Abstrak
Pendahuluan Kehadiran dan peranan Isteri tentara (TNI-AD) mutlak tidak dapat dipisahkan dari
TNI Angkatan Darat, istri sangat berperan dalam menentukan keberhasilan suami, istri selalu siap
memberikan dukungan pada suami mereka. Namun konsekuensi sebagai seorang istri tentara
tidaklah sedikit dan mudah untuk dijalani. Tekanan kehidupan militer secara tidak langsung dapat
dapat menginduksi terjadinya masalah mental atau psikologis pada keluarga tentara, Istri tentara
kemungkinan mengalami dampak tidak menyenangkan yang dapat menyebabkan stres yang
disebabkan penugasan suaminya.
Tujuan Penelitian menggali makna dari pengalaman istri tentara (TNI-AD) yang tinggal dibatalyon
saat suami bertugas didaerah rawan konflik.
Desain Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretif.
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam pada 6 partisipan yaitu istri tentara
yang sesuai dengan kriteria penelitian. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan IPA
(Interpretive Phenomenological Analysis)
Hasil: Penelitian ini menghasilkan 7 tema yaitu Jaminan keamanan yang tidak jelas, Upaya
mencapai kesejahteraan keluarga. Rasa bangga namun khawatir mengiringi penugasan suami.
Mengalami keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga, Perubahan perilaku anak
karena kehilangan figur ayah. Upaya adaptasi istri dalam kondisi sulit dan Upaya mencari support
system
Kesimpulan: Seorang istri dalam menjalani aktivitas dengan berjauhan dengan suami tentu
mengalami kendala,namun segala kesulitan dan hambatan yang dialami oleh istri bersama anak
harus tetap dijalani dan merupakan bentuk pengorbanan keluarga demi tercipta keluarga yang
sejahtera
Kata kunci: istri tentara,suami bertugas, daerah rawan konflik, pengorbanan
Abstract
Background: Mental health problems of the Indonesian migrant workers are continually increasing.
These problems are caused by the vulnerability of the migrant workers in getting abuse while doing their jobs.
Various forms of abuse are often suffered by the migrant workers, such as extortion, sexual harassment, insult,
torture in prison, and other violent behaviors. Abuses that the migrant workers experienced cause impact of
psychological trauma that can increase the risk for the migrant workers experience mental health problems.
Based on health standpoint, this is part of the health problems in society, considering that not all victims are
able to tell their experience abuse they experienced. The purpose of this research is to explore migrant workers’
experience who suffered abuses. Methods : The design of the study is a qualitative study with interpretive
phenomenological approach. In-depth interviews are used with semi-structured questions involving 7 migrant
workers who suffered abuses. Data were collected and analyzed using hermeneutics according to Streubert and
Carpenter (2011). Results: The study has great theme that is in the environment is risky in lowering the quality
of life. The great theme is then translated into seven themes namely does not understand the conditions of
employment abroad, receive inhumane treatment, feeling suffer being a migrant workers, experience health
problems, is helpless to face the problems, seek freedom and find sources of support. Conclusion: The results
of the interviews of all the participants showed that their inhumane treatment, including forms of physical
abuse, psychological maltreatment, restriction of freedom, restriction of health access, insults through words
and curb of economic rights. Migrant workers feel abuses experienced as a self-suffering that cause various
health problems, both physical and psychological. As for strategies that the migrant workers do in escaping the
abuses are receiving treatment in a state of helplessness, self-seeking freedom and the searching for sources of
support.
“..Kalau disana itu sebenarnya kita “...kalau tentara kalau belum keluar
melihatnya dari salarinya, karena negeri belum tentara, karena keluar
disana itu terus terang negeri ndak maen- maen, ada
saja karena salarynya pakai dollar ya, kebangaan sendiri, apalagi jadi
terus terang saja... (P1) pasukan Garuda kan ya...” (P4)
“...iya, Libanon itu kan tempat “...Terus kalau tugas itu kan
penugasan luar negeri yang istilahnya kebanggaan tersendiri ya mbak, karena
kayak orang wisata lah, kan disana kalau tentara kalau ndak pernah tugas
itu kan tempat yang paling enak ya gimana gt... (P6)
diantara negara-negara lain..”(P5)
Partisipan 1 (P1) mengatakan
Alasan lain yang menjadikan istri bangga suami mendapat penugasan ke
mendukung penugasan suami untuk luar negeri, karena tidak semua orang bisa
bertugas juga disampaikan istri dalam sub kesana, hal senanda juga disampaikan
sub tema adanya kesempatan, hal ini oleh Partisipan 4 (P4) dengan
didukung dengan pernyataan partisipan mengatakan bahwa menjadi seorang
“..tidak semua bisa kesana....eh mas tentara jika mendapatkan penugasan
I .. ini lho rejeki banget, yang mau ke keluar negeri bukan hal yang biasa,
sana saja banyak banget, yang muda- apalagi tergabung dalam pasukan Garuda.
muda saja pingin kesana saja ndak Partisipan 6 (P6) mengatakan hal yang
bisa kok, mas I lho dapat rejeki,..(P4) tidak jauh berbeda, bahwa seorang
tentara tanpa penugasan seperti ada yang
Partisipan 4 (P4) mendukung kurang. Dari pernyataan ketiga partispan
penugasan suaminya dan memberi tersebut menunjukkan bahwa perasaan
motivasi kepada suaminya, dengan bangga juga dirasakan seorang istri
mengatakan bahwa ini adalah karena suami terpilih untuk bertugas ke
keberuntungan dan rejeki dari Tuhan, luar negeri.
karena tidak semua orang bisa kesana Tema rasa bangga namun
dan ini merupakan kesempatan kekhawatiran mengiringi penugasan suami
juga dijabarkan dengan sub tema lain
Tema 3. Rasa bangga dan khawatir yaitu kekhawatiran terhadap penugasan
mengiringi penugasan suami suami, dimana sub tema tersebut memiliki
satu sub sub tema dengan pernyataan
Tema ini dijabarkan kembali dalam dua dari partisipan:
sub tema yaitu rasa bangga dengan ..”jelas was-was, kepikiran, apalagi
penugasan suami dan kekhawatiran itu ditempat yang jauh” (P1)
terhadap penugasan suami, sub tema rasa
bangga dengan penugasan suami didukung senengnya ada sedihnya campur-
sub sub tema dengan pernyataan partisipan campur, ....awalnya sih ya ndak
sebaagi berikut : seneng, ndak senang bingung ( P2)
..” takut, cemas,.. pokoknya suami sulitnya, karena saya e..harus bekerja,
saya, saya suruh hati-hati”( P3) kemudian sedang posisi anak saya sakit”
(P1)
kalau saya pribadi ya sebenarnya ya
Keterbatasan dalam pemenuhan
berat, apa namanya kawatir (P6)
kebutuhan rumah tangga juga didukung sub-
“..Iya cemas, takut, apalagi suamiku itu
sub tema mengalami kendala saat anak sakit.
