Anda di halaman 1dari 20

Asal mula VOC

Keserakahan VOC tidak begitu saja terjadi tanpa alasan atau tanpa latar belakang. VOC adalah
kongsi dagang Belanda yang didirikan pada 20 Maret 1602. Tujuan didirikannya Vereenigde
Oostindische Compagnie (Perkumpulan Dagang India Timur) seperti tercermin dalam
perundingan 15 Januari 1602 adalah untuk “menimbulkan bencana pada musuh dan guna
keamanan tanah air”. Yang dimaksud musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada
kurun Juni 1580 – Desember 1640 bergabung menjadi satu kekuasaan yang hendak merebut
dominasi perdagangan di Asia. Untuk sementara waktu, melalui VOC bangsa Belanda masih
menjalin hubungan baik bersama masyarakat Nusantara.memonopoli perdagangan di Asia. VOC
satu – satunya kongsi dagang yang menerapkan sistem pembagian saham pada masanya. VOC
memiliki kantor pusat di Oost-Indisch Huis, Amsterdam Belanda, Republik Belanda. VOC
diberi wewenang memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga
mempunyai hak, atas nama Pemerintah Belanda -yang waktu itu masih berbentuk Republik-
untuk membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan perang terhadap suatu negara.
Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat
bertindak seperti layaknya suatu Negara. Berikut ialah hak – hak istimewa VOC yang tercantum
di Oktrooi (piagam/charta) :

 Melakukan monopoli perdagangan di wilayah antara Tanjung Harapan sampai


dengan Selat Magelhaens, termasuk kepulauan Nusantara,

 Membentuk angkatan perang sendiri,


 Melakukan peperangan,
 Mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat,
 Mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri,
 Mengangkat pegawai sendiri, dan
 Memerintah di negeri jajahan

Karena memiliki hak untuk membentuk angkatan perang sendiri dan melakukan peperangan,
maka VOC berupaya meemperluas daerah – daerah di Nusantara sebagai wilayah kekuasaan dan
monopolinya. Namun semakin luas wilayah monopoli Belanda di Nusantara, membuat “Dewan
Tujuh Belas” kewalahan mengatasi masalah, lalu dibentuklah Gubernur baru yang memiliki
kekuasaan tertinggi. Pieter Both ialah Gubernur Jenderal VOC yang pertama menjabat dari tahun
1610 – 1614.

Pada awalnya sikap Belanda di nusantara diterima oleh warga setempat, namun karena terlalu
terobsesi meraup keuntungan yang banyak, Belanda semakin hari semakin berbuat semena mena
terhadap masyarakat Indonesia.

KESERAKAHAN VOC

Beberapa kali Gubernur Jendral VOC berganti kepemimpinan, namun pada saat kepemimpinan
J.P.Coen lah terjadi banyak penindasan terhadap rakyat Indonesia dikarenakan sifat serakah,
angkuh dan ambisius J.P.Coen yang ingin menguasai seluruh harta kekayaan Nusantara. Berikut
ialah keserakahan yang dilakukan Belanda pada Indonesia :

 Membangun pusat perdagangan diberbagai daerah.


 Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan monopoli
perdagangan.
 Melaksanakan politik devide et impera( memecah dan menguasai ) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
 Melaksnakan sepenuhnya Hak Octrooiyang ditawarkan pemerintah Belanda.
 Membangun pangkalan / markas VOC yang semula di Banten dan Ambon, dipindah
dipusatkan di Jayakarta ( Batavia).
 Melaksanakan pelayaran Hongi ( Hongi tochten).
 Adanya Hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang
melebihi ketentuan.
 Adanya verplichte leverantien( penyerahan wajib ) dan Prianger Stelsel ( system
Priangan )
 Melakukan pembunuhan terhadap rakyat pribumi, orang-orang Tionghoa, maupun orang
asing
 Melakukan kondolisasi kedudukan.

selain itu adapula Keserakahan VOC menurut tahun – tahunnya :

 Membangun pusat perdagangan diberbagai daerah.


 Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan monopoli
perdagangan.
 Melaksanakan politik devide et impera( memecah dan menguasai ) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
 Melaksnakan sepenuhnya Hak Octroiyang ditawarkan pemerintah Belanda.
 Membangun pangkalan / markas VOC yang semula di Banten dan Ambon, dipindah
dipusatkan di Jayakarta ( Batavia).
 Melaksanakan pelayaran Hongi ( Hongi tochten).
 Adanya Hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang
melebihi ketentuan.
 Adanya verplichte leverantien( penyerahan wajib ) dan Prianger Stelsel ( system
Priangan )
 Melakukan pembunuhan terhadap rakyat pribumi, orang-orang Tionghoa, maupun orang
asing
 Melakukan kondolisasi kedudukan.

Selain itu ada juga beberapa daftar keserakahan VOC menurut tahunnya :

