Anda di halaman 1dari 13

Indonesia darurat korupsi, Pendidikan Anti Korupsi sangat penting untuk

mempersiapkan generasi muda yang anti korupsi. Kapan negara ini akan maju jika
para pemangku jabatan di negara kita berjamaah melakukan tindakan korupsi. dan
saatnya kita menanamkan pendidikan karakter anti korupsi untuk generasi muda saat
ini. Berikut ini adalah artikel anti korupsi, makalah Pendidikan karakter Anti
Korupsi.

Pengertian Korupsi

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus” . Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang
lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah
“corruption,corrupt”(Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie”
(Belanda).

Dari asal usul bahasanya korupsi bermakna (busuk, rusak, menggoyahkan,


memutarbalik, menyogok ) adalah tindakan pejabat publik baik politisi maupun
pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak
wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. (wikipedia)

Sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-
unsur sebagai berikut:

1. Perbuatan melawan hukum;

2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;

3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;

4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya :

1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);

2. Penggelapan dalam jabatan;


3. Pemerasan dalam jabatan;

4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);

5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Jika melihat dari pengertian korupsi diatas, bisa disimpulkan jika korupsi adalah
sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang telah
memberikan amanah dalam mengemban tugas tertentu.

Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi

A. Bentuk-Bentuk Korupsi

a. Penyuapan
Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan sejumlah
pemberian
kepada seorang dengan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan tugas dan
tanggungjawabnya. Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang,
tapi
bisa berupa barang berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan ataupun janji
tindakan, suara atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan public.

b. Penggelapan (embezzlement) dan pemalsuan atau penggelembungan (froud).


Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian uang,
properti, atau barang berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat untuk menjaga
dan
mengurus uang, properti atau barang berharga tersebut. Penggelembungan menyatu
kepada praktik penggunaan informasi agar mau mengalihkan harta atau barang secara
suka rela.
c. Pemerasan (Extorion)
Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan informasi yang
menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau bekerjasama. Dalam hal ini
pemangku jabatan dapat menjadi pemeras atau korban pemerasan.
d. Nepotisme (nepotism)
Kata nepotisme berasal dari kata Latin “nepos” yang berarti “nephew” (keponakan).
Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan pertimbagan
hubunga, bukan karena kemamuannya.
Dan lain-lain.

B. Faktor Penyebab Korupsi


FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KORUPSI.

Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat kompleks. Faktor-faktor


penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga bisa berasal
dari situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi.
Dengan demikian secara garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokan menjadi
dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat
dirinci menjadi:

a) Aspek Perilaku Individu.


• Sifat tamak/rakus manusia.

Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkan makan. Korupsi


adalah kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah.
Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada
pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Maka
tindakan keras tanpa kompromi, wajib hukumnya.

• Moral yang kurang kuat

Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak
yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
• Gaya hidup yang konsumtif.

Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseong konsumtif.


Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan
membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi
hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

b) Aspek Sosial

Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan
bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang
untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits
pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan
memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.

2. Faktor eksternal, pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar diri
pelaku.

a) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan
oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi
justru terus berjalan dengan berbagai bentuk. Oleh karena itu sikap masyarakat yang
berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi karena :
• Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai seseorang
karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat masyarakat tidak
kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu didapatkan.

• Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat


sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa korupsi, sosok yang paling
dirugikan adalah negara. Padahal bila negara merugi, esensinya yang paling rugi
adalah masyarakat juga, karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang
sebagai akibat dari perbuatan korupsi.

• Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan korupsi
pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh masyarakat.
Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-
hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.

• Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila
masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan. Pada umumnya
masyarakat berpandangan bahwa masalah korupsi adalahtanggung jawab pemerintah
semata. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila
masyarakat ikut melakukannya.

b) Aspek ekonomi

Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada kemung-


kinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu
membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan
melakukan korupsi.
c) Aspek Politis

Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan
untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan harapan
masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan berbagai
aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang
diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan
demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.

d) Aspek Organisasi

• Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan

Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal mempunyai pengaruh
penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik
di hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar
bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.

• Tidak adanya kultur organisasi yang benar

Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur
organisasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak
kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif,
seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.

• Kurang memadainya sistem akuntabilitas

Institusi pemerintahan umumnya pada satu sisi belum dirumuskan dengan jelas visi
dan misi yang diembannya, dan belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus
dicapai dalam periode tertentu guna mencapai hal tersebut. Akibatnya, terhadap
instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil
mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada
efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi
organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.

• Kelemahan sistim pengendalian manajemen

Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran


korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen
sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau
pegawai di dalamnya.

• Lemahnya pengawasan

Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal


(pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh pimpinan) dan pengawasan
bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dan masyarakat). Pengawasan ini
kurang bisa efektif karena beberapa faktor, diantaranya adanya tumpang tindih
pengawasan pada berbagai instansi, kurangnya profesional pengawas.

Berbagai Strategi dan / atau Upaya Pemberantasan Korupsi

Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk
memberantas korupsi :

1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

a. Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga
yang independen yang khusus menangani korupsi. Sebagai contoh di beberapa negara
di-dirikan lembaga yang dinamakan Ombudsman. Lembaga ini pertama kali didirikan
oleh Parlemen Swedia dengan nama Justitieombudsmannen pada tahun 1809. Peran
lembaga ombudsman --yang kemudian berkembang pula di negara lain--antara lain
menyediakan sarana bagi masyarakat yang hendak mengkomplain apa yang dilaku-
kan oleh Lembaga Pemerintah dan pegawainya. Selain itu lembaga ini juga mem-
berikan edukasi pada pemerintah dan masyarakat serta mengembangkan standar
perilaku serta code of conduct bagi lembaga pemerintah maupun lembaga hukum
yang membutuhkan. Salah satu peran dari ombudsman adalah mengembangkan
kepedulian serta pengetahuan masyarakat mengenai hak mereka untuk mendapat
perlakuan yang baik, jujur dan efisien dari pegawai pemerintah (UNODC : 2004). Di
Hongkong dibentuk lembaga anti korupsi yang bernama Independent Commission
against Corruption (ICAC); di Malaysia dibentuk the Anti-Corruption
Agency (ACA).
Kita sudah memiliki Lembaga yang secara khusus dibentuk untuk memberantas
korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

b. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki kinerja lembaga peradilan
baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan.
Pengadilan adalah jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap imparsial (tidak
memihak), jujur dan adil. Banyak kasus korupsi yang tidak terjerat oleh hukum
karena kinerja lembaga peradilan yang sangat buruk. Bila kinerjanya buruk karena
tidak mampu (unable), mungkin masih dapat dimaklumi. Ini berarti pengetahuan
serta ketrampilan aparat penegak hukum harus ditingkatkan. Yang menjadi masalah
adalah bila mereka tidak mau (unwilling) atau tidak memiliki keinginan yang
kuat (strong political will) untuk memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam
berbagai perkara korupsi. Tentunya akan menjadi malapetaka bagi bangsa ini bukan?
Dimana lagi kita mencari keadilan ?

2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

a. Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat publik
untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum
maupun sesudah menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat memantau tingkat
kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya apabila ada
peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika
kekayaan yang didapatkan dengan melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya
kepada orang lain misalnya anggota keluarga.

b. Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di pemerintahan pusat,


daerah maupun militer, salah satu cara untuk memperkecil potensi korupsi adalah
dengan melakukan lelang atau penawaran secara terbuka. Masyarakat harus diberi
otoritas atau akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil dari pelelangan atau
penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan sistem yang dapat memberi
kemudahan bagi masyarakat untuk ikut memantau ataupun memonitor hal ini

c. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekruitan pegawai negeri dan anggota militer
baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi dalam kondisi ini. Sebuah sistem
yang transparan dan akuntabel dalam hal perekruitan pegawai negeri dan anggota
militer juga perlu dikembangkan.

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada masyarakat untuk
mendapatkan akses terhadap informasi (access to information). Sebuah sistem harus
dibangun di mana kepada masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta
segala informasi yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi
hajat hidup orang banyak. Hak ini dapat meningkatkan keinginan pemerintah untuk
membuat kebijakan dan menjalankannya secara transparan.Pemerintah memiliki
kewajiban melakukan sosialisasi atau diseminasi berbagai kebijakan yang dibuat dan
akan dijalankan.

4. Pencegahan menjamurnya Korupsi dengan memasukan Pendidikan


Anti Korupsi di sekolah/perguruan tinggi.

Dengan pendidikan anti korupsi diharapkan bisa membangun filosofi baru berupa
penyemaian nalar dan nilia-nilai baru bebas korupsi melalui pendidikan formal.

Hal itu dilakukan karena pendidikan memiliki posisi sangat vital dalam menyemai
pendidikan dan sikap antikorupsi. Melalui pembelajaran sikap mental dan nilai-nilai
moral bebas korupsi di sekolah, generasi baru Indonesia diharapkan memiliki
pandangan dan sikap yang keras terhadap segala bentuk praktik korupsi.
Namun ditengah upaya pemerintah ingin memasukan pendidikan anti korupsi
dikurikulum pendidikan terdapat juga pro kontra dari berbagai pihak.

Pendidikan Karakter Antikorupsi Sangat Dibutuhkan


Selain mendapat respons negatif seperti yang telah dipaparkan di atas, ide
memasukkan materi antikorupsi dalam kurikulum juga mendapat respons positif dari
masyarakat. Hasil jajak pendapat harian Seputar Indonesia terhadap 400 responden
pada 27 Mei 2010 menunjukkan sebanyak 87% responden beranggapan perlunya
memasukkan pendidikan antikorupsi dalam kurikulum. Keyakinan masyarakat juga
relatif besar. Hampir 200 responden menyatakan keyakinannya bahwa pendidikan
antikorupsi bisa berjalan efektif membendung perilaku korupsi di Indonesia (Djabbar,
2009).
Sejumlah alasan pun dilontarkan untuk menunjukkan dibutuhkannya pendidikan
karakter antikorupsi untuk menyikapi realita. Pertama, pendidikan lebih dominan
berorientasi pada penguasaan iptek, sedangkan sesuatu yang menyangkut budaya dan
perilaku (karakter) relatif masih terabaikan. Artinya, integrasi antara pendidikan iptek
dan seni dengan moral dan etika belum dapat dilakukan secara serasi dan seimbang.
Oleh karena itu, hadirnya pendidikan karakter antikorupsi dipandang sebagai
pembaharuan yang tepat bagi pendidikan di Indonesia.

Pendidikan antikorupsi bagi siswa mengarah pada pendidikan nilai, yaitu nilai-nilai
kebaikan. Suseno (dalam Djabbar, 2009) berpendapat bahwa pendidikan yang
mendukung orientasi nilai adalah pendidikan yang membuat orang merasa malu
apabila tergoda untuk melakukan korupsi, dan marah bila ia menyaksikannya.
Menurut Suseno, ada tiga sikap moral fundamental yang akan membuat orang
menjadi kebal terhadap godaan korupsi. Ketiga sikap moral fundamental tersebut
adalah kejujuran, rasa keadilan, dan rasa tanggung jawab.

Jujur berarti berani menyatakan keyakinan pribadi, menunjukkan siapa dirinya.


