PEMBAHASAN
Urosepsis
Urosepsis adalah sepsis yang disebabkan oleh mikrobakteria yang berasal dari
adalah pasien: diabetes melitus, lansia, penderita keganasan, HIV, dan gangguan
imunitas lainya.
Bakteri yang berada dalam peredaran darah akan mengeluarkan endotoksin yang
American College of Chest Physicians and the Society of critical Care Medicine
memberikan batasan tentang sepsis dan syok septik. SIRS merupakan respon tubuh
terhadap inflamasi sistemik yang disebabkan oleh berbagai macam kelainan, antara
lain:
Infeksi
Trauma
syok hemoragik
Kombustio
Kerusakan jaringan
pankreatitis
Kuman penyebab sepsis paling sering adalah bakteri gram negatif yang hidup
secara komensalisme di saluran cerna, yaitu + 30% - 80%; sedangkan kuman gram
positif merupakan penyebab + 5% - 24% sepsis. E.coli adalah kuman yang paling
urine untuk mengeliminasi kuman dari saluran kemih terganggu. Keadaan ini
menembus mukosa saluran kemih, dan masuk kedalam sirkulasi darah, sehingga
menyebabkan bakterimia.
Keadaan urologi yang dapat mengakibatkan urosepsis antara lain batu saluran
Gejala klinis pasien urosepsis tergantung pada kelainan organ urogenitalia yang
menjadi sumber infeksi dan sampai seberapa jauh proses sepsis telah berlangsung.
Sepsis yang telah berlanjut memberi gejala atau tanda-tanda gangguan bebrapa
fungsi organ tubuh, antara lain gangguan pada fungsi ginjal, kardiovaskuler,
atau warm shock, dan syok lanjut atau cold shock. Timbulnya syok ini adalah
akibat dari menurunya resistesi arteriol. Hingga pada fase syok awal pasien masih
demam dan curah jantung normal, tetapi pada syok lanjut tampak pasien dalam
Ginjal
Syok yang berkelanjutan akan menimbulkan nekrosis akut pada tubulus ginjal
yang ditandai dengan azotemia, oliguria, hingga anuria. Tampak adanya gangguan
Pencernaan
Terjadi disfungsi hepar yang ditandai dengan ikterus akibat kolestasis, peningkatan
serum bilirubin sampai 10 g/dl dengan 80% berupa bilirubin direk, dan peningkatan
cerna akbat stress ulcer dan gangguan perfusi pada mukosa saluran cerna.
Pernafasan
Tanda awal dari gangguan pernafasan adalah takipneu, bila tidak segera ditangani
SSP
Perubahan status mental antara lain asien menjadi bingung, letargi, dan akhirnya
beredar didalam darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam saluran
poin-poin berikut:
sumber infeksi)
dan contoh darah untuk pemeriksaan kultur guna mengetahui jenis kumn
negatif, yaitu:
Ampicilin
Floroquinolon
dilakukan cystostomy
failure.
gagal napas (18%) dan gagal ginjal (15%), sedangkan sisanya adalah
neurologi.
Retensio Urine
Definisi
Definisi dari retensio urine adalah keadaan penderita yang tidak dapat
Proses miksi terjadi karena koordinasi harmonik antara otot destrusor buli
sebagai penampung dan pemompa urine dengan uretra yang bertindak sebagai
Adanya penyumbatan pada uretra, kontraksi buli-buli yang tidak adekuat, atau
retensi urine.
Komplikasi
Pada kasus retensio urine, harus segera dilakukan tindakan untuk mengeluarkan
ureine dari dalam buli-buli. Urine yang tertahan lama didalam buli-buli jika
Renal failure
Tindakan
Tujuan utama tindakan pada retensio urine adalah untuk mengeluarkan urine
dai dalam buli-buli. Urine dapat dikeluarkan dengan cara pemasangan kateter
stabil.
