Reklamasi Pasca Tambang PDF
Reklamasi Pasca Tambang PDF
Pendahuluan
Bahan Timbunan
Deposit batubara terbentuk sejak ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu, dapat
berasal dari hasil angkatan atau lipatan endapan danau seperti yang terdapat di
Ombilin Sawah Lunto, Sumatera Barat atau hasil angkatan/lipatan endapan laut
terbatas seperti yang terjadi di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.
Pada kegiatan penambangan terbuka (open pit mining), untuk
mendapatkan deposit batubara diperlukan pekerjaan pembongkaran bukit-bukit
dan penggalian sampai berpuluh-puluh meter di bawah permukaan tanah,
sehingga terjadi perubahan bentang alam di sekitar areal penambangan. Untuk
mencapai lapisan batubara diperlukan pembongkaran dan pemindahan lapisan
tanah dan atau bahan non batubara di atasnya ke tempat lain. Batubara secara
ekonomis menguntungkan untuk ditambang apabila nisbah batubara dengan
bahan non batubara adalah 1 : 5-7. Dampak dari proses penambangan adalah
terjadi perubahan ekosistim/vegetasi alami, dan susunan lapisan tanah sehingga
dalam penataannya perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan yang lebih besar.
Eksploitasi batubara dilakukan dengan cara membongkar beberapa lapisan
tanah sehingga, kawasan yang semula berupa hutan, berubah menjadi lahan
terbuka pasca penambangan. Suksesi kawasan hutan tidak berjalan dengan baik
sehingga berbagai jenis flora dan fauna turut kehilangan habitatnya. Berdasarkan
peraturan perundangan, penambangan batubara tergolong pada rencana
kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup
dan oleh karena itu, perlu dilakukan secara hati-hati, cermat dengan terlebih
dahulu dikaji aspek dampak lingkungannya (SNRI 2009).
pencemaran sungai merupakan indikasi kuat cukup besarnya erosi dari areal
timbunan. Di lain pihak, biaya pemeliharaan, termasuk pengerukan kolam
pengendapan lumpur relatif mahal.
Upaya pengendalian erosi, pendangkalan kolam-kolam pengendapan
lumpur, dan pencemaran sungai perlu dilakukan sejak dini dengan melakukan
penghijauan pada areal timbunan guna menciptakan keadaan lingkungan yang
hijau, nyaman, atau tidak gersang. Kegiatan dan upaya penghijauan tersebut
bertujuan agar bahaya erosi dan pencemaran sesegera mungkin dikendalikan.
Mengingat banyaknya faktor pembatas maka diperlukan berbagai upaya
terobosan guna mendapatkan alternatif teknologi reklamasi areal timbunan pasca
penambangan agar mampu mengatasi kendala fisika, kimia, dan biologi sehingga
lebih cepat dapat ditumbuhi tanaman penutup tanah dan pepohonan.
Pada umumnya bentuk lahan timbunan terdiri atas punggung yang relatif
datar, lebar bidang datarnya 10-15 m, kelerengan bidang miring/tampingan 10-
20% dengan panjang lereng 5-10 m. Bentuk lahan yang demikian mempunyai
bidang dasar yang luas dan semakin ke atas semakin menyempit. Berdasarkan
kemajuan kegiatan penimbunan dan bentuk lahan timbunan, kegiatan reklamasi
dimulai dari bidang miring diikuti dengan bidang datar pada level paling bawah
kemudian ke level berikutnya setelah selesai penimbunan.
Apabila memungkinkan, perbaikan lahan timbunan dapat dilakukan
dengan cara memberikan tanah atas yang relatif lebih baik sifat fisika, kimia, dan
biologinya. Tanah atas yang digunakan sebetulnya juga mempunyai masalah
dalam hal tingkat kesuburannya, bahkan mengandung unsur yang dapat
meracuni tanaman. Masalah yang dihadapi pada umumnya berupa unsur hara
tanah yang rendah atau tanah miskin, pH rendah, kadar alumunium tinggi dan
permeabilitas tanah yang lambat. Rendahnya hara N, P, K, dan bahan organik
pada tanah timbunan mensyaratkan pemberian pupuk secara lengkap dan
dengan dosis tinggi.
