Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN

PENYELENGGARA PROGRAM BATRA


PUSKESMAS KOTARAJA

KOORDINATOR PROGRAM :
BAIQ RIFKA MILAHARNI, Amd. Farm

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KOTARAJA
1
TAHUN 2018

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT , atas rahmat dan karunia-Nya
penyusunan Buku Pedoman BATRA Puskesmas Kotaraja dapat selesai dengan baik.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga BATRA Puskesmas Kotaraja dan
tenaga kesehatan lain termasuk pengelola program kesehatan di Puskesmas Kotaraja dalam
melakukan pelayanan BATRA yang berkualitas.
Pedoman ini mencakup kebijakan BATRA di Puskesmas Kotaraja, tentang
Ketenagaan, Sarana dan Prasarana, Manajemen, alur pelayanan, jenis-jenis pelayanan
BATRA di dalam gedung dan di luar gedung, mekanisme rujukan,monitoring dan Evaluasi
BATRA di Puskesmas Kotaraja.
Ucapan terima kasih disertai penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan, saran dan kritik dalam penyusunan
pedoman pelayanan Puskesmas Kotaraja.
Wassalamualaikum wr. Wb.

Kotaraja, 20 Januari 2018


Kepala Puskesmas Kotaraja

Nur Citra Qu’ani, SKM


NIP. 19800625 2002 2 001

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar Batra Puskesmas Kotaraja …………..…………………......… i


Daftar Isi .………………… ……………………………………..…………. ii
BAB I. PENDAHULUAN …………………….. …………….……………. 1
A. Latar Belakang …………….……………………………….…… 1
B. Tujuan ………………………………………………………… 2
C. Sasaran ………………………………………………………….. 2
D. Ruang Lingkup …………………………………………………. 3
BAB II. STANDAR KETENAGAAN………………..
………………………………………….. 4
A. Kualifikasi SDM Tenag ………………………..………………... 4
B. Distribusi Ketenagaan …………………………………………. 4
C. Jadwal Kegiatan ………….…………………………………….. 4
BAB III. STANDAR FASILITAS ………………………………………… 6
A. Standar Kwalitas…….………………………………………….. 6
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN BATRA…..………………… 8
A. Lingkup Kegiatan………..……………………………………… 8
B. Strategi / Metode ..……………………………………………… 8
C. Langkah Kegiatan ……………………………………………… 8
BAB V LOGISTIK……………………………….………………………… 9
BAB VI KESELAMATAN SASARAN …………………….…………….. 10
BAB VII KESELAMATAN KERJA ……………………………………… 11
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ……………………………………… 12
BAB IX PENUTUP ……………………………………………………….. 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pengertian Program Pengobatan Tradisional adalah salah satu upaya
pengobatan dan/atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan/atau ilmu
keperawatan, yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengatasi
kesehatan, pengobatan tradisional yang dapat dipertanggung jawabkan manfaat dan

3
keamanannya perlu terus dibina, ditingkatkan, dikembangkan dan diawasi untuk
digunakan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pengobatan tradisional sebagai salah satu pengobatan di luar ilmu kedokteran
juga dirumuskan pada Pasal 12 Ayat (1) dan (2) Kepmenkes
No.1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional
bahwa pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya pengobatan dan /atau
perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan/atau ilmu keperawatan. Pengobatan
tradisional sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilakukan sebagai upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan/atau
pemulihan kesehatan Peraturan tersebut dibentuk oleh Pemerintah, hal ini
membuktikan bahwa pengobatan tradisional mendukung peningkatan derajat
kesehatan masyarakat
Pasal 1 Ayat (1) Kepmenkes No. 1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara,
obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun
temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Tujuan pengaturan penyelenggaraan pengobatan tradisional dirumuskan pada
Pasal 2 Ayat (1), (2) dan (3) Kepmenkes No. 1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, bahwa tujuannya (1) membina upaya
pengobatan tradisional; (2) memberikan perlindungan kepada masyarakat; (3)
menginventarisasi jumlah pengobat tradisional, jenis dan cara pengobatannya.
Pengaturan pada Kepmenkes tersebut secara tegas mengatur dan melindungi
penyelenggara pengobatan tradisional dan masyarakat selaku pasien.
Pemerintah perupaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap
orang. Pemerintah juga harus secara terus menerus memberikan perhatian bagi
penyelenggaraan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan.
Penyelenggaraan pembangunan nasional tentunya harus didukung dengan jaminan
atas pemeliharaan kesehatan dan ditingkatkannya profesionalisme. Kegiatan kegiatan
tersebut sudah tentu memerlukan perangkat hukum kesehatan yang memadai.
Perangkat hukum kesehatan dimaksudkan agar kepastian hukum dan perlindungan
yang menyeluruh baik bagi penyelenggara kesehatan maupun masyarakat penerima
pelayanan kesehatan.
Pengaturan pengobatan tradisional juga ditunjang dan dirumuskan oleh WHO
pada tahun 2000 telah menetapkan bahwa pengobatan tradisional adalah
jumlahmtotal pengetahuan, keterampilan, dan praktik-praktik yang berdasarkan pada
teoriteori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya

4
yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan
kesehatannserta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit
secara fisik dan juga mental.
Pengobatan tradisional sebagai alternatif pengobatan di luar cara medis hanya
dapat dilakukan oleh pengobat/orang yang ahli di bidangnya. Menurut rumusan Pasal
1 Angka 16 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang dimaksud dengan
pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat
yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang
dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 3 Ayat (3) Kepmenkes No.
1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional
menyatakan, definisi operasional klasifikasi pengobat tradisiona ldikenal dengan
istilah batra.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum
Sebagai pedoman pelaksanaan dan pemantauan cakupan serta peningkatan
pembinaan kegiatan Batra secara terus menerus diwilayah Puskesmas Kotaraja
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman pembinaan kesehatan Tradisional
b. Sebagai pedoman pendataan pengobat Tradisional
c. Sebagai pedoman pelaksanaan pembinaan Toga

C. Sasaran
1. Kader di Posyandu
2. Perangkat Desa di wilayah kerja puskesmas kotaraja

D. Ruang Lingkup
1. Pelayanan Batra dalam gedung :
a. Sosialisasi Program Batra dengan seluruh kader posyandu di wilayah
Puskesmas kotaraja
b. Pelatihan kader terkait manfaat, jenis Toga dan budidaya Toga di lahan yang
sempit
c. Pembinaan pengobat Tradisional yang berijin dan tidak berijin di wilayah
Puskesmas kotaraja
2. Pelayanan Batra luar gedung :  Sesuai Rencana Pelaksanaan Kegiatan
a. Sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat terkait Pembinaan Toga

5
b. Pendataan Jumlah Toga yang telah di dilakukan pembinaan
c. Pendataan pengobat Tradisional yang terdaftar/berijin diwilayah Puskesmas
kotaraja.

E. Batasan operasional
Pengobatan tradisional pada prinsipnya merupakan salah satu upaya pengobatan
dan/atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran. Pemerintah menerbitkan aturan
melalui Kepmenkes No. 1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional. Peraturan tersebut dibentuk Pemerintah, hal ini
membuktikan bahwa pengobatan tradisional mendukung peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan di upayakan juga sesuai dengan
perumusan menurut Pasal 46 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa untuk
mendapatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sesuai yang diharapkan
dilakukan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh baik melalui upaya
kesehatanperseorangan maupun upaya kesehatan masyarakat. Eksistensi pengobatan
penyembuhan alternatif selain medis juga diatur pada Pasal 1 Ayat (1) dan (2)
Permenkes No. 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga upaya pengobatan Tradisional yang
ada di Puskesmas Kotaraja :
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi

6
Pelaksanaan Program Pendidikan minimal D DIII Farmasi
Batra III

B. Distribusi ketenagaan
Penanggung jawab program Upaya pengobatan Tradisional (Batra) dan latar
belakang pendidikannya adalah sebagai berikut :

Kegiatan Petugas Pendidikan Terakhir


Penggung jawab Program Baiq Rifka Milaharni D III Farmasi
Batra

C. Jadwal kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya pengobatan Tradisional dilakukan bersama oleh para
pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri bulanan/
lintas sektor dengan persetujuan Kepala Puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya pengobatan Tradisional dibuat untuk jangka waktu satu
tahun, dan di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan
pada awal bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya pengobatan Tradisional
dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Kotaraja. Adapun jadwal kegiatan upaya
kesehatan dibagi menjadi 2, yaitu Jadwal Rutin (sesuai dengan RPK) dan jadwal
situasional.

Jadwal Adapun yang selalu dilakukan dalam Program Batra adalah


Jadual Kegiatan
Pendataan jumlah pengobat 1. Melakukan Pendataan Terhadap jumlah pengobat
tradisional yang berijin/tidak tradisional
2. Pembinaan pengobat tradisional yang belum
berijin di wilayah Puskesmas
terdaftar
Kotaraja
1. Sosialisasi Program Batra terkait pembinaan Toga
kepada seluruh kader posyandu di wilayah
Puskesma Kotaraja
2. Sosialisasi dan Pembinaan Toga pada masyarakat
di setiap posyandu yang ada di wilayah Puskesmas
7
Sosialisasi manfaat toga Kotaraja

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah
Koordinasi pelaksanaan upaya Pengobatan Tradisional yaitu penanaman Toga
dilakukan oleh penanggung jawab Program di luar gedung Puskesmas yaitu
berdekatan dengan rumah Kepala Puskesmas Kotaraja. Pelaksanaan rapat koordinasi
dilakukan di aula Rapat Puskesmas Kotaraja. Untuk kegiatan luar gedung petugas
mendatangi sasaran di rumah/fasilitas atau di tempat yang sudah disepakati untuk
melakukan kegiatan.

8
B. Standar fasilitas
Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan upaya Pengobatan Tradisional
Puskesmas Kotaraja memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut :

Kegiatan Program Batra Sarana- prasarana


Pembinaan Toga di Puskesmas - Poliback
Kotaraja - Rak susun untuk penanaman Toga
Sosialisasi ProgramBatra - Daftar Hadir
mengenai Pembinaan Toga pada - LCD
- Laptop
kader posyandu di wilayah
Puskesmas Kotaraja
Penyuluhan dan sosialisasi terkait - Leaflet
Toga dengan masyarakat disetiap - fc
- Daftar hadir
Posyandu yang ada di wilayah - Laptop
Puskesmas Kotaraja
Pelatihan Kader tentang budidaya - Meja, kursi
Toga - Undangan
- ATK
- Fc
- Leaflet
- Alat peraga penyuluhan sesuai materi
- LCD dan Laptop
- Lembar balik
- Daftar Hadir
Pembinaan Pengobat Tradisional - Meja, kursi
- Undangan
- ATK
- Fc
- Leaflet
- Laptop
Pendataan Jumlah Toga yang telah ATK
dilakukan pembinaan

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup kegiatan
1. Pelaksanaan kegiatan dalam gedung :
a. Sosialisasi Program Batra pada kader posyandu di wilayah kecamatan
Sikur.
b. Pelatihan kader terkait manfaat, jenis Toga dan budidaya Toga di lahan yang
sempit.
c. Pembinaan pengobat traditional yang berijin dan tidak berijin di wilayah
Puskesmas Kotaraja.
2. Pelaksanaan kegiatan Batra luar gedung :
a. Sosialisasi Program Batra.
b. Sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat terkait Pembinaan Toga.
c. Pendataan pengobat tradisional yang terdaftar/berijin di wilayah Puskesmas
Kotaraja.

B. Metode

10
Dalam upaya mencapai tujuan tercapainya Pembinaan program Batra diperlukan
peran petugas kesehatan dan fasilitator, dimana petugas kesehatan memberikan
pelayanan dan fasilitator bertanggung jawab dalam mengkomunikasikan inovasi
dibidang kesehatan kepada masyarakat. Metode yang digunakan adalah :
1. Pendataan sasaran
2. Wawancara/anamnesa
3. Pembinaan
4. Penyuluhan dan sosialisasi
5. Pelatihan
6. Pencatatan dan pelaporan

C. Langkah kegiatan
1. Kegiatan dalam gedung :
a. Wawancara/anamnesa
b. Penyuluhan dan sosialisasi
c. Pelatihan kader posyandu
d. Pencatatan dan pelaporan
2. Kegiatan luar gedung :
a. Sosialisasi dan penyuluhan
b. Pendataan
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya


dilakukan oleh semua petugas penanggung jawab program kemudian diajukan sesuai
dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Program Batra
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai
dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
 Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara lain :
- Meja, Kursi
- Daftar Hadir
- LCD
- Laptop
- Leaflet
- fc
- Daftar hadir
- Undangan
- ATK
- Alat peraga penyuluhan sesuai materi
- Poliback
- Rak susun Untuk penanaman Toga

Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang


meliputi :
- Daftar Hadir
11
- LCD
- Laptop
- Leaflet
- fc
- ATK
- Buku catatan kegiatan/visum

Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator Program Batra berkoordinasi


dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas
untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator kesehatan lingkungan
berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya
puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan RPK.

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/ PROGRAM

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik
resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi
pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan
karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi
sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan-tahapan dalam mengelola
keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggung jawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak
membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
12
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau
dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil
kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja bagi petugas pelaksana pelayanan Program Batra disini lebih
terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan. Dalam penjelasan
undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah mengamanatkan antara lain,
setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

13
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga
agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran
yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut :
1. Indikator kinerja SPM
2. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
3. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
4. Ketepatan metoda yang digunakan
5. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan
dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

14
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan Program Batra (Pengobatan Tradisional) ini dibuat untuk


memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan Batra di Puskesmas Kotaraja,
penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi yang ada di puskesmas, tentu saja masih
memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional.
Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan,
kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan Kegiatan
program Batra di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan dari
kebijakan yang telah ditentukan.

15

Anda mungkin juga menyukai