Antisipasinya
BAB VII
PERKEMBANGAN MASYARAKAT MASA DEPAN,
TANTANGAN DAN ANTISIPASINYA
PENDAHULUAN
W. Wager dan Gerald Feinberg, dan futuris ini yakin bahwa manusia dengan
memanfaatkan intelegensi kolektif mereka dapat mengatasi ancaman masa depan. Kedua
futuris ini memiliki pandangan yang utopis mengenai masa depan. Berbeda dengan
pandangan John Platt yang berpendapat bahwa dunia masa depan begitu berbahaya, di sana
sini diwarnai rasa keprihatinan. Pandangan yang terakhir ini bersifat distopia (Shane,
19730 dalam Miarso , 19840. terlepas apakah masa depan nantinya bersifat utopia atau
distopia masa depan akan diwarnai oleh berbagai kecenderungan perubahan.
Di satu pihak kecenderungan tersebut dapat membawa kemaslahatan umat manusia,
dilai pihak kecenderungan itu berdampak negatif, oleh karena itu, hal penting yang perlu
diperhatikan adalah kemana arah kecenderungan perubahan masa depan itu dan bagaimana
mengantisipasi dampak negatif dari kecenderungan perubahan tersebut.
Daftar pencari kerja dan pengangguran di Indonesia menurut Budiono dkk, (1970).
Tingkat pendidikan SD 24,3% tingkat pendidikan SMP 15,2 %tingkat pendidikan SMTA
36,4% dan tingkat universitas / akademi 5,6%. (Budiono dkk, 1992 dalam Tilaar,1993).
Keadaan pengangguran yang dituliskan di atas perlu mendapatkan pemecahan agar
dimasa depan tidak menimbulakan masalah-masalah yang serius.
Disisi lain, pendidikan tenaga kerja di Indonesia, dari 137 juta usia 10 tahun ke atas, 66 %
miskin pendidikan. Dari 73,9 juta pekerja di Indonesia, 80% hanya pendidika SD atau
kurang, bahkan 12,1 % tidak pernah sekolah.Tahun 2000, angkatan kerja di Indonesia
skitar 100 juta orang dengan komposisi pendidikan 70% berpendidikan SD kebawah, 9,6%
tamatan SMTP dan 1,6% SMTP kejuruan; 7,8% SMTA umum dan 9,1% SMTA kejuruan
dan 1,87% tamatan perguruan tinggi (Ibrahim, 1993)
Karena proporsi tingkat pendidikan tenaga kerja di Indonesia, lebih besar hanya
berpendidikan SD ke bawah, akibatnya pada beberapa sektor dan posisi jabatan masih
diduduki oleh tenaga profesional asing. Berdasarkan data dari BKPM, 1989, beberapa
sektor masih memperkerjakan tenaga asing yakni, (1) pertanian, perkebunan dan
peternakan 14,40%. (2) pertanbangan dan penggalian 16,08%, (3) industri pengolahan
26,08%, (4) listrik, gas dan air 2,45%. (5) konstruksi (9,23%), (6) perdagangan, restoran,
dan hotel (9,98%). (7)angkutan dan perdagangan 2,44%, (8) lembaga keuangan (bank)
5,27%., (9) jasa masyarakat dan perorangan 15,29%. Sedangkan kompossisi berdasarkan
jabatan , (1) manajer 2.908 orang, (2) profesional 4,820 orang, (3) teknisi 6,165 orang, (4)
foreman 2.993 orang ,(5) operator 1.012 orang, berdasarkan data BKPM, 1990 (Alam,
1990) Keadaan ini tentu merupakan tantangan bagi dunia pendidikan di Indonesia saat ini
dan mendatang.
Degradasi Moral
Tekanan-tekanan sosial akibat berbagai ketimpangan sosial dapat menimbulkan
tingkah laku menyimpang dalam masyarakat.
Di Jepang kemajuan ekonomi akibat industrialisasi , harus di bayar mahal berupa
guncangan sosial budaya. Dalam dasawarsa 80-an, tingkat pencemaran naik 50%.
Kejahatan remaja usi 15 tahun menyumabang 45% terhadap angka kejahatan di Jepang.
Bunuh diri di kalangan remaja menempati angka tertinggi di dunia. (Saefuddin, 1993)
Demikian pula di Indonesia akibat globalisasi informasi, tata nilai dasar diterjang
begitu saja oleh budaya asing, sehingga melahirkan perilaku baru dikalangan generasi
muda. Contoh kasus demoralisasi yang sangat mengejutkan ialah dari 630.283 pelajar di
Jawa Tengah, sekitar 37.000 diantaranya pernah melakukan hubungan seks. Dari jumlah
itu 60% mengekui dirumah sendiri dan 40% sisanya di penginapan. (Jawa Pos,3 Mei
1995)
Kasus yang sangat meprihatinkan dalam tayangan di televisi hasil sigi oleh YKAI
dan balitbang penerangan RI menyebutkan bahwa adega prososial 48% dan anti sosial
52%.(Jawa Pos, 30mei 1995). Pertanyaan yang perlu di jawab adalah nilai moral yang
bagaimanakah yang hendak dikembangkan bagi para generasi muda ?
Pendidikan Nasional
Meskipun Indonesia berhasil meningkatkan kuantitas pendidikan , sehingga angka
parisipasi SD tahun 1993 mencapai 99,6%, SLTP 46,4% dan SLTA 33,6% dan perguruan
tinggi mencapai 10,6% akan tetapi masih dihadapkan pada berbagai tantangan.
Lulusan SD yang melanjutakan ke SLTP baru mencapai 58,3%, sementara lulusan
SLTP yang melanjutkan ke SLTA cukup tinggi yaitu 80,5% dan lulusan SLTA yang
melanjutkan ke perguruan tinggi baru mencapai 38,9%
Tantangan yang perlu mendapat oerhatian serius dari semua pihak yang terkait
adalah memgendalikan terjadinya putus sekolah. Angka putus sekolah di SD secara
komulatif mencapai 20%, tingkat mengulang kelas 9,5% setiap tahun. Ditingkat SLTP
angka putus sekolah ditingkat SLTA mencapai 3,5%dan di perguruan tinggi mencapai 9,1%
Untuk memcapai masyarakat industri maju yang bertumpu pada penguasaan
teknologi tinggi Indonesia masih menghadapi tantangan Sumber daya manusia. Sumber
Daya Manusia yang diprioritaskan untuk mendukung pelaksanaan teknologi adalah yang
menguasai Basic Science. Di lain pihak distribusi terbesar berasal dari dunia pendidikan
dan ilmu sosial (70%), sementara lulusan rekayasa mencapai 15,1% dan ilmu-ilmu dasar
hanya 2,3% (Koswara,1991).
Menguasai Teknologi
Era globalisasi diwarnai oleh persaingan. Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya
manusia yang mempunyai keunggulan kompetitif . Wardiman (1993) menyebutkan untuk
mengatasi persaingan, dunia industri harus , (1) menguasai teknologi produksi, untuk
mendapatkan kualitas produk yang tinggi, (2) menguasai teknologi produk agar dapat
bersaing, (3) menguasai teknologi menajemen untuk mendapatkan harga yang layak,(4)
mempunyai tenaga kerja yang terampil dalam proses produksi atau teknologi
produk(wardiman,1993)
Somitro(1981)menyebutkan, mengingat konstelasi masyarakat kita ,dan melihat
perkembangan masa depan, ada tiga teknologi yang harus dikebangkan,(1) teknologi maju,
(2) teknologi adaptif dan (3) teknologi protektif.Teknologi maju masa depan adalah
teknologi produksi exstratif dibidang metalurgy, teknologi imeral dan
energi(nuklir).teknologi adaptif, teknologi yang bersumber dari penelitian negara maju
yang diolah sesuai dengan kondisi masyarakat kita.teknologi protektif, teknologi
perlindungan alam dan lingkungan(sumitro, 1981).
Selain peningkatan jumlah insinyur dalam pakar pakar dibidang ilmu murni,
sujatmoko(1993) manuliskan universitas perlu menggembangkan disiplin ilmiah yang
melandasi teknologi, seperti Solid State Physics dan matematika untuk mikro elektronika
dan biologi mikro. (Soedjatmoko,1993). Lebih lanjut ia menyebutkan, teknologi yang
paling besar dampaknya atas perkembangan masyarakat adalah bidang bio teknologi,
mikro elektronika, informatika dan teknologi bahan (technology bahan)
Untuk mengimbangi kejutan masa depan, Toffler menawarkan strategi pemikatnya.
Disebutkannya untuk mempertahankan keseimbangan selama terjadinya revolusi
superindustrial adalah dengan menandingi penemuan baru (Toffler, 1970 dalam
Koesdiyatinah,1987). Persoalannya untuk negara-negara miskin sarana dan prasarana riset
dasar sangat tidak memadai, shingga penemuan-penemuan baru sangat langka adanya.
Herman Kahn menyebutkan kegiatan R&D di negara miskin 2,5%, sementara di negara
kaya 97,5%. (Rais,1993 dalam Tuhuleley,1993)
Khususnya di Indonesia, menurut anwar et al (1990) tantangan yang dihadapi untuk
penerapan dan pengembangan IPTEK pada PJPT II adalah (1) jumlah terbesar penduduk
usia 10 tahun ke atas dan angkatan kerja yang tidak tamat SD sebesar 44,9%dari jumlah
angkatan kerja sebanyak 74,6 juta, dan lulusan perguruan tinggi 1,61%, itupun lulusan
eksakta ±28,9% dan sisanya lulusan ilmu sosial., (2) bagian terbesar unit usaha berskala
kecil dan non formal, (3) peningkatan pengangguran terbuka angkatan kerja lulusan SLTP
dan yang lebih tinggi, (4) pendidikan menengah dan tinggi relatidf rendah , (5) kurangnya
tenaga ristek, (6) rendahnya kesehatan relatif terhadap negara ASEAN, (7) industri
manufaktur mengarah industri berat, (8) urbanisasi meningkat, (9) Pemasukan dana luar
negara berkurang teknologi meluas dan mendalam (Anwar et al, 1990 dalam Iskandar,
1991).
Mengubah kecenderungan
Menperhatikan dampak negatif teknologi, untuk mengantisipasi masa depan. Yacob
(1993) menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi masa depan , perlu menguasai skenario
masa depan yakni dengan mengubah kecenderungan masa depan. Untuk mengubah
kecenderungan masa depan yang perlu dilakukan adalah (1) pembatasan pertumbuhan
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Berilah gambaran mengenai kecenderungan perkembangan IPTEK Pada
masyarakat masa depan!
2. Tantangan global yang bagaimanakah yang kemungkinan dihadapi oleh masyarakat
masa depan?
3. Masyarakat masa depan kan dihadapkan pada masalah pertambahn penduduk,
berilah gambaran pertumbuhan penduduk Indonesiadan implikasinya terhadap
kemungkinan timbulnya masalah-masalah sosial!
4. Bagaimanakah kecenderungan lingkungan hidup pada masyarakat masa depan, dan
jelaskan bagaimana mengantisipasinya untuk menghindari lingkungan hidup
tersebut?
5. masalah- masalah apa saja yang dihadapi bangsa Indonesia di bidang teknologi, dan
bagaimana memecahkannya?
6. Jelaskan tantangan masyarakat Indonesi masa depan dibidang pendidikan dan
jelaskan antisipasinya!
7. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi masyarakat Indonesia dalam
pengembangan sumber daya menusia?