Makalah Agency Theory PDF
Makalah Agency Theory PDF
(William R Scott)
Dalam bab ini, teori keagenan merupakan cabang dari game theory, yakni mempelajari
design kontrak antara principal dan agen dimana agen termotivasi untuk bekerja dengan baik
demi menarik principal. Diharapkan sebuah kontrak efisien dapat memberikan biaya yang
rendah bagi prinsipal.
Ada banyak hubungan principal-agent dalam masyarakat, seperti pasien-dokter, klien-
pengacara, pemain pemilik-hoki. Dalam setiap kasus, prinsipal ingin agen untuk bekerja
keras pada nama nya. Namun terdapat konflik kepentingan antara principal dan agen karena
dalam bekerja keras membutuhkan usaha, dan prisipal membutuhkan usaha yang lebih untuk
menggerakkan agen (manajemen). Dalam banyak kasus, sifat upaya agen terlalu sulit untuk
diamati secara langsung, seperti pasien dalam mengamati upaya seorang dokter. Hal ini
karena adanya masalah moral hazard pada manajemen, dimana agen tidak akan bekerja keras
kecuali agen termotivasi dengan cukup. Walaupun repurtasi dan etika profesional menjadi
berkontribusi dalam motivasi, Hal ini sering diinginkan lebih yakni memotivasi kerja keras
berbasiskan kompensasi pada beberapa ukuran kinerja yang diamati oleh agen.
Dalam kontrak perusahaan, terdapat hubungan yang menarik, yakni kontrak kerja
antara owner dengan agen dan kontrak pinjaman antara perusahaan dan kreditur. teori
keagenan relevan dengan akuntansi, karena kedua jenis kontrak ini bergantung pada saat
perusahaan melaporkan laba. Dalam hal kontrak kerja, perolehan bonus manajemen
berdasarkan laba yang diperoleh perusahaan. sementara kontak pinjaman laba juga diamati
oleh peminjam, serta biasanya terdapat perlindungan untuk pemberian pinjaman.
Akibatnya kebijakan akuntansi penting bagi manajer. Hal ini karena terletak pada
kompensasi manajemen dan untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang.
Agency Theory
Teori keagenan adalah pengembangan dari suatu teori yang mempelajari suatu desain
kontrak dimana para agen bekerja atau bertugas atas nama principal ketika keinginan atau
tujuan agen bertolak belakang maka akan terjadi suatu konflik. Konflik keagenan yang
ditimbulkan oleh tindakan perataan laba dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan
kepentingan antara principal dengan agen. Secara actual teori keagenan memiliki
karakteristik kooperatif dan non kooperatif.
Dalam konsep teori agensi, manajemen sebagai agen semestinya mengutamakan
kepentingan pemegang saham, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan manajemen hanya
mementingkan kepentingannya sendiri untuk memaksimalkan utililitas. Manajemen dapat
melakukan tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan perusahaan secara keseluruhan
yang dalam jangka panjang bisa merugikan kepentingan perusahaan. Bahkan untuk mencapai
kepentingannya sendiri, manajemen dapat bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat
untuk melakukan rekayasa. Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen inilah disebut
dengan agency problem yang salah satunya disebabkan oleh adanya asimetri informasi.
Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat
menimbulkan permasalahan yang dalam Agency Theory dikenal sebagai Asymmetric
Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya
distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen. Ketergantungan pihak
eksternal pada angka akuntansi, kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan sendiri
dan tingkat AI yang tinggi, menyebabkan keinginan besar bagi manajer untuk memanipulasi
kerja yang dilaporkan untuk kepentingan diri sendiri.
Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 buah asumsi yaitu:
1. Asumsi tentang sifat manusia - menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk
mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion).
2. Asumsi tentang keorganisasian - adalah adanya konflik antar anggota organisasi,
efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI)
antara prinsipal dan agen.
3. Asumsi tentang informasi - Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi
dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan.
Adanya agency problem di atas, menimbulkan biaya keagenan (agency cost), yang menurut
Jensen dan Meckling (1976) terdiri dari :
1. The monitoring expenditures by the principle - Biaya monitoring dikeluarkan oleh
prinsipal untuk memonitor prilaku agen, termasuk juga usaha untuk mengendalikan
(control) perilaku agen melalui budget restriction, compensation policies.
2. The bonding expeditures by the agent - The bonding cost dikeluarkan oleh agen untuk
menjamin bahwa agen tidak akan menggunakan tindakan tertentu yang akan
merugikan prinsipal atau untuk menjamin bahwa prinsipal akan diberi kompensasi
jika ia tidak mengambil banyak tindakan.
