Oleh :
Abdul Rahim
Muhamad Fadil
Pembimbing :
KENDARI
2018
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny. Asnia
Tanggal Lahir : 4 Februari 2018
Umur : 3 Hari
Jenis kelamin : Laki-laki
BB L : 2700 gram
PBL : 40 cm
BB masuk : 2400 gram
PB masuk : 40 cm
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Buton
Alamat : Desa Amolengu, Buton Uara
No. RM : 521568
Tanggal masuk : 7 Februari 2018
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan Ibu pasien
Keluhan utama : Demam
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari. yang lalu, demam
dirasakan naik turun, menggigil (+), berkeringat malam (-), dan kejang (+).
Batuk (-), pilek (-), sesak (-). Mual (-), muntah (-), malas menetek sejak satu
hari yang lalu, BAB kesan normal dan BAK 2 kali sejak lahir. Riwayat
kehamilan ANC rutin, ibu tidak sakit selama hamil dan tidak mengonsumsi
obat selama hamil. Riwayat persalinan bayi lahir spontan, tidak langsung
menangis, kebiruan saat lahir. Riwayat imunisasi (-).
2
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Sedang/Gizi Baik/Sadar
Antropometri : BB : 2400 Kg │ TB : 40 cm │LILA : 7 cm │LK : 30
cm
LD : 29 cm │LP : 28 cm
Tanda Vital : TD : - mmHg P : 48x/menit
N : 152x/menit S : 37,80C
Pucat : (-) Sianosis : (-)
Tonus : Baik Ikterus : (+)
Turgor : Baik Busung : (-)
Kepala : Normocephal
Muka : Simetris kanan dan kiri
Rambut : Berwarna hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Ubun-ubun besar : Terbuka
Telinga : Otorhea (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-) │Sklera ikterik (-)
Hidung : Rinorhea (-) │pernapasan cuping hidung (-)
Bibir : Sianosis(-), kering (-)
Lidah : Sulit dinilai
Sel Mulut : Sulit dinilai
Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-)
Bentuk dada : Simetris Kiri dan Kanan
Paru :
PP : Simetris kiri dan kanan │ retraksi subcostal (-)
PR : Massa (-) | Nyeri Tekan (-) | Krepitasi (-)
PK : Sonor kedua lapangan paru
PD : Vesikuler +/+ │Rhonki -/- │ Wheezing -/-
Jantung :
PP : Ictus cordis tidak tampak
PR : Ictus cordis tidak teraba
PK : Pekak
3
PD : BJ I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
Batas kiri : ICS IV Linea midclavicularis (S)
Batas kanan : ICS V Linea parasternalis (D)
Irama : BJ I/II murni regular
Souffle :-
Thrill :-
Abdomen :
PP : Cembung, ikut gerak nafas
PD : Peristaltik (+) normal
PK : Tympani (+)
PR : Massa (-)
Kulit : Ikterik (+), kering (-)
Gigi : Caries: (-)
4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. DARAH RUTIN
PARAMETER HASIL RUJUKAN
^
WBC 16.37 10 3/uL 4.00-10.00
RBC 5.71 10^6/uL 4.00-6.00
HGB 18.2 g/dL 12.0-16.0
HCT 54.1` % 37.0-48.0
MCV 94.7 fL 80.0-97.0
MCH 31.9 Pg 26.5-33.0
MCHC 33.6 g/dL 31.5-35.0
PLT 328 10^3/uL 150-400
RDW-SD 54.4 fL 37.0-54.0
RDW-CV 16.6 % 10.0-15.0
PDW 12.2 fL 10.0-18.0
MPV 10.6 fL 9.0-13.0
P-LRC 29.9 % 13.0-43.0
PCT 0.35 % 0.17-0.35
NEUT ---- 10^3/uL 1.50-7.00
LYMPH 4.58 10^3/uL 1.00-3.70
MONO 3.28 10^3/uL 0.00-0.70
EO 0.69 10^3/uL 0.00-0.40
BASO ---- 10^3/uL 0.00-0.10
2. KIMIA DARAH
PARAMETER NILAI RUJUKAN
Glukosa
55 70-180 mg/dl
Sewaktu
E. DIAGNOSA KERJA
Infeksi Neonatorum + Hipoglikemi
F. RESUME
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari. yang lalu, demam
dirasakan naik turun, menggigil (+), berkeringat malam (-), dan kejang (+).
Batuk (-), pilek (-), sesak (-). Mual (-), muntah (-), malas menetek sejak satu
hari yang lalu, BAB kesan normal dan BAK 2 kali sejak lahir. Riwayat
kehamilan ANC rutin, ibu tidak sakit selama hamil dan tidak mengonsumsi
5
obat selama hamil. Riwayat persalinan bayi lahir spontan, tidak langsung
menangis, kebiruan saat lahir. Riwayat imunisasi (-).
G. PENATALAKSANAAN
R/ :
- O2 ½ - 1 L/menit
- IVFD D5 10% 10 tpm (mikro)
- Ampicilin 2 x 125 mg/iv
- Gentamisin 1 x 10 mg/iv
- Sonde ASI 10-15 cc / 2 jam
- Phenobarbital 25 mg/im (jika kejang)
-
H. FOLLOW UP
6
10/02/2018 S : lemas, muntah (-), menetek (-), IVFD D5 10% 10 tpm
kejang (-) O2 ½ - 1 L/menit
O : KU : Sakit sedang, BB : 2,100 gram Sonde ASI 30 cc/ 2 jam
N : 150x/m Amoxan drop 2 x 0,5 cc
P : 64x/m
S : 38 0C
A : Infeksi neonatorum
11/02/2018 S : demam (-), kejang (-), refleks isap IVFD D5 10% 10 tpm
lemah Sonde ASI 30 cc/ 2 jam
O : KU : Sakit sedang, BB : 2.150 kg Amoxan drop 2 x 0,5 cc
N : 150x/m
P : 56xx/m
S : 36,6°C
A : Infeksi neonatorum
12/02/2017 S : demam (-), kejang (-), refleks isap IVFD D5 10% 10 tpm
lemah Sonde ASI 30 cc/ 2 jam
O : KU : Sakit sedang, BB : 2.200 kg Amoxan drop 2 x 0,5 cc
N : 154x/m
P : 60xx/m
S : 37,3°C
A : Infeksi neonatorum
13/02/2017 Pasien pulang
7
BAB II
ANALISIS KASUS
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari. yang lalu, demam
dirasakan naik turun, menggigil (+), berkeringat malam (-), dan kejang (+). Batuk
(-), pilek (-), sesak (-). Mual (-), muntah (-), malas menetek sejak satu hari yang
lalu, BAB kesan normal dan BAK 2 kali sejak lahir. Riwayat kehamilan ANC
rutin, ibu tidak sakit selama hamil dan tidak mengonsumsi obat selama hamil.
Riwayat persalinan bayi lahir spontan, tidak langsung menangis, kebiruan saat
lahir. Riwayat imunisasi (-).Pada pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan Umum
Sakit sedang, Status Gizi baik, P: 48 x/menit N:152 x/menit, S: 37,8 0C, Pada
pemeriksaan kulit didapatkan ikterus (+), sianosis (-), pemeriksaan jantung, paru
dan abdomen dalam batas normal.
Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir atau
neonatorum yang dapat terjadi pada masa antenatal, perinatal, dan postnatal.