 Pada Februari 1605, Armada VOC bersekutu dengan Hitu menyerang kubu pertahanan
Portugis di Ambon dengan imbalan VOC berhak sebagai pembeli tunggal rempah-
rempah di Hitu.
 Pada tahun 1609, VOC membuka kantor dagang di Sulawesi Selatan. Namun niat
tersebut dihalangi oleh Raja Gowa. Karena Raja Gowa telah melakukan kerjasama
dengan pedagang-pedagang Inggris, Prancis, Denmark, Spanyol & Portugis untuk
melawan VOC.
 Pada tahun 1610, Ambon dijadikan pusat pengendalian VOC, yang dipimpin oleh
seorang-gubernur jendral. Tetapi selama 3 periode gubernur-jendral tersebut, Ambon tak
begitu memuaskan untuk dijadikan markas besar VOC karena jauh dari jalur-jalur utama
perdagangan Asia.
 Pada 12 Mei 1619, Pihak Belanda mengambil keputusan untuk memberi nama baru
Jayakarta sebagai Batavia.
 Pada Mei 1619, Jan Pieterszoon Coen, seorang warga negara Belanda, melakukan
pelayaran ke Banten dengan 17 kapal.
 Pada 30 Mei 1619, Jan Pieterszoon Coen melakukan penyerangan terhadap Banten,
memukul mundur tentara Banten. Membangun Batavia sebagai pusat militer &
administrasi yg relatif aman bagi pergudangan & pertukaran barang-barang, karena
perjalanan dari Batavia mudah mencapai jalur-jalur perdagangan ke Indonesia bagian
timur, timur jauh, dan Eropa.
 Pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen ditunjuk menjadi gubernur-jendral VOC. Dia
menggunakan kekerasan, untuk memperkokoh kekuasaannya dia menghancurkan semua
yg menghalanginya. Dan menjadikan Batavia sebagai tempat bertemunya kapal-kapal
dagang VOC.
 Pada tahun 1619 pula, terjadi migrasi orang Tionghoa ke Batavia. VOC menarik
sebanyak mungkin pedagang Tionghoa yg ada di berbagai pelabuhan seperti Banten,
Jambi, Palembang & Malaka ke Batavia. Bahkan ada juga yqng langsung datang dari
Tiongkok. Di sini orang-orang Tionghoa sudah menjadi suatu bagian penting dari
perekonomian di Batavia. Mereka aktif sebagai pedagang, penggiling tebu, pengusaha
toko, dan tukang yg terampil.
 Pada tahun 1620, dalam rangka mengatasi masalah penyeludupan di Maluku, VOC
melakukan pembuangan, pengusiran bahkan pembantaian seluruh penduduk Pulau Banda
& berusaha menggantikannya dengan orang-orang Belanda pendatang & mempekerjakan
tenaga kerja kaum budak.
 Pada tahun 1623,VOC melanggar kerjasama dengan Inggris, Belanda membunuh 12 agen
perdagangan Inggris, 10 orang Inggris, 10 orang Jepang; 1 orang Portugis dipotong
kepalanya.
 Pada tahun 1630, Belanda telah mencapai banyak kemajuan dalam meletakkan dasar-
dasar militer untuk mendapatkan hegemoni perniagaan laut di Indonesia.
 Pada tahun 1637, VOC yang telah beberapa lama di Maluku tak mampu memaksakan
monopoli atas produksi pala, bunga pala, dan yg terpenting, cengkeh. Penyeludupan
cengkeh semakin berkembang, muncul banyak komplotan-komplotan yg anti dengan
VOC. Gubernur-Jendral Antonio van Diemen melancarkan serangan terhadap para
penyeludup & pasukan-pasukan Ternate di Hoamoal.
 Pada tahun 1643, Arnold de Vlaming mengambil kesempatan kekalahan Ternate dengan
memaksa raja Ternate Mandarsyah ke Batavia & menandatangani perjanjian yg melarang
penanaman pohon cengkeh di semua wilayah kecuali Ambon atau daerah lain yg dikuasai
VOC. Hal ini disebabkan pada masa itu Ambon mampu menghasilkan cengkeh melebihi
kebutuhan untuk konsumsi dunia.
 Pada tahun 1656, seluruh penduduk Ambon yg tersisa dibuang. Semua tanaman rempah-
rempah di Hoamoal dimusnahkan dan akibatnya daerah tersebut tak didiami manusia
kecuali jika ekspedisi Hongi [armada tempur] melintasi wilayah itu untuk mencari
pohon-pohon cengkeh liar yg harus dimusnahkan.
 Pada 1670, VOC telah berhasil melakukan konsolidasi kedudukannya di Indonesia
Timur. Pihak Belanda masih tetap menghadapi pemberontakan-pemberontakan tetapi
kekuatannya tak begitu besar. VOC pun menebangi tanaman rempah-rempah yg tak dapat
diawasi, Hoamoal tak dihuni lagi, orang Bugis & Makassar meninggalkan kampung
halamannya. Banyak orang-orang Eropa & sekutu-sekutu yg tewas, semata-mata guna
mencapai maksud VOC untuk memonopoli rempah-rempah.
 Pada tahun 1674, Pulau Jawa dalam keadaan yg memprihatinkan, kelaparan merajalela,
berjangkit wabah penyakit, gunung merapi meletus, gempa bumi, gerhana bulan, & hujan
yg tak turun pada musimnya.
 Pada tahun 1680, VOC pada dasarnya hanya terbatas menguasai dataran-dataran rendah
tertentu saja di Jawa. Daerah pegunungan seringkali tak berhasil dikuasai & daerah ini
dijadikan tempat persembunyian pemberontak. Tidak dapat dihindarkan lagi
pemberontakan-pemberontakan mengakibatkan kesulitan & menguras dana VOC.
 Pada tahun 1682, Pasukan VOC dipimpin François Tack & Isaac de Saint-Martin
berlayar menuju Banten guna menguasai perdagangan di Banten. VOC merebut &
memonopoli perdagangan lada di Banten. Orang-orang Eropa yg merupakan saingan
VOC diusir.
 Pada tahun 1740, terjadi penangkapan terhadap orang Tionghoa, tak kurang 1. 000 orang
Tionghoa dipenjarakan. Orang Tionghoa menjadi gelisah lebih-lebih sesudah sering
terjadi penangkapan, penyiksaan, & perampasan hak milik Tionghoa.
 Pada Juni 1740, Kompeni Belanda mengeluarkan lagi peraturan bahwa semua orang
Tionghoa yg tak memiliki izin tinggal akan ditangkapdan diangkut ke Sailan. Peraturan
ini dilaksanakan dengan sewenang-wenang.
 Pada 9 Oktober 1740, dimulainya pembunuhan terhadap orang Tionghoa secara besar-
besaran. Yang banyak melakukan pembunuhan ini ialah orang-orang Eropa & para
budak. Dan pada akhirnya ada sekitar 10. 000 orang Tionghoa yg tewas. Perkampungan
orang Tionghoa dibakar selama beberapa hari. Kekerasan ini berhenti sesudah orang
Tionghoa memberikan uang premi kepada serdadu-serdadu VOC guna melakukan
tugasnya yang rutin.
 Pada Desember 1741, awal 1742-VOC merebut kembali daerah-daerah lain yang
terancam serangan.