Kejujuran adalah modal dasar dalam kehidupan bersama. Ketidakjujuran jelas akan
menghancurkan komunitas bersama. Siswa perlu belajar bahwa berlaku tidak jujur
adalah sesuatu yang amat buruk.
Adil berarti memenuhi hak orang lain dan mematuhi segala kewajiban yang mengikat
diri sendiri. Magnis (dalam Djabbar, 2009) mengatakan bahwa bersikap baik tetapi
melanggar keadilan, tidak pernah baik. Keadilan adalah tiket menuju kebaikan. Sikap
moral yang selanjutnya dibutuhkan adalah rasa tanggung jawab. Tanggung jawab
berarti teguh hingga terlaksananya tugas. Tekun melaksanakan kewajiban sampai
tuntas. Misalnya, siswa diberi tanggung jawab mengelola dana kegiatan olahraga di
sekolahnya. Rasa tanggung jawab siswa terlihat ketika dana dipakai seoptimal
mungkin menyukseskan kegiatan olahraga.

Gerakan anti korupsi perlu ditanamkan sejak dini kepada anak didik, agar generasi
muda penerus bangsa tumbuh menjadi SDM berkualitas serta memiliki moral yang
terpuji. Inilah yang biasanya disebut dengan “memberantas korupsi sampai ke akar-
akarnya”.

Pendidikan Islam, mencoba menampilkan model pendidikan anti korupsi dalam


Pendidikan Agama Islam (PAI). Pendidikan anti korupsi yang dimaksud disini adalah
program pendidikan anti korupsi yang secara konsepsional disisipkan pada mata
pelajaran yang sudah ada disekolah dalam bentuk perluasan tema yang sudah ada
dalam kurikulum dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran
anti korupsi, yaitu dengan model pendidikan anti korupsi integratif-inklusif dalam
Pendidikan Agama Islam.

Untuk berpartisipasi dalam gerakan pencegahan dan pemberantasan korupsi ada dua
model yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam mengembangkan kurikulum
pendidikan anti korupsi yang integratif-inklusif pada Pendidikan Agama Islam.

1. Proses pendidikan harus menumbuhkan kepedulian sosial-normatif, membangun


penalaran objektif, dan mengembangkan perspektif universal pada individu.

Bagaimana cara mensosialisasikan anti koruspi pada anak sejak dini? Salah satu
jawabanya adalah mengajarkan sikap jujur dan bertanggung jawab kepada diri
sendiri. Orang tua atau guru harus menjadi teladan bagi anak atau siswanya.

Dalam pembelajaran, diperlukan prinsip modeling. Artinya, siswa atau anak dengan
mudah akan melakukan suatu perilaku tertentu melalui proses peniruan pada sang
model. Model ini bias siapapun, apakah itu orang tua, guru, maupun orang-orang
yang dikaguminya.

Pendidikan harus mampu menjadi benteng moral. Sikap-sikap yang seharusnya


ditanamkan adalah nilai-nilai anti korupsi seperti jujur dan bertanggung jawab. Sikap
jujur dan bertanggung jawab dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang
beragam. Seperti mengajak siswa membayar zakat, sedekah, infak dan lain
sebagainya.

Dengan cara tersebut, akan melatih mereka menjadi manusia yang materialistik dan
hedonistik, yang membuat hidupnya hanya ingin menumpuk harta, termasuk dengan
cara yang tidak halal.

Pendidikan Islam anti korupsi, tidak cukup hanya sampai disini. Pemberantasan
korupsi harus memiliki basis teologis. Sebagaimana kesepakatan dua organisasi Islam
terbesar di Indonesia, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang
mengeluarkan fatwa bahwa korupsi adalah syirik yang tidak akan diampuni oleh
Allah SWT.[7] Tanpa basis teologis demikian, dosa korupsi dapat diputihkan dengan
sedekah dan ibadah tertentu, apalagi jika dilakukan dalam situasi darurat.

Selama ini, korupsi dipandang sebagai dosa kecil yang masih bias diampuni, apalagi
jika hasil korupsinya disisihkan untuk ibadah atau sedekah bagi fakir miskin dan anak
yatim. Kelak diakhirat, timbangan pahala sedekah dari hasil korupsi bias lebih berat
dari sanksi dosanya. Jika demikian, para koruptor dan penjahat politik bias mendapat
ampunan dan masuk surge.

