Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi akut parenkim paru yang meliputi
alveolus dan jaringan intersisiel, sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme
(virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan
lain-lain), secara umum bakteri yang berperan penting dalam pneumonia adalah
Streptococcus pneumonia, Hemophilus influenza, Staphylococcus auerus,
streptokokus group B, serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma. Beberapa
faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya dan beratnya pneumonia
antara lain defek anatomi bawaan, defisit imunologis, polusi, GER, dan lain-lain.
1
LAPORAN KASUS
Seorang anak usia 8 bulan 17 hari masuk RSUB melalui poli anak Rumah
Sakit Bahteramas dengan keluhan sesak yang di rasakan sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, sesak tidak di pengaruhi cuaca, posisi, maupun aktivitas.
Menurut ibu pasien sebelum sesak pasien mengalami batuk kurang lebih sejak 5
hari yang lalu, batuk di sertai dahak, jernih, tidak ada darah. Selain itu pasien juga
mengalami demam terus-menerus sejak 5 hari SMRS, menggigil (-), kejang (-),
keringat dingin(-). Mual dan muntah (-). Nafsu makan menurun, dan aktivitas
menjadi berkurang selama pasien sakit. Belum BAB sejak 1 hari SMRS, BAK
normal dan lancar.
Riwayat keluhan demam disertai keluhan sama sebelumnya (-)
Riwayat keluhan demam disekitar lingkungan (-)
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
Riwayat kelahiran : pasien lahir cukup bulan, ditolong oleh dokter, melahirkan
dirumah sakit, langsung menangis, merupakan anak tunggal. Anak telah
mendapatkan imunisasi sampai usianya sekarang.
Riwayat kehamilan : ibu pasien tidak pernah mengalami keguguran, ibu pasien
tidak pernah mengalami demam dan sakit selama masa kehamilan, infeksi pada
ibu (-), rajin melakukan pemeriksaan kehamilan dipuskesmas dan posyandu, ibu
pasien tidak pernah meminum obat-obatan, jamu-jamuan, dan minuman
beralkohol selama masa kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan BB : 7,5 kg, PB 68 cm, dengan keadaan
umum : sakit berat/ status gizi baik / sadar. nadi 162x/m, pernapasan 60x/m, suhu
38,1°C. Pucat (-), sianosis (-), tonus baik, turgor baik. Pada pemeriksaan kepala
didapatkan simetris ki=ka, pada pemeriksaan telinga, mata, bibir, lidah, sel mulut
dan leher dalam batas normal. Nafas cuping hidung (+). Pada pemeriksaan dada
dalam batas normal dengan ictus cordis tidak teraba. Scar BCG (+). Pada
pemeriksaan paru tampak adanya retraksi dengan bunyi pernapasan
bronkovesikuler, bunyi tambahan berupa ronkhi basah halus +/+ pada basal kedua
paru, wheezing -/-. pada pemeriksaan perut dalam batas normal.
2
Diagnosa kerja :
- Bronkopneumonia
Penatalaksanaan :
R/ IVFD DS ½ NS 10 tpm (mikrodrips)
O2 1-2 L/menit nasal
Cefotaxime 350 mg iv/12 jam
Ambroxol syrup 15 mg 3 x ¼ cth
Paracetamol syrup 3 x ½ cth
FOLLOW UP PASIEN
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
B. Epidemiologi
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
mordibitas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (Balita). Diperkirakan
hampir kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal
setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi diAfrika dan di Asia
Tenggara. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,8% kematian balita
di Indonesia disebabkan penyakit system respiratori, terutama pneumonia.
4
C. Etiologi
D. Patogenesis
5
kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem
bronkopolmuner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.
E. Manifestasi klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan
hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang
berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga
memerlukan perawatan di RS. Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda
berdasarkan kelompok umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu,
retraksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih tua jarang
ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi, sianosis,
batuk, panas, dan iritabel.
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk
(nonproduktif / produktif ), takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi
dinding dada. Pada kelompok anak sekolahan dan remaja, dapat dijumpai panas,
batuk (nonproduktif / produktif), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi.
Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas cuping hidung.
6
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta
gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab
pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya
gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus.
b. Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED.
Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah
dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati.
Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.