RUNTUHNYA VOC

Dapat kita ketahui bahwa sesuatu yang tidak baik tidak akan berlangsung lama, jika iya pun,
akan banyak hal buruk yang terjadi. Karena perbuatan buruk yang mereka lakukan sendiri,
mereka menelan pahit akibat perbuatannya. Berikut ialah beberapa faktor runtuhnya VOC :

 Semakin banyak daerah yang dikuasai oleh VOC, pengawasannya pun semakin sulit.
Kota Batavia semakin ramai dan padat karena orang dari timur asing seperti Cina dan
Jepang diizinkan tinggal sehingga Batavia menjadi banjir penduduk dan mengalami
banyak masalah sosial,
 Parlemen Belanda menetapkan UU bahwa Raja menjadi penguasa tertinggi VOC.
Banyak pengurus yang mulai akrab dengan pemerintah sehingga mengabaikan
kepentingan pemegang saham,
 Pengurus tidak lagi berfikir untuk memajukan usaha perdangangannya, melainkan
memperkaya diri,
 Tahun 1673, VOC tidak mampu membayar dividen dan kas-nya pun merosot karena
perang yang dilaksanakannya dan timbullah beban hutang,
 Adanya ordinasi agar para pejabat VOC diperlakukan hormat oleh semua orang baik
keturunan Eropa atau Indonesia,
 Adanya ordinasi kedua agar para pejabat memakai kendaraan kebesaran, dan tentu itu
semua membebani anggaran, dan
 Mulai terjadinya korupsi di antara para pejabat.

Di atas ialah beberapa faktor utama keruntuhan VOC, telah jelas sekali apa yang mereka perbuat
dapat merusak Organisasi atau Kongsi Dagang yang mereka jalani, maka dari itu tidak heraan
pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dinyatakan bubar, hutang – hutang VOC diganti oleh
pemerintah Belanda.
Dengan demikian kita telah mempelajari dari sejarah, bahwa sesuatu yang tidak baik akan
menghasilkan petaka. Seharusnya kita sebagai bangsa yang pernah ditindas VOC, kita harus
banyak belajar dari kegagalan – kegagalan yang mereka perbuat, dan menjauhin perilaku –
perilaku buruk mereka yang hanya menghancurkan diri mereka sendiri, dan pada akhrinya
keserakahan hanya akan mendatangkan musibah bagi orang – orang disekitar dan juga diri
sendiri.

Vereenigde Oost Indische Compagnie

Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia pada pertama kalinya adalah semata-


mata untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya untuk memperoleh kejayaaan
atau mengharumkan tanah airnya (gold, gospel, glory). Untuk mengatasi persaingan
tidak sehat dan sekaligus mematahkan dominasi Portugis, seorang anggota parlemen
Belanda bernama Johan Van Oldebanevelt mengajukan usul yaitu penggabungan
seluruh perusahaan datang yang ada di Belanda menjadi satu serikat dagang. Usulan
tersebut mendapat sambutan baik. Pada tanggal 20 Maret 1602, berdiri Verenigde Oost
Compagnie atau serikat perusahaan dagang hindia timur, yang biasa dikenal dengan
VOC. Dengan modal pertama 6,5 miliar gulden, VOC dipimpin oleh tujuh belas direktur.
Mereka dikenal dengan sebutan Heeren Zeventien. Terkait adanya persaingan
antarkongsi Belanda, maka Pemerintahan dan Parlemen Belanda mengusulkan agar
antar kongsi Belanda mendirikan sebuah perusahaan dagang yang lebih besar. Pada
tanggal 20 Maret 1602 secara resmi dibentuklah persekutuan kongsi dagang Belanda
yang diberi nama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). VOC didirikan di
Amsterdam. Adapun tujuannya ialah :
1. Menghindari persaingan yang tidak sehatantara sesamA kelompok/kongsi
pedangang Belanda yang telah ada.
2. Memperkuat kedudukan Belanda dalam menghadapi persaingan dengan para
pedagang Negara lain.
3. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol
yang masih menduduki Belanda.
Perkembangan VOC

Orang-orang VOC mulai menampakkan sifatnya


yang congkak, kejam, dan ingin menang sendiri. VOC ingin mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya melalui monopoli perdagangan. VOC mulai ikut campur dalam
berbagai konflik antara penguasa yang satu dengan penguasa yang lain. Beberapa
kerajaan di yang Perubahan sikap VOC itu telah menimbulkan kekecewaan bagi rakyat
dan penguasa di Indonesia. Perubahan sikap itu terutama sekali terjadi pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal VOC yang kedua yaitu Jan Pieterzoon Coen.
Untuk dapat menguasai Jayakarta, JP Coen kemudian membangun benteng-
benteng di sekitar loji VOC, sehingga loji semakin besar. Bahkan pada tahun 1619 VOC
menyerbu dan membakar kota Jayakarta. Di atas reruntuhan kota itu kemudian
dibangun kota baru yang dinamakan Batavia.
Dengan dibangunnya benteng-benteng dan loji-loji sebagai pusat kegiatan VOC, maka
jalur-jalur perdagangan di kepulauan Nusantara telah dikendalikan oleh VOC. Untuk
mengendalikan kegiatan monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia bagian
timur, khususnya Maluku, diadakan Pelayaran Hongi.

