Pemberian Ekstrak Lidah Buaya (Alo Vera. L) Untuk Penurunan Kadar Glukosa 54 – 57
Darah Tikus Hiperglikemik. Safrida, Abdullah, Mustafa Sabri, dan Irdalisa
Perancangan Media Chemopoly Game Pada Materi Koloid. Sri Adelila Sari, M. 58 – 63
Hasan dan Farah Meutia
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan Saintifik Pada 81 – 101
Materi Hukum-Hukum Dasar Kimia Di Sma Kotamadia Banda Aceh. Zarlaida Fitri,
Ade Ismayani, dan Candra Rahmat Sanjaya
Hubungan Antara Kemampuan Memori Siswa Dengan Hasil Belajar Pada Materi 102 – 107
Senyawa Hidrokarbon (Studi Kasus Di Kelas X-3 MAN Model Banda Aceh Tahun
Ajaran 2013-2014). Asmaul Istiqomah, Rusman, dan Muhammad Nazar
Penerapan Media Powerpoint Berbasis Joyful Learning Terhadap Hasil Belajar 108 – 113
Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas Xi Sman 2 Banda Aceh. Erlidawati, Sri Adelila
Sari, dan Syarifah Asyura
Isolasi Dan Identifikasi Kadar Kafein Beberapa Varietas Kopi Arabika (Coffea 115 – 119
Arabica) Yang Tumbuh Di Aceh Tengah. Muhammad Nazar dan Anugrah Didin
Mustofa
Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Materi Laju Reaksi Pada Siswa Sman 10 120 – 131
Fajar Harapan Dan Bimbel Alumni Aceh. Habibati dan Tikarahayu Putri
Pengembangan Media Simulasi Laboratorium Virtual Pada Materi High 132 – 134
Performance Liquid Cromatogrphy (HPLC). Ade Ismayani
ii
Pengembangan Media Audio Visual Tentang Karakteristik Dan Klasifikasi Koloid 135 - 142
Sebagai Media Pembelajaran Mandiri Bagi Siswa SMA/MA Kelas XI Semester 2.
Anjar Purba Asmara, Heru Pratomo Al, dan Suwardi
Pengaruh Diameter Pipa Dan Perbandingan Panjang Pipa Yang Tercelup Di Dalam 143 - 152
Fluida Pada Sifon Menggunakan Single Fluid Volume Element (SFVE). Nurhayati,
S. Viridi, F. P. Zen, F. D. E. Latief, Novitrian dan W. Hi dayat
Penerapan Model Pembelajaran Quantum Tipe VAK (Visual Audiotory Kinesthetic) 153- 162
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Xi Ia4 Sma Negeri 8 Banda Aceh
Pada Materi Hidrolisis Garam. Sitti Hasnidar
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Microsoft Excel Pada 163 - 171
Materi Titrasi Asam Basa Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Siswa Sman 2
Banda Aceh. Nilawati, Ibnu Khaldun, dan M. Hasan
Penerapan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Microsoft Excel Pada Materi 172- 180
Titrasi Asam Basa Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Mengidentifikasi
Miskonsepsi Siswa SMAN 2 Banda Aceh. Nurhafidhah, Ibnu Khaldun, dan
Marlina
Pemahaman Konseptual Dan Algoritmik Siswa Kelas XII-IPA Akselerasi Dengan 181- 184
Kelas XII-IPA Reguler Di SMAN Modal Bangsa Aceh Besar Pada Materi
Stoikiometri Tahun Pelajaran 2013/2014. Rahmad Rizki Fazli, Sri Adelila Sari, dan
Rusman
Analisis Butir Soal Ujian Tengah Semester Mata Pelajaran Kimia Di Kelas XI 185 - 192
Sma Negeri 2 Banda Aceh. Mellya Ernita, M. Nasir Mara, dan Zarlaida Fitri
Penerapan Metode Mind Mapping Berbasis Media Mindjet Mindmanager Terhadap 193 - 198
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Di SMA Negeri 4 Kota Banda
Aceh. Annisa Istiqamah, Sri Adelila Sari, dan Muhammad Nazar
iii
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KADAR KAFEIN BEBERAPA VARIETAS KOPI ARABIKA
(COFFEA ARABICA) YANG TUMBUH DI ACEH TENGAH
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111
ABSTRAK
Kopi merupakan komoditas unggulan Aceh yang menjadi ciri khas daerah ini. Tim-Tim dan Ateng
merupakan beberapa varietas kopi Arabika unggulan Aceh yang berasal dari dataran tinggi Gayo dan
Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Minimnya penelitian mengenai kadar kafein di dalam kopi Aceh
mengakibatkan informasi mengenai kandungan kafein sulit didapatkan. Menurut SNI batas
maksimum kafein dikonsumsi baik secara langsung maupun tercampur didalam makanan atau
minuman adalah 150 mg/hari atau 50 mg/sajian. Perlu upaya untuk mengatasi masalah ini dengan cara
menentukan kadar kafein pada kopi Aceh. Dalam penelitian ini, kafein pada kopi Aceh ditentukan
denan cara mengisolasi kafein dari kopi yang kemudian dilanjutkan dengan proses identifikasi guna
menentukan kadar kafein yang terkandung di dalam kopi Aceh. Dari penelitian, didapatkan kadar
kafein pada kopi Tim-Tim 0,79% dan pada kopi Ateng 0,86%.
PENDAHULUAN
Kafein merupakan metabolit sekunder golongan alkaloid yang terdapat secara alami pada
kopi, teh dan coklat. Selain terdapat secara alami, kafein juga sering ditambahkan kedalam beberapa
minuman berenergi serta beberapa obat-obatan. Kafein memiliki nama lain kofein, tein, dan 1,3,7-
trimethylxanthine. Kafein sangat larut didalam air panas, larut sedikit didalam aseton dan air dingin
serta sangat larut didalam dietil eter. Ekastraksi dan Isolasi kafein pertama sekali dilakukan tahun
1819 oleh kimiawan Jerman Feriedrich Ferdinand Runge (Soraya, 2008).
Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPN,2012) tahun 2012, komoditas
unggulan di Aceh dari sektor perkebunan adalah Kopi. Berdasarkan jenisnya, kopi dibagi menjadi
jenis arabika dan robusta. Kopi jenis arabika tumbuh pada dataran tinggi dengan ketinggian antara
1000–2000 m sedangkan jenis robusta tumbuh di dataran rendah antara 400–700 m. Kopi unggulan
jenis arabika Aceh yang terkenal adalah varietas Tim-Tim dan Ateng yang berasal dari dataran tingi
gayo dan takengon kabupaten Aceh Tengah. Kadar kafein biji kopi Arabika umumnya berkisar 1,2%
sedangkan kadar kafein biji kopi robusta umumnya berkisar 2,2% (Erdiansyah, 2012).
Kopi digemari oleh masyarakat bukan hanya karena memiliki cita rasa yang khas, namun
kopi juga memiliki banyak manfaat. Manfaat minum kopi diantaranya sebagai antioksidan dan
mampu merangsang kinerja otak. Masalah utama dari kopi adalah kafein yang terkandung didalam
kopi. Mengkonsumsi kopi secara rutin dapat mengakibatkan insomnia, produksi asam lambung
meningkat, merangsang ginjal untuk memproduksi air seni lebih banyak. Kafein yang dikonsumsi dari
produk makanan maupun minuman serta obat tidak boleh melebihi batas maksimal pengkonsumsian
kafein sebesar 150 mg/hari atau 50 mg/sajian (SNI, 2006).
Penelitian-penelitian relevan mengenai isolasi dan identifikasi kadar kafein diantaranya
penelitian oleh Raharjo (2010) penentuan kadar kafein dalam kopi dengan cara mengisolasi kafein,
diperoleh kristal kafein sebanyak 2%. Nesyanti (2006) meneliti kadar kafein pada minuman suplemen
sebesar 335,99 ppm dan kadar kafein pada ekstrak teh sebesar 1,91% menggunakan metode KCKT.
Soraya (2008) Rendemen kafein sebanyak 1,9% diperoleh dari limbah Teh Hitam CTC Jenis Powder
diisolasi menggunkan ekstraksi bertahap menggunakan air dan pelarut organik.
Isolasi kafein dalam percobaan bertujuan untuk mendapatkan kafein yang berasal dari kopi
varietas Tim-Tim dan Ateng berupa kristal bentuk putih. Sedangkan identifikasi kristal kafein
dilakukan untuk memastikan apakan benar kristal yang diperoleh dari hasil isolasi tersebut merupakan
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia dan Sains Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unsyiah 2014
115
kristal kafein yang dilakukan menggunakan FTIR. Penelitian ini penting dilakukan sebagai informasi
mengenai kadar kafein dari kopi varietas Tim-Tim dan Ateng yang selanjutnya digunakan untuk
melihat apakah konsumsi kafein pada kopi varietas ini aman atau tidak untuk dikonsumsi sesuai
standar SNI yang berlaku sehingga dampak negative kafein dapat dikurangi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh pada tanggal 30 Oktober 2013 s/d 15 November 2013.
Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas yang umum digunakan didalam percobaan kimia,
Seperangkat alat refluks, seperangkat alat sublimasi, seperangkat alat corong pisah, neraca analitik
dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Bahan-bahan yang digunakan adalah bubuk kopi varietas
Tim-Tim dan Ateng, kertas saring, aquades (H2O), timbal(II)asetat tetrahidrat (C4H6O4Pb.3H2O),
kloroform (CHCl3), kafein (C8H10N8O2), dan benzen (C6H6).