Nilai nilai ajaran Islam juga perlu ditekankan dan dikontekstualisasikan secara lebih
dan ekstra. Misalnya saja dengan mensosialisasikan hadist-hadist anti korupsi seperti
hadist tentang menjaga amanah. Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa semua
tindakan korupsi dimulai dari penyalahgunaan amanah (abuse of trust), yang
menjalar menjadi penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang(abuse of power), baik
dalam urusan individu maupun publik. Amanah diyakini sebagai benteng anti korupsi
yang sangat kuat. Jika benteng amanah telah rusak, maka yang lain pun akan rusak.
Rasulallah SAW bersabda tentang pentingnya jujur dan menjaga amanah:

Sulaiman Abu Rabi’ telah menceritakan hadist kepada kami, Ismail Ibnu Ja’far telah
menceritakan hadist kepada kami, Nafi’ Ibnu Malik Ibnu Abi Amir, yaitu Abi Suhail,
telah menceritaka hadist kepada kami dari Bapaknya dari Abi Hurairah dari Nabi
bersabda: “ Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara berdusta, jika
berjanji ingkar, jika dipercaya berhianat.” (HR. Bukhari).

Hadits ini sangat tegas dan lugas bahwa kejujuran, keterbukaan, dan tanggung jawab
adalah tanda-tanda pokok keimanan yang harus dipelihara. Tanpa ketiga hal tersebut,
walaupun telah memperbanyak ibadah ritual, seseorang layak disebut munafik.
Betapa banyak orang yang berjanji ketika kampanye politik, bersumpah ketika
hendak memangku sebuah jabatan, berpidato berapi-api dalam sambutan pelantikan,
tetapi semuanya hanya tinggal janji, sumpah palsu dan omong kosong. Kursi
kekuasaan seringkali membuat orang lupa pada janji dan sumpah jabatan yang
disaksikan orang banyak serta disaksikan oleh Allah SWT. Harta berlimpah
seringkali membutakan mata, menulikan telinga, dan menumpulkan akal budi,
sehingga kepercayaan public yang dibangun sejak lama pun dikorbankan.

Tindakan korupsi sangat bertentangan dengan prinsip amanah dan kejujuran yang
diajarkan dalam agama. Lebih jelas lagi, Rasulallah SAW berpesan tentang akibat
pelanggaran atau penyalahgunaan amanah, yaitu sebuah kerusakan total sistem
kehidupan masyarakat. Pernyataan Rasulallah SAW ini terbukti ketika banyak
pejabat pemegang amanah menyeleweng, semua sistem sosial kemasyarakatan
lambat laun menjadi rusak.

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulallah SAW bersabda: “Jika amanah
disia-siakan, maka tungguhlah kehancuran.” Kemudian dinyatakan: “bagaimana
maksud amanah disia-siakan itu?” Rasul menjawab: “Jika suatu perkara
(amanat/pekerjaan) diserahkan pada orang yang tidak ahli (professional), maka
tungguhlah saat kehancuran.” (HR. Bukhari).

Dari hadist diatas, hubungan antara amanah dan keahlian sangatlah erat. Jika
keduanya hilang, maka kehancuran akan mengancam. Dan salah satu factor yang
dapat merusak amanah dan profesionalitas adalah suap. Seseorang yang sebelum
menjabat, mungkin tantangan berlaku jujur mungkin tidak berat. Namun ketika sudah
menjabat/ menduduki jabatan tertentu, tawaran suap sulit dihindari. Disinilah amanah
seorang pejabat diuji.
Dalam hadist lain, Rasulallah SAW menegaskan hubungan iman dengan amanah dan
kaitan ketat amanah dengan pemenuhan janji.

“Tidak beriman (tidak sempurna iman) orang yang tidak menjaga amanah dan tidak
beragama (tidak sempurna agama) seseorang yang tidak menepati janjinya.” (HR.
Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai