualitas dahak
a) Volume dahak
tetapi juga oleh stadium penyakit itu. Pada pemeriksaan BTA, specimen
3 – 5 ml (Depkes, 2006).
b) Warna dahak
18
Warna pada dahak sangat berbeda-beda, karena ditentukan oleh
(mukoid), kuning muda dan kuning gelap (mukopurulen), hijau muda dan
adanya infeksi oleh bakteri yang ditujukan oleh adanya nanah (pus) pada
dahak.
c) Viskositas dahak
19
tergantung dengan keadaan hidrasi pasien. Pasien yang dehidrasi dapat
spesimenya itu jika pot dahak pecah, specimen jelas-jelas air liur, data
pada pot dahak tidak sesuai dengan data pada formulir permohonan
01 / 08 / 345. A
sediaan. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan data penderita di pot dahak dan
20
b. Pembuatan sediaan
Tangkai aplikator dari bamboo/ kayu lebih baik sebab dapat lebih cepat
memisahkan bagian yang purulent dari air liur, dapat mengangkat dahak lebih
banyak dari pada pesosok, lebih muda ditangani, dan pemakaiannya lebih cepat.
Tangkai aplikator berupa pesosok sering digunakan karena dapat dipakai ulang
Cara pembuatan sediaan dahak yaitu menulis nomor identitas pasien pada
ujung kaca,dipilih dan diambil bagian dari dahak yang purulent menggunakan ose
atau lidi yang dipipihkan ujungnya. Di buat hapusan dibagian tengah kaca sediaan
didapat sebaran lekosit lebih rata. Sediaan hapusan dikeringkan diatas rak
sediaan, jauhkan dari sinar matahari langsung. Setelah kering dilakukan fiksasi
21
dengan pemanasan yaitu dilewatkan 3 kali diatas nyala api dari lampu spritus,
pemanasan tidak boleh berlebihan karena dapat merusak hasil (Depkes, 2006).
c. Pewarnaan
a) Rak untuk pewarnaan slide (yang dapat digunakan 12 slide atau lebih)
d) Pipet
e) Pinset
g) Lampu spritus
h) Air yang mengallir berupa air ledeng atau botol berpipet berisi air
ditempatkan diatas bak cuci atau baskom, antara satu sediaan dengan
22
sediaan lainnya masing-masing berjarak kurang lebih satu jari. Jumlah
d) Selama minimal 5 menit sediaan didiamkan, waktu yang lebih lama diperoleh
e) Sediaan dibilas dengan hati-hati dengan air mengalir, jangan ada percikan
kesediaan lain ;
f) Sediaan dimiringkan dengan penjepit kayu atau pinset untuk membuang air ;
g) Sediaan digenangi asam alkohol sampai tidak tampak warna merah carbol
i) Sediaan dibilas dengan air mengalir, jangan ada percikan ke sediaan lain ;
tissue.
Neelsen (ZN) yang terdiri dari : 1) Carbol Fuchsin 0,3%; 2) Asam Alkohol (3%
23
Menurut Lumb (2004), uji kualitas reagen harus dilakukan pada :
dan flora lain yang tidak tahan asam (slide BTA-). Hasil yang diharapkan dari
uji tersebut adalah tampak adanya BTA berbentuk batang yang berwarna
merah pada kontrol positif dan tidak ditemukan BTA pada kontrol negative
(Puslabkes, 2004).
dengan apusan positif 2+ atau 3+. Sediaan tersebut diberi label control positif.
difiksasi dengan pemanasan dan simpan di tempat gelap dan kering. Gunakan
sediaan tersebut sebagai control positif dalam waktu 12 bulan sejak pembuatan
(Lumb, 2004).
Hasil yang tidak dapat diterima pada uji kualitas reagen ini menurut Lumb
(2004) adalah :
a. Control positif memberikan warna yang jelek atau tidak ditemukan BTA
24
b. Control negative ditemukan BTA atau obyek seperti BTA;
d. Pemeriksaan sediaan
1) Pembacaan sediaan
Sediaan dahak yang telah diwarnai dapat dinilai baik atau jelek
dahak; (2) Ukuran sediaan; (3) Kerataan; (4) Ketebalan sediaan; (5)
melihat dibawah mikroskop yaitu terlihat ≥25 lekosit per lapang pandang
dapat dibaca 100 lapang pandang sepanjang garis tengah dari kiri ke
bentuk spiral atau lingkaran kecil-kecil, tidak terlihat daerah yang kosong
– 5 cm diatas surat kabar atau tulisan cetakan. Dalam hal ini sediaan
yang diuji adalah sediaan yang belum diwarnai dengan Ziehl Neelsen.
25
tercbaca. Sedangkan untuk sediaan yang telah diwarnai secara
jelas. Kebersihan sediaan apus yaitu sediaan harus bebas dari sisa-sisa
apus dilakukan secara sistematis dimulai dari ujung kiri ke kanan dan
2) Penyimpanan sediaan
pagi dan sediaan sewaktu kedua suspek tersebut (P&S) untuk menjaga
dikarenakan ukuran yang terlalu besar atau terlalu kecil, sediaan tidak
26
rata dan terkelupas , sediaan terlalu tebal dan terlalu tipis, kualitas dahak
tidak bersih, masih terdapat sisa endapan atau Kristal dan artefak, waktu
b) Pencegahan
27
Lakukan dekolorisasi sampai tidak ada lagi carbol fuchsia yang
pemeriksaan.
Terbuangnya obat-obatan
d) Pencegahan
dengan teliti.
28
Mikroskop harus terawat dengan baik, lensa-lensa dalam keadaan
teratur
pemeriksaan
1) Pencatatan
digunakan nomor identitas sediaan yang sama dan diberi huruf untuk
(G);
29
d) Follow up akhir pengobatan Sewaktu (H), Pagi (I);
2) Pelaporan
penyakit. Oleh karea itu sangat penting untuk mencatat dengan benar
BTA negative
30
Tidak ditemukan BTA minimal
pandang
lapang pandang
3. Pemeliharaan mikroskop
sediaan apus BTA, oleh karena itu harus dipergunakan dan dipelihara
c. Lensa dibersihkan dengan kertas lensa atau kain yang lembut yang
31
d. Jangan membersihkan/ merendam lensa dengan alkohol atau
karena kotoran akan mudah masuk. Bila lensa objektif dibuka. Tutup
i. Saat mikroskop disimpan, lensa objektif 40x atau 100x tidak boleh berada
lembab. Didalam lemari diberi lampu wolfram 5 watt atau silica gel. Silica
gel yang sudah tidak berfungsi dengan baik lagi, dapat diaktifkan kembali
Pemeriksaan cross check atau uji silang merupakan salah satu kegiatan
32
pemeriksaan sediaan dahak BTA. Sediaan dahak yang telah diperiksa oleh
ditunjuk untuk melakukan cross check, dan laboratorium rujukan tidak boleh
Kabupaten atau Kota mengambil sampel sediaan dahak yang telah diperiksa
b. Untuk pendarita BTA negative, diambil 10% secara acak dan diambil satu
kerjaan beserta sarana pendukungnya dan dilakukan audit secara berkala. Hasil
33
Aspek yang dinilai dalam penilaian cross check adalah kualitas apus
Positif Palsu
Negatif Palsu
Kualitas sediaan
Jumlah kualitas sediaan baik = slide kualitas sediaan yang baik x 100%
Kuallitas pewarnaan
34
Jumlah seluruh sediaan
peserta
Keterangan :
35
PPT (Positif Palsu Tinggi) : Kesalahan Besar
dari BLK atau dari laboratorium rujukan lain, harus harus dilakukan perhitungan hasil
cross check dengan cara membandingkan hasil BLK dengan hasil pemeriksaan pada
berkesinambungan.
Hasil cross check ini harus ditindak lanjuti. Bila hasil cross check menujukkan error
rate (angka kesalahan baca sediaan) lebih besar dari 5%, maka unit-unit terkait harus
36
.