Pada lahan yang terbuka, pukulan air hujan sangat kuat sehingga bahan
timbunan mudah mengalami dispersi, dan hanyut bersama aliran permukaan.
Bahan timbunan umumnya tidak berstruktur sehingga mudah hancur jika terkena
air hujan. Jika hal ini tidak segera ditangani maka sedimen bahan timbunan akan
mengalir ke badan-badan air, seperti: sungai, danau, dan kolam.
Lahan pasca penambangan perlu ditata kembali (penataan lahan). Lubang
bekas galian apabila memungkinkan perlu ditimbun kembali, namun bila masih
terdapat bagian yang tidak dapat ditimbun kembali, dapat dijadikan kolam untuk
budi daya ikan, cadangan air atau wahana wisata air, dan lainnya.Tanah yang
telah rata ditanami dengan tanaman penutup tanah dari jenis kacang-kacangan
(polong-polongan) untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mencegah
terjadinya erosi (pengendalian erosi). Kacang-kacangan sebagai sumber pupuk
hijau karena kemampuannya untuk mengikat dan mengelola mineral dalam
tanah seperti nitrogen dan fosfor. Selain itu, penanaman vegetasi penutup tanah
akan membuat tanah menjadi lebih gembur. Apabila turun hujan, akan lebih
banyak air yang terserap. Erosi akan lebih terkendali dengan membuat saluran
air (drainase) dan bendungan penahan. Setelah dilakukan kedua tahap reklamasi
tersebut, tanah siap untuk ditanami tanaman lain (reklamasi dan penanaman
kembali). Agar lahan pasca penambangan dapat kembali seperti semula, perlu
dilakukan pemeliharaan tanaman yang digunakan untuk reklamasi
(pemeliharaan). Secara berkala dilakukan pemupukan dua tahun sekali, yakni
pada awal musim penghujan dan awal musim kemarau. Tanah di sekitar
tanaman reklamasi juga perlu dibersihkan menggunakan sistim piringan
mengikuti tajuk tanaman, diberi mulsa rumput lokal guna mengendalikan
pertumbuhan gulma, dan mengurangi evaporasi, sekaligus sebagai sumber
bahan organik.
melalui penanganan selektif bahan tanah atau bahan penutup; dan (3)
pengembangan dan pengelolaan vegetasi penutupnya.
Fisik
Lahan timbunan yang di beri lapisan atas tanah merah
Terdapat empat hal yang perlu dilakukan, yaitu (1) stabilisasi bidang miring
dengan LCC; (2) stabilisasi bibir teras dengan vetiver atau rumput pakan ternak;
(3) pembuatan saluran pembuangan air (SPA); dan (4) stabilisasi bidang datar
dengan legum penutup tanah, atau rumput pakan ternak dan pohon-pohonan
untuk penghijauan.
kandang, pupuk hijau, sisa panen, limbah sawmill, dan lain sebagainya. Pupuk
hijau dapat diusahakan melalui tanaman kacang-kacangan penutup tanah,
rumput-rumputan, atau daun pohon-pohonan.
Lingkungan
Lingkungan Hidup
Hidup (RPL).
(RPL). Secara
Secara keseluruhan
keseluruhan indikator
indikator ramah
ramah lingkungan
lingkungan
kegiatan
kegiatanpenambangan
penambanganbatubara
batubarayang
yangharus
harusdipenuhi
dipenuhioleh
olehpemrakarsa
pemrakarsakegiatan
kegiatan
penambangan
penambanganmulaimulaitahap
tahappenambangan,
penambangan,reklamasi
reklamasidan
danpasca
pascapenambangan
penambangan
disajikan
disajikanpada
padaTabel
Tabel1.1.
