Penyusun:
Achmad Arief Mualimin
Ayu Andari Anggreanti
Rizki Rahmad Husein
Sukma Nurul Laily
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peralatan pertama yang digunakan oleh manusia purba adalah alat-alat dari
batu yang seadanya dan juga dari tulang. Peralatan ini berkembang pada zaman
Paleolitikum atau zaman batu tua. Zaman batu tua ini bertepatan dengan zaman
Neozoikum terutama pada akhir zaman Tersier dan awal zaman Quartair. Zaman
ini berlangsung sekitar 600.000 tahun lalu. Zaman ini merupakan zaman yang
sangat penting karena terkait dengan munculnya kehidupan baru, yakni
munculnya jenis manusia purba. Zaman ini dikatakan zaman batu karena hasil
kebudayaan terbuat dari batu yang relatif masih sederhana dan kasar.
Kebudayaan zaman Paleolitikum ini secara umum terbagi menjadi kebudayaan
Pacitan.
B. Rumusan Masalah
· Apakah yang di maksud dengan budaya ?
· Bagaimana sejarah Pacitan?
· Apakah mata pencaharian penduduk Pacitan?
· Bagaimana adat istiadat penduduk Pacitan?
· Apa saja hasil benda dari kebudayaan Pacitan?
· Apa makanan khas Pacitan?
· Apa tempat wisata di daerah Pacitan?
· Bagaimana perkembangan budaya di Pacitan?
C. Tujuan
· Mengetahui tentang arti budaya
· Mengetahui sejarah Pacitan
· Mengetahui mata pencaharian penduduk Pacitan
· Mengetahui adat istiadat penduduk Pacitan
· Mengetahui benda dari kebudayaan Pacitan
· Mengetahui makanan khas Pacitan
· Mengetahui tempat wisata di daerah Pacitan
· Mengetahui perkembangan budaya di Pacitan
D. Manfaat
· Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk
menambah pengetahuan tentang kebudayaan Pacitan
· Dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis guna menciptakan
tulisan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa mengetahui
pola kehidupan pada kebudayaan Pacitan
KEBUDAYAAN PACITAN JAWA TIMUR
b. Petani tambak
Petani tambak ialah orang yang bekerja pada pengusaha tambak. Petani tambak
mendapatkan upah dari pengusaha tambak. Jumlah mereka lebih banyak dari pada
pengusaha tambak.
c. Pengusaha tambak
Pengusaha tambambak ialah pemilik modal dalam usaha tambak. Biasanya ia
memiliki lahan tambak. Biasanya tambak digunakan untuk memelihara udang dan
ikan bandeng.
d. Petani garam
Petani garam ialah para pekerja/buruh yang mengerjakan usaha pembuatan garam.
Pengusaha garam biasanya sekaligus sebagai pengusaha tambak. Jadi, petani
garam juga tergantung pada pengusaha tambak atau garam.
e. Pengrajin
Laut juga menghasilkan kerang, bunga karang, dan batu-batu laut. Hasil laut itu
dijadikan bahan-bahan untuk membuat barang-barang kerajinan. Penduduk pantai
banyak yang bekerja sebagai pembuat barang kerajinan.
Untuk keperluan upacara perkawinan itu 2 (dua) hari atau sehari sebelumnya
di
rumah orang yang mempunyai haj-ad (biasa- nya di rumah pihak wanita)
memaeang tarub, yaitu Janur kuning dan daun-daun tertentu (tuwuhan),
pada
serambi rianah. Tuwuhan tersebut antara lain: daun beringin, daun kluwih,
daun
ilalang, daun Opo-opo, daun andong, bunga jambe (mayang), pahon tebu,
pohon
pisang raja dengan buahnya kelapa muda (Jawa: cengkir). Kemudian pada
malam
hari menjelang pesta perkawinan diadakan Upacara midodareni, Pada saat
itu
orang-orang tua dan sanak saudara orang yang punya hajad,
mengadakantirakatan
hingga larut malam, bahkan ada kalanya sampai pagi hari, menurut
kepercayaan,
pada malam itu para bidadari turun dari kah-yangan memberikan doa restu
kepada mempelai. pada malam itu juga perlengkapan upacara temu yaitu
kembar
mayang dan sadak telah dipersiapkan. Selanjutnya pada keesokan harinya,
pada
saat yang telah ditentukan berdasar perhitimgan adat Jawa, dilangsungkan
upacara
Ijab, Ijab ini dapat dilakukan di Kantor Urusan Agama S£ tempat, atau dapat
juga
dilaksanakan di rumah pengantin wanita, dengan mendatangkan PenghuflLu
atau
naib, Setelah ijab selesai, upacara selanjutnya ialah upacara temu yakni
pertemuan
pengantin Putera dengan pengantin Puteri, Kemudian kedua mempelai itu
didudukkan di Pelaminan yang pada umumnya terletak di depan Senthoag
tengah
(petanen), Di muka petanen ini diada kan Upacara kacar.-kucur atau tampa
kaya.
Upacara ini mewujudkan pemberian nafkah mempelai putera kepada
isterinya.
sebagai rangkaian upacara yang terakhir di dalam upacara temu ialah
upacara
dhadar kembul, dimana kedua mempelai tersebut saling menyuap nasi
prasiar
(nasi kuning). Upacara ini mengandung suatu harapan agar di kelak
kemudian
antara suami isteri dalam kehidupan sehari hari selalu saling bantu-
membantu di
dalam kesulitan maupun kebahagian.