Neonatorum atau bayi baru lahir merupakan waktu yang sangat rentan pada bayi <
28 hari, yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang diperlukan
untuk kehidupan ekstra uteri..1
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
mendapatkan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, 35 bayi per 1000
kelahiran hidup. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal per tahun atau 430 bayi
per hari. Beberapa penyebab kematian bayi disebabkan berat badan lahir rendah,
asfiksia, tetanus, infeksi, dan masalah pemberian minum. Penyebab kematian
neonatal kelompok umur 0-7 hari adalah prematuritas dan berat badan lahir
rendah/low birth weight (LBW) 35%, diikuti oleh asfiksia lahir 33,6%. Sedangkan
penyebab kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari adalah infeksi 57,1%
(termasuk tetanus, sepsis, pnemonia, diare), dan masalah minum 14,3%. Infeksi
bakterial sistemik dapat terjadi kurang dari 1%, penyakit virus 6%-8% dari
seluruh populasi neonatus dan infeksi bakteri nosokomial 2%-25% dari bayi yang
dirawat di NICU.4
8
Penyebab terjadinya infeksi pada neonatus adalah bakteri, virus, jamur dan
jarang disebabkan oleh protozoa. Infeksi neonatus dapat terjadi intrauterin melalui
transplasental, didapat intrapartum saat melalui jalan lahir selama proses
persalinan, atau pascapartum akibat sumber infeksi dari luar setelah lahir. 5
Adapun faktor risiko terjadinya infeksi neonatorum adalah :
Faktor ibu :
- Persalinan & kelahiran kurang bulan
- Ketuban pecah > 18-24 jam
- Chorioamniositis
- Persalinan dengan tindakan
- Demam pada ibu (> 38,4oC )
- ISK pada ibu
- Faktor sosial ekonomi & gizi ibu
Faktor bayi :
- Asfiksia perinatal
- Berat lahir rendah
- Bayi kurang bulan
- Prosedur invasif
- Kelainan bawaan.3,4
9
infeksi bakterial dalam 2
minggu sebelum persalinan.
Ketuban keruh bercampur Sepsis didapatkan dari rumah sakit :
meconium dan atau bau perawatan diruang intensif, pemakaian
ventilator mekanik, prosedur invasif,
pemberian cairan parenteral,
penggunaan cairan untuk mengatasi
syok
Ketuban pecah dini > 24 jam Sepsis didapat dari masyarakat : higine
buruk, perawatan tali pusat tidak bersih,
pemakaian botol susu, emberian makan
dini.
Pemeriksaan dalam vagina
selama persalinan yang tidak
bersih
Partus lama
Asfiksia neonatorum
Adanya ketuban keruh bercampur
mekonium atau 3 kriteria diatas,
indikasi untuk memulai pemberian
antibiotik. Bayi dengan 2 faktor risiko
harus dilakukan pemeriksaan skrining
sepsis dan diobati sesuai hasil kultur.
b) Infeksi pada neonatus juga dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua
golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan.
1. Infeksi berat (major infections) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia,
diare epidemik, pyelonefritis, osteitis akut, tetanus neonatoum.
2. Infeksi ringan (minor infection) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum,
infeksi umbilikus (omfalitis), moniliasis.2
Manifestasi Klinis
Infeksi neonatal sangat penting yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu
sendiri, tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan
bayinya. Diagnosis perinatal tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat ada
bayi, anak atau yang lebih tua sering kali tidak ditemukan.2
Kondisi fisik neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi
umum pada neonatus, terutama BBLR yang dapat tetap hidup selama 72 jam
10
pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan kongenital
tertentu, namun tiba tiba kondisi fisiknya berubah, hendaknya harus selalu di ingat
bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.2
Tabel 2 : Manifestasi klinis infeksi neonatal.7
Kategori A Kategori B
11
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan,
persalinan untuk mencari faktor risiko yang teliti, bervariasinya gejala klinik dan
gambaran klinis yang tidak seragam menyebabkan kesulitan dalam menentukan
diagnosis pasti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratorium ataupun
pemeriksaan khusus lainnya seringkali dipergunakan dalam membantu
menegakkan diagnosis yang didahului oleh dugaan adanya infeksi. 2,4
Kecurigaan infeksi didasarkan pada predisposisi infeksi, tanda infeksi, dan
reaksi inflamasi. Faktor-faktor predisposisi infeksi, meliputi: faktor genetik, usia,
status nutrisi, status imunisasi, komorbiditas (asplenia, penyakit kronis,
transplantasi, keganasan, kelainan bawaan), dan riwayat terapi (steroid,
antibiotika, tindakan invasif ). Tanda infeksi berdasarkan pemeriksaan klinis dan
laboratoris. Secara klinis ditandai oleh demam atau hipotermia, atau adanya fokus
infeksi. Secara laboratoris, digunakan penanda (biomarker) infeksi: pemeriksaan
darah tepi (lekosit, trombosit, rasio netrofil:limfosit, shift to the left), pemeriksaan
morfologi darah tepi (granula toksik, Dohle body, dan vakuola dalam sitoplasma),
c-reactive protein (CRP), dan prokalsitonin. Sepsis memerlukan pembuktian
adanya mikroorganisme yang dapat dilakukan melalui pemeriksaan apus Gram,
hasil kultur (biakan), atau polymerase chain reaction (PCR). Pencarian fokus
infeksi lebih lanjut dilakukan dengan pemeriksan analisis urin, feses rutin, lumbal
pungsi, dan pencitraan sesuai indikasi.