Tabel
Tabel1.1.Indikator
Indikatorramah
ramahlingkungan
lingkunganuntuk
untukusaha
usahaatau
ataukegiatan
kegiatanpenambangan
penambangan
terbuka.
terbuka.
Tahapan
Tahapan Kegiatan
Kegiatan Indikator
Indikator
a.a.Tanah
Tanahpucuk pucuktidak tidaktercampur
tercampurdengan dengan
tanah
tanahatau ataubatuan
batuanpenutup
penutup
1.1.Pengupasan,
Pengupasan,
A.A.Penambangan
Penambangan penimbunan,
penimbunan,dandan b.b.Tidak
Tidakterjadi
terjadierosi
erosiatauataulongsor
longsorlebih lebihdari
dari
pengelolaan
pengelolaantanah
tanah 15%15%dari dariluas
luastimbunan
timbunantanah tanahpucukpucuk
pucuk
pucuk c.c.Timbunan
Timbunantanah tanahpucuk pucukditanami
ditanamitanaman
tanaman
penutup
penutupdengan denganbaik baik
a.a.Batuan
Batuanpotensial
potensialpembentuk
pembentukasam asam
dienkapsulasi
dienkapsulasi
2.2.Pengupasan,
Pengupasan,
penimbunan,
penimbunan,dandan b.Tidak
b.Tidakterjadi
terjadierosierosidan danatauataulongsor
longsoryang yang
pengelolaan
pengelolaantanah/
tanah/ mengganggu
menggangguenkapsulasi enkapsulasidan/atau dan/ataulebih lebih
batuan
batuanpenutup
penutup dari
dari15%15%dari dariluas
luastimbunan
timbunan
tanah/bantuan
tanah/bantuanpenutup penutup
c.c.Timbunan
Timbunantidak tidakterlalu
terlalutinggi
tinggidan dantidak
tidak
terlaluterjal
terlalu terjaldengan
dengankemiringan
kemiringansesuai sesuai
dengankajian
dengan kajiangeoteknik
geoteknik
d.d.Tidak
Tidakterjadi
terjadirembesan
rembesanairairdidikaki kaki
timbunan
timbunanyang yangpH-nya
pH-nyakurang kurangdari dari4 4
e.e.Timbunan
Timbunantanah/bantuan
tanah/bantuanpenutup penutup
ditanami
ditanamitanamantanamanpenutup penutupdengan denganbaik baik
a.a.Luas
Luaspermukaan
permukaanlubang lubanggalian
galianyangyang
terbentuk
terbentuktidak tidaklebih
lebihdaridari20% 20%dari dariluas
luas
3.3.Penggalian
Penggaliandan
dan
ijin
ijinusaha
usahapenambangan
penambangan(IUP) (IUP)apabila
apabila
pengambilan
pengambilanbatubara
batubara
lubangnya
lubangnyaterkonsentrasi
terkonsentrasiatau atau30% 30%daridari
luas
luasIUPIUPjikajikalubangnya
lubangnyaterfragmentasi
terfragmentasi
dandansetiap
setiaplubang
lubangtidak tidaklebih
lebihdaridari20%
20%
dari
dariluas
luasIUP.
IUP.
b.b.Jarak
Jaraktepi
tepilubang
lubanggalian galianpaling
palingsedikit
sedikit500 500
mmdari daribatas
batasIUP IUP
c.c.Tidak
Tidakdijumpai
dijumpaipenurunan
penurunanpH pHairairtanah
tanah
lebih
lebihdaridarisatu
satutingkat
tingkatdari darikondisi
kondisiawal awal
d.d.Tidak
Tidakmenyebabkan
menyebabkanairairpermukaan permukaanyang yang
keluar
keluardari dariIUPIUPkualitasnya
kualitasnyalebih lebihrendah
rendah
dari
daribaku
bakumutu mutuairairlimbah
limbah
a.a.Kemiringan
Kemiringanlahan lahansesuai
sesuaidengan
dengan
B.B.Reklamasi
Reklamasi 1.1. Penataan
Penataanlahan
lahanpasca
pasca peruntukkan
peruntukkanlahan lahandan dankajian
kajiangeoteknik
geoteknik
penambangan
penambangansesuai
sesuai b.b.Tidak
Tidakterjadi
terjadigenangan
genanganpermanen,permanen,kecuali kecuali
peruntukkannya
peruntukkannya pada
padalokasi
lokasilubang
lubangyang yangtidaktidakditutup
ditutup
c.c.AirAirpermukaan/genangan
permukaan/genanganpada padalubang
lubang
galianakhir
galian akhiryang yangtidaktidakditutup
ditutupmemiliki
memiliki
kualitasyang
kualitas yangsesuaisesuaidengan
denganbaku bakumutu mutu
peruntukkanairair
peruntukkan
a.a.Tidak
Tidakdijumpai
dijumpaibatuan
batuanpotensial
potensialmasammasam
2.2. Penutupan
Penutupanlubang
lubang yangteroksidasi
yang teroksidasi
(yangharus
(yang harusditutup)
ditutup) b.b.Tidak
Tidakdijumpai
dijumpaipenurunan
penurunanpH pHairairtanah
tanah
dengantanah/batuan
dengan tanah/batuan lebihdari
lebih darisatu
satutingkat
tingkatdari
darikondisi
kondisiawalawal
penutupdari
penutup daritempat
tempat
penimbunan
penimbunan
ReRkelkalm
am
asaisLi aLhaahnanPaPsacsacaPePneanm
ambabnagnagnanBaBtautbuabraara
Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim | 209
a. Kuasa Pertambangan:
- Eksploitasi : Rp 5.000.000,-
- Pemurnian dan pengolahan : Rp 5.000.000,-
- Pengangkutan dan penjualan : Rp 5.000.000,-
b. SIPGI:
- Eksploitasi : Rp. 2.500.000,-
- Pemurnian dan pengolahan : Rp 1.250.000,-
- Pengangkutan dan penjualan : Rp 1.250.000,-
Penutup
Daftar Pustaka
Soekardi M., A. Mulyani, dan A. Surya. 1995. Karakterisasi Tanah dan Penataan
Ruang Kawasan Penambangan Batubara di PTBA Tanjung Enim.
Laporan Akhir Pengujian dan Pengembangan Reklamasi, Sumber Daya
Lahan serta Pelatihan tahun II Kerja Sama PTBA dengan Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. (Tidak dipublikasikan).
Sudjadi M. 1996. Reklamasi dan Reboisasi Areal Bekas Tambang. Makalah
disajikan pada pertemuan teknis pengelolaan lingkungan. Departemen
Pertambangan dan Energi 1995/1996, Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi
Lahan, Departemen Kehutanan. (Tidak dipublikasikan).
SNRI (Sekretariat Negara Republik Indonesia). 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140. Jakarta.
SNRI (Sekretariat Negara Republik Indonesia). 2012. Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No 04 Tahun 2012 tentang Indikator Ramah
Lingkungan untuk Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Terbuka
Batubara. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012. Jakarta.
Widjaja Adhi, IPG. 1993. Penjajagan Hara/Kendala Tanah Berbagai Lapisan di
PTBA Tanjung Enim. Laporan Akhir Reklamasi, Penelitian dan
Pengembangan Sumber daya Lahan serta Pelatihan. Kerja Sama PTBA
dengan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. (Tidak
dipublikasikan).
Widdowson J.P. 1984. Application of Land Rehabilitation Techniques to Return
Mined Land to Productive Farming And Presting Uses. Manuskrip, PTBA.