4. HASIL BENDA DARI KEBUDAYAAN PACITAN
a. Kebudayaan Paleolithikum (kebudayaan Pacitan dan kebudayaan
Ngandong)
Berdasarkan penemuan peralatan kehidupan dan fosil manusia prasejarah
indonesia, para pakar sejarah menyimpulkan bahwa kebudayaan Indonesia
perdana telah dimulai sejak zamari paleolithikum. Para pakar lebih lanjut
membedakan kebudayaan pada zaman paleolithikum tersebut menjadi
kebudayaan pacitan dan kebudayaan Ngandong.
Dalam penemuannya pada tahun 1935 di pacitan, von koenigswaid
menemukan
sejumlah alat-alat batu. alat-alat tersebut dinamakan kapak genggam yang
terkenal
juga dengan sebutan kapak perimbas atau chopper. alat yang dimaksud
berupa
kapak tetapi tidak bertangkai. kapak ini digunakan hanya dengan
menggenggamnya. pembuatannya dilakukan dengan cara memangkas
salah satu
sisi batu sampai menajam. sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat
menggenggam. di antara kapak-kapak yang ditemukan itu, masih ada yang
dibuat
secara kasar, tergantung dari bagaimana memangkasnya. Diperkirakan,
kebudayaan pacitan ini berasal dari masa dan tempat manusia jenis
pithecanthropus eructus hidup. tadinya kesimpulan itu cukup diragukan.
akan
tetapi, keraguan itu pupus berkat adanya petunjuk dari peninggalan alat-alat
serupa di beijing (dulu peking), cina.
Alat-alat itu berasal dari manusia jenis Sinanthropus pekinensis.
Padahal dapat diketahui dengan pasti bahwa fosil Sinanthropus pekinensis
seumur dengan fosil Pithecanthropus erectus.
Maka dari itu, dapat dipastikan bahwa alat-alat kebudayaan Pacitan digalang oleh
Pithecanthropus erectus. Selain di Pacitan, alat-alat serupa juga diketemukan di
Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan daerah Lahat (Sumatera
Selatan).
Di daerah Ngandong dan Sidorejo, dekat Ngawi, Jawa Timur, di samping kapak
genggam, ditemukan alat-alat yang terbuat dan tulang binatang. Alat macam ini
berfungsi sebagai menjadi alat penusuk (belati). Alat ini digunakan dalam usaha
mencari makan, seperti berburu binatang, atau menggali ubi-ubian. Selain itu,
ditemukan juga alat-alat serpih (flakes), yang terbuat dari batu-batu dalam bentuk
yang khas. Kemungkinan besar, alat-alat tersebut dibuat oleh Homo soloensis
clan Homo wajakensis.
Intinya kebudayaan pacitan dan ngandong maksudnya kebudayaan manusia
purba yang terdapat di pacitan dan ngandong ( dua daerah itu terdapat di jawa
timur) dari golongan Homo Eructus (manusia yang berdiri tegak). dengan begitu,
kebudayaanya juga bersifat purba, misalnya telah mengenal kapak batu, pisau
batu semacam tombak untuk berburu dan peralatan untuk menggali tanah, serta
perhiasan manik-manik yang terbuat dari tulang hewan dan batu kecil yang
eksotik.
Kue Bajingan
Sebagai salah satu kekayaan kuliner Nusantara, Putri Gunung dengan cita rasa
tersendiri, legit serasa memanjakan lidah. Berbahan dasar Ketela Pohong atau
lebih dikenal dengan Telo Kaspe.
Putri Gunung yang ini dulu lebih dikenal dengan Kue Bajingan. Kue Putri
Gunung merupakan hasil olahan sederhana walaupun proses pembuatannya
membutuhkan waktu hingga 7 jam. Melalui proses fermentasi karena adanya
ragi tape didalamnya yang menambah kekenyalan dan kenikmatan rasanya.
Sebagai salah satu makanan khas dari Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Putri
Gunung berhasil mencuri perhatian siapapun yang pernah datang ke Kbupaten
Pacitan. Sering dihadirkan sebagai teman pelengkap minum kopi.
Rasa legit dari perpadun Ketela Pohong, Gula Jawa, Santan Kelapa, juga hasil
fermentasi serta pengolahan yang sederhana itu ternyata sangat layak untuk
diangkat menjadi kuliner tradisional khas Kabupaten Pacitan selain Nasi Tiwul.
Makanan ini cocok untuk kawula muda sampai tua.
Sate Ikan Hiu
Seperti membuat sate pada umumnya, sate ikan hiu juga melalui proses yang
sama yakni dipotong sesuai selera dan ditusuk menggunakan bambu sebelum
dibakar. Selama proses pembakaran, tusukan daging dimasukkan kedalam
bumbu rempah-rempah berulangkali hingga matang. Sate ikan hiu disajikan
bersama kecap, cabe, bawang merah dan tomat . Sementara bagi Tumiran,
dirinya sengaja menghadirkan sate ikan hiu untuk memperkaya pilihan makanan
di masyarakat.