Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN

INTERVENSI PADA PASIEN LUKA DEKUBITUS

Disusun oleh :

Alfiatur rohmah

010114A008

S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017
ANALISIS JURNAL PERTAMA
A. Judul
Pengaruh Mobilisasi Dan Penggunaan VCO (Virgin Coconut Oil) Terhadap
Ulkus Dekubitus Pada Gangguan Fungsi Motorik Pasca Stroke

B. Peneliti
1. Retno Setyawati
2. Suyanto
3. Mohammad Arifin Noor

C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dan penggunaan
VCO (Virgin Coconut Oil) terhadap luka dekubitus pada gangguan fungsi motorik
pasca stroke di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

D. Metode Penelitian
Pada jurnal penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan
pendekatan time series design dengan jumlah sampel pada masing-masing
kelompok adalah 8 orang. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan
yakni purposive sampling. Grade ulkus dekubitus dipastikan sama pada
kedua kelompok, kemudian pada kelompok intervensi tindakan pemberian VCO
dan mobilisasi per 2-3 jam. Sedangkan untuk kelompok kontrol hanya
dilakukan mobilisasi lebih dari 2-3 jam. Pada kedua kelompok dilakukan
intervensi selama 3 hari yang dilakukan pengukuran grade ulkus dekubitus
setiap hari untuk mengamati perkembangan proses penyembuhan ulkus
dekubitus yang dialami responden. Alat ukur yang digunakan untuk menilai
proses penyembuhan ulkus dekubitus adalah Pressure Ulcer Scale for
Healing(NPUAP, 1998).

E. Analisis Hasil penelitian


Hasil penelitian menunjukan distribusi jenis kelamin laki-laki dan
perempuan pada kelompok intervensi sama besarnya yaitu masing-masing 50%
dengan rata-rata usia 46 tahun dengan rentang usia termuda 40 tahun dan
tertua 50 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar berjenis
kelamin perempuan yaitu 75% dengan rata-rata usia 39.75 tahun dengan
rentang usia termuda 35 tahun dan tertua 46 tahun.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai p=0,495 (> 0.05), maka dapat
disimpulkan pada alpha 5% bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan luka
dekubitus pada pemberian mobilisasi dan penggunaan VCO pasien dengan
gangguan fungsi motorik pasca stroke.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan luka
dekubitus pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan pemberian
mobilisasi dan penggunaan VCO dengan nilai p = 0,495. Hasil ini tidak sesuai
dengan sebuah studi yang dilakukan oleh Yemima (2007) yang menyatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan pada pemberian mobilisasi terhadap
penurunan grade decubitus.
Kelompok intervensi dilakukan mobilisasi per 3 jam dan penggunaan
VCO selama 3 hari. Penggunaan VCO dilakukan sehari 2 kali yakni setelah
mandi pagi dan sore, dengan dioleskan pada area punggung sambil dilakukan
masase. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya dilakukan mobilisasi
selama 3 hari tanpa penggunaan VCO dengan pergantian posisi per 3 jam.
Sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversible bila kurang dari 2 jam.
Seorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami ulkus
dekubitus selama dapat mengganti posisi beberapa kali perjamnya.(Hidayat,
Djunadi, Daili S.F, 1999; Pendland, Susan L., 2005; Wilhelmi, 2008)
ANALISIS JURNAL KEDUA
A. Judul
Risiko Terjadinya Dekubitus Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien di
Ruang Perawatan Neurologi

B. Peneliti
1. Okatiranti
2. Ria Eviyanti sitorus
3. Dini Tsuawabeh

C. Tujuan penelitian :
Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi gambaran risiko terjadinya dekubitus
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien minimal care, partial care, dan total
care.

D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini yaitu seluruh pasien yang dirawat di ruang rawat inap gedung
Kemuning lantai 5 Neurologi RSHS Bandung. teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling, Sampel berjumlah 88 orang waktu penelitian pada
tanggal 17 Juni 2013 hingga 11 Juli 2013. Instrumen penelitian menggunakan
lembar observasi menurut Teori Orem: Self Care.

E. Hasil penelitian
Karakteristik responden pada jurnal penelitian ini berdasarkan pada
diagnosa medis, jenis kelamin . Diagnosa medis terbanyak adalah strok 44 orang
(22 pria, 22 wanita), diikuti meningitis serosa 13 orang (6 pria, 7 wanita),
Myeloradiculopathy 10 orang ( 7 pria, 3 wanita), SOL 5 orang (2 pria, 3 wanita),
Status Epileptikus 3 orang ( 3 pria), tetanus 6 orang ( 5 pria, 1 wanita), gullain
Barre-Syndrome 2 orang (2 pria), vertigo 4 responden (2 pria, 2 wanita),
encephalitis 1 responden (1 wanita). Berdasarkan jurnal penelitian risiko
terjadinya dekubitus berdasarkan tingkat ketergantungan responden : minimal
care 19,3%, partial care sebesar 42,0%, total care sebesar 38,6%.

F. Analisis Hasil Penelitian


Berdasarkan jurnal penelitian yang berjudul “Risiko Terjadinya Dekubitus
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien Di Ruang Perawatan Neurologi”
terjadinya dekubitus sangat bervariasi. tingkat ketergantungan pasien minimal
care memiliki persentase sebesar 19,3% dengan 17 responden, yang masing-
masing yakni 15 responden atau sebagian kecil tidak berisiko terjadinya
dekubitus dan 2 responden atau sebagian kecil berisiko untuk terjadinya
dekubitus, karena setelah dilakukan pembelajaran, bantuan yang diberikan pada
pasien adalah dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu melakukan
perawatan secara mandiri (supportivedan educative) sesuai dengan teori Orem.
Tingkat ketergantungan pasien partial care, yakni sebesar 42% atau
hampir setengahnya, yang terdiri dari 11 responden atau sebagian kecil tidak
berisiko terjadinya dekubitus, 17 responden atau sebagian kecil berisiko
terjadinya dekubitus, delapan responden atau sebagian kecil memiliki risiko
sedang dan satu responden atau sebagian kecil memiliki risiko tinggi terjadinya
dekubitus. Dalam melakukan tindakan keperawatan perawat dapat bekerjasama
dengan keluarga sehingga peran perawat hanya sebagian.
Tingkat ketergantungan pasien total care di mana persentase sebesar
38,6% atau hampir setengahnya, dengan jumlah 34 responden, di mana 13
responden atau sebagian kecil memiliki risiko sedang untuk terjadinya
dekubitus, sedangkan 15 responden atau sebagian kecil memiliki risiko
tinggi terjadinya dekubitus dan enam responden terakhir atau sebagian kecil
memiliki risiko sangat tinggi untuk terjadinya dekubitus. Pada tingkat
ketergantungan pasien total care bantuan dilakukan secara penuh atau total pada
pasien yang dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan
perawatan secara mandiri.
Kesimpulan dari jurnal penelitian sebanyak 17 responden dari tingkat
ketergantungan pasien partial care beresiko terjadi dekubitus lebih banyak dari
pada responden dari tingkat ketergantungan pasien minimal care dan total care.
Sedangkan sebanyak 15 responden dari tingkat ketergantungan pasien minimal
care tidak berisiko terjadi dekubitus, lebih banyak dari pada responden dari
tingkat ketergantungan pasien partial care dan total care.
ANALISIS JURNAL KETIGA
A. Judul
Uji Kepekaan Instrumen Pengkajian Risiko Dekubitus Dalam Mendeteksi Dini
Risiko Kejadian Dekubitus Di RSIS

B. Peneliti :
1. Arif Widodo

C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antara skala Braden dan
Norton dalam mendeteksi dini dekubitus pada pasien tirah baring dalam area
praktek keperawatan di RSIS.

D. Metode Penelitian
Jenis penelitian pada jurnal ini adalah studi komparatif. Populasinya adalah
pasien dewasa yang dirawat di ruamg penyakit dalam dan penyakit bedah ruang
rawat inap di RSIS, dengan kriteria sampel adalah seluruh pasien tirah bating di
RSIS. Menggunakan uji beda independent samples t-test.pengamatan dilakukan
tidak hanya sekali tetapi tiga kali yaitu padahari ke-tiga, ke-enam, dan ke-sembilan.

E. Analisis Hasil penelitian


1. Karakteristik Responden
a. Umur
Pada jurnal penelitian ini menggunakan pengelompokanumur
sesui dengan usia perkembangan sosialoleh Erick Erickson. Dimana
responden paling banyal adalah yang berusia dewasa ( 25-65 tahun)
sebanyak 25 orang atau 62,5%, diikuti usia lansia (>65 tahun) sebanyak
12 orang atau 30%, responden paling sedikir adalah usia remaja yaitu 1
orang atau 2,5%.
Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang pernah
dilakukan oleh Prentice dan Stacey dalam Sumardino dkk. (2007) dan
Avello dan Braden (2002) bahwa yang mempunyai risiko besar terjadi
dekubitus adalah pada usia lanjut. Tetapi yang terjadi di lapangan tidak
hanya lansia saja yang berisiko terkena dekubitus, semua pasien yang
harus dirawat lama dalam keadaan tirah baring dan pasien dengan
imobilisasi berpotensi besar untuk mengalami dekubitus, yang
diakibatkan dari tekanan dalam jangka waktu yang panjang pada
permukaan tulang yang menunjol sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan akhirnya mengalami nekrosis jaringan.
b. Jenis Kelamin
Jumlah responden laki-laki 28 orang (70%), dan perempuan 12
orang (30%). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitianya
Setiyajati (2002) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dan kejadian dekubitus. Menurut Suriadi (2004) jenis kelamin
bukan termasuk faktor risiko dekubitus.
2. Diagnosa medis
Pada jurnal penelitian ini, diagnosa medis dikelompokan menjadi
7kelompok besar yaitu kasus Orthopaedi sebanyak 10 responden (25%), bedah
uologi 5 responden (12,5%), Neurologis 6 responden (15%), Hepatologi 8
responden (20%), Cardiologi 4 responden (10%), Disgestivus 3 responden
(7,5%), dan kasus Endikrin 4 responden (10%). Jumlah responden paling
banayak adalah kasus orthopaedi dengan 10 responden dan yang paling sedikit
adalah kasus Disgestivus hanya 3 responden.
3. Efektifitas skala Braden
Pengkajian risiko dekubitus menggunakan skala Braden dapat
mendeteksi kejadian risiko dekubitus sangat tinggi pada hari ke-tiga hanya
sebesar 10%, pada hari ke-enam hanya sebesar 10% dan pada hari ke-sembilan
hanya sebesar 7,5%. Bila dibuat rata-rata risiko sangat tinggi kejadian luka
tekan pada skala Braden adalah hanya 9,2%, risiko tinggi 35% risiko sedang
40,8.%, dan risiko rendah 15%.
4. Efektifitas Skala Norton
Derajat risiko dengan menggunakan skala Norton, dapat dijelaskan
bahwa skala Norton memiliki kemampuan mendeteksi risiko kejadian
dekubitus sangat tinggi yaitu pada hari ketiga sebesar 27,5%, hari keenam,
22,5% dan pada hari ke-sembilan sebesar 12,5%. Bila dibuat rata-rata risiko
sangat tinggi kejadian dekubitus pada skala Norton adalah 20,7%, risiko tinggi
57,5%, dan risiko sedang 21,8%, serta tidak ada responden yang di deteksi
risiko rendah dengan menggunakan skala Norton.
Hasil penelitian ini sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Van marum, Ooms, Ribbe & Van Eijk dalam Handoyo (2002) yang
menyimpulkan bahwa skala Norton lebih baik mendeteksi risiko dekubitus
pada pasien yang dirawat di Nursing home dibandingkan dengan skala yang
lain.
5. Perbandingan rata-rata skala pengkajian dekubitus
Berdasarkan jurnal penelitian yang berjudul Uji Kepekaan Instrumen
Pengkajian Risiko Dekubitus Dalam Mendeteksi Dini Risiko Kejadian
Dekubitus Di RSIS hasil dari kedua skala yang diuji, skala Norton lebih baik
dalam mendeteksi dini dekubitus pada pasien tirah baring dari pada skala
Braden. Pada hari ke-tiga, skala Norton dapat mendeteksi dini 40 pasien tirah
baring dengan rata-rata 3,15, pada hari keenam 3,08, dan pada hari ke-
sembilan 2,75. Sedangkan skala Braden pada hari ke-tiga hanya dapat
mendeteksi dini 40 pasien tirah baring dengan rata-rata 2,70, pada hari ke-
enam 2,35, dan pada hari ke-sembilan 2,10.
Vernom & Benneth, dalam Handoyo (2002) mengatakan bahwa
ketajaman skala Norton untuk memprediksi derajat risiko dekubitus adalah
karena skala Norton merupakan skala yang paling simpel dan mudah untuk
digunakan oleh perawat dalam menentukan derajat risiko dekubitus, sehingga
hal ini akan mempermudah perawat dalam merekam hasil dari pasien yang
akan dinilai dengan skala Norton dibandingkan dengan skala lain yang lebih
rumit seperti skala Waterlow.
Sementara itu Wardman dalam Handoyo (2002) mengatakan bahwa
skala Norton merupakan skala pengkajian risiko dekubitus yang sudah
divalidasi di berbagai area dan menunjukan kriteria sebagai skala pengkajian
risiko dekubitus yang baik untuk memprediksi kejadian dekubitus. Hal ini
menguatkan bukti bahwa skala Norton dapat digunakan untuk berbagai area
walaupun pada awalnya skala ini dikhususkan pada pasien yang dirawat di
Nursing Homedan hanya untuk pasien lanjut usia.
Namun besar/tingginya resiko kejadian dekubitus diakibatkan beberapa
faktor, diantaranya adalah keberhasilan praktek perawatan dalam
mengantisipasi risiko dekubitus, sehingga perawat dapat melakukan upaya
pencegahan. Penilaian risiko dekubitus dapat berubah-ubah setiap hari sesuai
dengan kondisi pasien dan upaya perawat dalam merawat dan mencegah
dekubitus pada pasien tirah baring. Handoyo (2002) yang menyatakan bahwa
pasien harus dinilai keadaan kulitnya setiap hari sampai ditemukan kejadian
dekubitus atau paling lama dinilai selama 14 hari.

Anda mungkin juga menyukai