Anda di halaman 1dari 7

Tugas

administrasi keuangan publik

Di susun Oleh
Nama : Cherly Usman
Nim : 13691217061
Dosen : Dr. H.V.R. Pattimukay, S,Sos. M.Si

UNIVERSITAS PATTIMURA (UNPATTI)


JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
2018
BAB 1

LATAR BELAKANG LAHIRNYA ILMU EKONOMI POLITIK

Ada beberapa lembaga ekonomi yang perlu diketahui, yaitu : altruisme, anarki, pasar dan
pemerintah. Pola pertama yang bisa digunkan adalah altruisme, Altruisme adalah pola alokasi
dan distribusi atas dasar system dan hubungan pemberian timbale balik-saling membantu (
kebaikan hati, moral, emosi, kemanusiaan dan bukannya motif laba atau kepentingan pribadi).
Pola kedua yang bisa digunakan adalah Anarki. Anarki adalah pola alokasi dan distribusi
tanpa disertai hukum dan aturan, yang lebih banyak mengandalkan kekuatan dan kekuasaan.
Pola ketiga yang lebih baik sekaligus lebih efisien untuk mengalokasikan sumber daya
adalah penggunaan mekanisme pasar. Pasar adalah alokasi sumber daya dilakukan sesuai
kekuatan permintaan dan penawaran.
Pola terakhir yang digunakan untuk mengalokasikan sumber daya dan mendistribusikan
hasil-hasil produksi unuk konsumsi adalah pemerintahan. Peran Pemerintah untuk mengatasi
kegagalan pasar, untuk mengatasi eksternalitas, dan untuk pengadaan barang-barang public,
pendistribusiannya pada berbagai kelompok dalam masyarakat.

Kinerja perekonomian suatu Negara ditentukan oleh banyak factor dan tiga diantaranya
yang paling menentukan adalah : (1) kebijaksanaaan ekonomi yang dijalankan pemerintah, (2)
lingkungan dimana perekonomian tersebut beroperasi, (3) system ekonomi politik yang
digunakan.

System ekonomi mencakup keseluruhan proses dan aktifitas masyarakat dalam upaya
memecahkan masallah-masalah ekonomi sekaligus mencapai tujuan-tujuan ekonomi, social, dan
politik masyarakat yang bersangkutan.

Menurut mohtar mas’oed (1991), dalam pemaknaan politik sebagai otoritas, hubungan
antara ekonomi dan politik dapat diterjemahkan kedalam isu tentang hubungan anatara kekayaan
dan kekuasaan. Ekonomi terkait dengan penciptaan dan pendistribusian kekayaan, sedangkan
politik terkait dengan penciptaan dan pendistribusian kekuasaan. Mas’oed memperingatkan
bahwa pembedaan anatara ekonomi sebgai ilmu kekayaan dan politik sebagai ilmu tentang
kekuasaan hanya untuk tujuan analisis. Dalam dunia nyata antara kekayaan dan kekuasaan tak
terpisahkan.

Defenisi ekonomi politik yaitu ekonomi politik oleh pakar-pakar ekonomi politik baru
diartikan sebagai analisis ekonomi terhadap politik.

Ekonomi merupakan kajian yang sangat komprehensif, membahas banyak segi dan
bersifat interdisipl.iner, tidak hanya melibatkan ilmu ekonomi dan politik, tetapi kadang-kadang
juga ilmu social, budaya, hukum dan spikologi.

Kaitan ekonomi politik dengan kebijakan public, hubungan natara ekonomi politik
dengan kebijakan public sangat erat, dimana disiplin ilmu ekonomi politik dimaksudkan untuk
membahas keterkaitan antara berbagai aspek, proses, dan institusi politik dengan kegiatan
ekonomi seperti produksi, investasi, pembentukan harga, perdagangan, konsumsi, dan lain
sebagainya. Dengan demikian pembahasan ekonomi politik jelas terkait erat dengan kebijakan
public, mulai dari proses perancangan, perumusan, system organisasi, dan implementasi
kebijakan public tersebut.

