Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN MINGGUAN KIMIA LINGKUNGAN

ACARA I

PENGUKURAN KADAR OKSIGEN TERLARUT/DISSOLVED OXYGEN (DO)


PADA PERAIRAN

DISUSUN OLEH :

DEVI AYU SEPTIANI [E1M 015 020]

LAILI HIDAYATI [E1M 015 038]

LALU BUSYAIRI MUHSIN [E1M 015 040]

RISKA DIA SAPITRI [E1M 015 059]

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS MATARAM

2018
ACARA I

PENGUKURAN KADAR OKSIGEN TERLARUT/DISSOLVED OXYGEN (DO)


PADA PERAIRAN

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui banyaknya oksigen yang terlarut dalam
suatu perairan.
2. Hari/Tanggal : Sabtu, 21 April 2018
3. Tempat : Laboratorium Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Mataram.

B. Landasan Teori
Dalam keberlangsungan kehidupan makhluk hidup, oksigen sangat di perlukan
untuk bernapas maupun di perlukan untuk proses biologi, kimia dan fisika. Di dalam
suatu perairan oksigen di perlukan oleh organisme yang mempunyai ukuran tubuh yang
besar maupun yang kecil dimana penggunaan oksigen tergantung pada kondisi tubuhnya
dan aktivitasnya. Oksigen mempunyai peranan penting dalam kehidupan seluruh
makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Makhluk darat menghirup oksigen yang
terdapat pada udara bebas, sedangkan makhluk yang hidup di dalam air menghirup
oksigen yang terlarut di dalam air (terikat). Kebutuhan oksigen pada biota air mempunyai
dua aspek kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang
bergantung pada kebutuhan metabolisme (Asmawi, 1986).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut
dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting
dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar
nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya
jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO
juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan
dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga
ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini
sangat dianjurkan disamping paramter lain yang sering digunakan seperti BOD dan COD
dalam suatu perairan (Hutabarat dan Evans, 2006).

UNIVERSITAS MATARAM 1
Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung spesies,
ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan lain-lain. Konsentrasi oksigen
yang rendah dapat menimbulkan anorexia, stress, dan kematian pada ikan. Bila dalam
suatu kolam kandungan oksigen terlarut sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l, maka
proses reproduksi dan pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik. Pada perairan yang
mengandung deterjen, suplai oksigen dari udara akan sangat lambat sehingga oksigen
dalam air sangat sedikit. Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang
terdapat dalam satu liter air (ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara
melalui permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis
plankton atau tumbuhan air (Ilahude dan A. Gani ,1999:47).
Kadar oksigen dalam air laut yang normal biasanya antara 4-6 ppm. Sedangkan
kadar oksigen di udara bebas yaitu 20 % (200.000 ppm). Kadar O2 dalam air dapat lebih
tinggi atau lebih rendah tergantung dari organisme yang ada di dalam air tersebut. Makin
banyak organisme (ikan, plankton, tanaman air) di dalam air makin banyak pula
pemakaian O2 untuk pernapasan berarti makin sedikit kandungan O2 dalam air. Apabila
organisme tersebut berupa fitoplankton atau tanaman air maka pada siang hari makin
banyak kandungan O2 dalam air, karena fitoplankton dan tanaman air tersebut
menghasilkan O2 sebagai sisa proses fotosintesa (Bayard, 1983).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Buret
b. Erlenmeyer
c. Gelas ukur
d. Gelas kimia
e. Labu ukur 250 ml
f. Pipet tetes
g. Statif
h. Klem
i. Corong kaca
j. Stopwatch

UNIVERSITAS MATARAM 2
2. Bahan
a. Air sungai
b. Aquades
c. Indikator amilum
d. Larutan MnSO4
e. Larutan KOH-KI
f. Larutan H2SO4
g. Larutan Na2S2O3 0.025 N
h. Plastik bening
i. Tissu