Untuk kasus tertentu tidak perlu pemasangan kateter terlebih dulu, melainkan
urine, misalnya batu di meatus uretra eksternum atau meatal stenosis, fimosis
Torsio
Testis
Strangulasi
Parafimosis Priapismus
Torsio Testis
terjadinya gangguan aliran darah pada testis. Keadaan ini diderita oleh 1
diantara 4000 ribu pria yang berumur kurang dari 25 tahun, dan paling banyak
diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Disamping itu tidak
jarang janin yang masih berada dalam uterus atau bayi baru lahir menderita
lateral, testis dan epididimis dikelilingi oleh tunika vaginalis yang terdiri atas
dua lapis, yaitu lapisan viseralis yang langsung menempel ke testis dan di
Pada masa janin dan neonatus lapisan parietal yang menempel pada muskulus
Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan kelainan
sebagian dari testis pada permukaan anterior dan lateral testis, pada kelainan
Patofisiologi
Secara fisiologis otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekat dan
antara lain adalah perubahan suhu yang mendadak, ketakutan, latihan fisik
yang berlebihan, batuk, celana yang telalu ketat, defekasi, atau trauma yang
obstruksi aliran darah testis sehingga tesitis mengalami hipoksia, edema testis,
diikuti pembekakan pada testis. Keadaan ini dikenal sebagai akut skrotum.
Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut bagian bawah sehingga jika
gejalanya tidak khas, yakni gelisah, rewel, atau tidak mau menyusu.
Pada pemeriksaan fisik, testis membengkak, letaknya lebih tingi dan lebih
horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang pada torsio testis yang
baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus.
skrotum lainnya adalah dengan memakai stetoskop doppler, USG doppler, dan
yang kesemuanya bertujuan menilai aliran darah ke testis. Pada torsio testis
tidak didapatkan aliran darah ke testis sedangkan ada peradangan akut testis ,
dengan cara memutar testis kearah berlawanan dengan arah torsio. Karena
Operasi
Tindakan operasi ditujukan untuk mengembalikan posisi testis pada arah
yang benar dan setelah itu dilakukan penilaian viabilitas testis yang
Jika testis masih viable dilakukan orkdopeksi (fiksasi testis) pada tunika
Parafimosis
dan tidak dapat dikembalikan pada kondisi semula sehingga timbul jeratan
pemasangan kateter.
Jika preputium tidak secepatnya dikembalikan ke tempat semula, dapat
berjalan normal. Hal ini menyebabkan edema glans penis dan terasa nyeri.
Jika dibiarkan bagian penis di bagian distal jeratan makin membengkak yang
Tindakan
Preputium diusahakan untuk dikembalikan secara manualdengan cara memijat
glans selama 3-5 menit, diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-
Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga
Priapismus
hasrat seksual dan sering disertai dengan rasa nyeri. Istilah priapismus berasal
dari kata Yunani priapus yaitu nama dewa kejantanan pada Yunani kuno.
ditangani dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan kecacatan yang menetap
primer atau idiopatik yang belum jelas penyebabnya sebanyak 60% dan
Penyakit keganasan
Klasifikasi
Ereksi penis yang berkepanjangan pada pr0iapismus dapat terjadi karena:
kegagalan penis untuk melemas kembali ini dapat terjadi karena : gangguan
prognosanya baik.
dicurigai priapismus. Nyeri biasanya terjadi 6-8 jam. Spycher & Hauri (1986)
menyatakan bahwa akibat kegagalan hemodinamik pada korpora kavernosa
kemudian setelah 24 jam terjadi kerusakan dan nekrosis sel-sel yang luas. > 48
jam terjadi pembekuan darah dalam kaverne dan destruksi endotel sehingga
Jika tidak diterapi, detumesensi terjadi setelah 2-4 minggu dan otot polos yang
Priapismus jenis non-iskemik banyak terjadi setelah suatu trauma pada daerah
Prognosisnya lebih baik daripada jenis iskemik dan ereksi dapat kembali
seperti semula.
Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti diharapkan dapat
corpus penis yang menegang tanpa diikuti oleh ketegangan pada glans penis.
USG doppler yang dapat mendeteksi adanya pulsasi arteri kavernosa dan
Terapi
Pada prinsipnya terapi priapismus adalah secepatnya mengembalikan aliran
darah pada korpus kavernosum yang dicapai dengan cara medika mentosa
memberikan respon terhadap aspirasi dan irigasi obat intrakavernosa, untuk itu
Aspirasi dilakukan dengan memakai jarum scalp vein no. 21. Aspirasi
μg epinefrin atau 100-200 μg fenilefrin yang dilarutkan dalam 1ml NaCl 0.9%
priapismus veno-oklusif atau yang gagal setelah terapi medikamentosa; hal ini
kavernosa dan berakibat iskemia pada korpus kavernosa. Beberapa jenis shunt
antara lain:
• Shunt korpo-glanular
Trauma Ginjal
Sebagian besar trauma (ruptur) ginjal terjadi akibat trauma tumpul. Secara
umum, trauma ginjal dibagi dalam tiga kelas : laserasi ginjal, kostusio ginjal, dan
trauma pembuluh darah ginjal. Semua kelas tersebut memerlukan indeks
pengetahuan klinik yang tinggi dan evaluasi serta penanganan yang cepat.
1. Trauma tajam
2. Trauma iatrogenik
3. Trauma tumpul
trauma pada ginjal di Indonesia.Baik luka tikam atau tusuk pada abdomen bagian
atas atau pinggang maupun luka tembak pada abdomen yang disertai hematuria
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya
Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma
langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau
perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai
organ organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang
Trauma ginjal tumpul diklasifikasikan sesuai keparahan luka dan yang paling
sering ditemukan adalah kontusio ginjal. Trauma tumpul pada region costa ke 12
menekan ginjal ke lumbar spine dan akan mengakibatkan cedera pada pinggang
Ginjal juga dapat rusak akibat dari tekanan dari bagian anterior abdomen sering
kali dalam kecederaan dalam kecelakaan lalu lintas. Trauma penetrasi yang sering
kali disebabkan oleh luka tusuk atau luka tembak sering ditemukan juga.
Trauma ginjal dapat terjadi oleh karena beragam mekanisme. Kecelakaan motor
trauma ginjal. Selain itu, jatuh dari ketinggian, luka tembak, merupakan penyebab
lainnnya. Pada kasus jarang, trauma ginjal terjadi oleh karena penyebab iatrogenic
Sebagian besar trauma (ruptur) ginjal muncul dengan gejala hematuria (95%),
yang dapat menjadi besar pada beberapa trauma ginjal yang berat. Akan tetapi,
1. Grade 1
Ditandai dengan:
Kontusio
2. Grade 2
Ditandai dengan:
3. Grade 3
4. Grade 4
Ditandai dengan:
5. Grade 5
Ditandai dengan:
Devaskularisasi ginjal
Avulse ureteropelvis
pada trauma tajam tampak luka. Pada palpasi didapatkan nyeri tekan daerah lumbal,
atas, dengan intenitas nyeri yang bervariasi. Bila disertai cedera hepar atau limpa
ditemukan adanya tanda perdarahan dalam perut. Bila terjai cedera traktus.
Fraktur costae bagian bawah sering menyertai cedera ginjal. Bila hal ini
atau pneumothoraks
diperhatikan bila tidak ada hematutia, kemungkinan cedera berat seperti putusnya
pedikel dari ginjal atau ureter dari pelvis ginjal. Pada pemeriksaan fisik dapat
Tanda kardinal dari trauma ginjal adalah hematuria, yang dapat bersifat massif
atau sedikit, tetapi besarnya trauma tidak dapat diukur dengan volume hematuria
atau tanda-tanda luka. Tanda lainnya ialah adanya nyeri pada abdomen dan lumbal,
kadang-kadang dengan rigiditas pada dinding abdomen dan nyeri lokal. Jika pasien
datang dengan kontur pinggang yang kecil dan datar, kita dapat mencurigai dengan
Dokter harus memperhatikan fraktur iga, fraktur pelvis atau trauma vertebra
yang dapat berkembang menjadi trauma ginjal. Nausea dan vomiting dapat juga
perdarahan retroperitoneal.
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
glukosa dan sel-sel. Pemeriksaan ini juga menyediakan secara langsung informasi
mengenai pasien yang mengalami laserasi, meskipun data yang didapatkan harus
dipandang secara rasional. Jika hematuria tidak ada, maka dapat disarankan
pemeriksaan mikroskopik.
dengan trauma traktus urinarius, tetapi telah dilaporkan juga kalau pada trauma
ginjal dapat juga tidak disertai hematuria. Akan tetapi harus diingat kalau
Radiologi
Tujuan pemeriksaan IVP adalah untuk melihat fungsi dan anatomi kedua ginjal dan
Ultrasonografi (USG)
1. non-invasif,
dan
Angiography
trauma ginjal
Grade I
Laserasi minor korteks ginjal dapat dikenali sebagai dfek linear pada parenkim
Yang lebih penting, pencitraan IVP pada pasien trauma ginjal grade I dapat
Pada CT Scan, daerah yang mengalami kontusi terlihat seperti massa cairan
Grade II
Pada IVP dapat terlihat extravasasi kontras dari daerah yang mengalami laserasi
Extravasasi tersebut bisa hanya terbatas pada sinus renalis atau meluas sampai
Yang khas adalah, batas ;uar ginjal terlihat kabur atau lebih lebar.
dengan parenkim ginjal yang masih intak dan nonvisualized ureter, merupakan
Grade III
Secara klinis pasien dalam kadaan yang tidak stabil. Kdang kadang dapat terjadi
shock dan sering teraba massa pada daerah flank.dapt diertai dengan hematuria.
Bila pasien sudah cukup stabil, dapat dilakukan pemeriksaan IVP, dimana
Ada 2 tipe lesi pada pelvis renalis yaitu trombosis A.Renalis dan avulsi A.
akan terlihat homogen karena masih mendapat perfusi cukup baik. Fragmen
Grade IV
Emergensi
Penanganan segera dari syok, perdarahan, resusitasi lengkap dan evaluasi cedera
lainnya. Jika kondisi pasien tidak stabil oleh karena trauma / cedera intra abdomen
maka diperlukan tindakan bedah laparotomi eksplorasi untuk resusitasi bedah. Jika
didapatkan hematoma retroperitoneal yang meluas dan pulsatil diindikasikan untuk
(2) Eksplorasi organ Visceral dan intra abdomen lainnya harus dikerjakan dahulu
sebelum
(3) Eksplorasi renal, kecuali terjadi perdarahan ginjal yang masif dan persisten
dengan cara insisi peritoneum posterior (white line) di atas aorta, sebelah
medial ke arah interior vena mesenterika. Vena renalis kiri mudah dikenali,
renal yang lain. Setelah pembuluh renal teridentifikasi maka lakukan kontrol-
kendali pembuluh darah, guna mngurangi blood loss (pada kasus perdarahan).
Hal ini menurunkan angka nefrektomi, dari sekitar 56% menjadi 18%. Kadang
oklusi pembuluh darah ini diperlukan (20%) pada staging bedah cedera ginjal
Operatif
Trauma tumpul
Perdarahan berhenti spontan dengan tirah baring dan hidrasi. Operasi dilakukan
kematian parenkim ginjal dan cedera pedikel ginjal (<5% dari cedera ginjal).
Penilaian staging cedera pra bedah harus dilakukan secara lengkap sebelum
operasi.
Evaluation of blunt renal trauma in adults
Luka tusuk/tembus
lengkap hanya didapat cedera parenkim minor tanpa ekstravasasi urin. Delapan
puluh persen luka tembus disertai cedera organ lain yang memerlukan operasi
segera.
Perdarahan ginjal yang terus menerus, ditandai dengan hematoma yang meluas
di daerah atas retroperitoneal atau hematoma yang paliatif dan konsisten, serta
berhubungan dengan laserasi parenkim renal mayor atau pembuluh darah ginjal
(1) total renal exposure penting untuk mengamati cedera secara penuh,
(2) debridement,
(3) hemostasis,
(4) collecting system closure dengan cara-cara seperti penutupan defek (defect
Pada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga abdomen, namun
seiring bertambahnya usia, tempatnya turun dan terlindung di dalam kavum pelvis;
Kurang lebih 90% trauma adalah akibat fraktur pelvis. Fiksasi buli-buli pada tulang
pelvis oleh fascia endopelvik dan diafragma pelvis sangat kuat sehingga cedera
deselerasi terutama jika titik fiksasi fascia bergerak pada arah berlawanan (seperti
Robekan buli-buli karena fraktur elvis juga dapat terjadi akibat fragmen tulang
pelvis merobek dinding buli. Dalam kondisi terisi penuh oleh urine, buli-buli
mudah sekali robek jika mendapatkan tekanan dari luar berupa benturan pada perut
bagian bawah. Buli-buli aka robek pada daerah fundus dan menyebabkan
pada reseksi buli-buli transuretral atau pada litotripsi. Demikian pula partus atau
tindakan operasi didaerah pelvis dapat menyebabkan trauma iatrogenik pada buli-
buli.
Ruptur buli-buli dapat terjadi secara spontan; hal ini biasanya terjadi jika
sebelumnya terdapat kelainan pada dinding buli-buli. Tumor buli, atau obstruksi
ekstraperitoneal, dan cedera buli intraperitoneal. Pada kontusio buli hanya terdapat
dari seluruh kejadian trauma buli . Sedangkan cedera buli ektraperitoneal + 45-
cedera (intra/ekstra), adanya organ lain yang mengalami cedera, serta penyulit yang
terjadi akibat trauma (fraktur pelvis, syok, hematoma perivesika, sepsis, peritonitis,
Pemeriksaan radiologis
Cystography
Foto abdomen AP saat buli teri kontras
Foto abdomen oblik
Foto abdomen saat kontras dikeluarkan (wash out film)
Terapi
Terapi pada cedera buli tergantung dari jenis cedera yang dialami. Pada kontusio
istirahat ada buli. Dengan cara ini diharapkan buli sembuh dalam 7-10 hari
robekan ada buli serta kemungkinan cedera pada organ lain. Jika tidak dioperasi,
cystostomy.
Ruptur Uretra
yang mengenai simfisis pubis dan menimbulkan kerusakan pada cincin pelvis ,
Klasifikasi
Melalui gambaran uretrogram McCollum membagi derajat cedera uretra dalam 3
jenis:
1. Uretra posterior masih utuh dan hanya mengalami streching (peregangan).
memanjang.
• Retensi urine
Tindakan
• Cystostomy
• Uretropalsty
straddle injury, uretra terjepit tulang pelvis dan benda tumpul. Jenis kerusakan
Pada kontusio uretra , pasien mengeluh adanya perdarahan melalui uretra atau
Pada keadaan ini seringkali pasien tidak dapat miksi. Pemeriksaan uretrografi
bulbosa.
Kontusio uretra tidak memerlukan terapi khusus, tetapi mengingat cedera ini dapat
menimbulkan striktur uretra dikemudian hari. Maka setelah 4-6 bulan perlu
1. Sjamsuhidayat, R. 2010. Buku ajar ilmu bedah Sjamsuhidayat-de jong. Jakarta: EGC.