Anda di halaman 1dari 30

KOMUNIKASI KESEHATAN

DI SUSUN

OLEH :

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH

2018

1
Abstraks

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari pengirim melalui


suatu media tertentu kepada penerima. Proses komunikasi yang baik tercapai ketika
penerima memiliki makna pesan yang sama dengan yang dimaksud oleh pengirim.
Namun komunikasi akan terhambat jika mengalami gangguan seperti teknis,
psikologis, status, kerangka berpikir dan budaya yang menyebabkan adanya
perbedaan pesan yang diterima dengan yang dikirim. Bentuk komunikasi ada yang
bersifat agresif, asertif dan submisif. Penyampaian komunikasi sangat beragam
tergantung situasi dan kondisi yangdihadapi. Umumnya komunikasi dibagi menjadi
komunikasi interpersonal,kelompok, publik, dan massa. Tujuan akhir kita adalah
untuk mengetahui proses komunikasi efektif yangdiaplikasikan nantinya di dunia
kesehatan. Bagi kita sebagai seorang dokter dimasa depan, kita akan berhadapan
dengan pasien-pasien yang unik ada yang normal maupun berkebutuhan khusus.
Pasien yang berkebutuhan khusus bermacam-macam ada yang memiliki gangguan
pendengaran, pasien lanjut usia atau pasien yang sedang marah. Kemampuan kita
berkomunikasi sebagai seorang dokter juga ketika menyampaikan kabar buruk bagi
keluarga pasien.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. karena
atas berkat ramat serta kehendak-Nya lah kami dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah ini. Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi.
Namun berkat bimbingan dari Dosen Bahasa Indonesia kami yaitu Ibu Septi
Daruyani, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Seperti yang kita ketahui beberapa tantangan yang dihadapi oleh tenaga
medis guna meningkatkan kinerja, salah satunya ialah peran komunikasi kesehatan
untuk membangun hubungan yang ideal antara tenaga medis dengan pasiennya.
Karenanya kami mengangkat tema “Komunikasi Kesehatan” pada makalah ini untuk
memenuhi tugas Bahasa Indonesia.

Kami menyadari, sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa


dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah, makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih
baik dan berguna di masa yang akan datang.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi para pembaca ke depannya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Abstrak ................................................................................................................. i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
1.1 Konsep Dasar dan Prinsip-prinsip Komunikasi ................................ 2
A. Pengertian Komunikasi ................................................................. 2
B. Unsur-unsur Komunikasi .............................................................. 2
C. Komponen Komunikasi ................................................................ 3
D. Model Komunikasi ........................................................................ 3
E. karakteristik Komunikasi .............................................................. 4
F. Konteks Komunikasi .................................................................... 4
G. Fungsi Komunikasi ...................................................................... 4
H. Faktor Komunikasi ...................................................................... 5
I. Prinsip Dasar Komunikasi ........................................................... 5
1.2 Bentuk dan hambatan komunikasi ..................................................... 6
1.2.1 Bentuk Komunkasi .................................................................. 6
1.2.2 Sikap dan perilaku dalam komunikasi ..................................... 7
1.2.3 Hambatan dalam komunikasi .................................................. 8
2.1 Komunkasi interpersonal pada konseling dan penyampian
berita buruk ........................................................................................ 8
A. Definisi Komunikasi Interpersonal ............................................. 8
B. Fungsi dari komunikasi interpersonal ........................................ 9
C. Tahapan Perkembangan dalam Komunikasi Interpersonal ........ 9
D. Definisi Konseling ...................................................................... 11
E. Langkah-langkap Penyampaian Beria Buruk ............................. 12

iii
2.2 Komunkasi pada situasi khusus : pasien marah, geriatrik,
pasif/depresif .............................................................................. 13
2.2.1 Pasien marah/aggressive ........................................................... 13
A. Sikap salam menghadapi pasien marah ............................... 14
B. Sikap yang baik sebagai tenaga kesehatan .......................... 15
C. Sikap dan cara meredam kemarahan pasien ........................ 16
2.2.2 Geriatri/ klien yang tidak mau berkomunikasi ........................ 17
2.2.3 Pasien pasif/depresif ................................................................ 20
A. Perasaan atau situasi yang dialami kelompok pasien dalam
berkomunikasi .................................................................... 20
B. Hal yang harus dihindari dalam berkomunikasi dengan
pasien geriatrik .................................................................. 20
C. Sikap yang baik untuk berkomunikasi dengan pasien ........ 20
BAB III Penutup .................................................................................................. 22
A. Kesimpulan ....................................................................................... 22
B. Saran .................................................................................................... 23
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 24

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia kesehatan dipegang oleh berbagai macam profesi tenaga kesehatan


dengan latar belakang yang berbeda antara lain dokter, dokter gigi, perawat, farmasi
bahkan ahli kesehatan masyarakat. Perbedaan tersebut menyisakan sebuah tantangan
dalam menjalankan kolaborasi tenaga kesehatan terutama dalam hal komunikasi.
Komunikasi adalah hal terpenting dalam sebuah kolaborasi. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu kompetensi khusus yang mempelajari mengenai komunikasi
kesehatan. Hal tersebut untuk menjamin pasien safety dan mempermudah sharing
informasi yang dijalankan oleh para tenaga kesehatan di dalam dunia kesehatan.

1.2 Tujuan Penulisan

Memahami dan mempelajari prinsip-prinsip komunikasi kesehatan yang meliputi :

1. Prinsip komunikasi
2. Proses komunikasi efektif pada dunia kesehatan
3. Cara mengatisipasi suatu kejadian dalam dunia medis
4. Memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Kesehatan
5. Menambah wawasan bagi penulis maupun pembacanya

1.3 Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan Konsep Dasar Ilmu Komunikasi?

B. Apa yang dimaksud dengan hambatan Komunikasi?

C. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Interpersonal, Kelompok,


Publik dan Massa?

D. Bagaimana berkomunikasi dengan pasien yang berkebutuhan khusus?

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Konsep Dasar dan Prinsip-prinsip Komunikasi


A. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi secara etimologis dari bahasa Latin “communicatus” dan


bersumber pada kata “communis” ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan
makna. Selain secara etimologis, komunikasi secara terminologis menurut KBBI
dapat diartikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan
pengertian komunikasi menurut West dan Turner berbunyi “Communication is a
social process in which individuals employ symbols to establish and interpret
meaning in their environment. (West and Turner, 2007;5)

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri sama halnya


dengan organisasi. Di dalam organisasi biasanya selalu ditekankan bagaimana
pentingnya sebuah komunikasi antar anggota organisasi dalam menghadapi
kemungkinan kesalahpahaman yang bisa saja terjadi.Dengan adanya komunikasi
yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil. Sebaliknya, kurangnya
atau tidak adanya komunikasi akan membuat terhambatnya organisasi.

B. Unsur-unsur Komunikasi

Menurut Lasswell, unsur-unsur penting dalam komunikasi yang akan


mendukung proses komunikasi sehingga komunikasi menjadi efektif, yaitu:

1. Komunikator, ialah seseorang atau sekumpulan orang yang


menyampaikan pesan, pendapat, maupun perasaannya kepada orang
lain.
2. Pesan, merupakan hal yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan baik berupa tindakan (non verbal), simbol-simbol, maupun
kata-kata (verbal).

2
3. Media, merupakan alat dalam menyampaikan pesan dari komunikator
kepada komunikan yang berupa media cetak seperti surat, poster, surat
kabar, ataupun media elektronik seperti pengeras suara, televisi,
telepon, radio, dan sebagainya.
4. Komunikan, adalah seseorang atau sekumpulan orang yang menerima
pesan, pendapat maupun ungkapan perasaan dari komunikator.
5. Efek, merupakan respon yang ditunjukkan oleh komunikan terhadap
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Efek tersebut merupakan
akibat atau timbal balik dari proses komunikasi.

C. Komponen Komunikasi
(Berlo, 1960) mengatakan bahwa terdapat setidaknya 4 komponen pembentuk
komunikasi ialah :
[S] Source, ialah sumber pengirim pesan
[M] Message, ialah pesan komunikasi yang ingin disampaikan
[C] Channel, ialah media atau saluran yang digunakan
[R] Receiver, ialah target sasaran komunikasi

D. Model Komunikasi
Model komunikasi dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan arah, di antaranya :
1. Tahap arus komunikasi satu arah terjadi apabila penyampai pesan tidak
menerima respon dari penerima pesan. Seperti contoh saat komunikasi
publik atau pidato dan juga saat dosen menerangkan materi untuk tugas,
tapi dosen tidak memberi kesempatan mahasiswa untuk bertanya.
2. Tahap arus komunikasi dua arah
Terjadi ketikapenyampai pesan memberi informasi dan penerima
memberi respon terhadap pesan yang disampaikan. Contohnya saat
melakukan panggilan di telfon, dimana terjadi hubungan timbal balik.
3. Tahap arus komunikasi banyak arah
Ialah gabungan dari komunikasi satu arah dan dua arah yang biasa
disebut komunikasi massa karena lebih dari satu saluran yang dapat
membawa pesan,

Sementara model komunikasi berdasarkan peranannya dibedakan menjadi 3,


yaitu :
 Model linier, dimana komunikasi berperan dalam menyampaikan
suatu pesan kepada orang lain
 Model interaksi, dimana komunikasi dalam peranannya berlangsung
antara dua orang yang saling memberi umpan balik.

3
 Model transaksional, dimana individu satu dengan yang lain
melakukan hubungan lebih dari sekedar interaksi yaitu melakukan
proses sosial dalam menjalani kehidupan.

E. Karakteristik Komunikasi
Adapun karakteristik komunikasi sebagai kerangka dasar terjalinnya
komunikasi, yaitu : Terjadinya proses simbolis, proses sosial, dan proses 1 arah atau
2 arah, bersifat koorientasi, purposif & persuasif, mendorong interpretasi individu,
adanya aktivitas pertukaran makna, serta terjadi dalam konteks ruang dan waktu
tertentu.

F. Konteks Komunikasi
 Interpersonal, dimana komunikasi dilakukan oleh 2 atau 3 orang dengan
jarak fisik di antara mereka yang sangat dekat dengan sifat umpan balik
yang berlangsung cepat, serta memiliki tujuan atau maksud komunikasi
tidak berstruktur.
 Kelompok, dimana komunikasi terjadi di antara kurang lebih sepuluh
orang.
 Organisasi, dimana komunikasi berlangsung dalam organisasi baik
secara vertikal, horizontal, maupun diagonal.
 Publik, dimana komunikasi dilangsungkan dengan melibatkan publik.
Contohnya ialah pada saat melakukan demonstrasi atau orasi turun ke
jalan.
 Massa, ialah komunikasi manusia dengan menggunakan media sebagai
alat perantara. Seperti contohnya komunikasi pada media cetak (buku,
folder, pamflet, leaflet, dll) dan media elektronik (televisi, radio,
telepon, dll)
 Interkultural, dimana komunikasi terjadi antar adat dan kebudayaan.

G. Fungsi Komunikasi
Menurut Willian I Gorden, selain memiliki karakter tentu komunikasi juga
memiliki beberapa fungsi yang di antaranya ialah :
1. Komunikasi sosial, dimana komunikasi berfungsi untuk menjalin hubungan
sosial.
2. Komunikasi ekspresif, dimana seseorang dapat mengungkapkan segala
ekspresi dan emosi nya.
3. Komunikasi ritual, dimana komunikasi terjadi tidak hanya dalam hubungan
antar sesama individu saja, tetapi juga terjadi antara manusia dengan Tuhan
nya dan dengan tradisinya.

4
4. Komunikasi instrumental, dimana komunikasi ini bertujuan untuk
memberikan informasi yang bersifat persuasif.

H. Faktor Komunikasi

Supaya ke-empat fungsi tersebut dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
dorongan atau faktor yang dapat memengaruhi terjadinya komunikasi yang efektif, di
antaranya yaitu: perkembangan, persepsi, nilai, jenis kelamin, pengetahuan, peran
dan hubungan, latar belakang sosial budaya, emosi, lingkungan, serta jarak.
Setiap tindakan yang dilakukan saat berkomunikasitentunya akan sejalan
dengan kebutuhan orang, keinginan, persepsi dan pengetahuan individu tersebut.
Walapun hal yang berkaitan dengan komunikasi telah menjamur sejak lama sekitar
pertengahan tahun 1970, banyak pakar komunikasi hingga saat initengah meneliti
seputar pembelajaran komunikasi dalam bidang kesehatan.