1. Kebijakan dan Kezaliman yang Dilakukan VOC di Indonesia


 Kebijakan VOC
Kebijakan- kebijakan VOC yang diterapkan di Indonesia
1. menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan
monopoli perdangan.
2. melaksakan politik devide et impera ( memcah dan menguasai ) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3. Untuk mempererat kedudukannya, perlu mengangkat seorang Gubernur Jenderal.
4. Melaksakan sepenuhnya Hak Oktroi yang diberikan pemerintah belanda, seperti :
- hak monopoli
- hak untuk membuat uang
- hak nutuk mendirikan benteng
- hak untuk melaksanakan perjanjian dengan kerajaan di Indonesia, dan
- hak untuk tentara.
5. Membangun pangkalan atau markas VOC yang semula di banten dan
di Ambon, dipindah ke Jayakarta ( Batavia ).
6. Melaksakan pelayaran Hongi ( HOngi tocjten ).
7. Adanya hak ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang
melebihi ketentuan.

Adapun tujuan dibentuknya VOC ini antara lain untuk:


(1) menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama kelompok/kongsi pedagang Belanda
yang telah ada
(2) memperkuat kedudukan Belanda dalam menghadapi persaingan dengan para pedagang
negara lain.
Dalam menjalankan tugas, VOC ini memiliki beberapa kewenangan dan hak-hak antara lain:
1 hak monopoli perdagangan,
2. hak mencetak uang sendiri,
3. hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja di Nusantara,
4. hak memiliki tentara ayau angatan perang sendiri,
5. hak untuk mengumumkan perang,
6. hak membentuk pemerintahan sendiri,
7. hak sebagai wakil kerajaan Belanda di Indonesia,
8. hak untuk menarik pajak, dan
9. hak menjalankan kekuasaan kehakiman.
Sebagai sebuah kongsi dagang, dengan kewenangan dan hak-hak di atas, menunjukkan
bahwa VOC memiliki hak-hak istimewa dan kewenangan yang sangat luas. VOC sebagai kongsi
dagang bagaikan negara dalam negara.Dengan memiliki hak untuk membentuk angkatan perang
sendiri dan boleh melakukan peperangan, maka VOC cenderung ekspansif. VOC terus berusaha
memperluas daerah-daerah di Nusantara sebagai wilayah kekuasaan dan monopolinya. VOC
juga memandang bangsa-bangsa Eropa yang lain sebagai musuhnya.
Kesrerakahan VOC secara singkat :

 Membangun pusat perdagangan


 Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan
monopoli perdagangan.
 Melaksanakan politik devide et impera ( memecah dan menguasai ) dalam rangka
untuk menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
 Untuk memperkuat kedudukannya dirasa perlu mengangkat seorang pegawai yang
disebut Gubernur Jendral.
 Melaksnakan sepenuhnya Hak Octroi yang ditawarkan pemerintah Belanda.
 Membangun pangkalan / markas VOC yang semula di Banten dan Ambon, dipindah
dipusatkan di Jayakarta ( Batavia).
 Melaksanakan pelayaran Hongi ( Hongi tochten ).
 Adanya Hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah
yang melebihi ketentuan.
 Adanya verplichte leverantien ( penyerahan wajib ) dan Prianger Stelsel ( system
Priangan )
 Melakukan pembunuhan terhadap rakyat pribumi, orang-orang Tionghoa, maupun
orang asing
 Melakukan kondolisasi kedudukan

Berikut adalah keserakahan VOC menurut tahunnya :