Ekonomi politik positif atau normative ? ekonomi lebih bersifat historis dan normative
ketimbang positif, walau ada yang cenderung mengatakan ekonomi politik sebagai disiplin ilmu
normative dan ada pula yang lebih suka mengganggapnya sebagai disiplin ilmu positif, agaknya
lebih netral kalau dikatakan ekonomi politik bersifat politik sekaligus normative. Pandangan ini
didasarkan pada argumentasi bahwa teori-teori tentang ekonomi politik itu sendiri adalah produk
akhir dari upaya memahami hubungan antara ilmu ekonomi dan ilmu politik.
BAB II

EKONOMI POLITIK LIBERAL KLASIK

Sebagaimana disebutkan James Steuart dalam An Inquiry Into The Principles of Political
Economy (1767), ekonomi adalah seni memenuhi semua kebutuhan rumah tangga. Artinya,
cakupan ilmu politik lebih luas dari ilmu ekonomi. Jika ekonomi berlaku umtuk rumah tangga,
maka politik berlaku untuk negara.

Jauh sebelum Adam Smith mengembangkan teori pembagian kerja (division of labor).
Plato telah terlebih dahulu menganjurkan perlunya pembagian tugas atau divisi dalam
masyarakat, yaitu (1) kelompok pengatur (rulers) atau raja yang sekaligus juga filsuf; (2)
kelompok pelaksana (auxiliarities), terdiri dari tentara, polisi, dan pamong; (3) kelas pekerja
(workers).

Walau sudah ada pembahasan tentang ekonomi politik sejak masa yunani kuno, arus
pemikiran ekonomi politik berkembang lebih maju pada abad ke-14, saat terjadinya revolusi
prancis yang memungkinkan terjadinya transisi kekuasaan dari raja dan gereja kepada para
merchant atau kaum saudagar. Era dimana saudagar berkuasa inilah yang disebut merkantilisme.

Buku The Wealth of Nation yang ditulis oleh Adam Smith bukan buku biasa, melainkan
buku “Luar Biasa”. Walaupun banyak yang bisa dipelajari dari The Wealth of Nation, namun
terkait dengan perspektif ekonomi politis, diantaranya pandangan kaum klasik (terutama Smith)
tentang kekayaan (Wealth), pembagian kerja (Division of labor), khuluk manusia (nature of
men), mekanisme pasar (market mechanism), dan paham liberalism (liberalism).

Dalam The Wealth of Nation, Adam Smith menegaskan bahwa tugas Negara tidak lebih
dari kegiatan untuk : (1) melindungi masyarakat dari kekerasan dan serbuan Negara lain, (2)
melindungi setiap warga dari ketidakadilan dan pemaksaan/ pemerasan yang dilakukan yang
dilakukan warga lain, dan (3) mengadakan serta mempertahankan prasarana public dan berbagai
lembaga public yang ada bukan hanya bagi kepentingan orang-orang atau kelompok-kelompok
tertentu.

Dalam pendekatan Ekonomi Politik Klasik, juga terkandung sebuah ide tentang
pemisahan ekonomi dari primasi politik. Bagi Smith, kebangkitan masyarakat adalah sebagai
“hasil sampingan” perilaku tiap orang meningkat kesejahteraannya masing-masing dibandingkan
perencanaan apapun yang diketahui dan dikembangkan oleh suatu proses politik atau otoritas
public. Dengan demikian transisi dari manusia tak beradap ke masyarakat yang lebih beradap
adalah hasil kerja historis kapitalisme yang hanya sebagai konsekuensi ketidaksengajaan yang
sebetulnya ditujukan untuk mengejar kepentingan privat.

Walau sebelumnya sudah ada pemikir yang mencoba mengaitkan proses-proses politik
dengan ekonomi, tetapi harus diakui adalah pakar-pakar Ekonomi Politik Klasik, terutama Adam
Smith, yang pertama kali memperlakukan ekonomi sebagai system yang secara terpisah dari
politik dan kehidupan keluarga. Argumentasi kaum Klasik bahwa “pasar mengatur dirinya
sendiri” menjadikan system pasar sebagai suatu realitas Sui-generis, dimana pasar terkait dengan
Negara, tetapi bukan bagian dari Negara itu sendiri.

Jika pakar-pakar Klasik pada umumnya tampil dingin, pengecualian untuk Jhon Stuart
Mill, sebab ditangannya Ilmu Ekonomi tampil agak lebih manusiawi. Bahkan berbeda dengan
pakar-pakar klasik lainnya, J. S. Mill memperbolehkan adanya campur tangan pemerintah berupa
peraturan-peraturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dapat membawa perekonomian
kearah peningkatan efisiensi dan penciptaan iklim ekonomi yang lebih baik. Lebih dari itu Mill
bahkan juga merekomendasikan diperlukannya peraturan legislative untuk melindungi buruh
anak-anak dan sekaligus memperbaiki kondisi hidup dan kondisi kerja mereka.
BAB III

EKONOMI POLITIK SOSIALISME (MARXISME)

Banyak orang beranggapan bahwa sosialisme identik dengan ajaran marx (Marxisme).
Hal ini keliru, sebab sebelum marx sudah ada pemikiran-pemikiran atau gagasan-gagasan
tentang kebersamaan dan kolektivisme. Pembahasan tentang sosialisme menurut waktu dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu ( Sosialisme sebelum Marx, (2) sosialisme Marx, (3)
Sosisalisme sesudah Marx.

Sosialisme sebelum marx bersifat “utopis” maupun yang sudah merealisasikan idea atau
gagasan membentuk sebuah komunitas bersama. Istilah “utopia” pertama kali muncul dalam
judul buku “Utopia” yang ditulis oleh Thomas More (1478-1535) yang isinya tentang pandangan
sebuah masyarakat sempurna yang hidup dalam suatu komunitas.

Sosialisme marx yang digagas oleh marx dan Engeless ini lazim disebut Marxisme.
Menurut Marx, ekonomi pasar secara umum bukanlah sebuah mekanisme untuk
memaksimumkan sebuah kesejahteraan privat individu-individu, melainkan sebagai sebuah alat
untuk memfasilitasi ketamakan para kapitalis mengangkani nilai surplus dan mengakumulasi
kekayaan. Surplus adalah kelebihan nilai produktivitas marjnal labor atas tingkat upah yang
dibayar oleh pemilik upah kepada buruh untuk sekedar bias bertahan hidup. Sebab itulah marx
sangat benci kepada pemilik kapitalis, yang dimatanya tidak lebih dari para perampok.
Perumpamaan ini diperoleh marx dari gurunya Proudhon, yang mengajarkan kepada marx bahwa
yang namanya harta itu adalah hasil curian (property is theft). Tegasnya, kekayaan yang dimiliki
kapitalis tidak lain hasil rampokan dari kaum buruh. Makin kecil tingkat upah yang diberikan,
makin besar penghisapan yang dilakukan pemilik modal atas buruh dan makin besar surplus
yang dikangkangi pemilik modal.

Bagaimana cara kerja kelompok Marxian mengaitkan antara politik dengan ekonomi ?
menurut penganut Marxian, ada 3 pendekatan yang digunakan untuk menhubungkan antara
politik dan ekonomi, yaitu: (1) politik Revolusioner, (2) politik kompromi kelas, dan (3) teori
Negara Marxiam

Ada tiga aliran interpretasi analisis Marxis sehubungan dengan kaitan antara ekonomi
dan politik, yaitu : (1) pendekatan instrumentalis, (2) pendekatan strukturalis, dan (3) pendekatan
Hagelian-Marxis.

Mengapa system sosialisme atau kolektivisme gagal ? kolektivisme hanya mampu untuk
unit-unit kecil. Tetapi untuk skala yang lebih besar, apalagi untuk skala Negara, ia tidak bisa
menjalankan fungsinya dengan baik dalam jangka panjang.walau dilihat dari cita-cita sosialisme
untuk menghilangkan kemiskinan, kemelaratan, keterbelakangan di Negara-negara sosialis lebih
kentara dari yang dijumpai dalam system ekonomi pasar bebas.

Mengapa komunisme tidak maju ? sebetulnya banyak teori yang dapat dikemukakan, tapi
yang paling menonjol ialah karena : (1) pengelolaan yang terlalu disentralisasi, (2) birokrasi yang
berbelit-belit, (3) kurangnya insentif untuk menggali ide-ide dan gagasan-gagasan baru, serta (4)
kurang akomodatif terhadap perubahan. Selain itu, komunisme sulit berkembang karena
waktunya kurang tepat.

Berkat kritik marx dan sekaligus menghindari perlawanan dari kaum buruh, Negara-
negara kapitalis sudah banyak memperbaiki struktur gaji/upah dan kondisi perburuhan. Karena
kondisi buruh sudah semakin membaik, maka tak ada lagi alasan untuk melancarkan revolusi.
BAB IV

EKONOMI POLITIK NEOKLASIK

Aliran neoklasik secara sederhana dibedakan atas dua generasi, yaitu generasi pertama
dan generasi kedua. Perspektif ekonomi klasik memerlukan bantuan disiplin ilmu lain yang bisa
menjelaskan perilaku individu dan organisasi maupun perilaku social, seperti Tepri Perilaku
Birokrasi dan Teori pertukaran.

Menurut Grindle (1989), teori-teori ekonomi politik Neoklasik dapat dibedakan atas dua
kelompok : (1) pendekatan terpusat ke masyarakat (society centred approach) dan (2) pendekatan
terpusat ke Negara (state centre approach).

Pendekatan terpusat ke masyarakat yang lebih focus pada penggunaan pasar-pasar politik
oleh agen-agen ekonomi ini sebenarnya cukup banyak. Salah satu diantaranya yang paling
popular adalah model masyarakat pemburu rente (rent seeking society model). Dalam model ini,
yang menjadi basis maupun objek utama analisis adalah individu (pribadi). Disini individu
diasumsikan sebagai mahluk rasional yang berusaha memaksimumkan berbagai sumber daya
guna menghimpun kekayaan.

Pendekatan terpusat ke Negara dilandaskan asumsi bahwa Negara punya agenda sendiri
dalam hubungannya dengan masyarakat. Konsep otonom Negara berarti bahwa Negara bisa
bertindak independen dengan tidak ditentukan atau dipengaruhi unsure luar. Sehubungan dengan
otonomi Negara ini, terdapat tiga pandangan yaitu: (1) bahwa Negara berhasil menghadapi
tekanan dan mentranslasikan keinginan sendiri ke dalam kebijakan public, (2) bahwa tindakan
Negara tidak didikte atau dikontrol oleh kelompok manapun, (3) bahwa Negara memiliki
kapasitas untuk menolak tekanan dari pihak lain.

Salah satu penyebab gagalnya analisis dalam memahami proses pembangunan di Negara-
negara sedang berkembang iala karena kurang diperhatikannya dimensi politik dalam
pelaksanaan pembangunan ekonomi. Para ekonom selalu merekomendasikan penyesuaian
structural, liberalisasi, atau desentralisasi untuk mengefisiensikan pembangunan. Namun, mereka
kecewa karena penyelenggara Negara (birokrat, politikus) lebih sering mengabaikan nasehat dan
rekomendadi mereka, bahkan walau dibawah tekanan badan-badan internasional seperti IMF dan
Bank Dunia sekalipun. Ini hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi para analisis hendaknya
juga sadar bahwa asumsi benign and walfare-masimising state dari perspektif ekonomi politik
klasik makin diragukan keabsahannya. Pengalaman di Negara UDC membuktikan bahwa para
birokrat dan politikus ternyata merupakan bagian kelompok pencari kepentingan pribadi dan
pemimpin yang melayani kepentingan pribadi, bahkan Negara itu sendiri juga bisa menjadi
predator yang lebih tertarik memaksimumkan penerimaan jangka pendek ketimbang
pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai