Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Secara umum, di Kabupaten Bima, usaha industri kecil telah menjadi


lahan kehidupan bagi sebagian besar masyarakat karena menyediakan
lapangan usaha, menyerap tenaga kerja dan mendatangkan pendapatan bagi
masyarakatnya. Usaha ini juga telah menimbulkan dampak multiplier terhadap
pertumbuhan ekonomi lokal dan menjadi salah satu faktor kunci di dalam
peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten Bima.

Hal ini didukung oleh data Lakip Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Bima Tahun 2010, bahwa jumlah industri formal dan non formal
sampai dengan 31 Desember 2010 sebanyak 5.437 unit, meningkat 4,42% bila
dibandingkan dengan kondisi tahun 2009 sebanyak 5.207 unit usaha. Jumlah
tenaga kerja yang terserap di sektor industri (formal dan non formal) sebanyak
13.079 orang, meningkat 5,11% dari tahun 2009 sebanyak 12.443 orang.

Gambaran di atas cukup menunjukkan bahwa industri kecil dan


menengah (IKM) yang ada di Kabupaten memiliki potensi tinggi dalam
penyerapan tenaga kerja sekaligus meningkatkan kesejahteraan bagi
masyarakat. Namun di sisi lain, IKM di Kabupaten Bima masih memiliki
berbagai keterbatasan yang belum dapat diatasi dengan tuntas sampai saat ini
antara lain terkait masalah permodalan, sumber daya manusia yang terbatas,
kurang dalam kemampuan manajemen dan bisnis, serta minimnya akses pasar.

Demikian juga halnya permasalahan yang diidentifikasi pada IKM


pangan bawang goreng “Nikita” Desa Lido Kecamatan Belo dan IKM tenun
“Melati Putih” Desa Simpasai Kecamatan Lambu. Berdasarkan hasil diagnosis
dan konsultansi IKM yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh Tenaga
Shindan-Shi terhadap kedua IKM tersebut didapati beberapa permasalahan
diantaranya terkait dengan terbatasnya kapasitas sumber daya IKM dalam hal
teknis dan manajemen produksi.
2

Untuk itu diperlukan suatu pembinaan dalam rangka menindaklanjuti


hasil diagnosis dan identifikasi masalah yang telah dilaksanakan oleh Shindan-
Shi secara mendalam pada kedua IKM tersebut. Kegiatan pembinaan ini
meliputi aspek manajemen maupun teknis yang melibatkan seluruh personil
UPL-IKM Dinas Perindag Kabupaten Bima.

Dengan adanya pembinaan ini, diharapkan dapat memecahkan beberapa


masalah yang dihadapi oleh IKM tenun “Melati Putih” dan kelompok usaha
bawang goreng “Nikita”, meskipun penyelesaian masalah tidak bisa
diselesaikan secara komprehensif mengingat keterbatasan kemampuan
personil IKM maupun pihak pelaku IKM sendiri.

2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan diadakannya pembinaan oleh UPL-IKM


pada IKM tenun “Melati Putih” dan kelompok usaha bawang goreng “Nikita”
antara lain untuk :
 Menindaklanjuti hasil diagnosis dan identifikasi permasalahan
yang telah dilaksanakan oleh Shindan-shi pada kedua IKM tersebut
 Meningkatkan kemampuan dan kapasitas IKM yang bersangkutan
terkait dengan masalah manajemen maupun teknis produksi

 Memberdayakan IKM tenun dan IKM bawang goreng sehingga


lebih mandiri di kemudian hari

3. Dasar Pelaksanaan

1. Surat Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi NTB


Nomor 534/476/Indag Tanggal 26 Maret 2011 tentang pelaksanaan
kegiatan Pendampingan IKM oleh Tenaga Shindan Shi di Kabupaten Bima

2. Surat Keputusan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan


Kabupaten Bima No. 510.530/57A/III/2010 Tanggal 1 Maret 2010 Tentang
3

Pembentukan Personil Unit Pendampingan Langsung IKM Dinas


Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima.
4

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Pembinaan pada Kelompok Usaha Bawang Goreng “Nikita”

Kegiatan pembinaan oleh Unit Pendampingan Langsung (UPL-IKM)


Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima yang dilaksanakan
pada Kelompok Usaha Bawang Goreng “Nikita” Desa Lido Kecamatan Belo
meliputi :

 Pemberian pengetahuan dan pelatihan teknis produksi pada IKM


bawang goreng dengan metode tatap muka dan praktek. Kegiatan praktek
dilaksanakan langsung oleh seluruh anggota kelompok “Nikita” dan
dipandu oleh personil UPL.