G. Diagnosis
7
Oleh karena itu, pneumonia pada anak umumnya didiagnosis berdasarkan
gambaran klinis yang menujukkan keterlibatan sistem respiratori, serta gambaran
radiologis. Gejala utama pneumonia adalah batuk, dyspnea atau takipnea. Untuk
diagnosis pneumonia dan penilaian keparahan penyakit saluran pernafasan,
ditemukan tanda-tanda klinis yang sederhana (laju pernapasan dan pernapasan
dinding dada bagian bawah, yang sensitif dan cukup spesifik. Heath Organization
(WHO) merekomendasikan sebagai berikut:
a. Pneumonia itu didiagnosis ketika seorang anak lebih dari 2 bulan mengalami
batuk atau kesulitan bernapas atau takipnea yang didefinisikan sebagai: (i)
pernapasan > 50x per menit untuk bayi usia 2-12 bulan dan (ii) pernapasan >
40x per menit untuk anak-anak usia 1-5 tahun.
b. Dikatakan berat / pneumonia sangat berat, didiagnosis ketika
pada anak ditemukan retraksi dinding dada atau stridor atau tanda umum
lainnya.
Adanya wheezing tanpa diikuti suara nafas bronchial pada saat auskultasi
adalah tanda bahawa penyebabnya bukan bakteri pada saluran pernapasan bawah.
H. Tatalaksana
8
2. TMP-SMZ
3. Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1. Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
2. Sefotaksim, Seftriakson dosis tinggi
3. Marolid baru dosis tinggi
4. Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1. Aminoglikosid
2. Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
3. Tikarsilin, Piperasilin
4. Karbapenem : Meropenem, Imipenem
5. Siprofloksasin, Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1. Vankomisin
2. Teikoplanin
3. Linezolid
Hemophilus influenzae
1. TMP-SMZ
2. Azitromisin
3. Sefalosporin gen. 2 atau 3
4. Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1. Makrolid
2. Fluorokuinolon
3. Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1. Doksisiklin
2. Makrolid
3. Fluorokuinolon
9
Chlamydia pneumoniae
1. Doksisikin
2. Makrolid
Fluorokuinolon
Selain itu, Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada
anak terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus.
1. Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti
awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis
(di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan
menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
10
11
I. Prognosis
12
ANALISA KASUS
Seorang anak usia 8 bulan 17 hari datang dengan keluhan sesak yang di
rasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak tidak di pengaruhi
cuaca, posisi, maupun aktivitas. Sebelum sesak pasien mengalami batuk kurang
lebih sejak 5 hari yang lalu, batuk di sertai dahak, jernih, tidak ada darah. Selain
itu pasien juga mengalami demam terus-menerus sejak 5 hari SMRS, menggigil (-
), kejang (-), keringat dingin(-). Dimana sesuai teori, pneumonia merupakan
penyebab utama mordibitas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun
(Balita). Pada bayi-bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Dimana sesuai
teori bahwa gejala yang sering terlihat pada bayi yang lebih tua adalah takipneu,
retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan BB : 7,5 kg, PB 68 cm, dengan keadaan
umum : sakit berat/ status gizi baik / sadar. Nadi 162x/m, pernapasan 60x/m, suhu
38,1°C. Pucat (-), sianosis (-), tonus baik, turgor baik. Nafas cuping hidung (+).
Pada pemeriksaan paru tampak adanya retraksi dengan bunyi pernapasan
bronkovesikuler, bunyi tambahan berupa ronkhi basah halus +/+ pada basal kedua
paru, wheezing -/-. Berdasarkan teori, pneumonia pada anak umumnya
didiagnosis berdasarkan gambaran klinis yang menujukkan keterlibatan sistem
respiratori, serta gambaran radiologis. Prediktor yang paling kuat adanya
pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala respiratori sebagai
berikut : takipneu, batuk, napas cuping hidung, retraksi, ronki basah halus dan
suara napas melemah.
13
penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia > 3 bulan, ampisilin dipadu dengan
kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama. Bila keadaan pasien berat atau
terdapat empiema, antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin. Selain itu,
teori mengemukakan bahwa Penatalaksanaan pneumonia khususnya
bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum
dan khusus.
1. Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti
awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis
(di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan
menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
14
DAFTAR PUSTAKA
15