 Pada tahun 1602, Sir James Lancaster ditunjuk untuk memimpin pelayaran yg berisi
orang-orang The East India Company (EIC) dan tiba di Aceh untuk melakukan
perjalanan selanjutnya menuju Banten.
 Pada tahun 1603, VOC membangun pusat perdagangan pertama yang tetap di
Banten. Namun pembangunan pusat perdagangan ini tidak menguntungkan kerena
persaingan dengan para pedagang Tionghoa & Inggris.
 Pada Februari 1605, Armada VOC bersekutu dengan Hitu menyerang kubu
pertahanan Portugis di Ambon dengan imbalan VOC berhak sebagai pembeli
tunggal rempah-rempah di Hitu.
 Pada tahun 1604, terjadi pelayaran ke-2 maskapai Inggris yg dipimpin oleh Sir
Henry Middleton, maskapai ini berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon &
Banda. Akan tetapi di wilayah yang mereka kunjungi ini mendapat perlawanan yg
keras dari VOC.
 Pada tahun 1609, VOC membuka kantor dagang di Sulawesi Selatan. Namun niat
tersebut dihalangi oleh Raja Gowa. Karena Raja Gowa telah melakukan kerjasama
dengan pedagang-pedagang Inggris, Prancis, Denmark, Spanyol & Portugis untuk
melawan VOC.
 Pada tahun 1610, Ambon dijadikan pusat pengendalian VOC, yang dipimpin oleh
seorang-gubernur jendral. Tetapi selama 3 periode gubernur-jendral tersebut,
Ambon tak begitu memuaskan untuk dijadikan markas besar VOC karena jauh dari
jalur-jalur utama perdagangan Asia.
 Pada tahun 1611, Inggris berhasil mendirikan kantor perdagangannya di bagian
Indonesia lainnya, yaitu di Sukadana [Kalimantan barat daya], Makassar, Jayakerta,
Jepara, Aceh, Priaman, Jambi.
 Pada tahun 1618, Banten mengambil keputusan untuk menghadapi Jayakarta &
VOC. Dengan cara memaksa Inggris untuk membantu mereka, perlawanan ini
dipimpin oleh laksamana Thomas Dale.
 Pada tahun 1619, ketika VOC akan menyerah pada Inggris, secara tiba-tiba muncul
tentara Banten menghalangi maksud Inggris. Hal ini dikarenakan Banten tidakk mau
pos VOC di Batavia diisi oleh Inggris. Akibatnya Thomas Dale melarikan diri
dengan kapalnya. Pada akhirnya Banten menduduki kota Batavia.
 Pada 12 Mei 1619, Pihak Belanda mengambil keputusan untuk memberi nama baru
Jayakarta sebagai Batavia.
 Pada Mei 1619, Jan Pieterszoon Coen, seorang warga negara Belanda, melakukan
pelayaran ke Banten dengan 17 kapal.
 Pada 30 Mei 1619, Jan Pieterszoon Coen melakukan penyerangan terhadap Banten,
memukul mundur tentara Banten. Membangun Batavia sebagai pusat militer &
administrasi yg relatif aman bagi pergudangan & pertukaran barang-barang, karena
perjalanan dari Batavia mudah mencapai jalur-jalur perdagangan ke Indonesia
bagian timur, timur jauh, dan Eropa.
 Pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen ditunjuk menjadi gubernur-jendral VOC.
Dia menggunakan kekerasan, untuk memperkokoh kekuasaannya dia
menghancurkan semua yg menghalanginya. Dan menjadikan Batavia sebagai tempat
bertemunya kapal-kapal dagang VOC.
 Pada tahun 1619 pula, terjadi migrasi orang Tionghoa ke Batavia. VOC menarik
sebanyak mungkin pedagang Tionghoa yg ada di berbagai pelabuhan seperti Banten,
Jambi, Palembang & Malaka ke Batavia. Bahkan ada juga yqng langsung datang
dari Tiongkok. Di sini orang-orang Tionghoa sudah menjadi suatu bagian penting
dari perekonomian di Batavia. Mereka aktif sebagai pedagang, penggiling tebu,
pengusaha toko, dan tukang yg terampil.
 Pada tahun 1620, atas dasar pertimbangan diplomatik di Eropa VOC terpaksa
bekerjasama dengan pihak Inggris dengan memperbolehkan Inggris mendirikan
kantor dagang di Ambon. Dan dalam rangka mengatasi masalah penyeludupan di
Maluku, VOC melakukan pembuangan, pengusiran bahkan pembantaian seluruh
penduduk Pulau Banda & berusaha menggantikannya dengan orang-orang Belanda
pendatang & mempekerjakan tenaga kerja kaum budak.
 Pada tahun 1623,VOC melanggar kerjasama dengan Inggris, Belanda membunuh 12
agen perdagangan Inggris, 10 orang Inggris, 10 orang Jepang; 1 orang Portugis
dipotong kepalanya.
 Pada tahun 1630, Belanda telah mencapai banyak kemajuan dalam meletakkan
dasar-dasar militer untuk mendapatkan hegemoni perniagaan laut di Indonesia.
 Pada tahun 1637, VOC yang telah beberapa lama di Maluku tak mampu
memaksakan monopoli atas produksi pala, bunga pala, & yg terpenting, cengkeh.
Penyeludupan cengkeh semakin berkembang, muncul banyak komplotan-komplotan
yg anti dengan VOC. Gubernur-Jendral Antonio van Diemen melancarkan serangan
terhadap para penyeludup & pasukan-pasukan Ternate di Hoamoal.
 Pada tahun 1638, Van Diemen kembali ke Maluku & berusaha membuat persetujuan
dengan raja Ternate dimana VOC bersedia mengakui kedaulatan raja Ternate atas
Seram, Hitu serta menggaji raja sebesar 4. 000 real/tahun dengan imbalan bahwa
penyeludupan cengkeh akan dihentikan & VOC diberi kekuasaan de facto atas
Maluku. Akan tetapi persetujuan ini gagal.
 Pada tahun 1643, Arnold de Vlaming mengambil kesempatan kekalahan Ternate
dengan memaksa raja Ternate Mandarsyah ke Batavia & menandatangani perjanjian
yg melarang penanaman pohon cengkeh di semua wilayah kecuali Ambon atau
daerah lain yg dikuasai VOC. Hal ini disebabkan pada masa itu Ambon mampu
menghasilkan cengkeh melebihi kebutuhan untuk konsumsi dunia.
 Pada tahun 1656, seluruh penduduk Ambon yg tersisa dibuang. Semua tanaman
rempah-rempah di Hoamoal dimusnahkan & akibatnya daerah tersebut tak didiami
manusia kecuali jika ekspedisi Hongi [armada tempur] melintasi wilayah itu untuk
mencari pohon-pohon cengkeh liar yg harus dimusnahkan.
 Pada tahun 1660, Armada VOC yg terdiri dari 30 kapal menyerang Gowa,
menghancurkan kapal-kapal Portugis.
 Pada tahun Agustus-Desember 1660, Sultan Hasanuddin, raja Gowa dipaksa
menerima persetujuan perdamaian dengan VOC, namun persetujuan ini tak berhasil
mengakhiri permusuhan.
 Pada tahun 18 November 1667, Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani
perjanjian Bongaya, akan tetapi Hasanuddin kembali mengobarkan pertempuran.
 Pada April 1668 & Juni 1669, VOC melakukan serangan besar-besaran terhadap
Goa & sesudah pertempuran ini perjanjian Bongaya benar-benar dilakukan.
 Pada 1670, VOC telah berhasil melakukan konsolidasi kedudukannya di Indonesia
Timur. Pihak Belanda masih tetap menghadapi pemberontakan-pemberontakan
tetapi kekuatannya tak begitu besar. VOC pun menebangi tanaman rempah-rempah
yg tak dapat diawasi, Hoamoal tak dihuni lagi, orang Bugis & Makassar
meninggalkan kampung halamannya. Banyak orang-orang Eropa & sekutu-sekutu
yg tewas, semata-mata guna mencapai maksud VOC untuk memonopoli rempah-
rempah.
 Pada tahun 1674, Pulau Jawa dalam keadaan yg memprihatinkan, kelaparan
merajalela, berjangkit wabah penyakit, gunung merapi meletus, gempa bumi,
gerhana bulan, & hujan yg tak turun pada musimnya.
 Pada tahun 1680, VOC pada dasarnya hanya terbatas menguasai dataran-dataran
rendah tertentu saja di Jawa. Daerah pegunungan seringkali tak berhasil dikuasai &
daerah ini dijadikan tempat persembunyian pemberontak. Tidak dapat dihindarkan
lagi pemberontakan-pemberontakan mengakibatkan kesulitan & menguras dana
VOC.
 Pada tahun 1682, Pasukan VOC dipimpin François Tack & Isaac de Saint-Martin
berlayar menuju Banten guna menguasai perdagangan di Banten. VOC merebut &
memonopoli perdagangan lada di Banten. Orang-orang Eropa yg merupaken saingan
VOC diusir. Orang-orang Inggris mengundurkan diri ke Bengkulu & Sumatera
Selatan satu-satunya pos mereka yg masih ada di Indonesia.
 Pada tahun 1721, VOC mengumumkan apa yg dinamakan komplotan orang-orang
Islam yg bermaksud melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Eropa di Batavia
& juga orang-orang Tionghoa.
 Pada tahun 1722, perlakuan terhadap orang-orang Tionghoa bertambah kejam &
korup. Walaupun demikian jumlah orang Tionghoa bertambah dengan pesat. VOC
melakukan sistem kuota untuk membatasi imigrasi, tetapi kapten-kapten kapal
Tionghoa mampu menghindarinya dengan bantuan dari pejabat VOC yg korupsi.
Kebanyakan orang-orang Tionghoa pendatang yg tak memperoleh pekerjaan
sebagian besar mereka bergabung menjadi gerombolan-gerombolan penjahat di
sekitar Batavia.
 Pada tahun 1727, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan peraturan bahwa
semua orang Tionghoa yg telah tinggal 10 sampai 12 tahun di Batavia & belum
memiliki surat izin akan dikembalikan ke Tiongkok.
 Pada tahun 1729, pemerintah kolonial memberikan kesempatan selama 6 bulan
kepada orang Tionghoa untuk mengajukan permohonan izin tinggal di Batavia
dengan membayar 2 ringgit.
 Pada tahun 1730, dikeluarkan larangan bagi orang Tionghoa untuk membuka tempat
penginapan, tempat pemadatan candu & warung baik di dlm maupun di luar kota.
 Pada tahun 1740, terjadi penangkapan terhadap orang Tionghoa, tak kurang 1. 000
orang Tionghoa dipenjarakan. Orang Tionghoa menjadi gelisah lebih-lebih sesudah
sering terjadi penangkapan, penyiksaan, & perampasan hak milik Tionghoa.
 Pada Juni 1740, Kompeni Belanda mengeluarkan lagi peraturan bahwa semua orang
Tionghoa yg tak memiliki izin tinggal akan ditangkapdan diangkut ke Sailan.
Peraturan ini dilaksanakan dengan sewenang-wenang.
 Pada 9 Oktober 1740, dimulainya pembunuhan terhadap orang Tionghoa secara
besar-besaran. Yang banyak melakukan pembunuhan ini ialah orang-orang Eropa &
para budak. Dan pada akhirnya ada sekitar 10. 000 orang Tionghoa yg tewas.
Perkampungan orang Tionghoa dibakar selama beberapa hari. Kekerasan ini
berhenti sesudah orang Tionghoa memberikan uang premi kepada serdadu-serdadu
VOC guna melakukan tugasnya yg rutin.
 Pada Desember 1741, awal 1742-VOC merebut kembali daerah-daerah lain yg
terancam serangan

Pengaruhnya kebijaksanaan VOC bagi rakyat Indonesia


1. kekuasaan raja menjadi berkurang / bahkan didominasi secara keseluruhan oleh
VOC.
2. Wilayah kerajaan terpecah belah dengan melahirkan kerajaan dan penguasa baru di
bawah kendali VOC.
3. Hak Oktroi ( istemewa ) VOC, membuat masyarakat Indoneisa menjadi miskin dan
menderita.
4. Rakyat Indonesia mengenal politik uang, mengenal system pertahanan benteng, etika
perjanjian dan prajurit bersenjata modern ( senjata api, meriam ).
5. Pelayaran HOngi, dapat dikatakan sebagai suatu perampasan, perampokan,
perbudakan dan pembunuhan.
6. Hak ekstirpasi bagi rakyat merupakan ancaman matinya suatu harapan / sumber
penghasilan yang bisa berlebih.

 Kezaliman VOC
Selama di Indonesia, VOC memlakukan hal – hal seperti berikut :
1. Merebut pasaran produksi pertanian dan memonopoli perdagangan di Indonesia.
2. VOC mendudukin tempat – tempat strategis
3. Melakukan pemaksaan bahkan sampai diperangi apabila ada rakyat Indonesia yang
tidak mau bekerja.
4. Melakukan tipu daya agar mendapat keuntungan dan kekuasaan sebesar – besarnya.
5. Ikut campur dalam masalah kekerajaan.
6. Bentuk Reaksi Rakyat Indonesia Terhadap Keserakahan dan Kezaliman VOC
Perlakuan VOC terhadap Indonesia, menyebabkan banyak perlawanan dari berbagai
penjuru.