I. Prinsip Dasar Komunikasi

Komunikasi yang pada dasarnya membutuhkan prinsip, oleh sebab itu


dikemukakan oleh Sullivan dan Dekker (1992) mengenai prinsip dasar
berkomunikasi yang diantaranya sebagai berikut :
1. Pengiriman informasi bukan merupakan komunikasi, karena komunikasi
merupakan interaksi saling berbagi dengan umpan balik dari penerima
kepada pengirim.
2. Pengirim bukan penerima, sehingga bertanggung jawab menyampaikan
ide-ide yang jelas.
3. Umpan balik dianjurkan untuk membenarkan bahwa informasi yang
diterima telah dimengerti.
4. Kredibilitas pengirim memengaruhi hasil yang diingikan dari
komunikasi.
5. Media komunikasi langsung dapat mengurangi distorsi.
6. Adanya pengenalan hal-halpenting dalam berkomunikasi sehingga
komunikasi yang dilakukan dapat memperbanyak pertukaran ide.

Tidak hanya Dekker dan Sullivan, prinsip lain dari komunikasi juga
dikemukakan oleh Profesor komunikasi asal Universitas Padjajaran, Deddy Mulyana
ialah sebagai berikut:

1. adanya paket isyarat,


2. adanya proses penyesuaian,
3. adanya dimensi isi serta hubungannya,
4. adanya transaksi simetris dan komplementer,

5
5. adanya proses transaksional yang tak terhindarkan,
6. bersifat irreversible.

1.2 Bentuk dan hambatan komunikasi

1.2.1 Bentuk Komunikasi

A. Komunikasi verbal

Komunikasi verbal berhubungan dengan penggunaan bahasa secara lisan


maupun tertulis. Dalam berkomunikasi secara verbal tenaga kesehatan perlu
memiliki sikap dan perilaku yang baik terhadap kliennya. Serta perlu memperhatikan
keefektifan berkomunikasi secara verbal. Maka komunikasi verbal yang efektif perlu
memperhatikan hal-hal berikut: jelas dan ringkas, perbendaharaan kata, arti
denotative dan konotatif, selaan dan kesempatan berbicara, waktu dan relevansi, dan
tingkat humor. Dalam berkomunikasi secara verbal tenaga kesehatan perlu
memperhatikan cara berkomunikasi yang baik dan sopan terhadap kliennya.

B. Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal lebih diartikan sebagai bentuk komunikasi yang


disampaikan tidak dengan kata-kata atau tidak melalui bahasa. Komunikasi
nonverbal ditampilkan dengan sebuah isyarat, gerakan, hingga penampilan yang
menunjukkan keadaan seseorang. Namun, tidak semua pesan-pesan yang
disampaikan melalui isyarat, gerakan hingga penampilan dapat dinyatakan sebagai
komunikasi nonverbal. Menurut Ronald Adler dan Goerge Rodman, komunikasi
nonverbal memiliki empat karakteristik. Karakteristik nonverbal meliputi
kemampuannya menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal, sifat ambiguitasya, dan
ketertarikannya dalam suatu kultur tertentu.

Komunikasi nonverbal dapat dikategorikan tergantung dari cara yang digunakan


dalam berkomunikasi secara nonverbal. Terdapat beberapa kategori komunikasi
nonverbal yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 1) kinesik yang mencakup
gerakan tubuh, mata, serta ekspresi wajah. Paul Ekman dan Wallace Friesan telah
mengidentifikasi enam emosi dasar bahwa ekspresi wajah mencerminkan ketakutan,
keheranan, kemarahan, kesedihan, kebahagiaan, serta kebencian atau kejijikan. 2)
palanguage yaitu intonasi atau nada suara seseorang yang dikeluarkan dalam

6
menyampaikan pesan. 3) proxemics yaitu cara seseorang dalam berkomunikasi
berusaha menggunakan ruang (space). Yang dimaksud ruang ialah jarak seseorang
dalam berkomunikasi, seperti bagaimana kita merasakan jarak terhadap lawan bicara,
waktu tertentu, konteks percakapan, serta tujuan pribadi untuk berkomunikasi. 4)
haptics yang berupa sentuhan atau kontak tubuh yang disampaikan oleh seseorang.

1.2.2 Sikap dan perilaku dalam komunikasi

A. Sikap yang baik dan buruk dalam berkomunikasi

Komunikasi yang baik dalam berkomunikasi secara verbal ialah


assertive communication. Komunikasi asertif adalah komunikasi yang
terbuka, menghargai diri sendiri, dan orang lain. Komunikasi asertif
menaruh perhatian pada seseorang hingga menjaga hubungan perasaan
antarmanusia. Sementara itu komunikasi yang buruk dan tidak patut
dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada klien ialah aggressive
communication dan passive communication. Komunikasi secara agresif
akan menenggelamkan hak orang lain untuk berbicara atau bersikap.
Sedangkan komunikasi secara pasif ialah lawan dari komunikasi agresif.
Seseorang yang cenderung melakukan komunikasi ini lebih memilih untuk
mengalah dan tidak berusaha mempertahankan kepentingannya.

B. Perilaku dalam komunikasi kesehatan

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian


2. Menunjukkan penerimaan
3. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
4. Mengklarifikasi bila terjadi kesalahpahaman
5. Memfokuskan pembicaraan
6. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan

7
1.2.3 Hambatan dalam komunikasi

Komunikasi antara pengirim informasi (sender) dan penerima informasi


dapat mengalami hambatan, baik yang berasal dari sender maupun penerima.
Terdapat beberapa hambatan yang ada dalam proses komunikasi:

1) hambatan mekanis, terjadi pada penggunaan media sehingga terjadi


kesalahan teknis seperti gangguan pemancar televisi ketika cuaca buruk,
suara tidak jelas ketika menggunakan telepon, dll.

2) hambatan semantik, terjadi karena kultur nasional yang berbeda serta


pembicara salah pengucapan kata sehingga pendengar salah
menginterpretasikan.

3) hambatan ekologis, terjadi karena gangguan dari lingkungan yang dapat


berupa suara riuh orang ramai, kebisingan lalu lintas, dll.

Hambatan lain yang terjadi selama proses komunikasi dalam konteks


situasional yaitu:

1) hambatan sosiologis, yaitu perbedaan status atau kelas social sehingga


menimbulkan perlakuan yang berbeda dalam berkomunikasi.

2) hambatan antropologis, terjadi karena perbedaan dalam diri manusia


seperti postur, warna kulit, dan kebudayaan. Dalam berkomunikasi
seseorang perlu mengetahui latar belakang lawan bicaranya untuk
mencegah perdebatan.

3) hambatan psikologis merupakan hambatan yang berhubungan dengan


psikis manusia. Faktor psikologis sering menjadi hambatan utama
komunikasi, hambatan tersebut diantaranya perbedaan kepentingan atau
interest, prasangka, stereotipe, dan motivasi.

2.1 Komunikasi interpersonal pada konseling dan penyampaian


berita buruk

A. Definisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak


lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun

8
dengan media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual
(Burgon & Huffner, 2002). Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya The
Interpersonal Communication Book (Devito, 1989:4), komunikasi antarpribadi
adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di
antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa umpan balik seketika.

B. Fungsi dari komunikasi interpersonal


Fungsi komunikasi adalah untuk mendapatkan respon atau dari lawan
bicaranya. Menurut Barlund yang dikutip oleh Alo Liliweri (1991), beberapa ciri
untuk mengenali komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut:
1. Bersifat spontan
2. Tidak mempunyai struktur
3. Terjadi secara kebetulan
4. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan
5. Identitas keanggotaannya tidak jelas
6. Dapat terjadi hanya sambil lalu
7. Dapat terjadi hanya sambil lalu
C. Tahapan Perkembangan dalam Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses yang melibatkan tahapan-tahapaan


perkembangan. Menurut Berger dan Calabrase, biasanya kebanyakan orang
memulai interaksi dalam sebuah fase, yaitu :

1. Fase Awal (Entry Phase), yang dapat didefinisikan sebagai tahapan awal
interaksi antara orang asing. Fase awal dituntun oleh aturan dan norma
implisit dan eksplisit, seperti membalas ketika orang menyapa
2. Fase Personal (Personal Phase), atau tahap dimana partisipan mulai
berkomunikasi dengan lebih spontan dan membuka lebih banyak
informasi pribadinya. Fase personal dapat terjadi dalam perjumpaan awal,
tetapi lebih banyak terjadi setelah dilakukan beberapa interaksi.
3. Fase Akhir (Exit Phase), merujuk pada tahapan selama di mana individu
membuat keputusan mengenai apakah mereka ingin untuk melanjutkan
interaksi dengan pasangannya di masa yang akan datang. Meskipun
semua orang tidak memasuki sebuah tahapan dengan cara yang sama

9
satau tetap pada sebuah tahapan selama beberapa waktu, Berger dan
Calabrase yakin bahwa sebuah kerangka universal terbentuk untuk
menjelaskan bagaimana komunikasi interpersonal membentuk dan
merefleksikan perkembangan hubungan interpersonal.

Rakhmat (1988,75) mengatakan bahwa ada beberapa aspek atau teknik yang
mendukung agar komunikasi interpersonal bisa berjalan dengan baik dan berhasil,
diantaranya:
1. Rasa Percaya
Dengan adanya rasa percaya ini, orang lain akan saling terbuka dalam
menyampaikan atau mengungkapkan perasaan/pikirannya terhadap
individu lainnya, sehinga akan terjalin hubungan yang akrab dan
berlangsung secara mendalam.
2. Sikap Mendukung (Supportive)
Hal hal yang akan tampak dalam sikap ini yaitu:
• Deskripsi, artinya penyampaian dan persepsi tanpa menilai
• Orientasi Masalah, artinya mengkomunikasikan keinginan
untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah
• Spontanitas, artinya sikap jujur dan tidak mau menyelimuti
motif yang terpendam
• Empati, artinya merasakan apa yang dirasakan orang lain
• Persamaan, artinya sikap yang menganggap sama derajatnya,
menghargai dan menghormati perbedaan pandangan dan
keyakinan yang ada
• Profesionalisme, artinya kesediaan untuk meninjau kembali
pendapatnya dan bersedia mengakui kesalahan
3. Sikap Terbuka
` Karakteristik orang yang terbuka yaitu:
• Menilai pesan secara objektif
• Berorientasi pada isi (tidak terlalu bertele-tele)
• Mencari informasi dari berbagai sumber
• Bersifat profesional dan bersedia merubah kepercayaan
• Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian
kepercayaan

10
Devito dalam Rakhmat (1988,171) mengemukakan adanya 5 aspek komunikasi
interpersonal yang efektif, diantaranya:
a) Keterbukaan
b) Empati(Empathy)
c) Dukungan
d) Rasa Positif (Positiveness)
e) Kesamaan (Equality)

D. Definisi Konseling

Shertzer dan Stone mendefinisikan konseling sebagai suatu proses interaksi


yang memberikan fasilitas pemahaman bermakna tentang diri dan lingkungan.
Pemahaman diri ini ditujukan untuk menguatkan tujuan-tujuan dan konsepsi nilai
demi tingkah laku di masa yang akan datang.Komunikasi yang dilakukan didalamnya
haruslah mampu mendorong peningkatan kondisi kesehatan klien.Hal tersebut dapat
dipenuhi jika seorang konselor memiliki personal selling yang baik.Personal selling
mempunyai dampak yang besar terhadap keyakinan, perilaku, dan sikap dari seorang
klien.Oleh karena itu, peran konselor sangat penting.Maka alangkah baiknya
konselor mempunyai hal-hal berikut :
a) Kesadaran akan diri dan nilai-nilai
b) Kesadaran akan adanya heterogenitas dalam masyarakat
c) Kemampuan menganalisi kemampuan diri
d) Kemapuan berperan sebagai teladan
e) Kesediaan berkorban (misalnya: waktu dan tenaga)
f) Berpegang kuat pada etik konseling
g) Tanggung jawab
Terdapat berbagai tipe konselor (Colledge, 2002). Beberapa diantaranya yang
lazim ditemui, yaitu:
a. Helping Service Professionals; yang termasuk dalam kategori ini adalah konselor,
psikolog, psikiater, dan social worker
b. Voluntary Counselors; Kelompok yang termasuk dalam kategori ini merupakan
individu-individu terlatih (trained persons) dalam keterampilan membantu orang lain
(helping skills). Biasanya, mereka bekerja di agensi-agensi sukarela.

11
c. Layanan konseling melekat dalam profesi/kerja tertentu; seperti dokter, perawat,
dan guru. Pada umumnya, mereka tetap membutuhkan keterampilan dasar yang
bersifat membantu bagi pasien ataupun siswa.
d. Konselor informal; orang-orang yang terlibat dalam hubungan sehari-hari (day to
day relationship) yang memiliki peran penting dalam membantu orang lain
Individu-individu yang terkategori dalam kelompok b, c, dan d inilah yang
biasa dikenal sebagai paraprofesional di bidang konseling
(parakonselor).Paraprofesional di bidang konseling adalah seseorang yang memiliki
latar belakang pendidikan-pelatihan kurang dari yang dipersyaratkan untuk menjadi
konselor profesional, namun bertugas memberikan layanan-layanan konseling di
bawah supervisi konselor yang berwenang (Shertzer & Stone, 1981).

E. Langkah-langkah Penyampaian Berita Buruk


1. Persiapan
Persiapan tempat untuk menyampaikan berita buruk hendaknya dapat
menjaga privasi pasien.Dokter harus menanyakan terlebih dahulu apakah pasien
ingin didampingi oleh orang lain (suami/ istri/ anak/ saudara, dll).
2. Memulai diskusi
Dokter disarankan untuk mengarahkan pembicaraan ke inti pesan dengan
menanyakan apakah pasien sudah mengetahui kondisi yang sebenarnya mengenai
penyakitnya, sehingga respon dari pasien dapat mengukur pemahaman, harapan dan
keadaan emosional pasien.
3. Melibatkan pasien
Dokter hendaknya menanyakan kepada pasien seberapa banyak mereka ingin
mengetahui tentang kondisinya. Contoh: Dokter: beberapa pasien meminta saya
untuk menjelaskan penyakit ini secara lengkap, tapi ada juga yang ingin tahu
gambaran keseluruhannya seperti apa. Bapak/ Ibu lebih memilih yang mana?
4. Mengungkapkan Informasi
Dalam mengungkapkan informasi yang berisi berita buruk, dokter hendaknya
berencana untuk mendiskusikan diagnosis, prognosis, perawatan serta mekanisme
untuk mendapatkan dukungan dan cara mengatasinya. Dokter harus memiliki
informasi yang relevan terlebih dahulu.

12
5. Pengakuan terhadap Perasaan Pasien
Salah satu dari aspek terpenting dalam interaksi yang manusiawi adalah
pengakuan terhadap reaksi pasien.Jika tidak ada reaksi yang jelas dari penyampaian
berita buruk, dokter dapat meminta pasien untuk dapat mengekspresikan perasaan
mereka.
6. Perencanaan dan Tindakan Selanjutnya
Pada suatu titik tertentu, dokter hendaknya mendiskusikan rencana
pengobatan yang spesifik dengan pasien.Contohnya dokter dapat mengatakan bahwa
beberapa tes diperlukan, kapan tes ini harus dilakukan dan dimana tes ini harus
dilakukan.Dokter juga harus menjanjikan waktu untuk kunjungan pasien selanjutnya
dan memastikan agar pasien dapat dengan mudah dan pantas dapat menghubungi
dokter.
Dalam penyampaian berita buruk kita juga harus memperhatikan etika di
dalamnya antara lain memperhatikan waktu yang tepat, menyampaikan dengan cara
yang bertahap sehingga pasien maupun keluarganya dapat menyiapkan diri untuk
segala sesuatu yang akan terjadi, dan menyampaikan masalah langsung kepada inti
masalah apabila hasil diagnosa pasien sangat buruk atau dalam keadaan gawat
darurat.

2.2 Komunikasi pada situasi khusus : pasien marah,


geriatrik, pasif/depresif

2.2.1 Pasien marah/aggressive

Agresi memiliki bentuk sebagai sebuah bentuk pikiran maupun perasaan dan
sebagai bentuk perilaku. Agresi merupakan sebuah respon terhadap kemarahan,
kekecewaan, perasaan dendam atau ancaman yang memancing amarah serta dapat
membangkitkan suatu perilaku kekerasan sebagai suatu cara untuk melawan atau
menghukum (Muhith, 2015). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik ataupun
psikologis, sedangkan marah lebih mengarah kepada suatu perangkat perasaan-
perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Stuart dan Sundeen,
1995 dalam Muhith, 2015).

13
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996 dalam Muhith, 2015).
Marah merupakan ekspresi primer dari seseorang yang diakibatkan oleh perasaan
takut, frustasi, tidak aman, dan malu.

Tujuan dari komunikasi kesehatan adalah membekali para tenaga medis


untuk memiliki kemampuan komunikasi untuk memposisikan pasien dalam keadaan
marah ke keadaan yang lebih tenang sehingga bisa diajak bekerjasama.Dalam
mengantisipasi dan menangani situasi marah dan agresi, tenaga kesehatan harus
dapat mengetahui dan melakukan pendetan pada pasien/klien yang memiliki potensi
melakukan agresi:

1. Memahami pola pikir (mindset) seseorang dengan hostilitas dan potensi


untuk melakukan tindakan kekerasan. Semua orang pada hakikatnya
membutuhkan kesempatan untuk dapat menyampaikan isi pikirannya,
sekalipun bila pemahamannya menyimpang.

2. Sikap empati.

3. Hindari sikap konfrontatif mengancam.

4. Alternatif solusi penyelesaian masalah (perumuskan pemecahan masalah


yang menjadi resolusi).

5. Mengarahkan ke arah win-win resolusi.

A. Sikap dalam menghadapi pasien marah.

Untuk menghadapi pasien yang marah, diperlukan konfrontasi yang efektif


dari tenaga kesehatan. Konfrontasi dapat menjadi teknik yang berguna untuk
berbicara atau mewawancarai pasien dan mengetahui keadaan emosional pasien.
Sikap tenaga kesehatan dalam melakukan konfrontasi kepada pasien harus dapat
mempertahankan ketenangan hati dan jangan menjadi defensif. Jika pada awal
wawancara dapat diketahui bahwa pasien sedang marah, berusahalah untuk
menghilangkan perasaan tersebut dari pasien dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dengan perlahan-lahan.

14
Pasien marah karena berbagai alasan, tapi terutama karena kebutuhan,
gagasan, dan pengharapan mereka tidak terpenuhi. Karena itu kunci utama meredam
kemarahan pasien adalah dengan berusaha memenuhi kebutuhan, gagasan dan
pengharapan mereka.

Pasien yang marah ingin:

1. Didengarkan
2. Dimengerti.
3. Dihormati
4. Diberi permintaan maaf
5. Diberi penjelasan
6. Ada tindakan perbaikan dalam waktu yang tepat

B. Sikap yang baik sebagai tenaga kesehatan

a) Menyadari bahwa Anda ada dalam kondisi dengan tingkat emosionalitas


yang tinggi Sebagai manusia Anda akan merasa bahwa kemarahan yang
diutarakan oleh pasien adalah bentuk serangan untuk Anda sehingga kita
menunjukkan sikap seperti terancam atau kaget. Hal ini harus dihindari.

b) Munculkan sikap tenang, ingin mendengarkan, dan tetap dalam kendali.


Posisikan kontak mata sejajar dengan pasien baik dalam keadaan duduk
maupun berdiri sehingga tampak seperti Anda ada pada kondisi tersebut.
Hindari menginterupsi dan gangguan lain yang dapat membuat pasien
semakin marah. Anda juga bisa menggunakan nada suara yang

c) Menentukan penyebab kemarahan. Hal-hal yang bisa Anda lakukan


adalah mendengarkan sepenuhnya, tidak menginterupsi saat pasien
sedang mengutarakan masalahnya dan menerima setiap perkataan pasien
tanpa memberi opini pribadi yang menghakimi pasien. Mengakui kondisi
dan emosi pasien disebabkan karena suatu hal, mendengar jawaban pasien
atas pengakuan Anda dengan tetap diam dan jangan melawan dengan ide
diri sendiri. Apabila Anda masih belum mengetahui penyebab kemarahan
pasien, Anda dapat meminta pasien untuk memberitahu lebih lengkap
tentang masalahnya.

15
d) Berempati dan Berbelas kasih. Perlihatkan pengertian Anda atas kesulitan
dan musibah yang menimpa pasien dan berusaha meringankan emosi
pasien. Jangan mengucapkan kata marah bila pasien sedang dalam
keadaan marah, bisa digantikan dengan kata lain seperti kecewa.
Bersiaplah untuk mengekspresikan rasa empati Anda beberapa kali untuk
meredakan emosi pasien.

e) Mengklarifikasi batas dan harapan pasien. Menanyakan harapan pasien


untuk masalah tersebut agar membuatnya menjadi lebih baik. Jika
harapan pasien tidak masuk akal, maka tawarkan alternatif lain.

f) Apabila pasien marah karena kesalahan Anda, pertimbangkan untuk


meminta maaf. Banyak pasien yang memprotes mengatakan yang mereka
inginkan hanyalah permintaan maaf dari yang bersalah.

g) Menyelesaikan masalah bersama. Untuk menyelesaikan masalah bersama,


Anda dapat mengakui kesulitan yang Anda alami karena tidak
berpandangan yang sama(maksudnya adalah mengajak pasien untuk
tenang dan mendiskusikannya). Mendorong pasien untuk berkontribusi
yang sama dengan menawarkan pilihan. Jika pilihan sesuai, Anda bisa
menawarkan bantuan di lain kesempatan.

C. Sikap dan cara meredam kemarahan pasien

a) Dengarkan.

 Biarkan pasien melepas kemarahannya. Cari fakta inti


permasalahannya, jangan lupa bahwa pada tahap ini kita berurusan
dengan perasaan dan emosi, bukan sesuatu yang rasional. Emosi selalu
menutupi maksud pasien yang sesungguhnya.
 Dengarkan dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi pasien
yang lelah, gelisah, sakit, khawatir akan vonis dokter, dll.
 Fokus. Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasi kita pada pasien
(telepon, tamu lain, dll).
 Ulangi setiap fakta yang dikemukakan pasien, sebagai tanda kita benar-
benar mendengarkan mereka.

16
b) Berusaha sependapat dengan pasien.

 Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, namun sebagai salah


satu taktik meredakan marahnya pasien, kita mencari point-point
dalam pernyataan pasien yang bisa kita setujui. Misalnya, “Ya Pak,
saya sependapat bahwa tidak seharusnya pasien menunggu lama untuk
bisa mendapatkan kamar. Tapi saat ini kamar perawatan kami
memang sedang penuh, kami berjanji akan mencari jalan keluarnya
dan melaporkannya pada Bapak sesegera mungkin.”

c) Tetap tenang dan kuasai diri.

 Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka yang


sedang cemas, gelisah dan khawatir akan kondisi diri atau
keluarganya, sehingga sangat bisa dimengerti bahwa dalam kondisi
seperti itu seseorang cenderung bertindak emosional.
 Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif dan
menenangkan. Jangan terbawa oleh nada suara pasien yang cenderung
tinggi dan cepat.
 Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan.
 Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan, terimakasih atas
masukannya, dan sebut pasien dengan namanya.

2.2.2 Geriatri/ klien yang tidak mau berkomunikasi

Geriatri adalah orang lanjut usia (lansia). Seseorang dikatakan lansia apabila
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap
lanjut kehidupan seseorang setelah tahap dewasa yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh, seperti penurunan pendengaran, penglihatan, perasa dan lain
sebagainya yang dampaknya berujung pada penurunan tingkat pemahaman, terlebih
saat berkomunikasi. Hal tersebut erat kaitannya dengan salah satu penyebab mengapa
seorang geriatri tidak ingin berkomunikasi.

Namun, selain karena seorang geriatri mengalami penurunan kemampuan


tubuh, termasuk kemampuan pemahaman sehingga cenderung menghindari
komunikasi, terdapat hambatan-hambatan lain bagi geriatri dan klien yang secara

17
umum (tidak hanya geriatri/lansia) tidak mau berkomunikasi. Hambatan tersebut
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hambatan yang dilihat dari segi
komunikasi, dan hambatan yang dilihat dari komponen komunikasi.

1. Hambatan yang dilihat dari segi komunikasi

a. Hambatan fisik dan psikologis : hambatan fisik merupakan hambatan


yang dapat dilihat/diketahui langsung secara kasat mata keberadaannya.
Misalnya hambatan untuk orang bisu, dapat dilihat dari kesulitan mereka
dalam mengutarakan kalimat yang jelas dan dapat dimengerti. Berbeda
dengan hambatan fisik, hambatan psikologis harus diteliti dari sikap dan
gerak gerik klien. Klien yang memiliki hambatan psikologis misalnya
klien yang kondisi mentalnya tidak siap untuk menerima dan memberi
informasi dalam berkomunikasi

b. Hambatan teknis : hambatan teknis adalah hambatan yang berasal dari


lingkungan, misalnya ada pembangunan suatu bangunan sehingga bising,
dan klien tidak dapat mendengar dengan jelas ketika berkomunikasi

c. Hambatan antropologis : hambatan ini dapat menjadi penyebab seorang


tidak ingin berkomunikasi, misalnya seorang klien tidak tahu bahwa yang
mengajaknya berkomunikasi ialah seorang ahli gizi yang butuh data klien.
Oleh karena itu, klien tidak ingin berkomunikasi oleh ahli gizi tersebut

d. Hambatan bahasa : hambatan ini sesuai namanya, dapat terjadi jika


terdapat perbedaan bahasa antara klien dan orang yang mengajak
berbicara (komunikator). Hambatan bahasa ini dapat berdampak pada
kesalahpahaman arti dan makna

e. Hambatan sosiologis : hambatan ini berhubungan dengan adanya


perbedaan yang menyangkut status sosial, agama, ideologi, tingkat
pendidikan dan lain sebagainya antara klien dan komunikator

f. Hambatan persepsi : Sesuai namanya hambatan persepsi ini berkaitan


dengan perbedaan antara klien dan komunikator dalam menangkap,
membuat asumsi dan mempersepsikan suatu hal

18
2. Hambatan yang dilihat dari komponen komunikasi

Terdapat 4 jenis hambatan yang dilihat dari komponen komunikasi, yaitu


hambatan dari pengirim, hambatan dari penerima, hambatan dari pesan, hambatan
dari media. Namun, penulis hanya akan membicarakan jenis hambatan dari
penerima, yaitu dalam hal ini seorang geriatri/ klien yang tidak ingin berkomunikasi.
Hambatan yang berasal dari pihak penerima, dapat disebabkan oleh :

a. Selective attention : merupakan keadaan di mana seseorang bukan/salah


memperhatikan informasi yang seharusnya didapat. Hal ini dapat
disebabkan karena sifat manusia yang cenderung ingin mendengar yang
dikehendakinya saja dan membuang informasi yang justru merupakan inti
penting dari komunikasi yang berlangsung

b. Selective perception : merupakan keadaan di mana ketika berkomunikasi,


penerima pesan selalu mengaitkan/menafsirkan informasi yang didapat
dengan pengalaman pribadi (selalu mengambil hal secara personal),
sehingga pesan yang sebetulnya sifatnya baru, tidak tersampaikan, karena
penerima pesan lebih fokus dengan pengalamannya dibandingkan dengan
informasi tersebut

Dalam berkomunikasi dengan geriatri/ klien yang tidak ingin berkomunikasi,


tentu terdapat pertimbangan-pertimbangan yang harus dilakukan sewaktu ingin
berkomunikasi. Hal tersebut diantaranya :

a. Kultur dan budaya klien. Hal ini sangat penting; misalnya dengan mencari
tahu bagaimana definisi ‘hormat’ di budaya seorang klien. Misalnya, ada
yang harus dipanggil gelar tertentu baru seorang tersebut merasa nyaman
untuk berkomunikasi dengan kita

b. Apabila klien telah mendengar dan memahami apa yang kita coba
sampaikan. Hal ini menjadi pertimbangan, karena tersampaikan atau
tidaknya pesan pada geriatri/klien yang tidak ingin berkomunikasi
merupakan hal yang tidak mudah. Sehingga saat berkomunikasi, harus
dipertimbangkan betul cara komunikasi yang disukai/mudah dipahami
klien dan cara mencek apabila klien sudah memahami pesan

19
2.2.3 Pasien pasif/depresif

Depresi adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan dan dangkal
(low mood) sebagai akibat dari pengaruh peristiwa yang tidak diharapkan, dimana
manifestasi gejalanya dapat bersifat ringan hingga pada tingkat yang berat
(Rosenbaum, 2000). Depresi juga didefinisikan sebagai suatu status emosional
seseorang yang ditandai dengankesedihan yang sangat, perasaan bersalah, menarik
diri dari lingkungan, gangguan tidur,anoreksia, kehilangan gairah seksual,
kehilangan ketertarikan pada aktivitas-aktivitasyang biasanya menyenangkan.
(Davison & Neale, 1994). Faktor-faktor penyebab depresi dapat dibagi menurut
asalnya sebagai berikut (Pennel & Creed, 1987) bersumber darifisik, bersumber dari
psikis, dan bersumber dari sosial.

Komunikasi kepada Pasien yang pasif dapat membuat kesulitan bagi petugas
kesehatan karena lebihmenutup diri dan kesulitan untuk mengungkapkan apa yang
dirasakan. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya proses diagnosis dari pasien
tersebut. Untuk itu, petugas kesehatan harus memiliki kemampuan interpersonal
yang baik untuk dapat meraih komunikasi yang baik kepada pasien.

A. Perasaan atau situasi yang dialami kelompok pasien dalam berkomunikasi

a) Tidak percaya diri

b) Malu atau sungkan dalam menyampaikan masalah kesehatan yang


dirasakan

c) Merasa tertekan ataupun tidak terbiasa berkomunikasi dengan baik

d) Takut mendapatkan kabar buruk

B. Hal yang harus dihindari dalam berkomunikasi dengan pasien geriatrik

a) Mendominasi komunikasi sehingga komunikasi tidak berjalan sesuai


harapan

b) Tidak memberikan kesempatan maupun dorongan bagi pasien untuk dapat


mengkonsultasikan masalah kesehatan ataupun keluhan yang dihadapi

20
c) Memberikan tekanan ataupun melakukan cara paksaan agar pasien mau
berkomunikasi

d) Menggunakan bahasa yang sulit dimengerti sehingga semakin mendorong


pasien untuk tidak berkomunikasi

e) Melakukan atau menunjukan gerakan ataupun bahasa tubuh yang tidak


membuat pasien nyaman

f) Mengabaikan keberadaaan pasien

C. Sikap yang baik untuk berkomunikasi dengan pasien

Menurut Sheldon (2009) cara berkomunikasi dengan klien depresi dapat


dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, diantaranya:

a) Tunjukkan pemahaman, kepedulian, serta menerima segala perilaku yang


ditunjukkan klien seperti tangis bahkan kemarahan.

b) Mendukung aktivitas pasien, usahakan agar pasien melakukan aktivitas


sederhana seperti melipat pakaian.

c) Anggap serius setiap ide atau pernyataan pasien yang menunjukkan


keinginan untuk bunuh diri, kemudian rujukklah pasien kepada
professional yang sesuai sebagai evaluasi dan penanganan.

d) Jangan membiarkan pasien untuk membuat keputusan besar.

e) Mulailah percakapan dengan “Anda terlihat tidak senang” atau


semacamnya

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara global, definisi komunikasi ialah proses yang dilakukan antara dua
orang atau lebih dalam menyampaikan suatu pertanyaan atau membagi pesan kepada
orang lain untuk maksud dan tujuan bersama, serta dapat berinteraksi dengan
lingkungannya. Sehingga komunikasi kesehatan dapat dikatakan sebagai proses
penyampaian pesan kesehatan melalui media tertentu dengan tujuan mendorong
perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah kepada
keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial.
Pada hakikatnya, komunikasi memiliki 5 unsur, yaitu komunikator,
komunikan, media, pesan, dan efek yangtentunya menjadi keutamaan dasar
terjadinya komunikasi. Model komunikasi dapat terjadi secara satu arah, dua arah,
maupun banyak arah. Sedangkan bentuk komunikasi ada 2, yaitu komunikasi antar
individu (interpersonal) dan komunikasi intrapersonal. Cara penyampaian
komunikasi pun dibagi menjadi 2 jenis, yaitu verbal dan non verbal.
Selain konsep dasar komunikasi, terdapat prinsip komunikasi dan hambatan
komunikasi. Setiap waktu, hambatan komunikasi baik secara fisik, teknis, psikologis,
sosiologis, antropologis, bahasa dan persepsi perlu diperhatikan bahkan perlu
diminimalisir agar komunikasi dapat berlangsung secara optimal dan pesan yang
disampaikan oleh komunikator dapat diterima komunikan dengan baik.
Rasa positif dan percaya diri, empati, dukungan, kepercayaan, keterbukaan,
kontribusi dan asas penyamarataan juga menjadi aspek penting dalam ranah
komunikasi interpersonal, dimana hal tersebut juga berkaitan dengan proses interaksi
konseling antara klien dengan tenaga kesehatan juga bagaimana tenaga kesehatan
mampu menyampaian berita baik atau buruk kepada klien.
Tidak dapat dihindari juga, bahwa tenaga kesehatan akan banyak menemukan
pasien dengan kondisi khusus yang tentu berbeda dengan klien biasa seperti klien
pasif/depresif, klien agresif/marah, dan klien geriatrik pada lansia. Untuk itu juga
perlu adanya kemampuan komunikasi dengan harapan pasien dengan kondisi khusus
tersebut dapat memberikan respons yang baik pula kepada tenaga kesehatan yang
menanganinya.

22
3.2 Saran
Dalam berkomunikasi, setiap individu harus memperhatikan aspek-aspek
dalam berkomunikasi. Dengan memperhatikan aspek-aspek dalam komunikasi, maka
komunikasi tersebut dapat diterima dan berjalan dengan efektif serta tepat sasaran.
Apabila tidak memperhatikan aspek dalam komunikasi, maka akan terjadi kesalahan
komunikasi yang dapat menyebabkan memburuknya hubungan sosial antar sesama
manusia. Selain itu komunikasi tentunya tidak semudah apa yang dipikirkan,
pengetahuan berkomunikasi dan etik bagi tenaga kesehatan harus terus
dikembangkan supaya dapat menghadapi ragam pasien dalam berbagai kebutuhan
medis.

23
Daftar Pustaka

Adler, R. B., & Rodman, G. (2006). Understanding human communication (9th


ed.). New York: Oxford University Press.

Al Husna, Chairul Huda. Demografi Lansia. http://s1-


keperawatan.umm.ac.id/files/file/DEMOGRAFI%20LANSIA.pdf. Diakses
tanggal 20 Februari 2016

Cubin dan Dahl. (2007). Health Communication: Theory and Practice. USA : Open
University Press.

Garg, A., Buckman, R., Kason, Y., 1997. Teaching medical students how to break
bad news. Canada Medical Association Journal 1997; 156: 1159-64

Ilaihi, W. (2010). Komunikasi dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kelley, Amy S. Geritalk: Communication Skills Training for Geriatrics and


Palliative Medicine Fellows

King, H. V. n.d. Handling Violent or Aggressive Patients : A Plan for Your Hospital.
[Pdf] Available through: http:// familymedicine.ukzn.ac.za.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3288955/. Diakses tanggal 21
Februari 2016

Liliweri, A. 2001. Dasar – Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Llyod, M. 2004.Communication Skills for Medicine. 2nd ed. New York: Churchill.

Lunandi, A.G., 1994, Komunikasi Mengenai : Meningkatkan Efektivitas Komunikasi


antar Pribadi, Kanisius, Yogyakarta.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi Publisher

Nasir, A., Muhith, A., Sajidin, M., & Mubarak, W. I. (2009). Komunikasi dalam
keperawatan: teori dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Penerjemah tidak disebutkan. Definisi Geriatrik.


http://dictionary.reference.com/browse/geriatric. Diakses tanggal 20 Februari
2016

24
Potter, PAtricia A. Fundamental of Nursing.
https://scele.ui.ac.id/pluginfile.php/315465/mod_resource/content/1/PotterPerr
y.pdf. Diakses tanggal 18 Februari 2016

Rakhmat,1988, Psikologi Komunikasi, CV. Remaja Karya, Bandung.


Rosenbaum, 2000. Counseling Skill for Health Professional 4th Edition. Nelson
Thornes Ltd.

Seiler W. 1988. Introduction to Speech Communication.Glenview, Ill.Foresman :


Scott

Sendjaja D. 2004. Buku Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas


Terbuka

Turner, Lynn., West, Richard. 2007.Introduction Communication Theory :Analysis


and Application, 3rd ed. Americas : McGraw-Hill
Unm.edu. (n.d.). Definition of Communication. [Online] Available
from:http://www.unm.edu/~devalenz/handouts/defcomm.html [Accessed 20
Feb 2016]
University of Illinois at Chicago College of Medicine: Breaking Bad News

West, Richard and Turner, Lynn H., 2007. Introducing Communication Theory:
Analysis and Application, 3rd ed. New york: McGraw-Hill

25

Anda mungkin juga menyukai