Anda di halaman 1dari 19

TUGAS 1

(INSTRUMENTASI INDUSTRI)

NAMA : FITROH QOLBI AZAKI


NIM : 03041181520040
DOSEN PENGAMPUH : AMPERAWAN, S.T. M.T.
KAMPUS : INDRALAYA

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INSTRUMENTASI INDUSTRI

1. Sistem Instrumentasi
Dalam proses industri, khususnya industri perminyakan akan cenderung muncul
pemikiran segi ekonomi (keuntungan) yang menuntut efektifitas dan efisiensi untuk
menghasilkan produk yang optimal baik dari segi jumlah maupun mutu. Dari segi pemikiran
inilah secara teknis mulai diterapkan sistem pengukuran dan pengaturan besaran proses (fisis
ataupun kimia).

Adapun besaran proses (fisis atau kimia) yang dideteksi, diukur dan dikontrol /diatur oleh alat
instrument antara lain :

-Pressure (tekanan) -Temperature (suhu) - Flow (aliran) - Level (tinggi permukaan


cairan), dll.

Fungsi instrumentasi pada suatu proses industri dapat diklasifikasikan ke dalam 4 golongan
sebagai berikut:

A. Sebagai alat ukur (Measurement)

Sebagai alat ukur, yaitu untuk memonitor kondisi operasi, melalui pengukuran
variabel proses yang mempengaruhi jalannya operasi, seperti tekanan, temperatur, jumlah
aliran, level, dan sebagainya.

B. Sebagai alat kontrol/pengendali (Control)

Sebagai alat kontrol, untuk mengendalikan jalannya operasi agar variabel proses
selalu sesuai dengan harga yang diinginkan.

C. Sebagai alat pengaman (Safety)

Sebagai alat safety, untuk mencegah kerusakan pada peralatan dan mencegah
kecelakaan pada operator. Juga sebagai sistem alarm yang memberitahu operator bila variabel
proses mencapai nilai kritis, baik kritis minimum maupun kritis maksimum.

D. Sebagai alat analisa (Analyze)

Sebagai alat analisa, untuk menganalisa produk apakah sudah memenuhi spesifikasi
tertentu sesuai yang diinginkan. Juga digunakan untuk mencegah polusi, yaitu dengan
menganalisa air buangan apakah tidak mengandung minyak yang membahayakan lingkungan.

Dalam sistem kontrol sendiri, tujuan dari penerapan sistem instrumentasi dan kontrol
di dalam industri pengolahan minyak adalah agar proses berjalan dengan handal, aman, dan
menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi.
2. Sistem Pengendalian Proses
Sistem pengendalian proses adalah gabungan kerja dari alat-alat pengendalian
otomatis. Semua peralatan yang membentuk sistem pengendalian disebut instrumentasi
pengendalian proses Tujuan ideal pengendalian proses adalah mempertahankan nilai variabel
proses agar sama dengan nilai yang diinginkan (setpoint)

Dalam melakukan pengendalian proses, ada empat langkah kegiatan yang dilakukan, yaitu:

Mengukur, Mengukur variabel proses (Process Variable = PV).

Membandingkan, Membandingkan variabel proses dengan variabel proses yang diinginkan


(Set Value = SV).

Menghitung, Menghitung perbedaan antara PV dengan SV. Perbedaan antara PV dengan SV


disebut error (e).

Mengoreksi,Setelah mendapatkan nilai error, maka dikoreksi dengan mengatur bukaan valve.

Secara umum sistem pengendalian terbagi dua, yaitu sistem pengendalian loop terbuka (open
loop control system) dan sistem pengendalian loop tertutup (close loop control system).

3. Fungsi Instrumentasi Pada Industri


Fungsi instrumentasi pada industri sangatlah penting, dapat dikatakan bahwa
instrumentasi adalah bagian integral dari industri karena tidak ada suatu industri tanpa
menggunakan instrumentasi. Suatu Industri yang makin komplek maka instrumentasi yang
diperlukan juga makin komplek. Hal ini berkaitan jalannya proses produksi pada industri
tersebut dimana ketepatan dan keakuratan hasil menjadi hal yang utama.
Sebagai contoh dalam pengolahan material, ada banyak variable-variabel yang
mempengaruhi proses tersebut. Untuk suatu proses nilai (harga) dari variable-variabel ini
sudah ditentukan pada saat designnya, jadi jika pada saat proses variable-variabel ini berubah
harganya maka jalannya proses tidak seperti yang direncanakan sehingga hasilnyapun tidak
seperti yang direncanakan (kualitasnya). Variable-variabel proses atau variable-variabel
operasi adalah besaran-besaran yang mempengaruhi jalannya proses atau jalannya operasi,
tergantung jenis dari jenis proses atau operasinya. Berikut ini variabel-variabel yang
digunakan dalam proses industri adalah sebagai berikut :

- Variabel Proses Kimia


Besaran yang mempengaruhi proses kimia didalam suatu operasi pabrik, yaitu :
a. Tekanan
b. Suhu (temperature)
c. Aliran (flow)
d. Tinggi permukaan cairan (liquid level)
e. Tinggi permukaan zat padat (solid level)
f. pH
g. Viscositas

- Variabel Proses Fisika


Variable untuk proses fisika hampir sama dengan variable untuk proses kimia.

- Variabel Proses Mekanik


Besaran yang mempengaruhi proses mekanik didalam suatu operasi pabrik, yaitu :
a. Speed
b. Ireight
c. Torque
d. Power (tenaga)

Pada dasarnya instrumentasi mengendalikan proses pengolahan industri yaitu


mengendalikan variable-variabel proses agar selalu berada dalam nilai-nilai yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Sistem yang sangat penting yaitu sistem instrumentasi yang disebut safe guarding
system yaitu suatu system instrumentasi yang berfungsi mendeteksi variable-variabel proses
yang berhubungan dengan peralatan proses, apabila variable-variabel tersebut tidak terkendali
dan membahayakan peralatan proses maka system akan menghentikan poses dari pada terjadi
kerusakan pada peralatan proses. Safe guarding system sangat penting dalam industri untuk
menjaga terhadap bahaya-bahaya kebakaran atau kerusakan peralatan lain seperti motor-
motor listrik, mesin turbin dan peralatan proses yang lain. Berikut ini yang termasuk safe
guarding system antara lain :
a. Safety valve
b. Relief valve
c. Alarm system
d. Peralatan pengolah limbah, pendeteksi polusi udara
e. Gas detector
f. Flame cell
g. Dan lain-lain.
Oleh karena itu instrumentasi sangat penting dalam industri untuk menjaga keamanan.

4. Sistem Proses Industri


Didalam suatu proses industri terdapat Loop Instrumen atau loop kontrol Proses adalah
instrumen-instrumen yang tersusun secara seri, peralatan dan media transmisi yang bilamana
dihubungkan secara tepat bersama-sama dengan proses akan dapat menjaga variabel proses
pada nilai yang diinginkan.
Elemen-elemen dalam suatu sistem kontrol suatu instrumen dapat dibedakan menjadi :
procces,sensor (sensing element), transducers, transmitter, transmission lines, kontroler,
final control element (control valve). Seluruh elemen ini bersama-sama membentuk suatu
sistem kontrol, seperti diperlihatkan pada contoh sistem kontrol proses pada Gambar contoh
sederhana dari sebuah sistem kontrol proses.
Sistem ini terdiri dari sebuah tanki, sebuah level measuring device, sebuah kontroler,
dan sebuah control valve. Aliran liquid dialirkan melalui permukaan atas tanki, kemudian
dikeluarkan dari bawah tanki yang diatur oleh control valve.

Gambar 1. Contoh Sederhana dari sebuah Sistem Kontrol Proses

Tangki beserta liquid di dalamnya merupakan sebuah proses. Level measuring device
sebagai sebuah sensor ketinggian sekaligus transducer, akan mengukur ketinggian cairan
tersebut serta mengubahnya menjadi besaran elektrik atau pneumatik. Jika level cairan dalam
tanki melebihi tinggi yang diinginkan (set point) maka controller akan memutuskan untuk
memperbesar aliran outlet. Berdasarkan perintah controller, final control element (control
valve) akan membuka (opening) untuk memperbesar aliran.
Secara blok diagram sistem kontrol proses tersebut di atas dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 2. Blok Diagram Sistem Kontrol Proses

5. Macam-macam Sistem Pengendalian


- Sensor
Sensor merupakan alat untuk mengirim sinyal dari sistem kontrol biasanya
merupakan parameter yang akan diukur seperti temperatur, tekanan (pressure), level,
dan aliran dari media yang mau dikontrol.
Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran mekanis,
magnetis, panas, sinar, kimia, dan lain-lain menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor
sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau
pengendalian.
Sensor merupakan bagian dari transducer yang berfungsi untuk melakukan sensing
atau merasakan dan menangkap adanya perubahan energi eksternal yang akan
masuk ke bagian input dari transducer, sehingga perubahan kapasitas energy yang
ditangkap segera dikirim kepada bagian konvertor dari transducer untuk dirubah
menjadi energi listrik. Berikut ini macam-macam sensor yang biasa digunakan dalam
industri adalah sebagai berikut :
a. Sensor Proximity Switch
Sensor Proximity Switch umumnya dipakai untuk memonitoring peralatan yang
berputar (Speed Monitor) selain itu juga digunakan untuk tujuan Safety (Proteksi)
peralatan itu sendiri. Sensor Proximity Switch juga digunakan untuk memonitoring
posisi bukaan pada gate. Contoh penggunaan terdapat pada Speed Monitor pada Belt
Conveyor, Sensor Posisi pada sebuah Gate dan masih banyak lagi aplikasi dari sensor
proximity switch ini.

Gambar 3. Sensor Proximity Switch

Gambar 4. Aplikasi dari Sensor Proximity

b. Sensor Temperature
Dalam proses pengukuran Temperature di dunia Industri terdapat beberapa jenis
sensor temperature yang bisa digunakan seperti sensor Thermocouple dan Sensor
Resistance Temperature Detector(RTD). Sensor Thermocouple digunakan untuk
memonitoring temperature dari proses produksi, biasanya yang memiliki temperature
yang sangat tinggi. Contoh aplikasinya monitoring temperature di dalam Tanur (Kiln).
Sedangkan Sensor temperature tipe RTD digunakan untuk memonitoring temperature
dari peralatan atau mesin yang lebih mudah, tujuannya untuk melindungi perlatan
tersebut dari temperature yang berlebihan, contoh aplikasinya Monitoring Temperature
Bearing Fan.
Gambar 5. Sensor Temperature di Bearing Fan

Gambar 6. Sensor Temperature di Ducting Preheater

c. Sensor Pressure
Sensor Pressure digunakan untuk mengukur dan memonitoring nilai tekanan yang
terdapat pada system proses produksi, contohnya tekanan didalam Cyclone-cyclone
Preheater. Ada juga yang digunakan untuk mengukur nilai tekanan yang dihasilkan
dari aliran fluida (misalnya udara), contohnya Flowmeter pada fan-fan cooler dan level
suatu tanky.
Di Industri, sensor pressure yang digunakan umumnya dari pabrikan Honeywell
dengan tipe ST3000 dan Endress & Hausser dengan tipe PMD70. Meskipun terdapat
juga sensor pressure dari pabrikan lain seperti Danfoss dan beberapa merk lainnya.
Gambar 7. Sensor Pressure di Fan-Fan Cooler

Gambar 8. Sensor Pressure

Diaphragm Pressure Gage merupakan salah satu sensor yang mendeteksi tekanan
(pressure) yang terdiri dari kapsul (capsule) yang dibagi oleh suatu sekat rongga (diapraghm).
Satu sisi diaphragm terbuka bagi tekanan target (eksternal) PExt, dan sisi yang lain
dihubungkan dengan tekanan diketahui (reference pressure), PRef. Beda tekanan, PExt-PRef,
secara mekanik membelokkan diaphragm. Diaphragm Pressure Gage menggunakan prinsip
perubahan bentuk yang elastis (elastic deformation) dari suatu diaphragm (membrane) untuk
mengukur perbedaan suatu tekanan yang tidak diketahui dengan suatu tekanan acuan

Secondary element adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal yang dihasilkan
oleh sensor dan mengubahnya menjadi suatu standar yang dapat dibaca oleh controller.

Transmitter terdiri dari dua macam, yaitu transmitter pneumatic dan transmitter electrik.
Sinyal standar yang dihasilkan oleh transmitter adalah
-
Sinyal standar pneumatic : 3 – 15 psi dan 0,2 – 1,0 kg/cm2

- Sinyal standar electric : 1 – 5 V DC dan 4 – 20 mA

d. Sensor Level
Sensor Level digunakan untuk mengetahui level material (solid ataupun liquid) yang
terdapat didalam tempat penyimpanan baik berupa silo, bin, storage material ataupun
tempat penyimpanan lainnya.

Gambar 9. Sensor Level Switch

Gambar 10. Sensor Level Transmitter

e. Sensor Vibrasi
Sensor vibrasi digunakan untuk memonitoring besarnya nilai vibrasi dari suatu alat
biasanya untuk tujuan safety dan proteksi terhadap peralatan itu sendiri. Di industri,
sensor vibrasi biasanya dipasang di Bearing Fan (ID Fan, Raw Mill Fan, EP Cooler
Fan, EP Raw Mill Fan), dan juga di Atox Mill.
Gambar 11. Sensor Vibrasi

- Controller
Controller adalah salah satu peralatan instrumentasi yang berfungsi membandingkan
nilai pengukuran terhadap nilai yang dikehendaki (Set Point), dan sesuai modenya
menghasilkan sinyal kendali sebagai keluaran yang sebanding dengan selisih nilai
pengukuran Set Point. Output Controller pada suatu pengendalian proses tergantung
kepada:
a. Aksi Kontrol (Control Action)
Control Action adalah merupakan aksi dari kontroler yang dapat diubah-ubah dari
Direct menjadi Reverse atau sebaliknya dan ditetukan sesuai dengan kebutuhannya
untuk membentuk metode lup pengaturan menjadi sistem tertutup dengan Feedback
negative.
1. Pada Controller dengan aksi Direct, adalah merupakan aksi Controller apabila tejadi
kenaikan sinyal pengukuran (PV), maka menyebabkan kenaikan sinyal output.
Sedangkan apabila terjadi kenaikan Set Point (SV), maka output akan turun dengan
menghasilkan kesalahan (Error) sebesar PV-SV.
2. Pada Controller dengan aksi Reverse adalah merupakan aksi Controller apabila
tejadi kenaikan sinyal pengukuran (PV), maka menyebabkan penurunan sinyal
output. Sedangkan apabila terjadi kenaikan Set Point (SV), maka output akan naik
dengan menghasilkan kesalahan (Error) sebesar SV-PV.
b. Mode Kontrol (Control Mode)
Control Mode adalah tata cara Controller dalam menghasilkan sinyal output sebagai
tanggapan atas kesalahan yang dideteksinya. Mode Kontroler antara lain:
1. SV (Set Variable)
2. PV (Process Variable)
3. MV (Manipulated Variable)
Kontrol DCS adalah merupakan suatu pengembangan dari system control dengan
menggunakan komputer atau alat elektronik lainnya. Sebelum berkembang menjadi system
DCS, sebelumnya dikenal dengan nama DDC (Digital Data Control ).
Pada sistem DCS, hasil pengukuran proses dan pengontrolan dimasukan dalam satu
sistem CPU yang datanya langsung bisa dilihat operator dan action yang diperlukan untuk
suatu loop bisa langsung diatur secara otomatis karena dalam komputer sudah ada sistem
pengontrolan yang diperlukan oleh proses tersebut.

Gambar 12. Distributed Control System

- Final Element
1. Control Valve
Control Valve adalah jenis final controlelement yang paling sering digunakan,
sehingga pada prakteknya final control element sering diartikan sebuah control valve,
meskipun masih banyak jenis lainnya seperti motor, heating element, electrical
contactor, dan sebagainya.
Secara umum Control Valve dibagi menjadi dua yaitu:
1. Control Valve Gerakan Linier ( Linier Motion)
2. Control Valve Gerakan Berputar (Rotary Motion)
Sedangkan berdasarkan aksinya jenis dari Control Valve yaitu:
1. Air To Close (ATC) atau disebut juga Normally Open (NO).
Yaitu jenis Control Valve yang pada kodisi normal (belum mendapat sinyal input)
dalam keadaan membuka (Open). Dan jika mendapat sinyal input maka valve akan
bergerak menutup.
2. Air To Open (ATO) atau disebut juga Nomally Close (NC).
Yaitu jenis Control Valve yang pada kondisi normal dalam keadaan menutup
(Close). Dan jika mendapat sinyal input maka valve akan bergerak membuka.

Untuk lebih jelasnya Control Valve Acting ATC dan ATO dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

Gambar 13. Control Valve Acting ATC dan ATO

Control valve terdiri dari dua bagian utama yaitu actuator dan valve (body valve).
Actuator berfungsi sebagai penggerak buka atau tutup valve. Sedangkan valve berfungsi
sebagai komponen mekanis yang menetukan besarnya flow yang masuk ke proses
(output). Ada beberapa jenis control valve, diantaranya sebagai berikut :
1. Ball valve
2. Butterfly valve
3. Gate valve
4. Globe valve
5. Segmen valve
6. Damper
Gambar 14. Penggunaan Selenoid
Dalam aplikasi dilapangan, actuator control valve yang digunakan ada yang terkoneksi
dengan solenoid (on/off) dan ada juga yang terkoneksi dengan positioner (kondisi continue),
dan penggunaannya harus selalu dikaitkan dengan kebutuhan proses. Solenoid digunakan
pada proses yang membutuhkan buka dan tutup valve secara full position (buka dan tutup
100%), sedangkan positioner diaplikasikan pada proses dengan variabel proses yang
senantisa berubah-ubah dengan range yang fleksibel (dari 0% sampai dengan 100%). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 15. Penggunaan Aktuator

Untuk memanipulasikan variabel proses sesuai dengan kebutuhan proses pada sebuah
control valve, dilakukan pengaturan tekanan udara (pressure inlet) yang akan mengatur
keadaan dari actuator-nya, pressure inlet merupakan output dari solenoid atau positioner
yeng berfungsi sebagai pengatur tekanan yang akan diperoleh oleh pressure inlet pada
actuator, adapun konstruksi sederhana dari
actuator dan valve sebuah control valve dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 16. Kontruksi Sederhana Control Valve


Dalam perancangannya (mounting), control valve adalah sebuah closed loop control,
dimana akan selalu ada komponen-komponen pokok seperti elemen proses, elemen
pengukuran, elemen controller, dan final elemen. Dalam aplikasinya hal ini sering disebut
dengan istilah interlock, dengan kata lain hasil pengukuran satu komponen menjadi referensi
atau titik acuan bagi komponen yang lain misal sebuah control valve dengan sebuah sensor
dan transmitter (level/flow). Untuk lebih jelasnya tentang closed loop control ini dapat dilihat
pada gambar berikut ini :

Gambar 17. Close Loop Kontrol

Dari flow diagram diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Set point
Set point adalah besar variabel proses yang dikehendaki. Sebuah controller akan
selalu berusaha menyamakan variabel proses yang dikendalikan dengan set point.

2. Control unit
Control unit adalah bagian dari controller yang menghitung besarnya koreksi yang
diperlukan. Inputcontrol unit adalah error, dan output-nya adalah sinyal yang keluar
dari controller (manipulatedvariabel).

3. Final control element


Final control element adalah bagian akhir dari instrumentasi sistem pengendalian.
Bagian ini berfungsi untuk mengubah measurement variabel (nilai yang berubah)
dengan cara memanipulasi besarnya manipulated variabel, berdasarkan perintah
controller. Jenis final control element yang paling umum adalah control valve.
4. Proses
Proses adalah tatanan peralatan yang mempunyai fungsi tertentu, input dari proses
juga disebut dengan manipulated variabel.

5. Controlled variabel
Controlled variabel adalah besaran (variabel) yang dikendalikan. Variabel ini adalah
output dari proses.

7. Manipulated variabel
Manipulated variabel adalah input dari suatu proses yang dapat diubah-ubah
besarnya agar variabel proses atau controlled variabel sama dengan set point.

8. Disturbance
Disturbance adalah besaran lain, selain manipulated variabel, yang dapat
menyebabkan berubahnya controlled variabel. Besaran ini juga lazim disebut dengan
load , misal terjadinya perubahan pemakaian fluida tersebut.

Setelah karakteristik dari sebuah proses diketahui, maka bagian selanjutnya adalah
selecting and sizing control valve. Untuk melakukan pemilihan control valve (selecting) kita
dapat bekerja sama dengan vendor (produsen) yang menyediakan control valve.
Sebelum melakukan pemilihan control valve (selecting), terlebih dahulu kita harus
mengetahui karakteristik control valve yang akan kita gunakan, ada tiga jenis karakter control
valve yaitu :
a. Linear
Dimana perubahan besaran flow berbanding lurus dengan bukaan valve-nya.

b. Quik Opening
Dimana terjadi perubahan yang sangat besar pada flow pada awal bukaan valve.
c. Equal Percentake
Dimana tidak terdapatnya kelinearan antara perubahan flow dan bukaan valve. Pada
awal bukaan valve, hanya terajdi perubahan kecil pada perubahan flow, sedangakan
pada akhir bukaan valve, terjadi perubahan besar pada perubahan flow. Untuk lebih
jelasnya perbedaan antara karakteristik control valve dapat dilihat pada gambar berikut
:

Gambar 18. Karakteristik Control valve

Setelah pemilihan jenis valve dilakukan, selanjutnya ada hal lain yang akan kita
perhatikan yaitu daerah kerja sebuah control valve. Dalam ilmu sistem pengendalian, cara
khusus untuk menyatakan daerah kerja sebuah control valve adalah dalam bentuk range
ability. Secara spesifik, range ability adalah perbandingan flow maksimum dan flow
minimum yang mampu dikendalikan oleh sebuah control valve. Guna menjaga peforma dari
control valve, maka dalam pemilihan range control valve tersebut, adalah dua kali dari flow
kebutuhan proses, atau dengan kata lain penggunaan pengendalian flow berada ditengah dari
range control valve. Untuk persamaan range ability dapat dirumuskan sebagai berikut :

Setelah melakukan selecting control valve, maka selanjutnya adalah melakukan sizing
control valve. Untuk menentukan ukuran valve (sizing) maka selanjutnya kita harus
melakukan perhitungan untuk mencari coefficient valve (Cv) dengan persamaan sebagai
berikut :

Keterangan :
Cv = Koefisien
Q = Flow Maximum (gpm)
G = Specific Grafity
P = Pressure Drop (psi)
Setelah mendapatkan nilai (Coefficient Valve), maka selanjutnya adalah mencocokan
hasil nilai tersebut pada table referensi sizing of valve seperti tabel berikut :

Table 2. Tabel Refferensi Sizing of Valve

- Aksesoris Control Valve


Dalam aplikasi lapangan ,terdapat beberapa aksesoris pada contol valve seperti:
positioner, solenoid, hand wheel, limit switches, dan supply pressure regulator. Aktuator
control valve ada yang terkoneksi dengan solenoid (On/Off) dan ada juga yang terkoneksi
dengan positioner (kondisi continue). Solenoid digunakan pada proses yang membutuhkan
buka dan tutup valve secara full position (buka dan tutup 100%), sedangkan positioner
diaplikasikan pada proses denagn variable yang senantiasa berubah-ubah dengan range yang
fleksibel (0-100%).
Salah satu fungsi dari valve positioner adalah agar batang plug (plug stem) yang
digerakkan oleh actuator diagram dapat bergerak secara linear. Juga sebagai penguat daya
(power applifier) untuk memberikan response yang cepat dari pergerakan plug stem. Namun
kadang-kadang pemakaian positioner ini dapat membuat keadaan control loop menjadi tidak
stabil atau control loop akan stabil apabila tanpa menggunakan positioner.
Ketidakstabilan di atas terjadi karena pada umumnya penggunaan positioner secara
menyeluruh akan menambah konstanta waktu dari control loop tersebut, dimana hal ini akan
memberikan kesulitan dalam pencapaian kondisi stabil dari pengontrolan. Pemakaian
positioner akan berhasil dengan baik apabila kombinasinya dengan control valve tersebut
akan memberikan respose time lebih cepat dari prosesnya itu sendiri.
Untuk lebih jelas berikut ini gambar dari positioner dan selenoid adalah sebagai
berikut :

Gambar 19. Positioner dan Solenoid

Anda mungkin juga menyukai