3. The residual loss - Merupakan penurunan tingkat kesjahteraan prinsipal maupun agen
setelah adanya agency relationship
Game theory
Teori Game muncul akibat asimetri informasi antara lain adalah penyimpangan perilaku
(moral hazard). Game teori adalah teori permainan ekonomi yang memodelkan interaksi dua
atau lebih pemain hal ini timbul karena adanya interaksi yang sering terjadi dalam keadaan
ketidakpastian dan asimetri informasi.
Game Theory mempelajari perilaku dari pengambil keputusan (player) yang
keputusannya akan memengaruhi dan juga dipengaruhi oleh keputusan Player lain Game
theory merupakan model dari dua pemain atau lebih yang saling berinteraksi karena adanya
ketidakpastian dan informasi asimetris. Masing-masing individu berusaha untuk
memaksimalkan potensi yang mereka miliki untuk memecahkan masalah mereka. Pihak-
pihak yang bersaing ini disumsikan bersifat rasional.
Game theory dapat membantu mereka memahami bagaimana manajer, investor dan
lainnya yang dipengaruhi oleh konsekuensi ekonomi dari pelaporan keuangan. Game theory
membantu mereka untuk melihat mengapa kontrak sering bergantung pada laporan keuangan.
Dalam game theory ini, seorang pemain selain memperhitungkan ketidakpastian situasi yang
akan terjadi juga akan memperhitungkan tindakan yang dilakukan oleh pemain lainnya
Pemilik perusahaan tentunya harus mengendalikan moral hazard manajer. Pemilik hendaknya
mempertimbangkan alternatif lain seperti:
a. Tetap memperkerjakan manajer bersangkutan dan puas dengan laba yang tidak
maksimal. Alternatif ini mungkin sebaiknya tidak dipilih karena masih ada alternatif
lain yang lebih baik.
b. Pengawasan langsung. Apabila pemilik bisa mengawasi langsung tindakan manajer
tanpa biaya yang besar, maka masalah akan dapat diselesaikan. Kontrak antara
pemilik dan manajer dapat direvisi, misalnya manajer akan memperoleh gaji yang
lebih rendah apabila pemilik mendapati manajer telah melalaikan tugas. Tipe kontrak
seperti ini disebut dengan first-best contract. Namun dalam kenyataannya, first-best
contract sering kali tidak diperoleh. Hal ini disebabkan karena sangat sulit bagi
pemilik untuk mengawasi secara langsung pekerjaan manajer yang sangat kompleks.
c. Pengawasan tidak langsung. Karena pekerjaan manajer tidak dapat diawasi secara
langsung, maka pekerjaan manajer dapat diatributkan dengan hal lain. Misalnya
apabila laba perusahaan lebih rendah daripada yang diharapkan pemilik, maka
pemilik dapat menganggap manajer telah melalaikan tugas, sehingga pemilik akan
memberikan gaji yang lebih rendah kepada manajer. Dengan demikian manajer
tentunya akan memilih untuk bekerja keras. Namun demikian, pengawasan tidak
langsung tidak akan menghasilkan first-best contract, karena apabila perusahaan
mengalami kerugian (laba negatif), maka tidak jelas apakah kerugian ini disebabkan
oleh manajer yang lalai atau situasi yang buruk (situasi semestinya)
d. Pemilik menyewakan perusahaan kepada manajer. Jika alternatif ini dipilih, maka
pemilik akan meminta pembayaran hasil usaha (seperti sewa) dari manajer dalam
jumlah yang tetap setiap periode. Dengan demikian pemilik tidak lagi mempedulikan
tindakan apa yang akan dilakukan manajer karena risiko pengelolaan perusahaan akan
dipikul oleh manajer. Tetapi karena manajer diminta untuk menaggung risiko, maka
besarnya sewa yang bersedia dibayar manajer akan lebih rendah daripada manfaat
yang harusnya diperoleh pemilik apabila first-best contract dapat terwujud. Selisih
antara besarnya manfaat yang seharusnya diperoleh pemilik dan besarnya sewa yang
ditetapkan disebut dengan agency cost.
e. Memberikan bagian laba kepada manajer. Dengan memberikan bagian laba kepada
manajer, maka manajer akan memiliki motivasi untuk bekerja keras. Aspek kontrak
seperti ini disebut dengan incentive-compatibility karena manajer memiliki insentif
untuk bekerja keras, sejalan dengan keinginan pemilik. Namun karena pemilik
memberikan bagian laba kepada manajer maka manfaat yang diterima pemilik akan
lebih rendah dibandingkan dengan first-best contract. Dengan demikian agency cost
tetap ada meskipun jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan apabila pemilik
menyewakan perusahaan kepada manajer. Kontrak yang memberikan bagian laba
kepada manajer dikenal dengan second-best contract.
Agency theory: Lending contract antara manajer perusahaan dan bondholder
Dalam hubungan kontraktual antara manajer dan pemegang surat utang (bondholder),
pemegang surat utang dapat dilihat sebagai principal dan manajer merupakan agent. Dalam
memberikan pinjaman kepada perusahaan, pemegang surat utang (kreditor) akan menentukan
suatu tingkat bunga. Kreditor juga memperhitungkan potensi moral hazard, yaitu manajer
bertindak tidak sesuai dengan keinginan kreditor. Karena itu kreditor akan memberikan
tingkat bunga yang lebih tinggi atas pinjaman yang diajukan manajer perusahaan. Bunga
yang terlalu tinggi tentunya akan menyebabkan expected utility bagi manajer akan lebih
rendah sehingga manajer berusaha untuk memperoleh kesepakatan kontraktual yang dapat
menurunkan tingkat bunga. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan perjanjian
(covenant) ke dalam kontrak, misalnya manajer berjanji bahwa perusahaan tidak akan
membagikan deviden apabila interest coverage ratio lebih rendah dari tingkat tertentu.
Manajemen laba
WR Scott mendefinisikan earning management sebagai ''the choice by a manager of
accounting policies so as to achieve some specific objective" yang artinya pilihan yang
dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa
tujuan tertentu.
Konsep earning management menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory)
yang menyatakan bahwa "praktek earning management dipengaruhi oleh konflik antara
kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya". Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-
mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak
untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara
lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik
kepentingan semakin meningkat temtama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas
manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan
keinginan pemegang saham (pemilik).
Dalam hubungan keagenan, principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang
kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan
kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan
informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-
individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent
memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang
terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya kepada principal terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran
kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earning
management.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka earning management adalah suatu usaha atau
upaya mengatur pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang
dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi tertentu.
4. Income smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang
dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya
investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Hal diatas dapat memberi kekhawatiran bagi para kreditur. Kreditur yang rasional tentu
akan memikirkan secara matang supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkannya.
Mislanya dengan cara menaikkan suku bunga, atau dengan memberikan syarat dalam
perjanjian pinjaman dimana manajer setuju untuk membatasi deviden yang mengakibatkan
perusahaan dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang rendah. bukti empiris bahwa
pemberi pinjaman suku bunga rendah sebagai perjanjian utang diperkuat dilaporkan oleh
Beatty, Weber, dan Yu (Z008).
Kekakuan Kontrak
Kontrak cenderung untuk “rigid” (kaku) pada waktu ditandatangani. Alasan untuk
kekakuan ini perlu didiskusikan. Di lain pihak, kita mungkin bertanya, jika konsekuensi
ekonomi mempunyai tempat dalam kontrak yang diikuti oleh manajer, mengapa tidak
menegosiasi ulang kontrak yang mengikuti perubahan dalam GAAP atau keadaan tidak
terduga lainnya.
Kontrak yang tidak mengantisipasi semua kemungkinan realisasi keadaan merupakan
kontrak yang tidak lengkap. Membangun sebuah komitmen formal untuk menenegosiasikan
kembali kontrak di bawah tangan adalah mungkin, namun jika negosiasi kembali tersebut
adalah baik untuk manajer, prospek dari negosiasi kembali tersebut mengurangi usaha
insentif manejer, yang tidak termasuk dalam ketertarikan investor.
Akibatnya, konsekuensi dari memasuki kontrak hanya karena hal tersebut merupakan
sebuah kontrak. Keadaan yang tidak terduga sebelumnya menyebabkan biaya untuk
perusahaan dan/atau manejer tersebut. Manejer yang kurang beruntung dipengaruhi oleh
sebuah perubahan dari peraturan-peraturan akuntansi di pertengahan jalan yang mungkin
ditekan untuk menghilangkan ketidaksukaan mereka pada akuntan-akuntan yang
memperkenalkan perubahan peraturan daripada pihak lainnya.