Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan Sistem struktur bangunan gedung saat ini semakin
meningkat. seiring bertambahnya kebutuhan akan pemanfaatan bangunan di
berbagai sektor, baik industri, perumahan, jasa, dan lain sebagainya, mendorong
para ilmuwan untuk berinovasi, salah satu perkembangan sistem struktur bangunan
yang ada adalah material beton. Beton hingga kini menjadi material yang sangat
banyak digunakan dalam konstruksi.
Beton merupakan material getas, sedangkan besi atau baja adalah bahan
yang memiliki sifat liat. Melihat dua jenis material yang memiliki kelebihan masing
masing yang saling melengkapi, muncullah ide untuk mengkombinasikan beton
dengan besi atau baja sehingga menjadi beton bertulang. Kedua material ini
disatukan untuk bekerja bersama secara pasif sesuai beban yang bekerja padanya.
Pada tahap selanjutnya, untuk meningkatkan kemampuan layan, beton
bertulang didesain untuk bekerja secara aktif dalam menahan gaya-gaya yang
bekerja dengan memberikan gaya kosentris atau eksentris arah longitudinal pada
elemen struktural. Langkah tersebut akan mengurangi tegangan tarik pada daerah
tumpuan dan daerah kritis, menghasilkan peningkatan kapasitas geser, lentur, dan
puntir dari penampang beton. Pemanfaatan baja mutu tinggi yang ditarik akan
menimbulkan tekanan pada beton berkekuatan tinggi yang merupakan kombinasi
ideal menjadi sistem beton prategang.
Menurut (Collins & Mitchell, 1991). Beton Prategang adalah Jenis Beton
dimana tulangan bajanya ditarik atau ditegangkan terhadap betonnya. Penarikan ini
menghasilkan sistem kesetimbangan pada tegangan dalam (tarik pada baja dan
tekan pada beton) yang akan meningkatkan kemampuan beton menahan beban luar.
Kerena beton cukup kuat dan daktail terhadap tekanan dan sebaliknya lemah serta
rapuh terhadap tarikan maka kemampuan menahan beban luar dapat ditingkatkan
dengan pemberian pratekan.
Prinsip dasar sistem prategang sebenarnya telah diterapkan di dunia
konstruksi sejak berabad-abad yang lalu. Pada tahun 1886, insinyur dari California
P.H Jackson memperoleh hak paten untuk plat lantai dengan pengikatan baja pada
batu buatan ke busur beton. Sekitar tahun 1888, ilmuwan berkebangsaan Jerman,
C.E.W. Doehring memperoleh hak paten untuk perkuatan plat beton menggunakan
logam yang ditegangkan sebelum pembebanan. Perkembangan selanjutnya, sistem
prategang modern bermula ketika seorang ilmuwan Prancis yaitu Eugene Freyssinet
mengenalkan penggunaan beton dan kawat baja bermutu tinggi menjadi beton
prategang yang selanjutnya dipatenkan pada tahun 1928. Sejak saat itu
perkembangan penggunaan beton prategang sangat pesat.
Di Indonesia, Penggunaan sistem prategang didominasi oleh struktur atas
jembatan, dan penerapan pada gedung masih belum secara masif diterapkan.
Apabila dibandingkan dengan beton bertulang, Beton prategang memiliki
keunggulan sebagai berikut:
1. Struktur yang dihasilkan lebih ramping
2. Lebih tahan karat
3. Keretakan pada daerah tarik lebih sedikit
4. Lendutan yang terjadi lebih kecil
5. Penampang beton menjadi lebih efektif
6. Bahan atau material yang digunakan lebih sedikit karena menggunakan
bahan bermutu tinggi.

Namun, disamping kelebihan diatas, beton prategang juga mempunyai


kekurangan sebagai berikut:
1. Diperlukan ketelitian dan ketepatan dalam proses pembuatannya
2. Biaya tambahan untuk pengangkutan
3. Dapat terjadi kehilangan gaya prategang baik sesaat setelah penarikan,
maupun berdasarkan waktu.

Terdapat dua macam metode beton prategang, yaitu pra tarik dan pasca
tarik. Kedua metode ini dibedakan oleh waktu penarikan kabel dan pengecoran
betonnya. Beton pra tarik adalah beton prategang dimana kabel ditarik terlebih
kemudian beton dicor, sistem ini biasanya digunakan pada pabrik beton precast.
sedangkan beton pasca tarik merupakan kebalikan dari beton pratarik, dimana kabel
ditarik setelah beton dicor.
Pada struktur beton prategang, material beton dan baja yang digunakan
memiliki beberapa sifat yang dapat mereduksi kekuatan prategangnya secara
perlahan. Besar pengurangan gaya ini disebut kehilangan gaya prategang. Selain
sifat alami materialnya, kehilangan gaya prategang juga dapat terjadi pada saat
proses penarikan baja prategang. Berikut adalah jenis-jenis kehilangan gaya
prategang yang harus dipertimbangkan dalam mendesain sebuah beton prategang:
1. Perpendekan elastis beton (elastic shortening)
2. Slip Angkur
3. Rangkak
4. Susut
5. Relaksasi Baja
6. Gesekan (Friksi)