Prosedur Kerja
Sebanyak 20 gr Bubuk kopi Tim-Tim dilarutkan kedalam 350 ml aquades panas, kemudian
rerefluks selama 25 menit. Hasil refluks, kemudian disaring. Dalam keadaan panas-panas, kedalam
filtrat tambahkan larutan timbal asetat anhidrat tetes-pertetes (3 gram timbal asetat anhidrat dalam 27
ml aquades) kemudian larutan didinginkan. Filtrat yang sudah dingin saring menggunakan corong
Buchner. Ekstraksi kafein menggunakan kloroform (25 ml setiap kali ekstraksi) ambil lapisan bawah
yang mengandung kafein. Ekstraksi dilakukan sebanyak tiga kali hingga diperoleh larutan berwarna
kuning. Kumpulkan larutan berwarna kuning dalam cawan penguap. Uapkan kloroformnya,
menggunakan api kecil kemudian reklistalisasi kafein menggunkan benzene. Lanjutkan dengan proses
sublimasi untuk mendapatkan kristal kafein. Timbang berat kristal yang diperoleh dan tentukan
rendemenya. Lakukan prosedur kerja yang sama untuk mengisolsi kafein dari bubuk kopi Ateng. Uji
krital kafein hasil isoasi kopi Tim-Tim dan Ateng menggunakan FTIR. Lihat dan bandingkan hasil
spektrum FTIR kristal hasil isolasi dengan kristal kafein.
Isolasi Kafein
Isolasi kafein dilakukan untuk memisahkan atau mendapatkan senyawa kafein yang
terkandung dalam kopi. Langkah awal dalam mengisolasi kafein adalah dengan cara melarutkan
akuades panas sebanyak 350 ml dengan 20 gr kopi. Tujuanya agar kafein larut kedalam air panas,
karena kelarutan kafein terhadap air panas tinggi. Proses merefluks kopi selama 25 menit bertujuan
agar menghomogenkan kopi yang akan di anlisa. Setelah kopi menjadi homogen, dilakukan proses
penyaringan menggunakan corong Buchner agar proses penyaringan filtrat berlangsung lebih cepat
kemudian dilakukan penambahan larutan timbal asetat kedalam filtrat yang masih panas tetes pertetes.
Menurut Raharjo (2010) Penambahan larutan timbal asetat anhidrat dalam keadaan panas-panas
secrara tetes-pertetes bertujuan untuk mengendapkan kotoran-kotoran dari filtrat kopi berupa garam-
garam. seperti albumin, asam-asam, tannin dan sebagainya.
Ketika larutan telah dingin, dilakukan penyaringan untuk memperoleh filtrat yang terbentuk.
Endapan yang terbentuk berupa garam-garam dari kotoran-kotoran filtrat kopi. Penyaringan dilakukan
mengunakan pompa vakum agar waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh filtrat lebih singkat.
Proses selanjutnya adalah melakukan pemisahan senyawa kafein yang terkandung didalam kopi.
Pemisahan ini dilakukan dengan mengunakan corong pisah yang ditambah dengan 25 ml kloroform.
Kloroform dipilih karena kafein sangat larut didalam kloroform. Menurut McMurry (2004) kafein
lebih larut didalam air jika dibandingkan dengan etanol. Namun, Kelarutan kafein lebih besar di
dalam klorofom jika dibandingkan dengan air.
Saat proses pemisahan menggunakan corong pisah berlangsung, tutup corong pisah harus
sekali-sekali dibuka agar memperkecil terjadinya tekanan uap akibat proses pengguncangan yang
dilakukan. Akibat perbedaan kepolaran antara kopi dan kloroform, terbentuk dua lapisan dalam
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia dan Sains Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unsyiah 2014
116
corong pisah. Kloroform yang bersifat nonpolar mengikat kafein dari kopi dan berada pada lapisan
bawah karena memiliki berat jenis yang lebih besar. Lapisan bawah inilah yang diambil untuk
diektraksi kembali. Lapisan kopi yang terlarut kedalam air berada pada lapisan atas karena bersifat
polar dan memiliki masa jenis yang lebih kecil. Agar hasil yang diperoleh maksimal, proses ekstraksi
dilakukan sebanyak tiga kali menggunakan kloroform sebanyak 25 ml setiap mengekstraksi untuk
mencegah terlarutnya kopi didalam kloroform kembali. Hasil ekstraksi tiga kali ini berupa larutan
kuning yang mengandung kloroform. Menurut Firdaus (2011) metode ekstraksi corong pisah
didasarkan atas distribusi senyawa antara dua fasa pada dua lapisan cair yang berkesinambungan.
Kloroform digunakan untuk mengekstraksi senyawa polar dan berada pada lapisan bawah saat
mengekstraksi menggunakan air.
Gambar 1. (Dari kiri kekanan) Larutan kopi yang ditambahkan kloroform sebelum
dilakukan penguncangan, ekstraksi satu kali, ekstraksi dua kali, ekstraksi tiga kali.
Untuk mendapatkan kristal kafein dari larutan hasil ekstraksi, dilakukan proses penguapan
menggunakan api dengan suhu dibawah 62oC. Perlakuan ini bertujuan agar kristal kafein tidak ikut
menguap. Setelah klorofom habis menguap diperoleh kristal kafein yang belum murni. Pemurnikan
kristal kafein yang diperoleh dilakukan melalui proses reklistalisai dengan menambahkan benzen.
Hasil rekristalisasi kemudian disublimasi agar kristal kafein murni dapat terbentuk. Proses sublimasi
memerlukan suhu diatas 110 oC karena harus melewati titik didih kafein agar kafein yang terdapat
didalam larutan berubah menjadi gas kemudian mengkristal. Menurut Firdaus (2011) dalam
sublimasi, padatan diubah menjadi uap tanpa melalui fasa cair, yang kemudian terkondensisasi ada
menjadi kristal.
Kristal kafein yang diperoleh kemudian ditimbang untuk mengetahui hasil isolasi kafein.
Diperoleh kristal kafein berwarna putih seberat 0,16 gram dan 0,17 gram untuk jenis Tim-Tim dan
Ateng. Setelah dihitung, diperoleh % randemen kafein dari kopi Tim-Tim 0,79% dan pada kopi Ateng
0,86%.
Gambar 2. (Dari kiri kekanan) kristal kafein yang belum murni, kristal kafein setelah
disublimasi, hasil isolasi kafein yang diperoleh.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia dan Sains Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unsyiah 2014
117
Identifikasi kristal kafein
Kristal hasil isolasi diuji menggunkan FTIR untuk mengetahui apakah benar, kristal putih
yang diperoleh merupakan kafein. Analisa FTIR digunakan untuk menganalis gugus fungsi yang
terdapat pada kafein, kemudian membandingkanya dengan standar kafein yang ada. Setiap gugus
fungsi memiliki daerah serapan yang berbeda-beda sehingga memungkinkan untuk menganalisa
menggunakan FTIR. Menurut Khaldun (2011) Gugus fungsional dari satu molekul dapat
diidentifikasi menggunakan spektrofotometri infra merah. Daerah infra merah sendiri dibagi kedalam
daerah infra merah dekat 12800-4000 cm-1, daerah infra merah tengah 4000-200 cm-1, dan daerah
infra merah jauh 200-10 cm-1. Gugus fungsi diidentifikasi pada bilangan gelombang 4000-10 cm-1
karena dapat menyebabkan molekul-molekul yang menyerap energi bervibrasi. Ketika kristal kafein
dianalisa, atom-atom yang terikat dalam molekul kafein akan bervibrasi (bergerak) karena dilewatkan
sinar dengan panjang gelombang pada daerah IR.
Gambar 3. (Dari kiri kekanan) Spektrum FTIR dari kristal hasil isolasi varietas kopi Ateng,
spektrum FTIR dari kristal hasil isolasi varietas Tim-Tim.
Spektrum FTIR kristal yang diperoleh saat isolasi, baik Ateng maupun Tim-Tim secara
keseluruhan memiliki daerah serapan gugus fungsi yang sama jika dibandingkan dengan spektrum
FTIR kafein. Gugus-gugus fungsi yang dimiliki kristal hasil isolasi dan kafein murni seperti gugus
fungsi C-N pada senyawa amina yang memiliki daerah serapan 1180-1360 cm-1. Gugus fungsi lainya
C=C pada senyawa alkena didaerah serapan 1640-1680 cm-1, C=O pada daerah serapan 1640-1680
cm-1, C-H pada senyawa alkana didaerah serapan 2850-2960 cm-1, dan C-H pada aromatik didaerah
serapan 3000-3100 cm-1.
Gambar 4. Spektrum FTIR dari kristal kafein yang dijadikan sebagai pembanding
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia dan Sains Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unsyiah 2014
118
Menurut Khaldun (2012) Bilangan gelombang setiap gugus fungsi dalam molekul berbeda-
beda sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk analisa kualitatif. Setelah spektrum FTIR dianalisa,
diperoleh hasil positif bahwa kristal putih hasil isolasi merupakan kafein.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bawa diperoleh kristal kafein berwarna putih
dengan kandungan kafein pada kopi Tim-Tim sebesar 0,79% sedangkan kopi Ateng sebesar 0,86%.
REFERENSI
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kimia dan Sains Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unsyiah 2014
119