Anda di halaman 1dari 42

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Benigna Prostat Hiperplasia

Dosen Pengampu : Ns. Wijaya Atmadja K, S.Kep., M.Kep


Mata Kuliah : KMB II

D
I
S
U
S
U
N

OLEH : RATIH EMASIA PUTRI


NIM : PO.62.20.1.16.156

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN


REGULER III
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya

lah Tugas tentang Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Benigna Prostat Hiperplasia ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Dosen mata kuliah KMB II. Tugas

ini dibuat dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang Laporan Pendahuluan Asuhan

Keperawatan Benigna Prostat Hiperplasia.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan andil terhadap pembuatan tugas ini. Kami sepenuhnya menyadari bahwa tugas ini

tidak terlepas dari sejumlah kekurangan. Untuk itu saya mengharapkan saran dan tanggapan

yang bersifat membangun demi penyempurnaan tugas ini.

Palangka Raya, Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...................................................................................................


Kata Pengantar ...................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................... ii
Pengertian ............................................................................................................ 1
Etiologi ................................................................................................................. 1
Tanda dan Grjala .................................................................................................. 2
Patofisiologi ......................................................................................................... 4
Pathway ................................................................................................................ 7
Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................... 8
Komplikasi ........................................................................................................... 9
Penatalaksanaa Medis .......................................................................................... 10
Pengelolaan Pasien ............................................................................................... 13
Askep ................................................................................................................... 14
Daftar Isi

ii
A. PENGERTIAN
ü Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker, (Corwin, 2000).
ü Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Price&Wilson
(2005).
ü Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa
hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan
hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan adalah hyperplasia (Sabiston, David
C,2004)
ü BPH (Hiperplasia prostat benigna) adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan
menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria.
(Smeltzer dan Bare, 2002)
.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti
kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya
dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar
prostat mengalami hiperplasi .
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron
yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming
growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar
prostat
5. Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit

BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

C. TANDA DAN GEJALA


1. Gejala iritatif meliputi :
§ Peningkatan frekuensi berkemih
§ Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
§ Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)
§ Nyeri pada saat miksi (disuria)
2. Gejala obstruktif meliputi :
§ Pancaran urin melemah
§ Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
§ Kalau mau miksi harus menunggu lama
§ Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
§ Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
§ Urin terus menetes setelah berkemih
§ Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinensia karena
penumpukan berlebih.
§ Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen) dan
gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar.
3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman
pada epigastrik.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :
§ Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas, frekuensi kencing
bertambah terutama pada malam hari
§ Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu miksi terasa
panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
§ Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul aliran refluk ke
atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis,
hidronefrosis.

BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)


D. PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada pada
pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal
dan elemen glandular pada prostat.
Teori-teori tentang terjadinya BPH :
1. Teori Dehidrosteron (DHT)
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat
menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi pada
RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein.
2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan oleh
sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen berperan
pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi prostat.
3. Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (-FGF) dapat
menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien dengan
pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. -FGF dapat
dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus
urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran
kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat,
resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan
merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase
kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang
selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Adapun
patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :
 Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal
dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat
yang membesar.
 Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
 Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi
resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis
miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
 Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak
lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
 Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
 Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi)
jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi
kontraksi involunter,
 Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin
keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience
maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
 Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada
prostat yang membesar.
 Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik,
sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi
dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.
 Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada
dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.
 Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini
dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula
menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
 Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan
hernia dan hemoroid.
BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)
E. PATHWAY

Pathway BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisa

Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen,
eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain
seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat
menyebabkan hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal
dan status metabolik.
Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya
biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi.
Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD) yaitu
PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi
prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml

2. Pemeriksaan darah lengkap

Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek
pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita BPH
karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT,
golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.
3. Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi. Tujuan
pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residu urin.
Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli.
Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta
osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari
fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika urinaria,
residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi
residu urin dan batu ginjal.
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan
radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada
hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya
dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi kencing
(viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah untuk
menilai residual urin.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin
beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati prostat.
Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan
gagal ginjal. (Corwin, 2000).
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
penderita harusmengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen
yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk
batu endapan yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika
urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme,yang dapat menyebabkan sistitis dan
bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005)

BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)


H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi pasien.
Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat berkemih maka kateterisasi
segera dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam dengan tonjolan
kurva prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih (sitostomi supra pubik)
untuk drainase yang adekuat.
Jenis pengobatan pada BPH antara lain:

 Observasi (watchfull waiting)

Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalah mengurangi
minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan,
mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi.
Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok dubur

 Terapi medikamentosa

- Penghambat adrenergik  (prazosin, tetrazosin) : menghambat reseptor pada otot polos di leher
vesika, prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars
prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang.
- Penghambat enzim 5--reduktase, menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang
membesar akan mengecil.

 Terapi bedah

Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu :
- Retensi urin berulang
- Hematuri
- Tanda penurunan fungsi ginjal
- Infeksi saluran kemih berulang
- Tanda obstruksi berat seperti hidrokel
- Ada batu saluran kemih.
1. Prostatektomi
Pendekatan transuretral merupakan pendekatan tertutup. Instrumen bedah dan optikal
dimasukan secara langsung melalui uretra ke dalam prostat yang kemudian dapat dilihat secara
langsung. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil dengan loop pemotong listrik. Prostatektomi
transuretral jarang menimbulakan disfungsi erektil tetapi dapat menyebabkan ejakulasi retrogard
karena pengangkatan jaringan prostat pada kolum kandung kemih dapat menyebabkan cairan
seminal mengalir ke arah belakang ke dalam kandung kemih dan bukan melalui uretra.
a. Prostatektomi Supra pubis.
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu suatu insisi
yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
b. Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini lebih praktis
dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Lebih jauh lagi inkontinensia,
impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugian lain adalah
kemungkinan kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta bidang operatif terbatas.
c. Prostatektomi retropubik.
Adalah insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis
dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Keuntungannya adalah periode pemulihan
lebih singkat serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.
Pembedahan seperti prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yang
mengalami hiperplasi. Komplikasi yang mungkin terjadi pasca prostatektomi mencakup
perdarahan, infeksi, retensi oleh karena pembentukan bekuan, obstruksi kateter dan disfungsi
seksual. Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan impotensi, meskipun pada prostatektomi
perineal dapat menyebabkan impotensi akibat kerusakan saraf pudendal. Pada kebanyakan kasus
aktivitas seksual dapat dilakukan kembali dalam 6 sampai 8 minggu karena saat itu fossa
prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi maka cairan seminal mengalir ke dalam kandung kemih
dan diekskresikan bersama uin. Perubahan anatomis pada uretra posterior menyebabkan
ejakulasi retrogard.
2. Insisi Prostat Transuretral ( TUIP ).

Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra.
Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan
prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretral. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar
prostat berukuran kecil ( 30 gram/kurang ) dan efektif dalam mengobati banyak kasus BPH. Cara
ini dapat dilakukan di klinik rawat jalan dan mempunyai angka komplikasi lebih rendah di
banding cara lainnya.

3. TURP ( TransUretral Reseksi Prostat )

TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk
pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang disambungkan
dengan arus listrik. Tindakan ini memerlukan pembiusan umum maupun spinal dan merupakan
tindakan invasive yang masih dianggap aman dan tingkat morbiditas minimal.
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek merugikan terhadap
potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran antara 30-
60 gram, kemudian dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakan secara terus-menerus dengan
cairan isotonis selama prosedur. Setelah dilakukan reseksi, penyembuhan terjadi dengan
granulasi dan reepitelisasi uretra pars prostatika (Anonim,FK UI,2005).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi
balon 30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih. Irigasi
kanding kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan darah lagi.
Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari setelah
operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih dengan lancar.
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-gejala dari sedang sampai
berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat untuk menjalani operasi.
Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia atau retensio oleh
karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah striktura uretra, ejakulasi
retrograd (50-90%), impotensi (4-40%). Karena pembedahan tidak mengobati penyebab BPH,
maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10 tahun kemudian.
§ Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon tranuretral, ablasi jarum transuretral

TURP BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

I. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pre operasi
- Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
- Pemeriksaan EKG, GDS mengingat penderita BPh kebanyakan lansia
- Pemeriksaan Radiologi: BNO, IVP, Rongen thorax
- Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam. Sebelum pemeriksaan IVP pasien
diberikan diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, dan mengurangi bicara untuk
meminimalkan masuknya udara
2. Post operasi
- Irigasi/Spoling dengan Nacl
§ Post operasi hari 0 : 80 tetes/menit
§ Hari pertama post operasi : 60 tetes/menit
§ Hari ke 2 post operasi : 40 tetes/menit
§ Hari ke 3 post operasi : 20 tetes/menit
§ Hari ke 4 post operasi diklem
§ Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin dalam kateter bening)
- Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah (cairan serohemoragis < 50cc)
- Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi selama 2 hari, bila pasien
sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obat oral.
- Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi
- Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin
- Anjurkan banyak minum (2-3l/hari)
- DC bisa dilepas hari ke-9 post operasi
- Hecting Aff pada hari k-10 post operasi.
- Cek Hb post operasi bila kurang dari 10 berikan tranfusi
- Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan dorongan untuk berkemih,
merasakan tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan dari uretral sekitar kateter.
Medikasi yang dapat melemaskan otot polos dapat membantu mengilangkan spasme. Kompres
hangat pada pubis dapat membantu menghilangkan spasme.
- Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi tidak duduk terlalu
lama karena dapat meningkatkan tekanan abdomen, perdarahan
- Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali kontrol berkemih. Latihan
perineal harus dilanjutkan sampai passien mencapai kontrol berkemih.
- Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernih hingga sedikit
merah muda dalam 24 jam setelah pembedahan.
- Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan biasanya
menandakan perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental. Perdarahan
vena diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon yang menahan kateter pada
tempatnya memberikan tekannan pada fossa prostatik.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Sebelum Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri saat berkemih
- Sulit kencing
- Frekuensi berkemih meningkat
- Sering terbangun pada malam hari untuk miksi
- Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda
- Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih
- Pancaran urin melemah
- Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
- Kalau mau miksi harus menunggu lama
- Jumlah urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
- Urin terus menetes setelah berkemih
- Merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah
- Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan
b. Data Obyektif
- Ekspresi wajah tampak menhan nyeri
- Terpasang kateter
2. Sesudah Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
- Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas
b. Data Obyektif
- Ekspresi tampak menahan nyeri
- Ada luka post operasi tertutup balutan
- Tampak lemah
- Terpasang selang irigasi, kateter, infus
3. Riwayat kesehatan : riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
keluarga, pengaruh BPH terhadap gaya hidup, apakah masalah urinari yang dialami pasien.
4. Pengkajian fisik
a. Gangguan dalam berkemih seperti
- Sering berkemih
- Terbangun pada malam hari untuk berkemih
- Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
- Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah
- Rasa tidak puas sehabis miksi
- Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus menetes setelah berkemih.
- Nyeri saat berkemih
- Ada darah dalam urin
- Kandung kemih terasa penuh
- Nyeri di pinggang, punggung, rasa tidak nyaman di perut.
- Urin tertahan di kandung kencing, terjadi distensi kandung kemih
b. Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada
epigastrik
c. Kaji status emosi : cemas, takut
d. Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau
e. Kaji tanda vital
5. Kaji pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan radiografi
- Urinalisa
- Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urin
6. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan dan proses
penyakit, pengobatan dan cara perawatan di rumah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Pre operasi
- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
- Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi proses bedah.
- Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologi
- Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan spasme kandung kemih.
b. Post operasi
- Nyeri akut berhubungan agen injuri fisik (insisi sekunder pada TURP)
- Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv pembedahan
- Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan b.d kurangnya paparan informasi.
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi pasca operasi.
- Disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten dari TURP
Rencana keperawatan

PRE OPERASI
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan
1. Manajemen Nyeri
Definisi : Sensori dan keperawatan selama ….x 24 jam, Definisi : perubahan atau
pengalaman emosional yang klien dapat: pengurangan nyeri ke tingkat
tidak menyenangkan yang
1. Mengontol nyeri kenyamanan yang dapat diterima
timbul dari kerusakan Definisi : tindakan seseorang pasien
jaringan aktual atau untuk mengontrol nyeri Intervensi:
potensial, muncul tiba-tiba ndikator: - Kaji secara menyeluruh tentang
atau lambat dengan § Mengenal faktor-faktor penyebab nyeri, meliputi: lokasi,
intensitas ringan sampai § Mengenal onset/waktu kejadian karakteristik, waktu kejadian, lama,
berat dengan akhir yang bisa nyeri frekuensi, kualitas,
diantisipasi atau diduga dan § tindakan pertolongan non-analgetik intensitas/beratnya nyeri, dan
berlangsung kurang dari 6 § Menggunakan analgetik faktor-faktor pencetus
bulan. § melaporkan gejala-gejala kepada - Observasi isyarat-isyarat non verbal
tim kesehatan (dokter, perawat) dari ketidaknyamanan, khususnya
Faktor yang berhubungan § nyeri terkontrol dalam ketidakmampuan untuk
: Agen injuri (biologi, kimia, komunikasi secara efektif
fisik, psikologis) - Berikan analgetik sesuai dengan
2. Menunjukkan tingkat nyeri anjuran
Batasan karakteristik : Definisi : tingkat keparahan dari - Gunakan komunkasi terapeutik agar
- Laporan secara verbal atau nyeri yang dilaporkan atau klien dapat mengekspresikan nyeri
non verbal adanya nyeri ditunjukan - Kaji latar belakang budaya klien
- Fakta dari observasi - Tentukan dampak dari ekspresi
- Posisi untuk menghindari Indikator: nyeri terhadap kualitas hidup: pola
nyeri § Melaporkan nyeri tidur, nafsu makan, aktifitas mood,
- Gerakan melindungi § Frekuensi nyeri hubungan, pekerjaan,
- Tingkah laku berhati-hati § Lamanya episode nyeri tanggungjawab peran
- Muka topeng § Ekspresi nyeri: wajah - Kaji pengalaman individu terhadap
- Gangguan tidur (mata sayu, § Posisi melindungi tubuh nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
tampak capek, sulit atau § Kegelisahan - Evaluasi tentang keefektifan dari
gerakan kacau, menyeringai) § Perubahan Respirasirate tindakan mengontrol nyeri yang
- Terfokus pada diri sendiri § Perubahan Heart Rate telah digunakan
- Fokus menyempit § Perubahan tekanan Darah - Berikan dukungan terhadap klien
(penurunan persepsi waktu, § Perubahan ukuran Pupil dan keluarga
kerusakan proses berpikir, § Perspirasi - Berikan informasi tentang nyeri,
penurunan interaksi dengan § Kehilangan nafsu makan seperti: penyebab, berapa lama
orang dan lingkungan) terjadi, dan tindakan pencegahan
- Tingkah laku distraksi, - Kontrol faktor-faktor lingkungan
contoh : jalan-jalan, yang dapat mempengaruhi respon
menemui orang lain dan/atau klien terhadap ketidaknyamanan
aktivitas, aktivitas berulang- (contoh : temperatur ruangan,
ulang) penyinaran, dll)
- Respon autonom (seperti - Anjurkan klien untuk memonitor
diaphoresis, perubahan sendiri nyeri
tekanan darah, perubahan - Ajarkan penggunaan teknik non-
nafas, nadi dan dilatasi farmakologi
pupil) (ex: relaksasi, guided imagery, terapi
- Perubahan autonomic dalam musik, distraksi, aplikasi panas-
tonus otot (mungkin dalam dingin, massase)
rentang dari lemah ke kaku) - Evaluasi keefektifan dari tindakan
- Tingkah laku ekspresif mengontrol nyeri
(contoh : gelisah, merintih, - Modifikasi tindakan mengontrol
menangis, waspada, iritabel, nyeri berdasarkan respon klien
nafas panjang/berkeluh - Tingkatkan tidur/istirahat yang
kesah) cukup
- Perubahan dalam nafsu - Anjurkan klien untuk berdiskusi
makan dan minum tentang pengalaman nyeri secara
tepat
- Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau terjadi keluhan
- Informasikan kepada tim kesehatan
lainnya/anggota keluarga saat
tindakan nonfarmakologi
dilakukan, untuk pendekatan
preventif
- monitor kenyamanan klien terhadap
manajemen nyeri

2. Pemberian Analgetik
Definisi : penggunaan agen
farmakologi untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri
Intervensi:
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,
kualitas,dan keparahan sebelum
pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5 benar
- Cek riwayat alergi obat
- Libatkan klien dalam pemilhan
analgetik yang akan digunakan
- Pilih analgetik secara tepat
/kombinasi lebih dari satu analgetik
jika telah diresepkan
- Tentukan pilihan analgetik
(narkotik, non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda vital, sebelum
dan sesudah pemberian analgetik
- Monitor reaksi obat dan
efeksamping obat
- Dokumentasikan respon dari
analgetik dan efek-efek yang tidak
diinginkan
- Lakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan efek analgetik
(konstipasi/iritasi lambung)

3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan
Definisi : memanipulasi lingkungan
untuk kepentingan terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan dengan
lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal-hal yang
menyebabkan ketidaknyamanan
seperti pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
- Tentukan temperatur ruangan yang
paling nyaman
- Sediakan lingkungan yang tenang
- Perhatikan hygiene pasien untuk
menjaga kenyamanan
- Atur posisi pasien yang membuat
nyaman.
2. Cemas Setelah dilakukan asuhan . Menurunkan cemas
Definisi : Perasaan gelisah keperawatan selama......x24 jam Definisi : meminimalkan rasa takut,
yang tak jelas dari pasien menunjukan dapat : cemas, merasa dalam bahaya atau
ketidaknyamanan atau 1. Mengontrol cemas: ketidaknyamanan terhadap sumber
ketakutan yang disertai Definisi : Tindakan seseorang yang tidak diketahui
respon autonom (sumner untuk mengurangi perasaan Intervernsi:
tidak spesifik atau tidak tertekan/terbebani dan ketegangan- Tenangkan pasien
diketahui oleh individu); dari sumber yang tidak dapat- Jelaskan seluruh prosedurt tindakan
perasaan keprihatinan diidentifikasi kepada pasien dan perasaan yang
disebabkan dari antisipasi Indikator : mungkin muncul pada saat
terhadap bahaya. Sinyal ini- Monitor intensitas cemas melakukan tindakan
merupakan peringatan- Meghilangkan penyebab cemas - Berusaha memahami keadaan
adanya ancaman yang akan- Menurunkan stimulus lingkungan pasien
datang dan memungkinkan ketika cemas - Berikan informasi tentang diagnosa,
individu untuk mengambil- Mencari informasi untuk prognosis dan tindakan
langkah untuk menyetujui menurunkan cemas - Mendampingi pasien untuk
terhadap tindakan. - Gunakan strategi koping efektif mengurangi kecemasan dan
- Melaporkan kepada perawat meningkatkan kenyamanan
Faktor yang berhubungan penurunan lama cemas - Dorong pasien untuk
: terpapar racun, konflik- Menggunakan teknik relaksasi menyampaikan tentang isi
yang tidak disadari tentang untuk menurunkan cemas perasaannya
nilai-nilai utama/tujuan- Mempertrahankan hubungan sosial - Kaji tingkat kecemasan
hidup, berhubungan dengan- Mempertahankan konsentrasi - Dengarkan dengan penuh perhatian
keturunan/herediter, - Melaporkan kepada perawat tidur- Ciptakan hubungan saling percaya
kebutuhan tidak terpenuhi, cukup - Bantu pasien menjelaskan keadaan
transmisi iterpersonal, krisis- Melaporkan kepada perawat bahwa yang bisa menimbulkan kecemasan
situasional/maturasional, cemas tidak mempengatruhi- Bantu pasien untuk
ancaman kematian, ancaman keadaan fisik mengungkapkan hal hal yang
terhadap konsep diri, stress,- Tidak adanya tingkahlaku yang membuat cemas
substans abuse, perubahan menunjukan cemas - Ajarkan pasien teknik relaksasi
dalam: status peran, status - Berikan obat obat yang mengurangi
kesehatan, pola interaksi, 2. Koping yang baik cemas
fungsi peran, lingkungan, Definisi : Tindakan untuk
status ekonomi. mengelola stressor yang
Batasan karaktersistik : menggunakan sumber individu
Perilaku Indikator :
- Produktivitas berkurang - Mengenal koping efektif
- Scanning dan kewaspadaan - Mengenal koping tak efektif
- Kontak mata yang buruk - Memverbalkan kemampuan
- Gelisah kontrol
- Pandangan sekilas - Melaporkan menurunnya stress
- Pergerakan yang tidak - Memverbalkan penerimaan
berhubungan, (misal : terhadap situasi
berjalan dengan menyeret - Mencari informasi yang berkaitan
kaki, pergelangan dengan penyakit dan
tangan/lengan pengobatannya
- Menunjukkan perhatian - Modifikasi gaya hidup sesuai
seharusnya dalam kejadian kebutuhan
hidup - Beradaptasi dengan perubahan
- Insomnia perkembangan
- Resah - Menggunakan support sosial yang
Affektive memungkinkan
- Penyesalan - Mengerjakan sesuatu yang
- Irritable menurunkan stress
- Kesedihan yang mendalam - Mengenal strategi koping multipel
- Ketakutan - Menggunakan strategi koping
- Gelisah, gugup efektif
- Mudah tersinggung - Menghindari situasi penuh stress
- Rasa nyeri hebat dan - Memverbalkan kebutuhan akan
menetap bantuan
- Ketidakberdayaan - Mencari pertolongan professional
meningkat yang sesuai
- Membingungkan - Melaporkan menurunnya keluhan
- Ketidaktentuan fisik
- Peningkatan kewaspadaan - Melaporkan menurunnya perasaan
- Fokus pada diri negatif
- Perasaan tidak adekuat - Melaporkan kenyamanan
- Ketakutan psikologis yang meningkat
- Distress
- Kekhawatiran, prihatin
- Cemas
Fisiologis :
- Suara gemetar
- Gemetar, tangan tremor
- Goyah
- Respirasi meningkat
(simpatis)
- Keinginan kencing
(parasimpatis)
- Nadi meningkat (simpatis)
- Berkeringat banyak
- Wajah tegang
- Anorexia (simpatis)
- Jantung berdetak kuat
(simpatis)
- Diare (parasimpatis)
- Keragu-raguan dalam
berkemih (parasimpatis)
- Kelelahan (Simpatis)
- Mulut kering (simpatis)
- Kelemahan (simpatis)
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen Nutrisi
nutrisi: kurang dari keperawatan selama …. X 24 jam Definisi : membantu dengan atau
kebutuhan tubuh klien dapat menunjukkan menyediakan masukan diet
Definisi : Intake nutrisi tidak 1. status nutrisi yang baik, seimbang dari makanan dan cairan
cukup untuk keperluan Definisi : Nutrisi cukup untuk Intervensi :
metabolisme tubuh memenuhi kebutuhan metabolisme
- Catat jika klien memiliki alergi
Batasan karakteristik : tubuh makanan
- Berat badan  20 % di Indikator : - Catat makanan kesukaan klien
bawah ideal - Masukan nutrisi - Tentukan jumlah kalori dan tipe
- -
Dilaporkan adanya intake Masukan makanan dan cairan nutrien yang dibutuhkan
-
makanan yang kurang dari Tingkat energi cukup - Dorong asupan kalori sesuai tipe
-
RDA (Recomended Daily Berat badan stabil tubuh dan gaya hidup
Allowance) - Nilai laboratorium - Dorong asupan zat besi
- Membran mukosa dan - Tawarkan makanan ringan
konjungtiva pucat - Berikan gula tambahan k/p
- Kelemahan otot yang - Tawarkan bumbu sebagai
digunakan untuk pengganti garam
menelan/mengunyah - Berikan makanan tinggi kalori,
- Luka, peradangan pada protein dan minuman yang mudah
rongga mulut dikonsumsi
- Mudah merasa kenyang, - Berikan pilihan makanan
sesaat setelah mengunyah - Sesuaikan diet dengan gaya hidup
makanan klien
- Dilaporkan atau fakta - Ajarkan klien cara membuat
adanya kekurangan makanan catatan makanan
- Dilaporkan adanya - Monitor asupan nutrisi dan kalori
perubahan sensasi rasa - Timbang berat badan secara teratur
- Perasaan ketidakmampuan - Berikan informasi tentang
untuk mengunyah makanan kebutuhan nutrisi dan bagaimana
- Miskonsepsi memenuhinya
- Kehilangan BB dengan - Ajarkan teknik penyiapan dan
makanan cukup penyimpanan makanan
- Keengganan untuk makan - Tentukan kemampuan klien untuk
- Kram pada abdomen memenuhi kebutuhan nutrisinya
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan 2. Monitor nutrisi
atau tanpa patologi Definisi : mengumpulkan dan
- Kurang berminat terhadap menganalisa data dari pasien untuk
makanan mencegahatau meminimalkan
- Pembuluh darah kapiler malnutrisi.
mulai rapuh Intervensi :
- Diare dan atau steatorrhea - BB klien dalam interval spesifik
- Kehilangan rambut yang - Monitor adanya penurunan BB
cukup banyak (rontok) - Monitor tipe dan jumlah nutrisi
- Suara usus hiperaktif untuk aktivitas biasa
- Kurangnya informasi, - Monitor respon emosi klien saat
misinformasi berada dalam situasi yang
mengharuskan makan.
Faktor yang berhubungan - Monitor interaksi anak dengan
: Ketidakmampuan orang tua selama makan.
pemasukan atau mencerna - Monitor lingkungan selama
makanan atau mengabsorpsi makan.
zat-zat gizi berhubungan - Jadwalkan pengobatan dan
dengan faktor biologis, tindakan, tidak selama jam makan.
psikologis atau ekonomi. - Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam
dan mudah patah.
- Monitor adanya bengkak pada alat
pengunyah, peningkatan
perdarahan, dll.
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, kadar Ht.
- Monitor kadar limfosit dan
elektrolit.
- Monitor makanan kesukaan.
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan.
- Monitor kadar energi, kelelahan,
kelemahan.
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan pada jaringan
konjungtiva.
- Monitor kalori dan intake nutrisi.
- Catat adanya edema, hiperemia,
hipertropik papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah berwarna merah
keunguan.
4. Perubahan Pola eliminasi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji haluaran urine dan system
keperawatan selama 5-7 hari kateter/drainase, khususnya selama
pasien tidak mengalami irigasi kandung kemih
inkontinensia 2. Bantu pasien memilih posisi
Kriteria = normal untuk berkemih (berdiri,
- pasien dapat buang air kecil teratur berjalan ke kamar mandi) dengan
- bebas dari distensi kandung kemih frekuensi sering setelah kateter
dilepas
3. Perhatikan waktu, jumlah urine,
ukuran aliran setelah kateter
dilepas.
4. Beri tindakan asupan oral 2000-
3000 ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
5. Beri latihan perineal (Kegel
traning) 15-20 kali/jam selam 2-3
minggu anjurkan dan motivasi
pasien untuk melakukannya
6. Pertahankan irigasi kandung
kemih secara kontinou sesuai
indikasi pada periode pascaoperasi
dini.

POST OPERASI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan
1. Manajemen Nyeri
keperawatan selama ….x 24 jam, Definisi : perubahan atau
Definisi : Sensori dan klien dapat: pengurangan nyeri ke tingkat
pengalaman emosional yang
1. Mengontol nyeri kenyamanan yang dapat diterima
tidak menyenangkan yang Definisi : tindakan seseorang pasien
timbul dari kerusakan jaringan untuk mengontrol nyeri Intervensi:
aktual atau potensial, muncul ndikator: - Kaji secara menyeluruh tentang
tiba-tiba atau lambat dengan § Mengenal faktor-faktor penyebab nyeri, meliputi: lokasi,
intensitas ringan sampai berat § Mengenal onset/waktu kejadian karakteristik,waktu kejadian, lama,
dengan akhir yang bisa nyeri frekuensi, kualitas,
diantisipasi atau diduga dan § tindakan pertolongan non-analgetik intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
berlangsung kurang dari 6 § Menggunakan analgetik faktor pencetus
bulan. § melaporkan gejala-gejala kepada - Observasi isyarat-isyarat non verbal
tim kesehatan (dokter, perawat) dari ketidaknyamanan, khususnya
Batasan karakteristik : § nyeri terkontrol dalam ketidakmampuan untuk
- Laporan secara verbal atau komunikasi secara efektif
non verbal adanya nyeri 2. Menunjukkan tingkat nyeri - Berikan analgetik sesuai dengan
- Fakta dari observasi Definisi : tingkat keparahan dari anjuran
- Posisi untuk menghindari nyeri yang dilaporkan atau - Gunakan komunkasi terapeutik agar
nyeri ditunjukan klien dapat mengekspresikan nyeri
- Gerakan melindungi - Kaji latar belakang budaya klien
- Tingkah laku berhati-hati Indikator: - Tentukan dampak dari ekspresi nyeri
- Muka topeng § Melaporkan nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur,
- Gangguan tidur (mata sayu, § Frekuensi nyeri nafsu makan, aktifitas mood,
tampak capek, sulit atau § Lamanya episode nyeri hubungan, pekerjaan, tanggungjawab
gerakan kacau, menyeringai) § Ekspresi nyeri: wajah peran
- Terfokus pada diri sendiri § Posisi melindungi tubuh - Kaji pengalaman individu terhadap
- Fokus menyempit (penurunan § Kegelisahan nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
persepsi waktu, kerusakan § Perubahan Respirasirate - Evaluasi tentang keefektifan dari
proses berpikir, penurunan § Perubahan Heart Rate tindakan mengontrol nyeri yang telah
interaksi dengan orang dan § Perubahan tekanan Darah digunakan
lingkungan) § Perubahan ukuran Pupil - Berikan dukungan terhadap klien
- Tingkah laku distraksi, contoh § Perspirasi dan keluarga
: jalan-jalan, menemui orang § Kehilangan nafsu makan - Berikan informasi tentang nyeri,
lain dan/atau aktivitas, seperti: penyebab, berapa lama
aktivitas berulang-ulang) terjadi, dan tindakan pencegahan
- Respon autonom (seperti - Kontrol faktor-faktor lingkungan
diaphoresis, perubahan tekanan yang dapat mempengaruhi respon
darah, perubahan nafas, nadi klien terhadap ketidaknyamanan
dan dilatasi pupil) (contoh : temperatur ruangan,
- Perubahan autonomic dalam penyinaran, dll)
tonus otot (mungkin dalam - Anjurkan klien untuk memonitor
rentang dari lemah ke kaku) sendiri nyeri
- Tingkah laku ekspresif - Ajarkan penggunaan teknik non-
(contoh : gelisah, merintih, farmakologi
menangis, - (ex: relaksasi, guided imagery, terapi
musik, distraksi, aplikasi panas-
dingin, massase)
- Evaluasi keefektifan dari tindakan
mengontrol nyeri yang telah
digunakan
- Berikan dukungan terhadap klien
dan keluarga
- Berikan informasi tentang nyeri,
seperti: penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan pencegahan
- Kontrol faktor-faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon
klien terhadap ketidaknyamanan
(contoh : temperatur ruangan,
penyinaran, dll)
- Anjurkan klien untuk memonitor
sendiri nyeri
- Ajarkan penggunaan teknik non-
farmakologi
- (ex: relaksasi, guided imagery, terapi
musik, distraksi, aplikasi panas-
dingin, massase)
- Evaluasi keefektifan dari tindakan
mengontrol nyeri
- Modifikasi tindakan mengontrol
nyeri berdasarkan respon klien
- Tingkatkan tidur/istirahat yang
cukup
- Anjurkan klien untuk berdiskusi
tentang pengalaman nyeri secara
tepat
- Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau terjadi keluhan
- Informasikan kepada tim kesehatan
lainnya/anggota keluarga saat
tindakan nonfarmakologi dilakukan,
untuk pendekatan preventif
- monitor kenyamanan klien terhadap
manajemen nyeri
2. Pemberian Analgetik
Definisi : penggunaan agen
farmakologi untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri
Intervensi:
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,
kualitas,dan keparahan sebelum
pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5 benar
- Cek riwayat alergi obat
- Libatkan klien dalam pemilhan
analgetik yang akan digunakan
- Pilih analgetik secara tepat
/kombinasi lebih dari satu analgetik
jika telah diresepkan
- Tentukan pilihan analgetik (narkotik,
non narkotik, NSAID) berdasarkan
tipe dan keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital, sebelum
dan sesudah pemberian analgetik
- Monitor reaksi obat dan efeksamping
obat
- Dokumentasikan respon dari
analgetik dan efek-efek yang tidak
diinginkan
- Lakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan efek analgetik
(konstipasi/iritasi lambung)

3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan
Definisi : memanipulasi lingkungan
untuk kepentingan terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan dengan lingkungan
yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal-hal yang menyebabkan
ketidaknyamanan seperti pakaian
lembab
- Sediakan tempat tidur yang nyaman
dan bersih
- Tentukan temperatur ruangan yang
paling nyaman
- Sediakan lingkungan yang tenang
- Perhatikan hygiene pasien untuk
menjaga kenyamanan
- Atur posisi pasien yang membuat
nyaman.

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan


1. Kontrol Infeksi
Definisi : Peningkatan resiko keperawatan selama … x 24 jam, Definisi : Meminimalkan
masuknya organisme patogen klien menunjukan mendapatkan infeksi dan trasmisi
1. Pengetahuan klien tentang agen infeksi
Faktor-faktor resiko : kontrol infeksi meningkat Itervensi :
- Prosedur Invasif Definisi : Tindakan untuk - Bersikan lingkungan secara tepat
- Ketidakcukupan pengetahuan mengurangi ancaman kesehatan setelah digunakan oleh klien
untuk menghindari paparan secara aktual dan potensial - Ganti peralatan klien setiap selesai
patogen Indikator: tindakan
- Trauma § Menerangkan cara-cara - Batasi jumlah pengunjung
- Kerusakan jaringan dan penyebaran - Ajarkan cuci tangan untuk menjaga
peningkatan paparan § Menerangkan factor-faktor yang kesehatan individu
lingkungan berkontribusi dengan penyebaran - Anjurkan klien untuk cuci tangan
- Ruptur membran amnion § Menjelaskan tanda-tanda dan dengan tepat
- Agen farmasi gejala - Gunakan sabun antimikrobial untuk
(imunosupresan) § Menjelaskan aktivitas yang dapat cuci tangan
- Malnutrisi meningkatkan resistensi terhadap - Anjurkan pengunjung untuk
- Peningkatan paparan infeksi mencuci tangan sebelum dan setelah
lingkungan patogen meninggalkan ruangan klien
- Imonusupresi - Cuci tangan sebelum dan sesudah
- Ketidakadekuatan imum 2. pengetahuan tentang deteksi kontak dengan klien
buatan resiko meningkat - Lakukan universal precautions
- Tidak adekuat pertahanan Definisi : Tindakan untuk - Gunakan sarung tangan steril
sekunder (penurunan Hb, mengidentifikasi ancaman - Lakukan perawatan aseptic pada
Leukopenia, penekanan respon kesehatan semua jalur IV
inflamasi) Indikator : - Lakukan teknik perawatan luka yang
- Tidak adekuat pertahanan - Mengenali tanda dan gejala yang tepat
tubuh primer (kulit tidak utuh, mengindikasikan resiko - Tingkatkan asupan nutrisi
trauma jaringan, penurunan - Mengidentifikasi resiko kesehatan - Anjurkan asupan cairan
kerja silia, cairan tubuh statis, potensial - Anjurkan istirahat
perubahan sekresi pH, - Mencari pembenaran resiko yang - Berikan terapi antibiotik
perubahan peristaltik) dirasakan - Ajarkan klien dan keluarga tentang
- Penyakit kronik - Memeriksakan diri pada interval tanda-tanda dan gejala dari infeksi
waktu yang ditentukan - Ajarkan klien dan anggota keluarga
- Berpartisipasi dalam screening bagaimana mencegah infeksi
pada interval waktu yang
ditentukan 2. Proteksi infeksi
- Mengetahui keadaan kesehatan Definisi : Meminimalkan
keluarga saat ini mendapatkan infeksi dan trasmisi
- Selalu mengetahui / memonitor agen infeksi
keadaan kesehatan keluarga Intervensi :
- Selalu mengetahui / memonitor
- Bersihkan lingkungan setelah
kesehatan diri dipakai pasien lain
- Menggunakan sumber-sumber
- Pertahankan teknik isolasi
informasi untuk tetap
- Batasi pengunjung bila perlu
mendapatkan informasi tentang
- Instruksikan pada pengunjung untuk
resiko potensial mencuci tangan saat berkunjung dan
- Menggunakan sarana pelayanan setelah berkunjung meninggalkan
kesehatan sesuai kebutuhan pasien
- Gunakan sabun antimikrobia untuk
3. Status nutrisi yang baik, cuci tangan
Definisi : Nutrisi cukup untuk
- Cuci tangan setiap sebelum dan
memenuhi kebutuhan metabolisme sesudah tindakan kperawtan
tubuh - Gunakan baju, sarung tangan
Indikator : sebagai alat pelindung
- Masukan nutrisi - Pertahankan lingkungan aseptik
- Masukan makanan dan cairan selama pemasangan alat
- Tingkat energi cukup - Ganti letak IV perifer dan line
- Berat badan stabil central dan dressing sesuai dengan
- Nilai laboratorium petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
4. Luka sembuh, dengan kencing
indikator: - Tingktkan intake nutrisi
§ Kulit utuh - Berikan terapi antibiotik bila perlu
§ Berkurangnya drainase purulen 3. Manajemen Nutrisi
§ Drainase serousa pada luka Definisi : membantu dengan
berkurang memberikan diet makanan dan cairan
§ Drainase sanguinis pada luka yang seimbang.
berkurang Tindakan :
§ Drainase serosa sangunis pada luka - Tanyakan pada klien tentang alergi
berkurang terhadap makanan
§ Drainase sangunis pada drain - Tanyakan makanan kesukaan klien
berkurang - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
§ Drainase serosasanguinis pada jumlah kalori dan nutrisi yang
drain berkurang dibutuhkan
§ Eritema disekitar kulit berkurang - Anjurkan masukan kalori yang tepat
§ Edema sekitar luka berkurang yang sesuai dengan gaya hidup
§ Suhu kulit tidak meningkat - Anjurkan peningkatan masukan zat
§ Luka tidak berbau besi yang sesuai
- Anjurkan peningkatan masukan
protein dan vitamin C
- Anjurkan untuk banyak makan buah
dan minum
- Pastikan diit tidak menyebabkan
konstipasi
- Berikan klien diit tinggi protein,
tinggi kalori

3 Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan 1. Pendidikan kesehatan: Proses


penyakit
: penyakit, diet, pengobatan keperawatan selama 1 x 24 jam
pengetahuan klien dan keluarga- Gali pengetahuan tentang proses
Definisi : tidak adanya atau meningkat tentang: penyakit
kurangnya informasi kognitif 1. Proses penyakit - Jelaskan patofisiologi penyakit
sehubungan dengan topik Indikator: - Jelaskan tanda dan gejala penyakit
spesifik - Mengenal nama penyakit - Terangkan proses penyakit
Batasan karakteristik :- Menjelaskan proses penyakit - Identifikasi proses kemungkinan
memverbalisasikan adanya- Menjelaskan penyebab/fakor yang penyebab
masalah, ketidakakuratan berkontribusi - Berikan informasi tentang kondisi
mengikuti instruksi, perilaku- Menjelaskan factor-faktor resiko pasien
tidak sesuai. - Menjelaskan efek dari penyakit - Hindari memberi harapan palsu
Faktor yang berhubungan :- Menjelaskan tanda-tanda dan- Berikan informasi kondisi pasien
keterbatasan kognitif, gejala pada keluarga
interpretasi terhadap informasi- Menjelaskan tentang komplikasi- Diskusikan perubahan gaya hidup
yang salah, kurangnya dan tanda gejalanya untuk mencegah komplikasi di masa
keinginan untuk mencari- Menjelaskan tentang perawatan depan
informasi, tidak mengetahui dirumah - Diskusikan pilihan terapi
sumber-sumber informasi. - Terangkan rasional tindakan
2. Diet, dengan indikator: - Terangkan komplikasi kronik
- Menggambarkan diet yang- Terangkan tanda dan gejala yang
dianjurkan harus dilaporkan
- Menyebutkan keuntungan dari- Jelaskan cara mencegah atau
mengikuti anjuran diet meminimalkan efek samping
- Menyebutkan tujuan dari diet penyakit.
yang yang dianjurkan
- Menyebutkan makanan-makanan 2. Ajarkan : Diet
yang diperbolehkan dalam diet - Kaji pengetahuan klien tentang diet
- Menyebutkan makanan-makanan yang dianjurkan
yang dilarang - Tentukan sikap keluarga klien
- Memilih makanan-makanan yang terhadap diet
dianjurkan dalam diet - Jelaskan tujuan diet
- Informasikan berapa lama diet harus
3. Pengobatan, dengan indikator: diikuti
- Menggambarkan metode - Anjarkan klien tentang makanan
pengobatan yang tepat yang boleh dan tidak boleh dimakan
- Menggambarkan tindakan- - Bantu klien untuk mencatat makanan
tindakan dalam pengobatan kesukaan dalam diet yang dianjurkan
- Menggambarkan efek samping - Observasi pilihan makanan klien
dalam pengobatan sesuai dengan diet yang dianjurkan
- Menyebutkan interakasi obat - Anjurkan membuat rencana makan
dengan agen yang lainnya - Dorong untuk mengikuti informasi
- Menyebutkan rute pemberian obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan
yang tepat lain
- Konsul ahli gizi
- Libatkan keluarga