Perhitungan kehilangan gaya prategang dalam perencanaan dimaksudkan untuk


menentukan besarnya gaya prategang awal yang dibutuhkan dalam struktur yang
selanjutnya berfungsi mengantisipasi tidak optimalnya kinerja beton prategang itu
sendiri.
Dengan kebutuhan pembangunan di Indonesia yang terus meningkat, maka
kebutuhan akan beton prategang juga meningkat. Hal tersebut mendorong berbagai
perusahaan industri konstruksi negara ini terus berkembang untuk memenuhi
kebutuhan nasional bahkan internasional. Salah satunya adalah PT. Wika Beton.
Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya yang bergerak
di industri beton pracetak. Berbagai macam produk yang diproduksi,
didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia termasuk produksi beton
prategangnya. Perusahaan ini tidak hanya bergerak dalam produksi beton pracetak
saja namun juga sekaligus menjadi kontraktor pelaksanaan instalasi beton
pracetaknya. Bermacam-macam proyek yang ditanganinya termasuk pekerjaan
konstruksi bangunan sipil dan gedung mengharuskan perusahaan ini terus
berinovasi di bidangnya.
Berdasar penjabaran diatas, berbagai faktor yang mempengaruhi proses
desain beton prategang harus diperhitungkan untuk memperoleh ketepatan desain
dari struktur bangunan yang dibuat. Hal itulah yang melatar-belakangi fokus
penelitian yang akan diangkat disini, yaitu analisis tegangan dan kehilangan gaya
prategang pada beton pasca tarik pada salah satu proyek bangunan gedung yang
langsung ditangani oleh PT.Wika Beton.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasar dari latar belakang diatas, dapat kita ambil rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Seberapa besar kehilangan gaya prategang yang terjadi pada balok pasca
tarik
b. Apakah gaya prategang awal yang diberikan efektif dan optimal untuk balok
prategang berdasar tegangan dan kehilangan gaya prategang yang terjadi
c. Bagaimana fungsi prategang pada balok secara khusus, dan untuk bangunan
secara umum

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui besar kehilangan gaya prategang struktur prategang khususnya
pada beton pasca tarik.
b. Mengevaluasi pemberian gaya prategang awal berdasar pada kehilangan
gaya prategang yang terjadi.
c. Bagaimana fungsi prategang pada balok secara khusus, dan untuk bangunan
secara umum

1.4. Ruang Lingkup Penelitian


Berikut adalah ruang lingkup penelitian yang dilakukan:
a. Beton pracetak yang ditinjau merupakan beton produksi PT. Wika Beton.
b. Analisa tegangan dan kehilangan gaya prategang dilakukan pada salah satu
balok prategang Bangunan Gedung Pelayanan Kesehatan St. Carolus
Borromeus
c. Struktur beton yang dianalisa merupakan beton prategang pasca tarik.
d. Tegangan yang ada pada balok dihitung dengan menggunakan aplikasi SAP
2000.
e. Kehilangan gaya prategang yang ditinjau adalah akibat perpendekan elastis
beton, gesekan (friksi), slip angkur, susut, rangkak, dan relaksasi baja.
f. Tidak menghitung beban akibat gempa
g. Tidak menghitung beban balok kantilever dari struktur yang ditinjau.
h. Tidak meninjau struktur secara keseluruhan

1.5. Manfaat Penelitian


a. Memberikan informasi mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi
desain beton prategang
b. Memberikan gambaran tentang analisa kehilangan gaya prategang yang
terjadi pada objek penelitian
c. Memberikan saran dan rekomendasi mengenai perencanaan beton
prategang
d. Menjadi acuan penelitian selanjutnya mengenai analisis struktur beton
prategang.

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi enam bab
ditambah dengan daftar pustakan dan lampiran-lampiran. Berikut adalah gambaran
mengenai bab- bab yang diuraikan secara ringkas:
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini digambarkan secara umum tentang latar belakang penelitian, rumusan
masalah penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas
dalam proyek akhir ini.
BAB II: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN RUANG LINGKUP
PENUGASAN MAGANG
Pada bab ini dijelaskan mengenai profil perusahaan lokasi dilakukannya magang
serta penugasan yang dilakukan dalam proses magang.
BAB III: TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Pada bab ini dijelaskan mengenai tinjauan literatur berupa pengertian dan definisi
yang diambil dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan proyek akhir
serta beberapa literature penelitian-penelitian terdahulu.
BAB IV: METODOLOGI
Pada bab ini dijelaskan tentang fokus penelitian, tahapan penelitian, data teknis
lapangan, dan metode penelitian yang nantinya akan dilaksanakan.
BAB V: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis data dan pembahasan yang berisi
tentang pemaparan data yang telah dikumpulkan serta beberapa analisis untuk
mengolah data tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah.
BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, akan menjelaskan kesimpulan dari seluruh penelitian yang telah
dilakukan dan diuraikan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang
berhubungan dengan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai