Anda di halaman 1dari 36

Case Report Session

CARPAL TUNNEL SYNDROME

Oleh :

Dila Khairat 1210312045

Preseptor :

Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp.S (K)

dr. Restu Susanti, Sp.S, M. Biomed

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF RSUP DR. M.DJAMIL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2018

1
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan case report session ini yang berjudul carpal tunnel
syndrome (CTS).
Case report session ini ditulis dengan tujuan agar dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis dan pembaca tentang carpal tunnel syndrome, selain itu juga untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Penyakit
Saraf RSUP DR.M.Djamil, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.
Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan case report session kasus ini,
terutama preseptor saya Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp.S (K) dan dr. Restu Susanti Sp.S,
M.Biomed yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, saran dan
perbaikan kepada kami.
Dengan demikian, saya berharap agar case report session ini dapat bermanfaat
dalam menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai carpal tunnel syndrome.
Padang, Juni 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................ 3

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................... 3

1.1 Latar Belakang ....................................................... 4


1.2 Batasan Masalah..................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah ...................................................... 4
1.4 Metode Penelitian................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................. 6


2.1 Anatomi .................................................................. 6
2.2 Epidemiologi .......................................................... 8
2.4 Faktor Resiko ......................................................... 8
2.5 Patofisiologi ........................................................... 9
2.6 Gejala Klinis........................................................... 11
2.7 Diagnosis ................................................................ 12
2.8 Pemeriksaan Penunjang ......................................... 13
2.9 Tatalaksana............................................................. 15
2.10 Prognosis .............................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 18

BAB 3 LAPORAN KASUS .................................................... 19

BAB 4 DISKUSI ...................................................................... 33

BAB 5 KESIMPULAN ............................................................ 35

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Carpal Tunnel Syndrome adalah suatu penyakit yang terjadi pada tangan karena

terowongan karpal yang mengalami penyempitan baik akibat kelainan pada tulang-tulang

penyusun terowongan karpal, maupun karena edem pada fasia. Menurut American

Academy of Orthopaedic Surgeon tahun 2007, di Amerika Serikat, kejadian carpal tunnel

syndrome berikisar 1-3 kasus per 1000 orang pertahunnya. National Health Intervie Study

(NHIS) memperkirakan carpal tunnel syndrome sebagai salah satu dari 3 jenis penyakit

tersering yang mengenai ekstreminitas atas.1,2

Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita

pekerja industri. The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)

memperkirakan sebanyak 15-20% pekerja Amerika beresiko carpal tunnel syndrome.

Carpal tunnel syndrome dapat mengakibatkan kecacatan pada pekerja industri. Rasa nyeri

yang dirasakan dapat menurunkan fungsi pergelangan tangan sehingga berpengaruh

terhadap kinerja sehari-hari.1,2

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pemahaman lebih lanjut mengenai Carpal
tunnel syndrome.
1.2 Batasan Masalah

Case Report Session ini membahas ilustrasi kasus dari Carpal tunnel syndrome

yang disesuaikan dengan kepustakaan.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan Case Report Session ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis

tentang Carpal tunnel syndrome.

4
1.4 Metode Penulisan

Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada beberapa

literatur berupa buku teks, jurnal dan makalah ilmiah.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Carpal Tunnel

Fleksor retinakulum dan terowongan karpal: fleksor retinakulum adalah ligamen

kuat yang membentuk atap yang melengkung pada carpal dalam posisi melintang. Fungsi

utamanya adalah sebagai pengatur gerakan fleksor di pergelangan tangan oleh tendon-

tendon fleksor, yang melekat pada tulang pisiform, hamate, skafoid, dan trapezium, yang

mengubah kubah palmar menjadi terowongan karpal. Terowongan karpal adalah

terowongan fibroosseous sempit di mana saraf median lewat diantara sembilan tendon

(empat fleksor digitorum superfisialis, empat fleksor digitorum profundus dan flexor

pollicis longus) dan kadang-kadang disertai dengan arteri median persisten.3

Saraf median: Saraf median merupakan saraf campuran antara motorik dan saraf

sensorik, merupakan percabangan dari C5 hingga T1 melalui akar saraf saraf tulang

belakang. Daerah distribusi sensoris adalah dari tiga setengah jari pertama dan beberapa

bagian dari daerah thenar. Sedangkan yang termasuk daerah motorik adalah daerah otot-

otot eminensia thenar. Saraf median turun ke bawah flexor digitorum superfisialis, searah

flexor digitorum profundus di lengan bawah, sampai 5 cm dari ligamentum karpal

transversus, dan kemudian menjadi lebih dangkal, terletak di antara tendon fleksor

digitorum superfisialis dan fleksor karpi radialis.3

6
Gambar 2.1 Anatomi dari Carpal Tunnel. 1) Menunjukkan secara terbuka gambaran pintu
masuk antara tendon dan Flexor Carpal Ulnaris (FCU) dan Flexor Carpi Radialis (FCR),
menunjukkan region yang paling tebal dari fleksor retinaculum 2), kemudian dilanjutkan
kebagian distal setingkat sendi carpometacarpal sebagai bagian yang paling tipis (3)4

Gambar 2.2 Gambaran dari tapak tangan, menunjukkan rincian yang lebih spesifik pada
struktur bagian dalam dari carpal tunnel. (bagian dalam pergelangan tangan). Median Nerve
dan percabangannya setelah pergelangan tangan ditandai dengan warna kuning.5

7
Gambar 2.3 Gambaran potongan Cross Section dari Carpal Tunnel pada tangan. Median
Nerve ditadai dengan warna kuning dan sembilan tendon fleksor ditandai dengan warna
biru.5

2.2 Epidemiologi

Carpal Tunnel Syndrome 90% dari seluruh neuropati akibat kompresi dan salah

satu diagnosis penyakit yang paling banyak mengenai ekstreminitas atas. Dimana 1-5

pasien mengeluhkan gejala berupa nyeri, tidak berasa, dan seperti tersengat listrik. Carpal

Tunnel Syndrome terjadi pada 3,8% dari populasi. Kejadian bilateral menyerang

kebanyakan pada usia 40-60 tahun. Namun penyakit ini dapat diderita oleh usia 20 tahun

hingga 80 tahun. Carpal tunnel syndrome dilaporkan kejadian terbanyak pada wanita

(dengan usia rata-rata ketika terdiagnosis sekitar 50 tahun). Tetapi data ini berdasarkan

laporan pasien yang memeriksakan diri ke laboratorium neurofisiologi atau klinik sehingga

data ini cukup bias. Hasil dari survey pada 3000 individu secara random dipilih dari

populasi umum yang tinggal didaerah Swedia bagian selatan menunujukkan prevalensi

terjadinya pada wanita yang lebih tua, dengan rata-rata usia 65-74 tahun, prevalensi pada

8
wanita empat kali lebih besar daripada pria. (5.1% vs 1.3%). Carpal tunnel syndrome yang

unilateral terjadi sebanyak 42% kasus (29% kanan, dan 13%) dan 58% bilateral.1,6,7

Diindonesia, prevalensi dari populasi umum ada 3,8%. Pada pekerja yang bekerja

di Bank, prevalensi kejadian carpal tunnel syndrome adalah 12,7%. Sedangkan prevalensi

carpal tunnel syndrome pada pekerja dengan resiko tinggi pada pergelangan tangan yaitu

antara 5,6% hingga 15%. Secara data epidemiologi menunujukkan insiden kejadian

Carpal Tunnel Syndrome dengan kehamilan adalah tinggi (7-43% dengan menggunakan

elektrofisiologi dan 31-62% yang didiagnosis dengan riwayat dasar dari pemeriksaan

klinis.1,6,8

2.3 Fakto Resiko

Ada 3 faktor yang mengakibatkan terjadinya carpal tunnel syndrome, yaitu2,6:

1) penggunaan tangan baik untuk hobi maupun pekerjaan

2) faktor trauma

3) faktor intrinsik

Faktor intrinsik yang dimaksud merupakan faktor yang diakibatkan oleh penyakit

atau kelainan yang sudah ada pada pasien seperti kehamilan. Kehamilan meningkatkan

resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome oleh karena kombinasi dari udem yang terjadi

dengan perubahan hormonal. Faktor lainnya yaitu obesitas. Kelebihan berat badan

meningkatkan resiko carpal tunnel syndrome sebanyak 1-5 kali dan obesitas meningkatkan

resiko sebanyak 2 kali. Selain itu, faktor resiko lainnya yaitu riwayat merokok, pemakaian

estrogen pada menopause, jenis kelamin, dan riwayat keluarga sebelumnya dengan carpal

tunnel syndrome.2,6

Hubungan antara komputer (keyboard atau mouse) yang digunakan dan carpal

tunnel syndrome masih kontroversial. Selain itu, dugaan karena adanya deformitas pada

9
sendi dan tulang pergelangan tangan pada terowongan karpal, hubungan antara

osteoarthritis dan carpal tunnel syndrome belum terbukti.6

2.4 Patofisiologi

Secara anatomi, terdapat dua bagian dari kompresi nervus medianus: 1) pada

bagian proksimal dari terowongan karpal, disebabkan oleh pergelangan tangan yang fleksi

dan perubahan ketebalan serta kekakuan antara fasia antebrakii dan bagian proksimal dari

fleksor retinaculum. 2) daerah dekat dengan hook of hamate. Tekanan normal yang berada

diterowongan karpal adalah antara 2-10 mmHg. Tekanan akibat penebalan dari fleksor

retinaculum yang berulang-ulang dapat meningkatkan tekanan intrafasikular. Akibatnya

terjadi aliran vena yang melambat. Aliran yang melambat ini mengakibatkan terganggunya

aliran nutrisi intrafasikular yang berujung pada kerusakan endotel karena anoksia.

Kerusakan endotel akan mengakibatkan terjadinya kebocoran protein. Oleh karenanya

terbentuklah udem epineural. Serabut saraf menjadi atrofi kemudian digantikan oleh

jaringan ikat akibat terjadinya fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Serabut saraf

menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat. Oleh karena itu, fungsi nervus medianus

akan terganggu.1,7

Hipertrofi jaringan synovial pada tendon fleksor juga dapat meningkatkan tekanan

pada terowongan karpal dan akhirnya berkembang menjadi carpal tunnel syndrome.

Beberapa penelitian histologi dan biokimia melaporkan tenosynovitis sebagai faktor resiko

yang paling dekat berkembang menjadi carpal tunnel syndrome yang idiopatik. Pernyataan

tersebut dikonfirmasi oleh adanya peningkatan eskpresi prostaglandin E2 dan VEGF pada

biopsi jaringan synovial dari pasien dengan carpal tunnel syndrome yang simptomatis.7

10
Gambar 2.4 Presentasi Skematis Untuk Mekanisme Vascular Pada Carpal Tunnel Syndrome
dan Kerusakan Pada Nervus Medianus. HIF-1α (Hypoxia-Inducible Factor 1α) VEGF
(Vascular Endothelial Grown Factor)7

Gambar 2.5 diagram ilustrasi dari perubahan internal saraf pada keadaan kompresi kronik
saraf10

2.5 Gejala Klinis

Gejala syndrome ditandai dengan parestesia, kurang berasa, atau rasa seperti

tersengat listrik pada jari yang sesuai dengan distribusi nervus medianus. Kemudian,

11
kehilangan sensasi berkembang bersamaan dengan kelemahan dan atrofi otot, dengan akhir

berupa degenerasi axon yang luas. Pada saat itu akan muncul gangguan motorik.1,6

Carpal tunnel syndrome biasanya dikarakteristikkan oleh gejala pada tangan yang

pada kasus berat, dapat menjalar ke bagian proksimal lengan bawah, lengan atas dan

kadang bahu. Pasien sering mengeluhkan gejala pada bagian proksimal berupa rasa nyeri

dan bukan mati rasa, perasaan geli, dan abnormalitas pada sensori. Rasa nyeri dirasakan

lebih berat pada malam hari. Rasa nyeri akan berkurang jika pasien memijat tangannya

atau mengibas-ngibaskannya. Nyeri juga berkurang jika tangan diistirahatkan. Dalam

beberapa tahun, kriteria diagnostic sensori pada literatur yaitu berupa gejala yang terbatas

terjadi pada daerah yang dipersarafi nervus medianus pada tangan.1,6

2.6 Diagnostik

Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan gejala awal yang dikeluhkan pasien adalah gangguan

senosrik saja yaitu berupa gangguan parestesia, kurang berasa, dan seperti tersengat listrik

pada jari yang sesuai dengam distribusi sensorik nervus medianus. Pada keadaan berat,

gejala akan berkembang menjadi rasa nyeri ditangan atau pada lengan yang meningkat

pada malam hari, hipotrofi otot tenar, serta hilangnya sensasi pada daerah distrbusi nervus

medianus.2

Pemeriksaan Fisik

Tinel sign dan phalen test adalah test diagnostik yang paling populer untuk carpal

tunnel syndrome. Namun adan beberapa pemeriksaan fisik lainnya yang dilakukan untuk

menegakkan diagnosis yaitu1,2,6:

12
a. Flick's sign. Pada pemeriksaan ini, pasien diminta untuk mengibas-ngibaskan

tangannnya. Jika keluhan dirasakan berkurang atau menghilang, maka keluhan

mengarah kepada carpal tunnel syndrome.

b. Phalen’s Test: fleksikan tangan secara maksimal selama ±60 detik. Diagnosis

carpal tunnel syndrome ditegakkan jika keluhan sensoris muncul.

c. Tinel Sign. Pemeriksaan dilakukan dengan cara perkusi pada terowongan karpal

dengan tangan sedikit dorsofleksi, jika muncul parastesia atau sensari nyeri pada

daera distirbusin nervus medianus, maka menyokong diagnosis untuk carpal tunnel

syndrome

d. Tourniquet test. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara pemasangan

sfigmomanometer pada daerah siku dengan tekanan melebihi tekanan sistoloik

sedikit dan dibiarkan selama ± 1 menit. Jika muncul gejala carpal tunnel syndrome,

maka menyokong diagnosis carpal tunnel syndrome

e. Wrist extension test. Pemeriksaan ini merupakan kebalikan dari pemeriksaan

phalen test, dimana pasien diminta untuk mengekstesikan tangan semaksimal

mungkin pada kedua tangan (sebaiknya) selama ± 1 menit. Jika muncul gejala

carpal tunnel syndrome, maka dapat menyokong diagnosis tersebut.

f. Thenar Wasting. Ditemukannya pada pasien adanya atrofi pada otot-otot thenar,

baik secara inspeksi maupun palpasi.

g. Luthy’s sign. Pada pemeriksaan ini pasien diminta untuk melingkarkan jarinya pada

botol atau gelas. Test dinyatakan positif jika pasien tidak mampu melingkarkan

tangannya pada botol.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

1) Elektrofisiologi/Elektrodiagnostik

13
Penilaian dengan elektrofisiologi/elektrodiagnostik (studi mengenai konduksi saraf)

yang paling sensitif untuk pemeriksaan disfungsi pada nervus medianus yang diakibatkan

oleh kerusakan pada nervus. Tes tersebut dapat memperlihatkan derajat dari demielinasi

dan kehilangan axon yang terjadi. Ada dua pemeriksaan yang lazim digunakan yaitu nerve

conduction studies (NCS) dan elektromiografi (EMG). Indikasi pemeriksaan ini adalah

jika pasien tidak mengalami perbaikan setelah dilakukannya penanganan yang konservatif

dan sebagai pertimbangan untuk tindakan pembedahan untuk menyingkirkan kemungkinan

diagnostic bandingnya yaitu radikulopati.2,6

2) Teknik pencitraan

Teknik pencitraan yang dapat dilakukan berupa foto rontgen, USG, CT Scan dan MRI.

Foto rontgen pada wrist join dilakukan untuk menyingkirkan etiologi lain akibat trauma

atau artritis. Teknik pencitraan untuk saraf yang terbaik saat ini adalah MRI traktografi..

Teknik ini dapat menyediakan detail dari inflamasi dan kerusakan morfologi, dengan

penelitian awal menunjukkan fractional anisotropy dan koefisien difusi jelas sesuai

dengan hasil studi konduksi saraf.2,6

2.8 Diagnosis banding

Berdasarkan riwayat, penilaian neurological, dan studi mengenail konduksi saraf

dapat membantu dalam membedakan carpal tunnel syndrome dengan yang lainnya.

Radikulopati servikal gangguan primer yang mungkin susah dibedakan dengan carpal

tunnel syndrome. Radikulopati servikal ditandai dnegan nyeri oada leher yang menjalar

(sering dengan gejala sensori positif [sebagai contoh paraestesia atau disaestesia].

Terkadang diperparah oleh keadan fleksi, ekstensi atau rotasi pada kepala) ke lengan atas

yang sesuai dengan distribusi dari dermatom. Penurunan atau hilangnya reflek tendon yang

dalam adalah tipikal dari radikulopati.6

14
Diagnosis dari carpal tunnel syndrome menjadi semakin kurang jelas jika keluhan

pada pasien meningkat. Pasien dapat mengeluhkan nyeri yang menjalar ke lengan bawah

atau hingga ke bahu. Gejala mungkin mencakup seluruh tangan, melebihi dari bagian saraf

yang terkena. Pasien sering susah untuk menggambarkan gejala mereka dan mungkin tidak

paham perbedaan antara tidak berasa, seperti tersengat listrik, nyeri atau merasa lemah.

Gejala ini merupakan gejala dari carpal tunnel syndrome, tetapi dapat terjadi pada kondisi

yang lain.10

Tabel 2.1 Kondisi yang menggambarkan gejala yang mirip dengan carpal tunnel syndrome10

2.9 Tatalaksana

1) Terapi tanpa pembedahan

Terapi yang dapat dilakukan berupa terapi konservatif yaitu2,6,11:

(1) Mengistirahatkan pergelangan tangan

(2) Pemberian OAINS

(3) Pemasangan bidai. Bidai yang dipasang selama ±2-3 minggu

(4) Steroid. Sebagai contoh, dengan pemberian deksametason 1-4 mg atau

hidrokortisom 10-25 mg atau metilprednisolon20 mgatau 40 mg yang langsung

disuntikkan pada terowongan karpal. Suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu.

15
Setelah pemberian suntikan sebanyak 3 kali namun masih belum berhasil.

Terapi pembedahan dapat dipertimbangkan.

(5) Pemberian Vit B6. Walaupun efektivitas Vit B6 untuk carpal tunnel syndrome

masih kontroversi , namun beberapa studi menunjukkan bahwa Vit B6 6 cocok

untuk terapi konservatif, terkhusus untuk pasien dengan carpal tunnel

syndrome ringan hingga sedang

(6) Terapi laser dengan level rendah atau tenaga rendah, yang membuka jaringan

ke level rendah dari cahaya infra red (mengarah ketingkat yang lebih rendah

karena penggunaan cahaya dengan densitas energi yang lebih rendah daripada

yang digunakan dalam prosedur pembedahan biasa) adalah salah satu pilihan

terapi non pembedahan untuk carpal tunnel syndrome.

(7) Terapi dengan Ultrasound

terapi dengan ultrasound adalah salah satu tatalaksana berdasarkan hipotesis

bahwa interaksi gelombang mekanik dengan jaringan pada terowongan karpal

(termasuk nervus medianus) akan menurunkan inflamasi. Namun belum ada

bukti yang jelas yang membenarkan keefektifan dari terapi ultrasound ini.

2) Terapi pembedahan

Terapi pembedahan, yaitu pelepasan terowongan karpal dengan cara transeksi pada

ligament karpal transversus, dianggap tatalaksana paling efektif untuk mengubah

hubungan antar konten (nervus medianus dan tendon) dengan terowongan karpal.

Tindakan operasi yang dilakukam secara terbuka dengan anestesi lokal. Indikasi

dilakukannya tindakan operatif adalah gagalnya terapi konservatif, atrofi pada otot-otot

thenar dan hilangnya sensibilitas yang terjadi persisten1,6

16
2.10 Prognosis

Baik pengobatan secara konservatif maupun dengan tindakan operasi adalah baik.

Perbaikan pasca operasi akan terjadi secara bertahap, yang mana gejala awal nyeri dan

parastesia yang akan pertama kali hilang diikuti dengan perbaikan motorik dan kembalinya

trofi otot thenar. Jika setelah tindakan operasi tidak terdapat perbaikan, maka kemungkinan

terdapat kesalahan dalam menegakkan diagnosa, keruskan nervus medianus total, atau

carpal tunnel syndrome yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan operatif itu sendiri.1,2

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahrudin M. Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Saintika Medika. 2011; 7(1): 81-86

2. Salawati, Liza dan Syahrul. Carpal Tunnel syndrome. JKS. 2014; 1: 29-37

3. Demircay Emre, Erdinc CIvelek , Tufan Cansever , Serdar Kabatas , Cem YIlmaz.
Anatomic Variations of the median nerve in the carpal tunnel: a brief review of the
literature. Turkish Neurosurgery. 2014:21(3):388-389

4. Preston, David C, Barbara E.Shapiro. Electromyography and Neuromuscular


Disorders: Clinical–Electrophysiologic. Edisi 3. China:Elsevier Inc. 2013.

5. Pasnoor, M dan Dimachkie, MM. Carpal Tunnel Syndrome. MedMerits Corporation.


2011

6. Padua L, dkk. Carpal tunnel syndrome: clinical features, diagnosis, and management.
Lancet Neurol 2016; 15: 1273–84

7. Ghasemi-rad M, Nosair E, Vegh A, et al. A handy review of carpal tunnel syndrome:


From anatomy to diagnosis and treatment. World Journal of Radiology. 2014; 6(6):284-
300.

8. Prakoso, Tegar Dwi, dan Evi Kurniawati. Perempuan berusia 65 tahun dengan carpal
tunnel syndrome. J Medula Unila. 2017; 7(2): 145

9. S, Moutasem, Aboonq. Pathophysiology of carpal tunnel syndrome. Neurosciences


2015:20(1): 4–9

10. Duncan, Scott F.M dan Ryosuke Kakinoki. Carpal Tunnel Syndrome and Related
Median Neuropathies Challenges and Complication. Switzerland: Spinger; 2017. Pp.
17-40

11. Khorvash, Fariborz, Bahador Asadi, Rasul Norouzi. Treatment of carpal tunnel
syndrome: a trial of vitamin B6. Pak J Med Sci. 2012. 28(2). 286

18
BAB 3

ILUSTRASI KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. DK

Umur/tgl Lahir : 25 th/20 April 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

No MR : 01 01 66 70

Alamat : Jalan Abdul Muis no. 27e, Padang

3.2 Keluhan Utama

Berdasarakan Autoanamnesis dengan istri pasien, pasien datang ke poli neurologi RSUP

Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 27 Mei 2018 dengan keluhan:

Kesemutan pada telapak tangan kanan yang tidak berkurang sejak 3 hari yang lalu

3.3 Riwayat Penyakit Sekarang

 Kesemutan di telapak tangan kanan yang tidak berkurang sejak 3 hari yang lalu.

Kesemutan sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Kesemutan dirasakan pada sisi

dalam ibu jari, jari tengah, dan jari telunjuk. Awalnya kesemutan dirasakan hilang

timbul. Kemudian nyeri dirasa lebih sering dan sangat mengganggu. Keluhan tersebut

juga disertai nyeri.

19
 Terdapat nyeri di pergelangan tangan yang tidak menjalar dan dirasakan bersamaan

dengan rasa kesemutan. Nyeri semakin bertambah berat pada malam hari dan setelah

mencuci serta menyetrika pakaian dengan tangan. Nyeri juga dirasakan ketika selesai

bermain tenis. Nyeri akan berkurang bila dikebas-kebaskan dan minum obat

penghilang nyeri.

 Pasien juga merasa sedikit kebas pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari.

 Pasien mencuci dan menyetrika pakaian seluruh anggota keluarga dengan tangan di

rumah.

 Pasien pernah berobat ke puskesmas dan diberikan obat penghilang nyeri. Kegiatan

mencuci dan menyetrika tetap menggunakan tangan yang sakit.

 Riwayat bengkak dan panas di pergelangan tangan tidak ada.

 Kebiasaan tidur menumpu pada pergelangan tangan tidak ada.

 Riwayat kelemahan anggota gerak tidak ada.

 Riwayat kesulitan dalam memegang botol atau benda-benda berbentuk sejenis tidak

ada. Namun kesulitan dalam membuka botol ada ketika nyeri.

 Riwayat trauma pada pergelangan tangan tidak ada

3.4 Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien pernah berobat ke Puskesmas sekitar satu bulan yang lalu, didiagnosa dengan

carpal tunnel syndrome, di edukasi untuk mengurangi aktivitas pada tangan yang sakit,

pergelangan tangan di-bandage, dan diberi ibuprofen 3x400 mg bila nyeri, serta neurodex

3x1 tab.

- riwayat penyakit DM, jantung, stroke dan keganasan tidak ada

3.5 Riwayat Penyakit Keluarga

20
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama

3.6 Riwayat Pekerjaan dan sosek

 Pasien seorang mahasiswa semester akhir. Pasien tinggal bersama 4 anggota

keluarga lainnya.

 Pasien merupakan seorang atlet tenis, dengan jadwal latihan 3x/minggu dengan

durasi latihan 2 jam perhari.

 Kebiasaan merokok (-), minum alcohol (-), obat-obat terlarang (-), dan sex bebas (-

-3.7 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis :

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : CMC GCS E4M6V5 = 15

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 72x / menit

Nafas : 17x / menit

Suhu : 36,90C

21
Status Internus :

KGB : Leher, aksila dan inguinal tidak membesar

Leher : JVP 5-2 CmH20

Thorak : Paru : Inspeksi : simetris kiri dan kanan

Palpasi : fremitus normal kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : irama teratur, bising (-)

Abdomen : Inspeksi : Tidak tampak membuncit

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Corpus Vertebrae :

Inspeksi : Deformitas (-), Tanda radang (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Status Neurologikus :

1. Tanda rangsangan selaput otak

22
- Kaku kuduk : (-)

- Brudzinski I : (-)

- Brudzinski II : (-)

- Kernig : (-)

2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial


- Pupil : bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, refleks
kornea +/+
3. Pemeriksaan nervus kranialis
N. I (Olfaktorius)

Penciuman Kanan Kiri

Subjektif Baik Baik

Objektif (dengan bahan) Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N II (Optikus)

Penglihatan Kanan Kiri

Tajam penglihatan Baik Baik

Lapangan pandang Baik Baik

Melihat warna Baik Baik

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N III (okulomotorius)

Kanan Kiri

Bola mata Bulat Bulat

Ptosis (-) (-)

23
Gerakan bulbus Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Strabismus (-) (-)

Nistagmus (-) (-)

Ekso/endotalmus (-) (-)

Pupil

Bentuk Bulat Bulat

Refleks cahaya (+) (+)

Refleks akomodasi (+) (+)

Refleks konvergensi (+) (+)

N IV (Toklearis)

Kanan Kiri

Gerakan mata kebawah (+) (+)

Sikap Bulbus ortho ortho

Diplopia (-) (-)

NVI (Abdusen)

Kanan Kiri

Gerakan mata kelateral (+) (+)

Sikap Bulbus ortho ortho

Diplopia (-) (-)

N V (Trigeminus)

24
Kanan Kiri

Motorik

 Membuka Mulut (+) (+)

 Menggerakkan Rahang (+) (+)

 Menggigit (+) (+)

 Mengunyah (+) (+)

Sensorik

 divisi opthalmika

o reflek kornea (+) (+)

o sensiblitas Baik Baik

 divisi maksila

o reflek masseter (+) (+)

o sensibilitas Baik Baik

 divisi maksila

o sensibilitas Baik Baik

N VII (Fasialis)

Kanan Kiri

Raut Wajah Simetris

Sekresi Air Mata (+) (+)

Fisura palpebral (+) (+)

Menggerakkan dahi (+) (+)

25
Menutup mata (+) (+)

Mencibir/Bersiul Bisa Bisa

Memperlihatkan gigi (+) (+)

Sensasi lidah 2/3 (+) (+)

Hiperakusis (-) (-)

N VIII (Vestibularis)

Kanan Kiri

Suara berbisik (+) (+)

Detik arloji (+) (+)

Rinne Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Weber Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Swabach test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

 Memanjang

 Memendek

Nistagmus (-) (-)

 Pendular

 Vertikal

 Siklikal

Pengaruh posisi kepala (-) (-)

N IX (Glossopharingeus)

26
Kanan Kiri

Sensasi lidah 1/3 belakang (+) (+)

Reflek Muntah/ gg reflek (+) (+)

N X (Vagus)

Kanan Kiri

Arkus Faring Simetris Simetris

Uvula ditengah ditengah

Menelan (+) (+)

Artikulasi (+) (+)

Suara (+) (+)

Nadi Teratur Teratur

N XI (Aksesoris)

Kanan Kiri

Kedudukan lidah didalam ditengah

Kedudukan lidah dijulurkan ditengah

Tremor (-) (-)

Fasikulasi (-) (-)

Atrofi (-) (-)

4. Pemeriksaan Keseimbangan dan Koordinasi

Keseimbangan

27
 Romberg Test (-) (-)

 Romberg Test (-) (-)

dipertajam

 Stepping Gait (-) (-)

 Tandem Gait (-) (-)

Koordinasi

 Jari-jari (-) (-)

 Hidung Jari (-) (-)

 Pronasi Supinasi (-) (-)

 Test tumit Lutut (-) (-)

 Rebound (-) (-)

Phenomenon

5. Pemeriksaan Fungsi Motorik

a. Badan Respirasi Normal

Duduk Bisa

b. Berdiri dan Berjalan Gerakan spontan (+)

Tremor (-)

Atetosis (-)

Mioklonik (-)

Khorea (-)

28
c. Ekstreminitas Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif

Kekuatan 555 555 555 555

Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus

6. pemeriksaan sensibilitas

Sensibilitas Taktil Menurun pada tangan kanan, (+) pada

tangan kiri

Sensibilitas Nyeri (+)

Sensibilitas Termis (+)

Sensibilitas Sendi dan Posisi (+)

Sensibilitas Getar (+)

Sensibilitas Kortikal (+)

Stereognosis (+)

Pengenalan 2 titik Menurun pada tangan kanan, (+) pada

tangan kiri

Pengenalan rabaan (+)

7. Sistem Reflek

a. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri

29
Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)

Berbangkis Triseps (++) (++)

Laring KPR (++) (++)

Masetter APR (++) (++)

Dinding perut Bulbokvernosus

 Atas (+) (+) Cremaster

 Tengah (+) (+) Sfingter

 Bawah (+) (+)

b. Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri

Lengan Tungkai

Hoffmann- (-) (-) Babinsky (-) (-)

Tromner

Chaddocks (-) (-)

Oppenheim (-) (-)

Gordon (-) (-)

Schaeffer (-) (-)

Klonus paha (-) (-)

Klonus kaki (-) (-)

8. Fungsi Otonom

Miksi : Buang air kecil normal

Defekasi : Buang air besar normal

Sekresi Keringat : Normal

30
9. Fungsi Luhur

Kesadaran Tanda Demensia

 Reaksi Bicara Normal  Reflek glabella (-)

 Fungsi Normal  Reflel Snout (-)

Intelek

 Reaksi Emosi Normal  Reflek Menghisap (-)

 Reflek Memegang (-)

 Reflek palmomental (-)

10. Pemeriksaan Nyeri

Kanan Kiri

Flick’s sign (+) (+)

Thenar Wasting (-) (-)

Wirst extension test (+) (+)

Phalen’s test (+) (+)

Torniquet test (+) (+)

Tinels’s sign (+) (+)

Luthy’s sign (-) (-)

3.8 Diagnosa

Diagnosa Klinik : Carpal Tunnel Syndrom

Diagnosa Topik : Nervus Medianus dalam terowongan karpal

31
Diagnosa Etiologi : Kompresi Carpal Tunnel Dextra

Diagnosa Sekunder : -

3.9 Pemeriksaan Anjuran

- Cek darah lengkap

- Foto rontgen wrist join dextra AP/Lateral

- USG wrist join

3.10 Tatalaksana :

1. Umum

 Istirahatkan pergelangan dengan mengurangi aktivitas yang

menggunakan tangan kanan

 Fiksasi pergelangan tangan dengan menggunakan bandage

 Lakukan fisioterapi

2. Khusus

 Meloxicam 15 mg 1 x 1

 Vit B 6 (piridoksin) tab 50mg 3x1

 Injeksi metylprednisolon 20 mg intrakompartemen

3.11 Prognosis

 Quo ad vitam : Bonam

 Quo ad functionam : Bonam

 Quo ad sanationam : Bonam

32
BAB 4

DISKUSI

Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang pasien perempuan, usia 25 tahun

pada tanggal 27 Mei 2018 di Poli Neurologi RSUP Dr. M. Djamil dengan diagnosis

kerja Hipoestesia palmar dextra (Carpal Tunnel Syndrome). Diagnosis ditegakkan

berdasarkan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik neurologik yang teliti.

Dari anamnesis didapatkan keluhan kesemutan di telapak tangan kanan

dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, yang dalam tiga hari ini, kesemutan tidak dirasakan

berkurang. Kesemutan terutama dirasakan pada sisi dalam jari tengah, telunjuk, dan ibu

jari Awal mulanya nyeri dan kesemutan bersifat hilang timbul namun sekarang lebih

sering dan mengganggu. Keluhan tersebut juga disertai nyeri. Nyeri dirasakan ± 3 hari

yang lalu. Nyeri dirasakan terutama malam hari dan bertambah parah setelah mencuci

dan menyetrika pakaian dengan tangan dirumah atau setelah bermain tenis dan

berkurang bila dikibas-kibaskan dan diminumkan obat penghilang nyeri. Terdapat nyeri

di pergelangan tangan yang tidak menjalar. Pasien juga merasa sedikit kebas pada jari

tengah, telunjuk, dan ibu jari. Pasien pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelumnya

di puskesmas dan didiagnosis dengan Carpal Tunnel Syndrome. Pasien mendapat

edukasi yaitu mengurangi aktivitas pada tangan kanan, serta memakai bandage. Pasien

juga diberi obat penghilang nyeri. Dari anamnesis terhadap pasien mengarah ke Carpal

Tunnel Syndrome.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan sensasi taktil, diskriminan 2 titik yang

menurun pada tangan kanan. Tes utama untuk mendiagnosis Carpal Tunnel Syndrome

adalah pemeriksaan provokasi Phalen test dan Tinel test. Pada pasien ini Phalen Test

33
dan Tinel Test hasilnya (+). Pemeriksaan nyeri lainnya yaitu Flick’s sign (+), wrist

extension test (+), Torniquet test (+), Luthy’s sign (+) dan pressure test (+) pada tangan

kanan yang bersesuaian dengan CTS.

Dari anamnesa dan pemeriksaan fisis, pasien didiagnosis dengan Carpal Tunnel

Syndrome dextra. Untuk menunjang diagnosa, pemeriksaan anjuran pada pasien ini

adalah cek labor rutin, foto rontgen wrist join dextra posisi AP/lat dan USG wrist join

dextra.

Terapi saat ini antara lain istirahatkan pergelangan dengan mengurangi aktivitas

yang menggunakan tangan kanan, fiksasi pergelangan tangan dengan menggunakan

bandage, lakukan fisioterapi. Dengan mengurangi aktivitas pada pergelangan tangan

maka akan memberikan waktu bagi tangan untuk pulih dan tidak memperberat gejala,

fiksasi membantu agar pergelangan tangan tetap berada pada posisi alami. Fisioterapi

dapat berfungsi untuk memperbaiki fungsi gerak motorik yang terganggu, Meloxicam

untuk mengurangi rasa nyeri dan gejala-gelaja peradangan sedangkan vitamin B6 untuk

pemulihan, pemeliharaan serta nutrisi untuk sistem saraf. Terapi lainnya yaitu injeksi

metylprednisolon 20 mg intrakompartemen. Suntikan steroid dapat memperbaiki proses

inflamasi yang terjadi.

Prognosis pasien bonam, karena dengan perbaikan kebiasaan serta tidak

memperberat gejala dapat memperbaiki bahkan menyembuhkan Carpal Tunnel

Syndrome

34
BAB 5

KESIMPULAN

Carpal tunnel syndrome merupakan suatu penyakit yang terjadi pada tangan

akibat adanya penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat adanya kelainan pada

tulang-tulang penyusun terowongan karpal, maupun karena edem pada fasia sehingga

terjadi penekanan pada nervus medianus. Carpal tunnel syndrome diduga terjadi akibat

penggunaan tangan secara berulang-ulang dan berlebihan.

Gejala awal yang sering dikeluhkan oleh pasien Carpal tunnel syndrome berupa

gangguan sensorik seperti parastesia, kurang berasa, atau rasa seperti tersengat listrik

pada jari yang sesuai dengan distribusi nervus medianus. Kemudian, kehilangan sensasi

berkembang bersamaan dengan kelemahan dan atrofi otot, dengan akhir berupa

degenerasi axon yang luas. Gejala ini memberat pada malam hari dan akan sedikit

berkurang jika tangan dikibas-kibaskan. Pada keadaan kronik, dapat ditemukan gejala

motoric dan adanya atrofi oto thenar.

Diagnosis Carpal tunnel syndrome didapatkan dengan anamnesis, pemeriksaan

fisik yang mana phalent test dan tinel sign dianggap yang paling mewakili Carpal

tunnel syndrome dan dengan berbagai pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan

neurofisiologi dianggap yang paling baik. Ada dua macam tatalaksana yang dapat

dilakukan yaitu terapi konservatif dan operatif. Pilihan terapi disesuaikan dengan

keparahan penyakitnya. Penyakit ini memiliki prognosis yang baik. Penyakit ini dapat

sembh total tanpa menimbulkan gejala sisa jika penatalaksanaan dilakukan secara tepat

dan cepat. Namun kemungkinan penyakit ini akan terulang kembali cukup besar.

35
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip

ergonomic yang baik.

36

Anda mungkin juga menyukai