2. Ajarkan : pengobatan
- Jelaskan klien utk mengenal
karakteristik obat
- Informasikan nama generik dan
nama dagang
- Jelaskan tujuan dan kerja obat
- Jelaskan dosis, rute dan durasi obat
- Evaluasi kemampuan klien
menggunakan obat
- Ajarkan klien untuk melakukan
prosedur sebelum minum obat
- Informasikan apa yang dilakukan
jika dosis obat hilang
- Informasikan akibat tidak minum
obat
- Informasikan efek samping obat
- Jelaskan tanda dan gejala over dosis
obat
- Jelaskan cara menyimpan obat
- Jelaskan interaksi obat
- Jelaskan cara mencegah atau
mengurangi efek samping obat
- Berikan informasi tertulis tentang
aksi, tujuan, efek samping obat, dll
4 Sindroma Defisit Perawatan Setelah dilakukan asuhan 1.Bantu dalam perawatan diri
Diri
keperawatan selama … x 24 jam, (mandi, berpakaian, berhias,
(kurang perawatan diri : klien mampu melakukan makan, toileting)
mandi, berpakaian, makan, dan perawatan diri: Activities of Daily Definisi : membantu pasien untuk
toileting) Living (ADL), dengan indikator: memenuhi ADL
- makan Intervensi :
Definisi : - berpakaian § Monitor kemempuan klien untuk
-
Gangguan kemampuan untuk toileting perawatan diri yang mandiri.
melakukan ADL pada diri - mandi § Monitor kebutuhan klien untuk alat-
- berhias alat bantu untuk kebersihan diri,
Batasan karakteristik -: hygiene berpakaian, berhias, toileting dan
ketidakmampuan untuk mandi,
- oral hygiene makan.
ketidakmampuan untuk
- ambulasi: berjalan § Sediakan bantuan sampai klien
berpakaian, ketidakmampuan
- ambulasi: wheelchair mampu secara utuh untuk melakukan
untuk makan, ketidakmampuan
- transfer performance self-care.
untuk toileting § Dorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
Faktor yang berhubungan : § Dorong untuk melakukan secara
kelemahan, kerusakan kognitif mandiri, tapi beri bantuan ketika
atau perceptual, kerusakan klien tidak mampu melakukannya.
neuromuskular/ otot-otot saraf. § Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
§ Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
§ Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

5. Disfungsi seksual Setelah dilakukan perawaatn 1. Berikan keterbukaan pada


selama 2-3 hari pasien mampu pasien/orang terdekat untuk
mempertahankan fungsi membicarakan tentang masalah
seksualnya inkontinensia dan fungsi seksual
Kriteria = 2. Berikan informasi akurat ttg
- pasien menyadari keadaaannya harapan kembalinya fungsi seksual
dan akan memulai lagi interaksi 3. Diskusikan dasar anatomi, jujur
seksual dan aktivitas secara dalam menjawab pertanyaan pasien
optimal 4. Diskusikan ejakulasi retrograd bila
- pasien memahami situasi pendekatan transuretral/suprapubik
individual digunakan
- menunjukan ketrampilan 5. Rujuk ke penasehat seksual sesuai
pemecahan masalah indikasi
6. P K : Perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda dan gejala hemoragi
keperawatan selama 4-5 hari 2. Pantau balutan, kateter, drain yang
perawat menagtasi dan bervariasi tergantung jenis
meminimalkan komplikasi pembedahan yg dilakuakan (TUR,
vaskulair suprpubik, retropubik, perineal)
Kriteria = 3. Instruksikan klien menghindari
- tidak terjadi perdarahan ngejan, tidak duduk di kursi tegak
- tidak pasien syok hemoragik lurus
4. Lakukan irigasi kandung kemih
5. Pastikan asupan cairan yang
adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC).


Mosby: Philadelphia

Mansjoer, A, et all, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis, Jakarta

McCloskey, J dan Bulechek, G. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby:


Philadelphia

Nanda (2000), Nursing Diagnosis: Prinsip-Prinsip dan Clasification, 2001-2002,


Philadelphia, USA.

Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol 2,
EGC, Jakarta

Anonim. 2012. Diakses 5 Mei 2012 pada http://www.scribd.com/doc/54979478/ASKEP-


BPH

Anonym. 2010. http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/10/asuhan-keperawatan-


benigna-prostat.html

http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluan-bph-benigna-prostat-
hiperplasia.html#.Wre5CCXLjDc

Anda mungkin juga menyukai