Secara klinis respon inflamasi terdiri dari:
1. Demam (suhu inti >38,5°C atau suhu aksila >37,9°C) atau hipotermia (suhu
inti <36°C).
2. Takikardia: rerata denyut jantung di atas normal sesuai usia tanpa adanya
stimulus eksternal, obat kronis, atau nyeri; atau peningkatan denyut jantung
yang tidak dapat dijelaskan lebih dari 0,5 sampai 4 jam.
3. Bradikardia (pada anak <1 tahun): rerata denyut jantung di bawah normal
sesuai usia tanpa adanya stimulus vagal eksternal, beta-blocker, atau
penyakit jantung kongenital; atau penurunan denyut jantung yang tidak
dapat dijelaskan selama lebih dari 0,5 jam.
12
4. Takipneu: rerata frekuensi nafas di atas normal.6
Penatalaksaan
a. Suportif 1,4,7
- Lakukan monitoring cairan dan elektrolit
- Terapi O2 bila ditemukan: sianosis, distres pemapasan, apneu, dan
serangan kejang. Dan mengusahakan agar jalan nafas tetap terbuka
- Pemberian cairan dan elektrolit pada keadaan umum yang jelek,
diberikan secara parenteral sesuai dengan umur dan berat badan bayi.
- Bila keadaan umum baik dapat diberikan nutrisi enteral secara bertahap
dan parenteral dikurangi sampai kebutuhan rumatan terpenuhi peroral.
- Bila terjadi SIADH (Syndrome of inappropriate anti diuretik hormon)
batasi cairan
- Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolik.
- Awasi adanya hiperbilirubinemia, lakukan transfusi tukar bila perlu
- Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi
enteral.
b. Kausatif 1,7
Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam managemen
infeksi neonatal. Pada kenyataannya, menentukan kuman secara pasti tidak
mudah dan membutuhkan waktu. Untuk memperoleh hasil yang maksimal
pengobatan harus cepat diberikan. Sehingga pengobatan dengan antibiotika
secara empiris terpaksa cepat diberikan untuk menghindarkan berlanjutnya
perjalanan penyakit.
Jadi, segera setelah diagnosis ditegakkan penderita harus diberi
antibiotik yang dipilih harus mempunyai spektrum luas yang diperkirakan
bisa mengatasi bakteri gram positif maupun gram negatif yang paling sering
menyebabkan infeksi atau sepsis.
Biasanya antibiotik yang dipilih adalah golongan ampisilin/
kloksasilin/ vankomisin dan golongan aminoglikosid/ sefalosorin. Lamanya
pengobatan sangat tergantung pada jenis kuman penyebab. Pada penderita
13
yang disebabkan oleh kuman gram positif , pemberian antibiotik dianjurkan
selama 10-14 hari, sedangkan pengobatan penderita dengan gram negatif
diteruskan sampai 2-3 minggu.
Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia yang dimaksud adalah hipoglikemia pada bayi dan
anak.Disebut hipoglikemia apabila kadar gula darah kurang dari 40 mg%
(serum atau plasma lebih tinggi 10- 15%). Terjadi apabila didapatkan defek
pada produksi glukosa, pemakaian glukosa yang berlebihan, atau pada
beberapa kasus kombinasi dari keduanya. Hipoglikemia dapat asimptomatik
atau disertai gejala gangguan susunan saraf pusat dan kardiopulmonal yang berat.
Pada BBLR, bayi prematur, asfiksia, makrosomia, dan anak sakit berat yang
secara klinis terdapat tanda hipoglikemia, harus diperiksa terhadap
kemungkinan hipoglikemia, khususnya apabila terdapat riwayat masukan per
oral kurang. Insidens hipoglikemia simptomatik pada bayi baru lahir di
Amerika bervariasi dari 1,3 - 3 per 1000 kelahiran hidup. Insidens meningkat
pada bayi risiko tinggi. Prognosis tergantung penyebab dan cepatnya
pemberian terapi. Glukosa merupakan bahan yang sangat penting untuk
metabolisme neuron, maka kadar glukosa darah harus berkisar 70 - 100 mg/dL
(normal) untuk mencegah terjadinya komplikasi.8
Keterlambatan terapi dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap
khususnya pada bayi kecil dan prematur. Hipoglikemia yang berlangsung lama
atau berulang dapat berpengaruh besar terhadap perkembangan dan fungsi
otak.Apabila disertai hipoksemia dan iskemia, hipoglikemia dapat menyebabkan
kerusakan otak yang menetap.8
Diagnosis
Anamnesis
Ditanyakan ada tidaknya gejala hipoglikemia (gejala akibat rangsangan
saraf simpatis dan susunan saraf pusat) dan faktor-faktor pemicu timbulnya
hipoglikemia antara lain:
14
- Ibu menderita diabetes
- Makrosomia
- Kolestasis, merupakan petanda mungkin adanya penyakit metabolik
antara lain galaktosemia dan kelainan mitokondria yang dapat menyebabkan
hipoglikemia
- Mikropenis mendukung kearah hipopituitarisme
- Hepatomegali yang didapatkan dari anamnesis atau pemeriksaan fisis
seringkali akibat dari glycogen storage disease atau defek glukoneogenesis.
- Miopati merupakan tanda defek fattyacid oxidation dan glycogen storage
disease
- Minum obat-obatan sebelumnya (misalnya etanol, salisilat, hipoglikemik
oral)
- Komponen dalam diet antara lain galaktose dan fruktose yang merupakan
petunjuk adanya inbornerror of metabolism antara lain pada galaktosemia,
penyakit maple syrup urine, dan intoleransi fruktosa.
Pemeriksaan fisis
Pada hari pertama atau kedua setelah kelahiran, hipoglikemia mungkin
asimptomatik. Gejala hipoglikemia pada bayi mungkin didapatkan gejala
neuroglikopenik yang berat, namun tetapi kadang tidak spesifik meliputi:
- Gelisah/rewel
- Sianosis
- Apnu
- Distres respirasi
- Malas minum
- Kejang mioklonik
- Wilting spells atau myoclonic jerks
- Jitteriness
- Kejang
- Somnolen, letargi, apatis
- Temperatur subnormal
- Berkeringat
15
- Hipotonia
Manifestasi klinis pada anak:
- Simpatomimetik: pucat, keringat dingin, kehilangan nafsu makan
- Neuroglikopenik: disorientasi, perubahan perilaku, nyeri kepala, strabismus,
letargi atau somnolen, kejang, koma
Pemeriksaan penunjang
Bila didapatkan gejala yang menyokong hipoglikemia, maka harus
secepatnya diperiksa kadar gula darah untuk memastikan. Apabila kadar gula
darah rendah, maka untuk konfirmasi diagnosis perlu diperiksa:
Darah:
- Kadar glukosa plasma
- Pemeriksaan serum terhadap kadar insulin,C-peptida,kortisol,hormon
pertumbuhan, beta-hydroxybutyrate, laktat, dan asam lemak bebas.
- Elektrolit darah (Na, K )
Tes faal hati
- Bila terdapat karnitin dan acylcarnitine dalam urin merupakan indikasi,
diperiksa kadar karnitin darah.
- Bila dibutuhkan pemeriksaan yang lebih akurat, maka dibutuhkan
pemeriksaan formal gula darah puasa (OGTT)
- Pada keadaan hipoglikemia yang menetap, diberikan suntikan glukagon
intravena (0,03 mg/kg). Kenaikan glukosa plasma lebih dari 25 mg/dl sangat
menyokong hiperinsulinisme. Satu jam setelah diberikan glukagon
dianjurkan untuk memeriksa kadar glukosa plasma, laktat dan kadar hormon
pertumbuhan.