Keterangan :
Error rate atau angka kesalahan baca adalah angka kesalahan laboratorium
oleh laboratorium pemeriksa pertama setelah diuji silang (cross check) oleh BLK
atau laboratorium rujukan lain. Angka ini menggambarkan kualitas pembacaan slide
Angka kesalahan baca sediaan (error rate) ini hanya bisa ditoleransi
maksimal 5%. Apabila error rate ≤5% dan positif palsu serta negative palsu
keduanya ≤5% berarti mutu pemeriksaan baik. Error rate ini menjadi kurang berarti
37
bila jumlah slide yang diuji silang (cross check) relative sedikit. Pada dasarnya error
rate per PRM/ PPM/ RS/ BP4,supaya dapat mengetahui kualitas pemeriksaan slide
BAB III
A. Kerangka Pikir
Pengumpulan dahak
Pewarnaan ZN 38
Pemeriksaan
B. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Pemeriksaan
C. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
39
b. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah angka kesalahan baca sediaan
dan pelaporan.
memperoleh dahak yang baik untuk pemeriksaan, yaitu yang berwarna kuning
c. Cara pembuata sediaan yaitu ditulis nomor identitas pasien pada ujung kaca,
dipilih dan diambil bagian dari dahak yang purulent menggunakan ose atau
reagen Ziehl Neelsen (carbol fuchsin 0,3%, asam alcohol 3%, dan methylene
sediaan apus yang telah diwarnai meliputi kualitas dahak, ukuran sediaan,
40
sediaan apus dan slide dibaca dari ujung kiri ke kanan minimal 100 lapang
pandang.
g. Error rate yaitu angka kesalahan baca sediaan dahak yang dilakukan oleh
laboratorium pemeriksa pertama (puskesmas) setelah diuji silang oleh BLK atau
D. Hipotesis Penelitian
Kabupaten Konawe.
Di Kabupaten Konawe.
Di Kabupaten Konawe.
41
Ada pengaruh pemeriksaan sediaan hapusan terhadap angka kesalahan baca
Di Kabupaten Konawe.
Konawe.
Hi : Tidak ada pengaruh pengumpulan dahak terhadap angka kesalahan baca sediaan
Konawe.
Tidak ada pengaruh pembuatan sediaan hapusan terhadap angka kesalahan baca
Kabupaten Konawe.
Tidak ada pengaruh pewarnaan Zhiel Neelsen terhadap angka kesalahan baca
Kabupaten Konawe.
Di Kabupaten Konawe.
Tidak ada pengaruh pelaporan terhadap angka kesalahan baca sediaan dahak (error
42
Tidak ada hubungan penerapan standar operasional prosedur pemeriksaan
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah studi korelasi (correlation study), pada hakikatnya
merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variable pada siuatu
situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi penelitian
44
2. Sampel penelitian
D. Instrumen Penellitian
dimana panduan observasi ini digunakan pada obyek penelitian yang bersifat
Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku catatan dan
laboratorium puskesmas.
45
Uji coba kuisioner dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
Data hasil uji tersebut diolah dengan menggunakan uji statistic. Hasil uji tersebut
table 0,361. Setelah dilakukan uji coba dan dilakukan revisi ulang
observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan
diamati.
a. Data Primer
pelaporan.
46
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada di Dines Kesehatan
kegiatan program P2TB Paru Tahun 2015-2017 terutama data hasil cross
Konawe
Mikroskopis (PRM).
2. Tahap pelaksanaan
dan pelaporan.
47
3. Tahap penyelesaian penelitian
Pada tahap ini peneliti akan mengolah data yang didapat untuk dianalisis.
Cara pengolahan data penelitian ini dengan uji chi square untuk melihat
menganalisa data.
48
H. ETIKA PENELITIAN
penelitian dikatakan etis ketika penelitian tersebut memenuhi dua syarat yaitu
prinsip etik dalam penelitian ini sebagai upaya untuk melindungi hak dan privasi
responden.
dengan prinsip etik penelitian. Polit, Hungler (2001) menjelaskan bahwa ada tiga
acuan utama etika penelitian, yaitu prinsip keadilan (justice), prinsip manfaat
49
Peneliti menuraikan masalah etik pada penelitian ini berdasarkan ketiga
Polit Beck & Hungler, 2001). Peneliti melengkapi instrument penelitian dengan
identitas peneliti, prosedur tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian ini juga
meminta inisial nama responden pada instrument penelitian. Selain itu peneliti
50
BAB V
JADWAL WAKTU PENELITIAN
51