Bahan yang digunakan adalah bawang merah dengan varietas asli Bima
yaitu “Keta Monca”. Varietas ini sudah menjadi varietas nasional dan
sangat baik digunakan sebagai bahan baku pembuatan bawang goreng.
Bahan baku bawang merah varietas “Keta Monca” tersedia dalam jumlah
yang sangat banyak karena Desa Lido Kecamatan Belo merupakan salah
satu produsen bawang merah yang sangat potensial di Kabupaten Bima.

Bahan penolong yang dipakai adalah tepung terigu, tepung tapioka dan
minyak goreng. Peralatan yang digunakan antara lain ;

- Pisau dan talenan. Alat ini dipergunakan untuk mengiris umbi


bawang merah.
- Alat pengiris. Alat ini digunakan untuk mengiris bawang merah,
dengan kemampuan mengiris bawang merah lebih cepat dibanding
dengan pisau dan talenan
- Baskom, untuk menampung hasil irisan
- Wajan, digunakan untuk menggoreng bawang yang sudah diiris
- Kompor
5

- Peniris. Alat ini berfungsi sebagai peniris minyak irisan bawang


yang sudah selesai digoreng. IKM bawang goreng “Nikita” telah
memiliki mesin peniris sentrifugal yang merupakan bantuan dari
Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bima
Pertama – tama bawang merah dikupas, dan pangkal umbi dibuang,
kemudian bawang dicuci sampai bersih. Kemudian tepung terigu dicampur
dengan tapioka sampai rata. Tiap 150 gram tapioka dicampur dengan 175
gram terigu. Bawang kemudian ditiriskan membujur, dan dimasukkan ke
dalam baskom, kemudian ditambah dengan tepung campuran tadi. Baskom
digoyang-goyang sampai bahan tercampur rata. Setiap 1 kg irisan bawang
dicampur dengan 65 gram tepung campuran.
Kemudian irisan bawang bertepung segera digoreng di dalam minyak
panas dengan suhu sekitar 170 0C selama 10 menit sampai garing. Setelah
itu bawang ditiriskan dan didinginkan. Bawang goreng yang telah dingin,
dikemas di dalam kemasan yang tertutup rapat. Kemasan yang dipakai
merupakan kemasan plastik yang merupakan bantuan dari Badan
Ketahanan Pangan Kabupaten Bima.

 Pada praktek tersebut, sedikit dimasukkan pula unsur – unsur GMP


(Good Manufacturing Practice) agar dihasilkan bawang goreng dengan
kualitas yang lebih baik. Aspek – aspek GMP yang diterapkan antara lain
terkait dengan faktor fisik (kebersihan dan kerapihan bangunan tempat
usaha, mesin dan peralatan yang digunakan) dan faktor higienitas dari
anggota kelompok selama proses produksi berlangsung.

 Sebagai tambahan pengetahuan dan keterampilan bagi pengusaha,


diperkenalkan pula bagaimana membuat kemasan sendiri yang sederhana
yang disesuaikan dengan produk bawang goreng yang dihasilkan. Hal ini
dimaksudkan agar pada masa yang akan datang, IKM dapat membuat
kemasan secara mandiri dan tidak lagi bergantung pada adanya bantuan
dari pihak lain.
6

2. Pembinaan pada Kelompok Usaha Tenun “Melati Putih”

Pembinaan pada Kelompok Tenun “Melati Putih” Desa Simpasai


Kecamatan Lambu dititikberatkan pada bagaimana meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pengusaha dalam mengoperasikan peralatan
ATBM dan hani. Adapun bahan yang dipergunakan dalam pembinaan pada
IKM ini antara lain ; 50 ikat nggoli, 10 kotak benang kebaya emas, 10 ikat
mercerized, 10 kotak yamalon dan bahan penolong lainnya.

Karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan personil UPL-IKM


dalam hal pengoperasian peralatan hani dan ATBM, maka peran UPL di sini
adalah lebih banyak sebagai motivator dan komunikator, yang bertujuan untuk
memberikan semangat berusaha kepada IKM dan penghubung IKM dengan
berbagai pihak dalam upaya peningkatan kemampuan dan kapasitas IKM pada
masa yang akan datang.

Dalam hal ini, UPL-IKM telah memberikan rekomendasi kepada Kepala


Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima untuk dapat
mengikutkan IKM tenun “Melati Putih” pada Kegiatan Pelatihan ataupun
Magang yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
IKM dalam hal pengoperasian peralatan hani dan ATBM. Rekomendasi
tersebut telah berhasil dengan berpartisipasinya IKM tenun “Melati Putih”
dalam kegiatan Pelatihan Peningkatan desain tenun tradisional ATBM di
Mataram dan Magang IKM Tenun Tradisional ATBM di Jawa Tengah, yang
difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi NTB.

Adapun hasil dari kegiatan pelatihan dan magang tersebut adalah


terjadinya peningkatan yang cukup signifikan terhadap pengetahuan dan
keterampilan IKM dalam hal pengoperasian peralatan hani dan ATBM, yang
dapat dilihat dari telah mulai dioperasikannya mesin dan peralatan oleh IKM
yang bersangkutan dalam kegiatan produksinya.
7

BAB III
KESIMPULAN

Pembinaan oleh UPL-IKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan


Kabupaten Bima dilaksanakan terhadap Kelompok Tenun “Melati Putih” dan
Kelompok usaha bawang goreng “Nikita”. Pembinaan yang dilakukan antara
lain mencakup aspek teknis produksi dan manajemen usaha.

Bentuk pembinaan yang dilaksanakan pada IKM Bawang goreng


“Nikita” adalah tentang bagaimana memproduksi bawang goreng secara baik
dan benar dengan memperhatikan faktor – faktor keamanan produk pangan
dan higienitas. Di samping itu diberikan juga pengetahuan dan keterampilan
mengenai pembuatan kemasan sederhana yang cocok digunakan untuk produk
bawang goreng yang dihasilkan.

Sedangkan pembinaan yang dilakukan terhadap IKM tenun “Melati


Putih” lebih dititikberatkan pada upaya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan IKM dalam hal pengoperasian peralatan hani dan ATBM.
Pembinaan pada IKM tenun bersifat tidak langsung, yaitu dengan
rekomendasi UPL kepada pihak terkait untuk bersama – sama mengupayakan
peningkatan kapasitas SDM IKM dalam hal pengoperasian alat dimaksud
melalui kegiatan pelatihan ataupun magang.
8

LAPORAN PEMBINAAN
OLEH UNIT PENDAMPINGAN LANGSUNG (UPL-
IKM) DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN BIMA TAHUN 2011

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN


KABUPATEN BIMA

DAFTAR ISI
9

Halaman

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI i

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1
1. Latar Belakang....................................................................................1
2. Maksud dan Tujuan.............................................................................2
3. Dasar Pelaksanaan.............................................................................2
BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN................................................................4
1. Pembinaan pada Kelompok Usaha Bawang Goreng “Nikita”..........4
2. Pembinaan pada Kelompok Usaha Tenun “Melati Putih”................6
BAB III. KESIMPULAN.........................................................................................7
10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya


sehingga Laporan Pembinaan oleh Unit Pendampingan Langsung (UPL-IKM)
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bima ini dapat diselesaikan pada
waktunya.

Laporan ini disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam


rangka pelaksanaan sekaligus evaluasi terhadap kegiatan pembinaan oleh Unit
Pendampingan Langsung (UPL-IKM) Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Bima Tahun 2011.

Kami telah berupaya menyajikan laporan ini dengan sebaik- baiknya, namun
masih banyak kekurangan yang ada di dalamnya berkaitan dengan keterbatasan
waktu, dana dan kemampuan, sehingga sangat diharapkan saran dan kritik dari
semua pihak guna penyempurnaan laporan ini.

Demikian laporan ini kami sampaikan, semoga bermanfaat dan menjadi


bahan acuan dan kajian lebih lanjut bagi berbagai pihak dalam rangka pembinaan
Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Bima pada masa yang akan datang.

Bima, 2011

MENGETAHUI :
Kepala Dinas Perindustrian dan Unit Pendampingan Langsung (UPL)
Perdagangan Kabupaten Bima, Sekretaris,

Drs. DODY SUWANDHI NURYAKIN, ST, M.Si


Pembina Utama Muda (IV/c) NIP. 19790705 200312 1 006
NIP. 19580930 198603 1 019

Anda mungkin juga menyukai