Keserakahan VOC (sejarah indonesia)

Cornelis Chastelein datang di Batavia pada tanggal 16 Agustus 1674. Pada mulanya ia
bekerja pada "Kamer XVII" kamar dagang VOC sebagai boek houder. Beberapa tahun
kemudian ia menikah dengan Chatarina Van Qualberg. Dari pernikahan ini Cornelis
Chastelein dikaruniai seorang putra yang diberi nama sama dengan kakeknya Anthony
Chastelein.Pada tahun 1682, yaitu pada usia 25 tahun Cornelis Chastelein memangku
jabatan sebagai Grootwinkelier der OostIndische Compagnie. Dan pada tahun 1691 naik
jabatannya menjadi Tweede Opperkoopman des Casteels Batavia dengan gaji 65 gulden.
Pada saat yang bersamaan pada waktu itu, Gubernur Jenderal Camphuys meletakan
jabatannya dan digantikan oleh Gubernur Jenderal Van Outhoorn (1691-1704).

1682 - Pasukan VOC dipimpin Francois Tack dan Isaac de Saint Martin berlayar menuju
Banten guna menguasai perdagangan di Banten. VOC merebut dan memonopoli
perdagangan lada di Banten. Orang-orang Eropa yang merupakan saingan VOC diusir.
Orang-orang Inggris mengundurkan diri ke Bengkulu dan Sumatera Selatan satu-satunya
pos mereka yang masih ada di Indonesia.
1683-1710 - VOC mengalami masalah keuangan yang sangat berat di wilayah Asia selama
kurun waktu tersebut. Di antara 23 kantornya hanya tiga (Jepang, Surat dan Persia) yang
mampu memberikan keuntungan; sembilan menunjukkan kerugian setiap tahun termasuk
Ambon, Banda, Ternate, Makassar, Banten, Cirebon dan wilayah pesisir Jawa. VOC
banyak mengeluarkan biaya-biaya yang sangat tinggi akibat pemberontakan di samping
pengeluaran pribadi VOC yang tidak efesien, kebejatan moral, korupsi yang merajalela.
VOC juga menuntut semakin banyak kepada rakyat Jawa, yang mengakibatkan
pemberontakan yang terus berlanjut dan pengeluaran VOC bertambah tinggi

1684 - Gubernur-Jendral Speelman meninggal. Terbongkarlah korupsi dan penyalah


gunaan kekuasaan. Konon Speelman memerintah tanpa menghiraukan nasihat Dewan
Hindia dan banyak melakukan pembayaran dengan uang VOC yang pada dasarnya tidak
pernah ada untuk pekerjaan yang tidak pernah dilakukan. Selama masa kekuasaan
Speelmen jumlah penjualan tekstil menurun 90%, monopoli candu tidak efektif. Speelman
juga banyak melakukan penggelapan uang negara dan pada 1685 semua penunggalan
Speelman disita negara.

8 Februari 1686 - Dengan tipu muslihat Surapati berhasil membunuh Franois Tack dalam
suatu pertempuran. Tack tewas dengan dua puluh luka di tubuhnya.
1690 - Belanda berusaha membalas kekalahan yang dialami Tack tetapi gagal karena
Surapati menguasai teknik-teknik militer Eropa dengan baik.
Abad ke-18
1702 - Jumlah kekuatan serdadu militer Belanda yang berkebangsaan Eropa hanya tinggal
sedikit. Administrasi VOC kacau balau
1706 - Surapati terbunuh di Bangil.
1721 - VOC mengumumkan apa yang dinamakan komplotan orang-orang Islam yang
bermaksud melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Eropa di Batavia dan juga
orang-orang Tionghoa.
1722 - Perlakuan terhadap orang-orang Tionghoa bertambah kejam dan korup. Walaupun
demikian jumlah orang Tionghoa bertambah dengan pesat. VOC melakukan sistem kuota
untuk membatasi imigrasi, tetapi kapten-kapten kapal Tionghoa mampu menghindarinya
dengan bantuan dari pejabat VOC yang korupsi. Kebanyakan orang-orang Tionghoa
pendatang yang tidak memperoleh pekerjaan sebagian besar mereka bergabung menjadi
gerombolan-gerombolan penjahat di sekitar Batavia.

 1727 - Posisi ekonomi orang Tionghoa makin penting di satu pihak dan sering terjadinya
kejahatan oleh orang Tionghoa, menimbulkan perasaan tidak senang terhadap orang
Tionghoa. Rasa tidak senang menjadi semakin tebal di kalangan warga bebas, kolonis-
kolonis Belanda yang tidak dapat menandingi orang Tionghoa. Timbullah kemudian rasa
permusuhan dan sikap rasialis terhadap orang Tionghoa.
 1727 - Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan peraturan bahwa semua orang
Tionghoa yang telah tinggal 10 sampai 12 tahun di Batavia dan belum memiliki surat izin
akan dikembalikan ke Tiongkok.

 1729 - Pemerintah kolonial memberikan kesempatan selama 6 bulan kepada orang


Tionghoa untuk mengajukan permohonan izin tinggal di Batavia dengan membayar 2
ringgit.

 1730 - Dikeluarkan larangan bagi orang Tionghoa untuk membuka tempat penginapan,
tempat pemadatan candu dan warung baik di dalam maupun di luar kota.

 1736 - Pemerintah kolonial mengadakan pendaftaran bagi semua orang Tionghoa yang
tidak memiliki surat izin tinggal.

 1740 - Terdapat 2.500 rumah orang Tionghoa di dalam tembok Batavia sedangkan jumlah
orang Tionghoa di kota dan daerah sekitarnya diperkirakan 15.000 jiwa. Jumlah ini
setidak-tidaknya merupakan 17% dari keseluruhan penduduk di daerah terebut. Ada
kemungkinan bahwa orang-orang Tionghoa sebenarnya merupakan unsur penduduk yang
lebih besar jumlahnya. Ada pula orang-orang Tionghoa di kota-kota pelabuhan Jawa dan
Kartasura walaupun jumlahnya hanya sedikit.

 1740 - Terjadi penangkapan terhadap orang Tionghoa, tidak kurang 1.000 orang
Tionghoa dipenjarakan. Orang Tionghoa menjadi gelisah lebih-lebih setelah sering terjadi
penangkapan, penyiksaan, dan perampasan hak milik Tionghoa.

 4 Februari 1740 - Segerombolan orang Tionghoa melakukan pemberontakan dan


penyerbuan pos penjagaan untuk membebaskan bangsanya yang ditahan.

 Juni 1740 - Kompeni Belanda mengeluarkan lagi peraturan bahwa semua orang Tionghoa
yang tidak memiliki izin tinggal akan ditangkapdan diangkut ke Sailan. Peraturan ini
dilaksanakan dengan sewenang-wenang.
 September 1740 - Tersiar berita bahwa segerombolan orang Tionghoa di daerah pedesaan
sekitar Batavia bergerak mendekati pintu gerbang Batavia. Mr. Cornelis di Tangerang
dan de Qual di Bekasi, memerintahkan memperkuat pos-pos penjagaan.

 7 Oktober 1740 - Pasukan bantuan yang dikirim ke Tangerang oleh pemerintah kolonial
diserang oleh gerombolan Tionghoa, sebagian besar dari pasukan tersebut tewas.

 Oktober 1740 - Berdasarkan bukti yang didapatkan VOC menarik kesimpulan bahwa
orang-orang Tionghoa sedang merencanakan sebuah pemberontakan.

 8 Oktober 1740 - Kompeni Belanda mengeluarkan maklumat, antara lain perintah


menyerahkan senjata kepada kompeni. Jam malam diadakan.

 9 Oktober 1740 - Dimulainya pembunuhan terhadap orang Tionghoa secara besar-


besaran. Yang banyak melakukan pembunuhan ini adalah orang-orang Eropa dan para
budak. Dan pada akhirnya ada sekitar 10.000 orang Tionghoa yang tewas. Perkampungan
orang Tionghoa dibakar selama beberapa hari. Kekerasan ini berhenti setelah orang
Tionghoa memberikan uang premi kepada serdadu-serdadu VOC guna melakukan
tugasnya yang rutin.

 10 Oktober 1740 - Pertahanan kompeni Belanda di Tangerang diserang oleh sekitar 3.000
orang pemberontak Tionghoa.

 Mei 1741 - Orang-orang Tionghoa yang berhasil lolos dari pembantaian di Batavia
melarikan diri ke arah timur menyusur sepanjang daerah pesisir. Mereka melakukan
perebutan pos di Juwana. Markas besar VOC dikepung dan pos-pos lainnya terancam.

 Juli 1741 - Pos VOC di Rembang dihancurkan oleh orang-orang Tionghoa yang
membantai seluruh personel VOC.

 Juli 1741 - Prajurit raja yang berada di Kartasura menyerang pos garnisun VOC.
Komandan VOC Kapten Johannes van Velsen dan beberapa serdadu lainnya tewas.
Serdadu yang selamat ditawari pilihan beralih ke agama Islam atau mati dan banyak yang
memilih pindah agama.

 November 1741 - Pakubuwana II mengirim pasukan artileri ke Semarang. Pasukan


prajurit-prajurit tersebut bersatu dengan orang Tionghoa melakukan pengepungan
terhadap pos VOC. Pos VOC di Semarang ini dikepung oleh kira-kira 20.000 orang Jawa
dan 3.500 orang Tionghoa dengan 30 pucuk meriam. Orang Jawa dan Tionghoa bersatu
melawan kompeni Belanda.

 Desember 1741-awal 1742 - VOC merebut kembali daerah-daerah lain yang terancam
serangan.

 13 Februari 1755 - VOC menandatangani Perjanjian Giyanti. Isinya VOC mengakui


Mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwana I, penguasa separuh wilayah Jawa
Tengah.

Proses kebangkrutan VOC


Pada masa Gubernur Jenderal J.P. Coen (1619–1623, 1627–1629) diberlakukan berbagai kebijakan di
antaranya adalah sebagai berikut.

a. Memonopoli perdagangan di Maluku.

b. Menjadikan Batavia sebagai pelabuhan dan pusat kekuasaan VOC.

c. Menjalankan politik devide et impera (adu domba) antara raja-raja di Jawa dengan kepulauan
Nusantara lainnya.

d. Mendatangkan keluarga-keluarga Belanda untuk mengelola pertanian di Indonesia.

e. Proses westernisasi pada budaya-budaya pribumi.

f. Memonopoli perdagangan rempah-rempah.


Gambar: Proses kebangkrutan VOC

Sejarah kebangkrutan VOC


Salah satu kebijakan Coen yang paling keras yaitu dihancurkannya Pulau Banda. Penduduk Banda
dibantai, sedangkan yang hidup dijadikan budak.

Untuk menjalankan misi menaklukkan Nusantara, VOC melakukan strategi sebagai berikut ini.

a. Melakukan tindak kekerasan, peperangan, dan tindakan kasar terhadap penguasa setempat dan para
pedagang yang melawannya.

b. Mengusir dan membunuh para penduduk yang menolak menjual barang dagangannya kepada VOC.

c. Menghancurkan pusat-pusat perdagangan Islam di Nusantara.

d. Melakukan tipu muslihat serta mencampuri urusan dalam negeri setiap kerajaan, terutama di Jawa.

Penyebab kebangkrutan VOC


Pada tahun 1799, VOC mengalami kebangkrutan yang disebabkan faktor-faktor berikut.

a. Banyaknya korupsi yang dilakukan para pegawai VOC, apalagi mereka tidak mempunyai kewajiban
untuk memberikan laporan keuangan pada pemerintah Belanda.

b. Banyaknya biaya yang harus dikeluarkan VOC sebagai dampak dari peperangan yang dilakukan VOC di
Nusantara.

c. Persaingan yang ketat dengan kongsi dagang lain.

d. Rakyat Indonesia tidak mampu lagi membeli barangbarang Belanda.


e. Terjadinya perdagangan gelap.

Anda mungkin juga menyukai