Urin:
- Pemeriksaan urin pada saat yang sama untuk pemeriksaan asam organik,
keton, dan bahan pereduksi lain.
16
Pencitraan
- CT Scan kepala, bila dicurigai hipopituitarisme
- USG abdomen, bila dicurigai adanya insulinoma
Tata laksana
Medikamentosa
- Tujuan pengobatan adalah mengembalikan kadar gula darah menjadi normal
dengan pemberian glukosa secara adekuat, enteral, maupun parenteral.
- Pemberian glukosa:
- Per oral, apabila pasien sadar, dapat minum dan menelan dengan baik.
Segera diberikan karbohidrat yang cepat diserap dengan baik (glukosa
tablet, jelly glukosa, larutan gula, perasan buah-buahan, atau madu.
- IV, diberikan bilamana pasien tidak sadar atau tidak dapat menelan dan
minum dengan baik
- Bila tidak dapat diberikan glukosa per oral, berikan secara iv bolus glukosa
10% 1-2 mL/kgBB (dekstrose 0,25-0,5 mg/kgBB), diikuti dengan glukosa
10% 3-5 ml/ kgBB/jam (6-8 mg/kgBB/menit). Gula darah diturunkan secara
bertahap supaya tidak terjadi rebound hiperglikemia, dan dipertahankan
supaya tetap diatas 150 mg/dL
- Bila kebutuhan glukosa atau glucose infusion rate (GIR) >10
mg/kgbb/menit, sudah harus waspada adanya insulinoma, dan lebih
meyakinkan bila GIR 15-20 mg/kgbb/ menit maka
- Tambahkan glukagon 5-10 µg/kgBB/jam
- Beri deksametason bila ada tanda edema otak
- Pengobatan kausal tergantung penyebab
Dietetik
Terapi dietetik tergantung penyebabnya
- Penyakit metabolik: hindari bahan spesifik yang dapat menyebabkan
hipoglikemia
- Hipoglikemia ketotik, penyakit ”glycogen storage”, dan penyakit lain yang
harus menghindari puasa, harus dihindarkan puasa dalam jangka waktu lama
dan disediakan makanan yang berbasis karbohidrat
17
Operatif
Pankreatektomi, dilakukan pada hiperinsulinisme
Suportif
- Oksigen
- Jaga kehangatan tubuh
Indikasi rawat
- Hipoglikemi menetap atau berulang-ulang
- Kebutuhan glukosa sama atau lebih dari 10 mg/kgBB/menit
- Tidak jelas penyebabnya
Pemantauan
- Respons pengobatan
- Ulang pemeriksaan gula darah secepatnya
- Bila kesadaran telah pulih, anamnesis untuk mencari kemungkinan
penyebabnya
- Cari penyakit yang mungkin sebagai penyebab
- Bila memungkinkan secepatnya diberikan diet peroral
- Periksa kadar gula darah setiap jam bilamana kadar gula darah tidak stabil
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Infeksi pada bayi baru lahir. Di
dalam Wahab S, editor. Ilmu Kesehatan Anak Nelsson.Jakarta. EGC;1996
2. Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2007.
3. Jeffrey S. Gerdes, MD. 2004. Diagnosis and management of bacterial
infections in the neonate. Diakses tanggal 5 September 2013 di
http://www.researchgate.net/publication/8433758_Diagnosis_and_manage
ment_of_bacterial_infections_in_the_neonate/file/504635227717973904.p
df.
4. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku
ajar neonatologi. Edisi 2. Jakarta: IDAI. 2008.
5. Kosim MS. Infeksi Neonatal Akibat Ketuban Keruh. Sari Pediatri, vol. 11,
No. 3, juni 2015 ; 212-18
6. Rezeki, Sri, dkk, Editor. Konsensus Diagnosis dan Tatalaksana Sepsis
pada Anak. Badan Penerbit IDAI. 2016. Hal 3-5
7. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi &
pediatri tropis. Edisi kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008
8. Pudjiaji AH, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2011
19