apa ya, kalau bahasa Indonesianya Kendala yang dialami oleh partisipan saat
ringkih itu..”(P5) anak sakit digambarakan dalam bentuk
Partisipan 1 (P1) mengatakan pernyataan adanya kesulitan ke dokter jika
bahwa rasa was was, kepikiran diperberat anak sakit, terpaksa meminta bantuan
dengan tempat yang jauh, pernyataan tetangga saat tengah malam anak sakit, saat
yang sama juga diungkapkan partisipan 2 sekeluarga sakit naik ojek adalah pilihannya
(P2) dengan ungkapan bingung, Pernyataan ini didukung ungkapan partisipan:
Partisipan 3 (P3) dengan cemas, takut, ..” kalau biasanya kan kalau mau
ke dokter gt kan ada yang antar,
Partisipan 6( P6) yang merasa berat
kalau sekarang kan bingung,
ditinggal suami dan partisipan 5 (P5) yang
ndak mungkin kan sakit suruh
mencemaskan kondisi suami karena hari- naik motor sendiri, suruh
hari sebelumnya suami mudah mengalami pegangan sendiri kan ndak
sakit atau “ringkih” mungkin itu yang repot..(P5)
Tema 4. Mengalami keterbatasan dalam “...dulu pernah sakit semua, saya sama
pemenuhan kebutuhan rumah tangga anak saya, akhirnya berangkat semua
berobat, naik ojek..”( P2)
Hal ini didukung oleh pernyataan
“waktu itu tengah malam , saya
partisipan sebagai berikut:
membutuhkan bantuan orang lain,
“anak ya ini, dia dekat sekali
karena ndak mungkin saya keluar sendiri
dengan ayahnya, jadi kontaknya itu dengan hanya membawa anak naik
kuat dia, mereka berdua, jadi misal sepeda saya tidak bisa, akhirnya saya
ditinggal itu terjadi sesuatu memang minta bantuan orang lain, saya minta
sama anak...Sakit, nah iya sakit... bantuan tetangga...( P1)
( P1)
Itu terakhir kemarin terpaksa, biasanya
“ kaya beban bgt, mbak saya sudah kan saya kasi obat tradisional itu
kondisi hamil tua, suami ndak ada nanti sembuh, terakhir kemarin baru satu
minggu ini, karena sudah panas kalau
ya apa... aku yak apa sama anak ...
sore panas sekali akhirnya naik ojek
(P2)
( P5)
Waktu itu Iya, waktu itu saya hamil 9 Kesehatan adalah hal yang penting untuk
bulan, anak saya yang pertama sempat diupayakan, termasuk didalamnya kesehatan
opname 10 hari, haduh rasanya mbak, anak, namun dalam menjalankan
pingin nangis pingin apa pingin curhat.. perannya sebagai seorang istri sekaligus
(P6) ibu, sering mengalami kendala atau
keterbatasan misal dalam perawatan anak
“.... saat anak sakit itu, yang memang yaitu saat anak mengalami sakit dan
harus diatasi sendiri harus dirawat seharusnya menjalani opname, tetapi hal
sendiri, dirasa-rasakan sendiri bagaimana tersebut tidak dapat dilakukan, karena ibu
yang seharusnya menjaga juga sedang dijemput adik saya terus diajak
sakit. Pernyataan ini didukung dengan jalan-jalan...(P3)
pernyatataan :
“..Ya kemarin itu,anak saya si A kena Iya sering, kebetulan kan kadang-
tifus itu ..akhirnya Cuma rawat jalan kadang kan pergi dekat-dekat
saja, sampai 1 bulan .. Karena ndak sini,... kalau dulu mesti agendanya
kuat saya, kaya ngliyer ngliyer gt, kan mesti kalau ndak malam
tekanan darah saya 150 akhirnya minggu ya apa, kalau sekarang
ayo dirawat dirumah saja wes...( P4) sama sekali ndak pernah selama 6
bulan ini, paling potong rambut,
Dari pernyataan partisipan diatas, potong rambut itu saja iya
dapat diartikan bahwa ibu tanpa kedepan, ke pos doreng, itu
kehadiran suami ibu memiliki berani ... itu saja sudah sueneng
keterbatasan dalam perawatan pada anak saya, katanya dah jalan-
anaknya yang sakit, karena ditunjang jalan..kasian sebenarnya...(P5)
kondisi yang dialami ibu, dampak dari
keterbatasan perawatan yang dilakukan “Iya, setiap libur pasti ayo mah
adalah memanjangnya masa sakit anak. keluar keluar...iya Le adike sik
Selain mengalami permasalahan bayi...
karena kesehatan anak, seorang istri yang .Dari beberapa pernyatan diatas ibu
mengalami perpisahan dengan suami, mengalami kesulitan dalam pemenuhan
karena penugasan ke daerah rawan keinginan anak saat liburan.