D. Cara Kerja
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang digunakan.
2. Diambil sampel air menggunakan labu ukur 250 ml sampe batas tera kemudian
dituang pada erlenmeyer 250 ml dan ditutup (dimungkinkan untuk tidak ada
gelembung udara di dalam botol)
3. Ditambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml KOH-KI dengan pipet seukuran, botol, ditutup
kembali (dimungkinkan untuk tidak ada gelembung udara di dalam botol).
4. Dikocok perlahan sampai larutan MnSO4 dan KOH-KI homogen dengan air dan
kemudian didiamkan ±2 menit atau sampai timbul endapan berwarna coklat atau
setidaknya sampai cairan supernatan berwarna jernih.
5. Ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml dengan pipet seukuran dan botol ditutup
kembali. Botol di kocok perlahan atau di bolak-balik hingga semua endapan menjadi
larut dan berwarna coklat kekuningan.
6. Diambil 100 ml dengan menggunakan gelas ukur dan tuang kedalam Erlenmeyer.
7. Ditambahkan indikator amilum 3 – 5 tetes hingga berwarna biru tua.
8. Dititrasi dengan Na2S2O3 0.025 N hingga warna biru tersebut hilang/jernih.
9. Dicatat volume titran yang digunakan pada tabel hasil pengamatan.
10. Dimasukkan kedalam rumus untuk menghitung kadar oksigen terlarut.

E. Hasil Pengamatan
No. Cara Kerja Hasil Pengamatan
1. 250 ml sampel di tempatkan di dalam Warna sampel bening

UNIVERSITAS MATARAM 3
labu ukur
2. 250 ml sampel air + 1 ml larutan Warna larutan bening dan terdapat
MnSO4 +1 ml larutan KOH-KI dan endapan berwarna kecoklatan di dasar
didiamkan selama ±2 menit erlenmeyer.
3. Larutan (2) ditambahkan 1 ml larutan Warna larutan kuning bening dan
H2SO4 pekat endapan yang sebelumnya hilang
4. 100 ml larutan (3) ditemptkan dalam Warna larutan biru tua
erlenmeyer dan ditambahkan indikator
amilum hingga terbentuk warna biru
tua
5. Larutan (4) dititrasi dengan larutan Warna larutan berubah menjadi
Na2S2O3 0.025 N hingga terbentuk bening dan volume titran yang
larutan Na2S2O3 0.025 N digunakan 3.4 mL

F. Analisis Data
Menghitung kadar oksigen terlarut (DO) pada sampel air sungai
Diketahui : - Volume titran = 3.4 ml
- N titran = 0.025 N
- Volume sampel = 100 ml
Ditanyakan : Kadar oksigen terlarut (DO) = ........... ?
Penyelesaian :
𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 8 𝑥 1000
DO(mg/L) = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3.4 𝑚𝑙 𝑥 0.025 𝑁 𝑥 8 𝑥 1000
DO(mg/L) = 100 𝑚𝑙

DO(mg/L) = 6.8 mg/L


Jadi, kadar oksigen terlarut yang terdapat pada sampel air sungai adalah 6.8 mg/L.
G. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya oksigen yang terlarut dalam
suatu perairan. Lokasi pengambilan sampel air sungai pada praktikum ini adalah di
Karang Pule kota Mataram. Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam
air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer atau udara. Oksigen terlarut di
suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh makhluk hidup

UNIVERSITAS MATARAM 4
dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO), semakin banyak
jumlah DO (dissolved oxygen) maka kualitas air semakin baik, jika kadar oksigen terlarut
yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik
yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen
terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari
suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
perairan tersebut.
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena
oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan biologis yang dilakukan oleh organisme
aerobik dan anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk
mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang
ada pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik
oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih
sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka
peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran
pada perairan secara maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukkan untuk
memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.
Pada praktikum ini, lokasi sampel air sungai yang akan dianalisis adalah
bersumber dari air sungai Karang Pule kota Mataram. Sampel yang dianalisis terlebih
dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH atau KI, sehingga akan terjadi endapan
MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut
kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan DO.
Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat
(Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Larutan indikator amilum
atau kanji berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya kandungan amilum dalam air sampel
atau tidak. Warna biru pada larutan sampel menunjukkan uji positif adanya amilum.
Titrasi kembali dilakukan sampai larutan jernih atau sampai warna biru tepat hilang dan
kadar DO dihitung. Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :

UNIVERSITAS MATARAM 5
MnCI2 + NaOH Mn(OH)2 + 2 NaCI
Mn(OH)2 + O2 2 MnO2 + 2 H2O
MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI

Dari perhitungan menggunakan rumus DO (oksigen terlarut), dihasilkan kadar


oksigen terlarut pada air sungai Karang Pule kota Mataram adalah sebesar 6.8 mg O2/L.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan bahwa kadar DO minimum yang
harus ada pada air adalah >2 mg O2/L. Jadi, dapat dikatakan bahwa air sungai Karang
Pule kota Mataram baik, yaitu memenuhi baku standar yang telah ditetapkan. Jadi,
dengan kualitas air sungai Karang Pule kota Mataram yang baik, yaitu memenuhi baku
standar yang ada, air sungai Karang Pule kota Mataram dapat mendukung kehidupan
makhluk hidup, terutama untuk biota perairan (vegetasi dan hewan akuatik). Selain itu,
sungai Karang Pule kota Mataram dapat digunakan untuk keperluan pertamanan dan
pertanian. Parameter DO dapat digunakan untuk menghitung kadar oksigen yang terlarut
dalam sampel air, dimana jika kadar DO disuatu lingkungan perairan itu tinggi, maka
kadar oksigennya pun tinggi, dan memungkinkan untuk biota air hidup dillingkungan
tersebut. Kadar DO dalam suatu lingkungan perairan dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya suhu, kedalaman, dan tekanan udara.

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
a. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO) adalah banyaknya oksigen yang
terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan milligram/liter (mg/L).
b. Metode menentukan nilai oksigen terlarut yang digunakan pada percobaan ini
metode Winkler dengan menggunakan titrasi dan indikator amilum serta prinsip
titrasi yang digunakan iodometri.
c. Pembentukan endapan warna coklat menandakan telah terikatnya O2 dan I2 dalam
bentuk garam endapan.

UNIVERSITAS MATARAM 6
d. Asam Sulfat yang berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi dan juga
untuk pelarut endapan, yang terbentuk dan membebaskan molekul Iodium yang
ekuivalen dengan oksigen terlarut.
e. Indikator amilum yakni indikator senyawa oksigen dalam air, dimana bereaksi
positif mengandung oksigen ia akan merubah warna kuning menjadi warna hijau.
f. Proses titrasi dengan Natrium Tiosulfat titik akhirnya ditandai dengan larutannya
yakni tidak berwarna.
g. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan bahwa kadar DO
minimum yang harus ada pada air adalah >2 mg O2/L
h. Kadar Oksigen terlarut yang kurang ataupun lebih di dalam air dapat
membahayakan organisme dan tumbuhan yang hidup di air yang akhirnya akan
mengakibatkan kematian.
i. Dari hasil perhitungan kadar DO pada sampel air yaitu 6.8 mg/L.
j. Parameter DO dapat digunakan untuk menghitung kadar oksigen yang terlarut
dalam sampel air, dimana jika kadar DO disuatu lingkungan perairan itu tinggi,
maka kadar oksigennya pun tinggi, dan memungkinkan untuk biota air hidup
dillingkungan tersebut.
k. Kadar DO dalam suatu lingkungan perairan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor
diantaranya suhu, kedalaman, dan tekanan udara.

UNIVERSITAS MATARAM 7
DAFTAR PUSTAKA

Asmawi. 1986. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.


Bayard. 1983. Oksigen Terlarut. Bina Aksara. Jakarta
Hutabarat, sahala dan Stewart M. Evans. 2006. Pengantar Oseanografi. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Illahude, A.Gani. 1999. Pengantar Oseanografi Fisika. Lembaga Ilmu
Pengetahuan. Universitas Indonesia. Jakarta.

UNIVERSITAS MATARAM 8
LAMPIRAN GAMBAR

Sampel Air Sungai Karang Pule kota Mataram Larutan KI-KOH dan MnSO4

Sampel air sungai setelah ditambahkan KI-KOH Sampel air sungai setelah ditambahkan
dan MnSO4 amilum

Sampel air sungai dititrasi

UNIVERSITAS MATARAM 9

Anda mungkin juga menyukai