Anda di halaman 1dari 25

Best Practices

OPTIMALISASI MGMP SEKOLAH


DALAM MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI
SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS
PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SAMPANG

Oleh: Akh. Junaidi


(Kepala SMP Negeri 3 Sampang Provinsi Jawa Timur)

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang berlaku sekarang ini, maka diperlukan strategi baru bagi guru terutama
dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sebelumnya lebih
banyak didominasi oleh peran guru (teacher centered) diperbaharui dengan sistem
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam implementasi
KTSP guru harus mampu memilih dan menerapkan model, metode atau strategi
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi sehingga mampu
mengembangkan daya nalar siswa secara optimal. Dengan demikian dalam
pembelajaran guru tidak hanya terpaku dengan pembelajaran di dalam kelas,
melainkan guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan metode yang
variatif. Disamping itu sesuai dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), guru harus mampu menghadapkan siswa
dengan dunia nyata sesuai dengan yang dialaminya sehari-hari. Hal ini sesuai
dengan prinsip-prinsip penyusunan RPP yang tertuang dalam Permendiknas
Nomor 41 tahun 2007 adalah: (1) Memperhatikan perbedaan individu peserta
didik; (2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik; (3) Mengembangkan
budaya membaca dan menulis; (4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut;
(5) Keterkaitan dan keterpaduan; (6) Menerapkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan PAKEM
yang memungkinkan bisa mengembangkan kreativitas, motivasi dan partisipasi
siswa dalam pembelajaran adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar. Hal ini juga sesuai dengan salah satu pilar dari pendekatan
contekstual yaitu masyarakat belajar (learning commonity). Untuk mencapai
tujuan tersebut, salah satu cara belajar yang disarankan dalam KTSP sebagai upaya
mendekatkan aktivitas belajar siswa pada berbagai fakta kehidupan sehari-hari di
sekitar lingkungan siswa. Memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar menjadi alternatif setrategi pembelajaran untuk memberikan kedekatan
teoritis dan praktis bagi pengembangan hasil belajar siswa secara optimal..
Memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar merupakan bentuk
pembelajaran yang berpihak pada pembelajaran melalui penggalian dan penemuan
(experiencing) serta keterkaitan (relating) antara materi pelajaran dengan konteks
pengalaman kehidupan nyata melalui kegiatan proyek. Pada pembelajaran dengan
strategi ini guru bertindak sebagai pelatih metakognitif yaitu membantu siswa
dalam menemukan materi belajar, mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan dalam pembuatan laporan dan dalam penampilan hasil dalam bentuk
presentasi, (Ekowati, 2001).

Untuk mewujudkan pembelajaran yang diharapkan sebagaimana bahasan di


atas salah satunya perlu dioptimalkan kegiatan MGMP sekolah sebagai wadah bagi
guru untuk selain mensosialisasikan kebijakan dan program pengembangan
sekolah juga MGMP sekolah dapat dijadikan sebagai forum diskusi untuk
memecahkan semua masalah yang dihadapi guru termasuk yang berkaitan dengan
upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar. Sejak tahun anggaran 2009 melalui program
Better Education through Reformed Management and Universal Teacher
Upgrading (BERMUTU) Kabupaten Sampang termasuk 10 Kabupaten mitra
BERMUTU di Provinsi Jawa Timur, sehingga MGMP/MKKS program
BERMUTU tersebut dapat memberikan dampak positif dan menjadi motivasi
tersendiri bagi kami (guru dan kepala sekolah) untuk selalu meningkatkan kinirja
dan profesionalitasnya.

Dari hasil pantauan penyusun selaku kepala UPT Dinas Pendidikan di SMP
Negeri 3 Sampang, selama ini para guru masih sangat jarang memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan sekolah tidak lebih
hanya digunakan sebagai tempat bermain-main siswa pada saat istirahat. Kalau
tidak jam istirahat, guru lebih sering memilih mengkarantina siswa di dalam kelas,
walaupun misalnya siswa sudah merasa sangat jenuh berada di dalam kelas. Begitu
juga forum MGMP sekolah sebagai forum bagi guru selama ini masih belum
terlaksana dengan baik.

2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, serta hasil pengamatan penulis


melalui supervisi, maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
a. Pendekatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh peran guru, dan guru
satu-satunya sumber belajar, selain buku paket.
b. Pembelajaran yang dikembangkan di kelas-kelas kelihatannya lebih
ditekankan pada pemikiran reproduktif, menekankan pada hafalan dan mencari
satu jawaban benar terhadap soal-soal yang diberikan.
c. Dalam kegiatan pembelajaran guru belum mampu menerapkan model, metode
atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang
diajarkan sehingga kurang mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.
d. Dalam proses pembelajaran guru sangat jarang memanfaatkan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar, walaupun materi pelajaran ada kaitannya
dengan lingkungan sekolah.
e. Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sekolah belum
dimanfaatkan dan dilaksanakan secara optimal.

3. Strategi Pemecahan Masalah


Alternatif strategi pemecahan masalah yang dipilih sebagai berikut:
a. Menyadarkan dan membimbing guru memahami pentingnya memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai salah satu sumber belajar, menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip bentuk pembelajaran yang berpihak pada
pembelajaran melalui keterkaitan (relating) penggalian dan penemuan
(experienting), kondisi terbaru (actuating), kehidupan nyata (contekstual), dan
menularkan (transferring).
b. Memanfaatkan forum MGMP rumpun mata pelajajaran di internal sekolah.

Bentuk tindakan dalam tahapan operasional pelaksanaannya adalah


berupa supervisi (bimbingan kelompok) kepada guru-guru melalui MGMP rumpun
mata pelajaran di tingkat sekolah, agar mampu menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar secara efektif. Secara rinci bentuk
tindakan adalah sebagai berikut: (1) Menyampaikan informasi tentang pentingnya
pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar;
(2) Membimbing guru menyusun RPP yang berkaitan dengan pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar; (3) Membimbing guru dalam
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar; (4) Membimbing guru
dalam melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar.

B. PEMBAHASAN

1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

Salah satu alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan


Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
adalah pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar. Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan
mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan prilakunya serta mahluk hidup
lainnya. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dimaknai sebagai segala
sesuatu yang ada disekitar atau di sekeliling anak (mahluk hidup lain, benda mati,
dan budaya manusia) yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar.

Sumber belajar masyarakat dapat digunakan untuk kepentingan proses


pembelajaran sains, ilmu sosial dan yang lainnya, salah satunya melalui survei
wilayah. Melalui survei wilayah siswa akan menemukan sumber belajar di
masyarakat sehingga mampu menumbuhkan motivasi untuk memperkaya nilai-
nilai hasil belajar guna dapat meningkatkan pemahaman dan peningkatan materi
pelajaran. (Sarman, 2005)
Nilai-nilai kegunaan sumber belajar masyarakat adalah : (1)
menghubungkan kurikulum dengan kegiatan-kegiatan masyarakat akan
mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah sosial; (2)
menggunakan minat-minat pribadi peserta didik akan menyebabkan belajar lebih
bermakna baginya; (3) mempelajari kondisi-kondisi masyarakat merupakan
latihan berpikir ilmiah (scientif methode); (4) mempelajari masyarakat akan
memperkuat dan memperkaya kurikulum melalui pelaksanaan praktis didalam
situasi sesungguhnya; (5) peserta didik memperoleh pengalaman langsung yang
kongkrit, realistis dan verbalisme. (Douglas dan Mill dalam Rusyan, 2001)

Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar mengarahkan anak


pada peristiwa atau keadaan yang sebenarnya atau keadaan yang alami sehingga
lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Manfaat nyata yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan lingkungan ini


adalah: (1) menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak; (2)
memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningful
learning); (3) memungkinkan terjadinya proses pembentukan kepribadian anak;
(4) kegiatan belajar akan lebih menarik bagi anak; dan (5) menumbuhkan aktivitas
belajar anak (learning aktivities). (Badru Zaman, dkk. 2005)

Seperti pengamatan dan pengalaman penulis selama menjadi Kepala UPT


Dinas Pendidikan di SMP Negeri 3 Sampang, guru-guru di sekolah ini dalam
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar sangat jarang. Guru
lebih sering menyajikan pelajaran di dalam kelas walaupun materi yang disajikan
berkaitan dengan lingkungan sekolah. Sebagian besar guru mengaku enggan
mengajak siswa belajar di luar kelas, karena alasan susah mengawasi. Selain itu
ada guru yang menyampaikan bahwa mereka tidak bisa dan tidak tahu dalam
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

Untuk mengatasi hal itu perlu adanya penyadaran dan pemahaman melalui
diskusi kelompok diantara para guru rumpun mata pelajaran dalam bentuk MGMP
untuk mendiskusikan masalah pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar.

Dalam kegiatan diskusi tersebut para guru bisa membagi pengalaman dalam
pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk mencapai hasil
belajar yang optimal. Penelitian Nur Mohamad (dalam Ekowati, 2001)
menunjukkan diskusi kolompok memiliki dampak yang amat positif bagi guru
yang tingkat pengalamannya rendah maupun yang tingkat pengalamannya tinggi.
Bagi guru yang tingkat pengalamannya tinggi akan menjadi lebih matang
dan bagi guru yang tingkat pengalamannya rendah akan menambah pengetahuan.
Keunggulan diskusi kelompok melalui MGMP adalah keterlibatan guru bersifat
holistik dan konprehensif dalam semua kegiatan. Dari segi lainnya guru
dapat menukar pendapat, memberi saran, tanggapan dan berbagai reaksi sosial
dengan teman seprofesi sebagai peluang bagi mereka untuk meningkatkan
kemampuan dan pengalaman.

Kemudian diskusi kelompok adalah suatu kegiatan belajar yang dilakukan


secara bersama-sama. Diskusi kelompok pada dasarnya memecahkan persoalan
secara bersama-sama. Artinya setiap anggota turut memberikan sumbangan
pemikiran dan pendapat dalam memecahkan persoalan tersebut. Diskusi kelompok
adalah suatu kegiatan belajar untuk memecahkan persoalan secara bersama-sama,
sehingga akan memperoleh hasil yang lebih baik. (Tabrani dan Daryani dalam
Kasianto,2004)

2. Hasil atau Dampak Yang Dicapai dari Strategi Yang Dipilih

Berdasarkan pengamatan dan supervisi yang dilakukan penulis, setelah


melalui tahapan tindakan dalam upaya memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar dalam pembelajaran, membawa hasil/dampak sebagai berikut:
a. Guru menyadari dan memperoleh banyak manfaat dalam memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar diantaranya: (1) lingkungan
menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa, memperkaya
wawasannya, tidak terbatas oleh empat dinding kelas dan kebenarannya lebih
akurat; (2) proses pembelajaran dimungkinkan akan lebih menarik, tidak
membosankan, dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar;
(3) belajar akan lebih bermakna (meaningful learning), sebab siswa
dihadapkan dengan keadaan yang sebenarnya; (4) aktifitas siswa akan lebih
meningkat dengan memungkinkannya menggunakan berbagai cara seperti
proses mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan sesuatu, menguji
fakta, dan sebagainya; (5) dapat dimungkinkan terjadinya pembentukan
pribadi para siswa, seperti cinta akan lingkungan (Udin S W dkk, 2005).
Sehingga sampai dengan akhir semester genap 2009/2010, guru sudah
mulai tertarik dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar sebesar 83,33 % (35 orang dari 42 orang) dengan sebaran
hasil/dampak sebagai berikut:
No MGMP Rumpun Jumlah Guru % tase Pencapaian
Pemanfaatan Lingkungan
Sekolah
1 MIPA 10 orang 90,00 % (9 orang)
2 IPS 6 orang 83,33 % (5 orang)
3 Agama, PKn, BK 8 orang 75,00 % (6 orang)
4 Bhs. Indonesia, Bhs. Inggris 9 orang 77,78 % (7 orang)
5 Seni, Penjas, TIK, Mulok 9 orang 88,89 % (8 orang)
Jumlah 42 orang 83,33 % (35 orang)
Berdasarkan hasil supervisi yang dilakukan penulis dengan
menggunakan instrumen (terlampir), diperoleh hasil dalam penyusunan RPP
terhadap kemampuan guru memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar yaitu perolehan nilai rata-rata 72,80 pada semester genap 2008/2009,
73,75 pada semester ganjil 2009/2010 dan mengalami peningkatan menjadi
77,68 pada semester genap 2009/2010. Sementara dalam pelaksanaan
pembelajaran perolehan nilai rata-rata 68,78 pada semester genap 2008/2009,
72,08 pada semester ganjil 2009/2010 dan mengalami peningkatan menjadi
73,41 pada semester genap 2009/2010. Dari data perolehan rata-rata di atas
baik dalam kaitannya dengan penyusunan RPP maupun dalam pelaksanaan
pembelajaran walaupun masih masuk katagori “cukup” namun secara
bertahap menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.
b. Menambah pengalaman dan keberanian guru-guru dalam melakukan diskusi
kelompok melalui forum MGMP sekolah. Dalam kelompok diskusi guru
berbagi pengalaman terkait dengan pelaksanaan pembelajaran termasuk dalam
memanfaakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
c. Prestasi yang dicapai oleh sekolah, guru dan siswa mengalami peningkatan
baik prestasi di bidang akademik maupun non akademik (daftar prestasi
lengkap terlampir).
3. Kendala Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Strategi Yang Dipilih
a. Masih ada beberapa guru dalam berdiskusi belum menampakkan kerjasama,
aktivitas dan perhatian yang baik terhadap permasalahan pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, sehingga diperlukan bimbingan
yang lebih intensif.
b. Kemampuan guru dalam menyusun RPP dan pelaksanaan pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar belum optimal
sehingga perlu bimbingan berkelanjutan melalui forum MGMP sekolah.

c. Perlu waktu dalam merubah paradigma beberapa guru terutama guru-guru yang
relatif lama mengajar dalam menuju guru yang profesional, mereka memiliki
sifat konservatif, artinya merasa senang dengan apa yang sudah rutin
dikerjakan (rutinitas), sehingga apabila muncul sesuatu yang baru yang
inovatif, guru tersebut agak sulit menerima apalagi menerapkannya. Sehingga
mereka (guru yang relatif lama mengajar), ‘agak sulit’ untuk diajak maju dan
berkembang. Guru-guru lama ini biasanya telah mengalami titik jenuh dalam
mengajar dan merasa jenjang kenaikan karirnya tidak bisa berkembang atau
stagnan (Tirto, A, 2008).

4. Faktor-faktor pendukung
a. SMP Negeri 3 Sampang berlokasi di tengah-tengah perkampungan penduduk,
sehingga sangat strategis dan memungkinkan dalam proses pembelajaran
menggunakan dan memanfaatkan lingkungan
b. Kepala SMP Negeri 3 Sampang menjadi kepala sekolah pemandu dan 1 (satu)
orang guru menjadi guru pemandu dalam kegiatan program BERMUTU Kab.
Sampang sejak tahun 2009 serta beberapa guru sudah menjadi peserta MGMP
program BERMUTU.
c. Tidak adanya gap/kelompok di dalam guru, sehingga kebersamaan atau
kekompakan guru menjadi modal utama dalam meningkatkan mutu tenaga
pendidik di SMP Negeri 3 Sampang.
d. SMP Negeri 3 Sampang sebagai sekolah standar nasional (SSN) menjadi
motivasi tersendiri bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang
lebih efektif.
5. Alternatif Pengembangan
Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran baik lingkungan
alam maupun lingkungan sosial perlu adanya pemahaman tentang bagaimana
alternatif/kemungkinan cara atau teknik pemanfaatannya. Pada dasarnya ada 2
kemungkinan, yaitu: (1) membawa kelas ke dalam lingkungan yang akan
dipelajari dan (2) membawa lingkungan itu ke dalam kelas.
Teknik yang pertama (membawa kelas ke dalam lingkungan yang akan dipelajari)
bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa cara sebagai berikut:
a. Karyawisata (Fieldtrip), yaitu mengunjungi lingkungan yang dijadikan
objek studi tertentu sebagai bagian integral dari pelaksanaan kurikulum sesuai
dengan kompetensi dasarnya.
b. Melaksanakan Perkemahan (Scholl camping), yaitu bersama siswa
mengadakan perkemahan dengan maksud tidak hanya sekedar untuk kegiatan
rekreasi saja tetapi lebih dari itu untuk memperkenalkan dan mempelajari
lingkungan.
c. Melakukan kegiatan survey, yaitu mengunjungi objek tertentu yang
relevan dengan tujuan pembelajaran, misalnya untuk mempelajari kebiasaan
dan adat istiadat di suatu daerah, sensus ekonomi penduduk dan sebagainya
diantaranya melalui wawancara dengan pihak-pihak yang dianggap perlu
(interview), melakukan pengamatan (observasi) atau mempelajari dokumen-
dokumen yang diperlukan (studi dokumentasi).
d. Melakukan praktek kerja, yaitu para siswa diajak melakukan praktek kerja
pada tempat-tempat pekerjaan yang ada di sekitar lingkungan sekolah.
e. Mengadakan suatu proyek pelayanan kepada masyarakat, mengajak siswa
mengadakan suatu proyek pelayanan kepada masyarakat, misalnya membantu
dalam hal kebersihan lingkungan, kerja bakti membangun mosolla terdekat
dan lain sebagainya.
Teknik yang kedua (membawa lingkungan itu ke dalam kelas) bisa dilakukan
dengan menggunakan beberapa cara diantaranya:
a. Mengundang dokter Puskesmas untuk berbicara soal kesehatan atau cara-
cara pencegahan suatu penyakit kepada para siswa di dalam kelas.
b. Mengundang bapak polisi, kepala desa/lurah, penyuluh pertanian, ketua
koperasi, dan atau tokoh masyarakat lainnya sebagai nara sumber (ressource
person) untuk berbicara di depan para siswa kita mengenai berbagai hal yang
berkaitan dengan bidang tugasnya masing-masing.
Untuk mengundang nara sumber tersebut, sebelumnya guru harus
mempersiapkan terlebih dahulu siapa yang tepat dijadikan nara sumber, topik
apa yang diminta untuk dibahas, kapan waktunya yang tepat, bagaimana
menghubunginya dan yang terpenting juga apa saja yang harus dilakukan oleh
siswa.
Agar memperoleh hasil belajar yang maksimal dalam pemanfaatan
lingkungan sekolah, perlu membuat persiapan yang matang. Ada 3 langkah
yang dapat guru lakukan untuk menggunakan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar, yaitu: (1) langkah perencanaan, (2) langkah pelaksanaan, dan
(3) langkah tindak lanjut (follow up).

C. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Simpulan

Dari pembahasan yang dilakukan di atas dapat ditarik simpulan


sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan kegiatan MGMP sekolah sebagai forum diskusi dapat
memecahkan semua masalah yang dihadapi guru termasuk yang berkaitan
dengan upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan memanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran.di SMP
Negeri 3 Sampang.
b. Peningkatan pemahaman guru terhadap pentingnya pemanfaatan lingkungan
sekolah sebagai salah satu sumber belajar dengan menyadarkan dan
membimbing guru memahami pentingnya memanfaatkan lingkungan sekolah
sebagai salah satu sumber belajar, menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dengan tetap memperhatikan
prinsip-prinsip bentuk pembelajaran yang berpihak pada pembelajaran
melalui, relating, experienting, actuating, contekstual, transferring.
c. MGMP dan MKKS program BERMUTU dapat memberikan inspirasi dan
motivasi dalam mengoptimalkan kegiatan MGMP sekolah.
2. Rekomendasi Operasional
a. Kepada guru-guru khususnya guru di SMP Negeri 3 Sampang, dengan dan
kemampuannya untuk berubah perlu terus melakukan inovasi pembelajaran
dalam rangka menjadikan pembelajaran yang efektif.
b. Kepada pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah selaku pemimpin
pendidikan perlu terus melakukan inovasi pengelolaan sekolah dalam rangka
mewujudkan visi dan misi sekolah.
c. Kepada pengawas sekolah, dapat membantu dalam membimbing dan
mengawasi guru dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dapat meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme guru.
d. Kepada Dinas Pendidikan atau instansi terkait sebagai bahan masukan dalam
mengambil kebijakan/keputusan sebagai upaya meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme guru termasuk meningkatkan mutu pendidikan.
e. Kepada LPMP, kegiatan program BERMUTU diupayakan terus dilanjutkan
dan diperluas.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Tirto. 2008. Menggali Potensi, Menggapai Prestasi di SMP Negeri 1 Tarik
Sidoarjo. Best Practices. Tidak dipublikasikan.
Badru Zaman, dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Buku Materi Pokok PGTK
2304. Modul 1-9. Jakarta Universiats Terbuka.

Ekowati, Endang. 2001. Stategi Pembelajaran Kooperatif. Modul Pelatihan Guru


Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Kasianto, I Wayan. 2004. Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Pendekatan


Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Kelas. Tidak dipublikasikan

Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Himpunan Peraturan


Pemerintah RI di Bidang Pendidikan. Jakarta. Binatama Raya.

Rusyan Tabrani. 2001. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung


Remaja Rosdakarya.

Sarman, Samsuni S.Pd. 2005. Implementasi Pendekatan Works Based Learning pada
Sumber Belajar Masyarakat dalam Pembelajaran PS-Ekonomi. Laporan
Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.

Udin S. Winataputra, dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Buku Materi Pokok
PGSD2201. Modul 1-12. Jakarta. Universitas Terbuka.
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul………………………………………………………….. i
Halaman pengesahan…………………………………………………… ii
Kata Pengantar…………………………………………………………. iii
Abstrak..……………………………………………………………….. iv
Daftar Isi……………………………………………………………….. v
Daftar Lampiran ……………………………………………………… vi

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah………………………………….. 1
2. Permasalahan........................................................................ 2
3. Strategi Pemecahan Masalah................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah................... 4
2. Hasil atau Dampak Yang Dicapai dari Strategi Yang Dipilih 6
3. Kendala Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan...................... 7
Strategi Yang Dipilih
4. Faktor-faktor pendukung…………………………………… 8
5. Alternatif Pengembangan........................................................ 8

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


1. Simpulan …………………………………………………… 10
2. Rekomendasi Operasional …………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 11
LAMPIRAN-LAMPIRAN

v
OPTIMALISASI MGMP SEKOLAH
DALAM MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH
SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SAMPANG

Oleh:

Nama : Drs. H. AKH. JUNAIDI


NIP : 19640614 198803 1 008
UNIT KERJA : SMP NEGERI 3 SAMPANG
PROVINSI JAWA TIMUR

SIMPOSIUM NASIONAL PROGRAM BERMUTU


TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG


DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SAMPANG
2010
HALAMAN PENGESAHAN

Penyusun Karya Tulis : Drs. H. Akh. Junaidi, M. Pd.

NIP : 19640614 198803 1 008

Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda, IV/c

Jabatan : Kepala SMP Negeri 3 Sampang

Judul Karya Tulis : Optimalisasi MGMP Sekolah Untuk

Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran

Berbasis Pemanfaatan Lingkungan Sekolah

Sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 3

Sampang

Telah memenuhi syarat dan karya tulis ini disetujui/disyahkan untuk diusulkan
sebagai bentuk karya ilmiah serta dapat diajukan dalam pemilihan seleksi Kepala
Sekolah Berprestasi tahun 2010.

Demikian pengesahan ini kami buat untuk dapatnya dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Mengesahkan, Sampang, 5 Juli 2010


Plh. KEPALA DINAS PENDIDIKAN KEPALA UPTD PENDIDIKAN
Kabupaten Sampang SMP NEGERI 3 SAMPANG

H. MOH. LIZAMJADI, S. Pd. Drs. H. AKH. JUNAIDI, M. Pd.


Pembina Pembina Utama Muda
NIP. 19541016 198003 1 007 NIP. 19640614 198803 1 008
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang dengan


izin-Nya penulis telah dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis berupa
pengalaman konkrit penulis sebagai guru pengajar Pendidikan Lingkungan Hidup di
SMP Negeri 3 Sampang dengan judul :

PENGGUNAAN KEBUN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN


UNTUK MATA PELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
mengikuti seleksi pemilihan Duta Lingkungan Regional Jawa 2010.

Dalam pelaksanaan penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan


dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam upaya penyelesaian karya
tulis ini.

Akhirnya penulis berharap agar karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak
dalam menambah wawasan pemanfaatan lingkungan hidup guna meningkatkan
pengabdian dan dedikasinya di bidang pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Semoga hasil kerja penulis mendapatkan ridho dari Allah Swt. Amin

Sampang, 14 Oktober 2010


Penulis

ii
ABSTRAK

Junaidi, Akhmad. 2010. Optimalisasi MGMP Sekolah Untuk Meningkatkan


Efektivitas Pembelajaran Berbasis Pemanfaatan Lingkungan Sekolah
Sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 3 Sampang

Kata kunci: Optimalisasi MGMP, Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar,


Efektivitas Pembelajaran

Dengan diterapkannya KTSP, maka pendekatan pembelajaran yang


sebelumnya lebih banyak didominasi oleh peran guru (teacher centered) diperbaharui
dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar maka implementasi
pembelajaran akan memungkinkan siswa bisa mengembangkan kreativitas, motivasi
dan partisipasinya dalam pembelajaran. Guru harus mampu menghadapkan siswa
dengan dunia nyata sesuai dengan yang dialaminya sehari-hari. Dari hasil
pengamatan dan pengalaman penulis pada awal menjadi Kepala SMPN 3 Sampang,
guru masih jarang memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
walaupun materi yang disajikan berkaitan dengan lingkungan sekolah. Begitu pula
keberadaan MGMP, masih belum dimanfaatkan dan dilaksanakan secara optimal.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka strategi
pemecahan masalahnya adalah: (a) Menyadarkan dan membimbing guru memahami
pentingnya memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran melalui, relating, experienting,
actuating, contekstual, transfering; (b) Mengoptimalkan dan memanfaatkan MGMP
sekolah sebagai forum guru dalam meningkatkan kompetensinya.
Setelah melalui tahapan tindakan, nampak mulai membawa hasil yang cukup
menggembirakan sebagai berikut: (a) Guru menyadari pentingnya lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar sebesar 83,33 % (35 dari 42 orang), dengan diperoleh
hasil dalam penyusunan RPP nilai rata-rata 72,80 pada semester ganjil, 73,75 pada
semester genap 2008/2009 dan meningkat menjadi 77,68 pada semester ganjil
2009/2010. Dalam pelaksanaan pembelajaran perolehan nilai rata-rata 68,78 pada
semester ganjil, 72,08 pada semester genap 2008/2009 dan meningkat menjadi 73,41
pada semester ganjil 2009/2010. Dari data perolehan rata-rata di atas baik dalam
kaitannya dengan penyusunan RPP maupun dalam pelaksanaan pembelajaran
walaupun masih masuk katagori cukup namun secara bertahap menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan.; (b) Menambah pengalaman dan keberanian guru-guru
dalam melakukan diskusi kelompok melalui forum MGMP sekolah; (c) Adanya
peningkatan prestasi siswa, guru dan sekolah baik akademis maupun non akademis.
Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih selain belum
optimalnya pelaksanaan MGMP sekolah, juga disebabkan karena sulitnya mengajak
guru-guru yang memiliki sifat konservatif untuk diajak maju dan berkembang.
Sementara faktor pendukungnya adalah: (1) lokasi SMPN 3 Sampang yang
strategis; (2) tidak adanya gap di dalam guru; (3) SMP Negeri 3 Sampang sebagai
sekolah SSN menjadi motivasi tersendiri bagi guru dalam meningkatkan kinerja.
Alternatif Pengembangan dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar ada 2 kemungkinan, yaitu: (1) membawa kelas ke dalam lingkungan
yang akan dipelajari dan (2) membawa lingkungan itu ke dalam kelas.
iv
Lampiran 1.

SK. PEMBENTUKAN MGMPS SMP NEGERI 3 SAMPANG


Lampiran 2

CONTOH RPP DALAM PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH

SEBAGAI SUMBER BELAJAR


Lampiran 3

INSTRUMEN PENILAIAN RPP DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Lampiran 4

DATA HASIL PENILAIAN RPP DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Lampiran 5

FOTO PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

DALAM PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH

SEBAGAI SUMBER BELAJAR


Melaksanakan Kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan:

A. Karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survei, dan atau evaluasi di bidang
pendidikan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan
sekolah:

1. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER PADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TAMBELANGAN SAMPANG
(TAHUN 2006)
2. PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTESTUAL MODEL
GABUNGAN CERAMAH DAN KERJA KELOMPOK UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BEL
3. Guru menyadari dan memperoleh banyak manfaat dalam memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
AJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 1 TAMBELANGAN SAMPANG
(TAHUN 2006)
4. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1
TAMBELANGAN SAMPANG
(TAHUN 2007)
5. TINGKAT KEPUASAN KERJA GURU SMP NEGERI DI
KECAMATAN SAMPANG
(TAHUN 2003)

Anda mungkin juga menyukai