konflik juga mengalami kesulitan dalam
pemenuhan keinginan anak saat liburan, Kendala yang dialami istri saat
dimana anak mulai membanding – penugasan suami tidak hanya terkait
bandingkan kondisi liburan ketika ada perawatan anak sakit dan tidak dapat
ayahnya dengan sekarang, adanya protes terpenuhinya keperluan anak, namun juga
dan rengekan dari anak karena perbedaan pada kesulitan dalam menata ulang
dalam pemenuhan keinginan anak setelah keuangan, yang disebabkan banyaknya
ayahnya tidak ada. Ungkapan partisipan pengeluaran karena penugasan suami,
yang berada dalam situasi ancaman pernyataan ini didukung dengan
didukung dengan pernyataan: pernyataan partisipan sebagai berikut :
“Kalau lburan, kalau pas saya ada “..Sulit juga..,... perencanaan
waktu kemudian saya tidak lelah, keuangan, sehari-hari, ...kadang
saya ajak dia keluar, ... kadang dia diluar dugaan ada kondisi-kondisi
membandingkan dengan orang lain, dimana kami harus mengeluarkan
misalnya Ma kenapa itu bisa pergi, biaya diluar perencanaan..” (P1)
kenapa aku ndak, kenapa aku
cuma dirumah saya” (P1) “ ..membutuhkan biaya juga, Dan
biaya itu juga tidak diberi oleh dari
“Iya mbak protes,.. dulu ada ayah pihak sini, harus dengan biaya
jalan-jalan, sekarang ndak ada sendiri.. waktu itu memang saya
dirumah tok, yawis diberitahu nanti belum tidak punya cadangan dana
kalau ada ayah jalan-jalannya..., sama sekali......(P2)
kalau ndak nanti nunggu sore
“..alhamdulilah kan sedikit-sedikit kan hal ini keluar dari sub sub tema perubahan
sudah ada tabungan , yang namanya komunikasi dan dalam sub tema ketidak
punya anak sedikit sedikit yan harus puasan dalam berkomunkasi, yang
ada simpenan,... setelah suami butuh didukung dengan pernyataan partisipan:
uang, ya ndak apa-apa pakai itu dulu, ...Ya bebannya itu tadi waktu
bagaimana lagi daripada nanti disana memang saya benar-benar butuh
kurang “yang penting suami jangan tempat untuk saya sharing orangnya
sampai kurang lah disana, jauh dari tidak bisa saat jadi saya terbiasa
keluarga dari saudara...”(P3) sampai sekarang . Jadi saya jarang
cerita apapun ke orang lain, kalaupun
“..ada uang kambing itu kan mbak, telp kadang saya males, apalagi kalau
karena sebelum pergi pratugas video call saya , saya males ..(P2)
dijual, karena ndak ada yang
merawat, jadi uang kambing untuk “suami saya karena orangnya cuek,
wira-wiri “ (P4) jadi dia mungkin kurang untuk
memperhatikan gt istilahnya tanya
Kesulitan dalam merawat rumah gimana kabarya itu saja jarang,gt
juga dialami oleh istri yang suaminya karena menurut dia begitu lihat saya
sedang menjalani penugasan, hal ini divideocall itu baik, ya sudah kamu ndak
muncul dari sub sub tema kondisi rumah perlu ditanyai gmana kabarmu, ya
yang harus diperbaiki, dan dalam sub Cuma begtu, tapi saya rasanya ya
tema mengalami kesulitan dalam cemburu gitu, kalau sama anak itu saya
perawatan rumah, hal ini didukung dengan cemburu..” (P1)
pernyataan partisipan terkait kondisi
rumah mereka yang bocor saat hujan dan “...Hape saya rusak, dichas ndak bisa
tidak ada yang memperbaiki, hal ini masuk ya, suami itu sudah gimana ini
didukung dengan pernyataan: ditelp ndka bisa, saya suruh
“..biasanya kan saya, saat musim hujan membetulkan adik itu kurang lebih
gini,rumah bocor, enak, itu rumahnya semingguan mbak’ (P3)
bocor yah, kalau sekarang, saya sama
anak saya oyong-oyong tv, sopo sing Tema 5. Perubahan perilaku anak
naik iki, .. “ (P4) karena kehilangan figur ayah